Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2009/5

e-JEMMi edisi No. 05 Vol. 12/2009 (3-2-2009)

Dukungan Moral Misi

 

______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Dukungan Moral Misi
SUMBER MISI: Living Hope Haiti Christian Mission
DOA BAGI MISI DUNIA: Azerbaijan, Algeria
DOA BAGI INDONESIA: Dampak Krisis Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak

______________________________________________________________________

      KEEP YOUR EYES ON THE LORD, HE NEVER TAKES HIS EYES OFF YOU
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Jika Anda ingin terlibat dalam pelayanan misi, tidak selamanya Anda 
  akan terlibat secara langsung di lapangan. Perlu diingat bahwa 
  Tuhan memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang 
  percaya untuk saling memperlengkapi dan mendukung satu dengan yang 
  lainnya. Edisi e-JEMMi bulan Februari ini mengusung tema Mendukung 
  Pelayanan Misi. Tujuannya adalah untuk mengajak kita semua belajar 
  bagaimana kita dapat mendukung gerakan pekabaran Injil-Nya.

  Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk terlibat dalam 
  pelayanan misi, baik di Indonesia maupun di dunia. Salah satu di 
  antaranya adalah dengan memberikan dukungan moral bagi rekan Anda 
  yang hendak melayani di ladang misi. Tidak harus memberikan uang 
  yang banyak, dan tidak juga harus memberikan banyak waktu jika Anda 
  memang tidak memilikinya. Anda cukup memberikan hati yang 
  berkobar-kobar dengan kasih Kristus dan perkataaan yang memberikan 
  semangat. Disadari atau tidak, apa yang Anda lakukan ini dapat 
  menjadi sebuah "kekuatan" bagi mereka yang hendak diutus ke ladang 
  misi. Selamat melayani.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                         DUKUNGAN MORAL MISI

  Dukungan moral merupakan hal yang paling mendasar dari sistem 
  dukungan. Setiap orang bisa mengambil bagian dalam pelayanan ini. 
  Karena konsep yang paling mendasar, cukup dengan mengatakan, "Allah 
  memberkati Anda. Kami sungguh bangga dengan petualangan misionaris 
  yang Anda lakukan!" Apakah orang-orang besar dalam Alkitab 
  membutuhkan dukungan moral? Baiklah, kita melihat beberapa contoh.

  Daud Menemukan Kekuatannya dalam Allah

  Ketujuh anak laki-laki Isai telah ditolak oleh Allah; "Karena, Tuhan 
  melihat tidak seperti yang dilihat manusia. Sebab, manusia melihat 
  penampilan bagian luarnya, sedangkan Tuhan memandang hatinya." Isai 
  masih memiliki seorang anak laki-laki bungsu. Seorang anak yang 
  masih remaja. Mereka membawa dia dari padang, tempat ia 
  menggembalakan domba ayahnya. Dan, Tuhan berfirman, "Bangunlah, 
  urapilah dia, karena inilah dia!" Maka, Roh Allah menyertai Daud 
  sejak hari ia diurapi.

  Melalui pertempuran melawan Goliat, pergumulan menghadapi 
  kecemburuan Raja Saul, melewati peperangan yang penuh risiko selama 
  berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun menjadi buronan, dikejar-kejar 
  oleh seorang raja yang diganggu oleh roh jahat, serta melewati 
  konflik dalam membangun kekuasaannya dengan enam ratus orang 
  prajurit yang kejam dan tak mengenal belas kasihan, Roh Tuhan masih 
  berpihak dan berada dalam diri Daud. Sementara orang-orang Filistin 
  bersatu melawan Israel, Daud dan orang-orangnya berada di pihak 
  orang-orang Filistin. Tapi, ketidakpercayaan terhadap orang-orang 
  Ibrani itu mengganggu pikiran orang-orang Filistin. Daud bersama 
  orang-orangnya disuruh kembali ke Ziklag hanya untuk mendapati bahwa 
  orang-orang Amalek telah menyerang dari Selatan, membakar kota, dan 
  membawa pergi istri dan anak-anak mereka. Mereka menangis hingga tak 
  mampu lagi untuk menangis. Daud sangat tertekan, karena 
  orang-orangnya menentang dia. Namun, Daud menguatkan dirinya dalam 
  Tuhan (1 Samuel 30).

  Bayangkan, kondisi saat itu di mana secara fisik mereka sedang 
  kecapaian dari 3 hari lamanya perjalanan pulang ke Ziklag. Debaran 
  jantung yang sedang meluap-luap siap untuk berperang melawan Israel, 
  diciutkan seketika. Suatu luapan emosional yang tidak menentu akibat 
  perasaan kehilangan keluarga dan harta milik mereka. Ada perang pula 
  dalam diri Daud, "Tuhan, Engkau telah memilih aku menjadi raja 
  Israel, tapi mengapa begitu sulitnya aku menduduki takhta?" Daud 
  membutuhkan peranan tim pendukung. Namun, kenyataannya para 
  prajuritnya malah ingin merajam dia dengan batu! Tapi, Daud 
  menyerahkan diri pada-Nya dan memperoleh kekuatannya dalam Tuhan.

  Bagaimana dengan tokoh-tokoh Alkitab lainnya? Ketika Maria
  memberitahu Yusuf, ia sedang hamil oleh Roh Kudus, Yusuf malah ingin
  menceraikannya secara diam-diam. Dalam Yohanes 9, Yesus menyembuhkan
  orang yang buta sejak lahirnya dengan penuh belas kasih. Ketika para
  pemimpin Yahudi menyuruh orang tuanya bersaksi atas kesembuhan putra
  mereka, dengan ketakutan mereka berkata, "Tanyakanlah sendiri
  padanya. Dia sudah cukup dewasa untuk menceritakan hal itu
  kepadamu." Ketika Paulus bermaksud pergi ke Yerusalem, sekelompok
  orang mencoba untuk mencegahnya dua kali. Bahkan mereka bersikeras
  mengatakan bahwa Roh Kudus telah memerintahkan mereka untuk
  memperingatkan Paulus.

  Lembaran sejarah memberi gambaran suram. Selama berabad-adad 
  lamanya, pola-pola di atas tidak berubah. (Bacalah biografi para 
  misionaris yang ditulis Ruth Tucker dalam Buku "Dari Yerusalem ke 
  Irian Jaya".) Anda dapat menghitung hanya dengan jari pada satu 
  tangan, jumlah orang dengan visi yang dirintisnya mendapatkan 
  dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Seorang tukang sepatu 
  berkebangsaan Inggris bernama William Carey, berjuang pada tahun 
  1790-an bersama tanggung jawab gereja terhadap Misi Agung. Dia 
  kemudian dikenal sebagai Bapak Misi Modern. Pada awalnya, ketika 
  visi itu terpatri dalam sanubarinya, ia tidak mendapat dukungan sama 
  sekali. Sebaliknya, rekan-rekan segerejanya malah dengan kasar 
  berkata: "Bila Allah ingin membawa orang-orang kafir pada 
  pertobatan, Ia akan melakukannya tanpa bantuanmu atau pun kami." 
  Pada awalnya pun, istrinya menolak untuk ikut serta dalam 
  pelayanannya ke India. Justru tertundanya tanggal 
  keberangkatannyalah yang membuat istrinya kemudian memutuskan untuk 
  menyertainya ke India.

  Saat ini, ribuan pekerja lintas budaya bergumul dalam doa, dan
  bergulat dengan perihal bagaimana menjadi serdadu-serdadu Kristus
  yang siap menanggung salib untuk mengabarkan Kabar Baik bagi orang
  lain di seluruh dunia dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Dukungan
  moral seperti apakah yang mereka terima dari masyarakat?

  1. 0rang-orang yang tersesat (Kristen duniawi), pikiran mereka 
     sempit dan picik, sehingga mereka tidak mendukung orang yang 
     diurapi Allah. Sebaliknya, malah menyalahkan dan melemparkan 
     batu-batu tuduhan, seperti yang dilakukan para pengikut Daud.
  2. 0rang-orang dininabobokan oleh gemerlapnya dunia sehingga mereka
     tidak memiliki kepekaan terhadap rencana Allah bagi saudara dan
     teman-teman mereka, sebagaimana diperlihatkan murid-murid Tuhan
     Yesus.
  3. Orang-orang yang sangat peduli terhadap pendapat umum bersikap
     ramah, seolah-olah menyokong semangat sang misionaris. Namun,
     secara diam-diam mereka berusaha memutuskan hubungan, seperti
     yang dilakukan Yusuf, suami Maria.
  3. Orang-orang sangat takut pada program-program gereja, sehingga
     mereka tidak mau melakukan sesuatu yang ada hubungannya dengan
     petualangan berisiko tinggi ke daerah atau negara yang tidak
     mereka kenal. Lagipula, pelayanan misionaris bisa dianggap 
     sebagai saingan dari status quo, seperti pandangan tua-tua
     Yahudi.
  4. Orang-orang yang begitu yakin telah "mendengar suara Tuhan",
     bahwa apa yang telah didengar sang misionaris dari Tuhan itu
     adalah salah, seperti halnya teman-teman Rasul Paulus.
  5. Orang-orang yang ingin melukai hati para misionaris Allah dengan
     memberi tafsiran yang salah, seperti halnya pada teman-teman
     William Carey.

  Batu untuk Membangun atau untuk Melempar?

  Beberapa orang tidak dapat menerima ketika mereka mengatakan bahwa 
  Allah menghendaki dia melakukan perbuatan yang sangat berani, yaitu 
  pergi ke ladang misi. Umumnya mereka akan bersikap acuh tak acuh, 
  tidak bersahabat, atau untuk menutupi perasaan mereka yang tertekan, 
  mereka berkata, "Hei, apakah engkau tidak tahu bahwa di sana adalah 
  dunia yang buas dan ganas? Selalu terjadi kekacauan dan peperangan. 
  Engkau bisa terbunuh di sana!" Atau, "Kamu pasti bercanda! Kamu? 
  Jadi misionaris? Apa sih yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan 
  dunia ini?" Kerap kali sahabat terdekat menasihati seperti ini:

  1. Kamu sangat dibutuhkan di sini. Kamu dapat menyumbangkan banyak
     hal dalam persekutuan kita.
  2. Engkau menyia-nyiakan pendidikan yang engkau peroleh dengan susah
     payah. Setelah harta dihabiskan untuk membiayai kuliahmu hingga
     sarjana, apa kata orang tuamu nanti?
  3. Kenapa kamu tidak mencari pekerjaan yang baik? Pergilah, carilah
     uang sebanyak mungkin untuk masa depan. Kemudian, barulah kamu
     memikirkan untuk terjun ke dalam misi.
  4. Apakah tindakanmu itu tidak mengecewakan ibumu? Bagaimana mungkin
     kamu begitu tega memisahkan dia dari cucu-cucunya, dan pergi
     jauh? Anak-anak itu membutuhkan neneknya juga.
  5. Bagaimana dengan pendidikan anak-anakmu nanti? Kasihan, mereka
     akan pulang rumah dengan keadaan terabaikan dan mendapat
     perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat.
  6. Apakah engkau berharap akan bertemu jodohmu di sana? Engkau akan
     membujang seumur hidup! Kemudian mereka akan menangis dan
     meratap, tanpa memedulikan akal sehatnya, "Aku tak percaya hal
     ini terjadi padaku!"

  Seorang pekerja lintas budaya yang telah berperang bersama Tuhan 
  mengatasi segala perasaan ketidakmampuan dan keterbatasan, duduk di 
  atas ketidakteraturan, seolah-olah berada di atas tumpukan 
  batu-batu, terpukul berkali-kali, dan terluka. Hanya beberapa orang 
  yang kuat dan sanggup menanggungnya karena menemukan kekuatannya 
  dalam Tuhan. Pada saat seperti ini, akan jauh lebih baik jika mereka 
  mendapatkan Anda sebagai tim pendukung moralnya. Sikap mencari 
  kepuasan sendiri dan meninabobokan diri sendiri merupakan golongan 
  paling besar dari gereja masa kini. Sikap tersebut menghasilkan 
  introspeksi semu yang samar-samar dan rabun. Tampaknya, kita sedang 
  memusatkan diri pada penyembuhan diri sendiri, supaya dapat memiliki 
  kehidupan yang lebih baik dan menyenangkan. Akibatnya, doa-doa kita 
  berbunyi, "Tuhan, senangkanlah aku supaya bisa menikmati hidup yang 
  mapan," yang secara langsung bertolak belakang dengan apa yang 
  dikatakan kepada kita tentang gereja dalam 2 Korintus 1:14. Kita 
  ingin kehidupan yang mapan dan menyenangkan. Kita menemui kesulitan 
  karena ketidakpastian hidup seperti Rasul Petrus ketika untuk 
  pertama kalinya diberitahu Tuhan Yesus tentang penderitaan yang akan 
  dialami-Nya. Tanpa berpikir, Petrus berkata, "Tidak akan Tuhan .... 
  Hal itu sekali-sekali tidak akan menimpa Engkau."

  Kekhawatiran-kekhawatiran tentang pendapat umum dapat melukai 
  seorang misionaris. Barangkali, seorang pekerja lintas budaya 
  diberitahu seperti ini, "Jika kamu harus pergi, pergilah! Akan 
  tetapi, jangan buat kekacauan! Jangan libatkan kami di sini, 
  terutama dalam masalah keuangan. Apa yang akan terjadi dengan 
  program-program kami yang di sini bila harus mendukungmu?" 
  Untungnya, sukar bagi gereja untuk mempertahankan sikap tersebut, 
  sebab organisasi-organisasi misi yang menolong pekerja-pekerja 
  lintas budaya berkeras melibatkan persekutuan-persekutuan untuk 
  berinisiatif dalam proses pengembangan misi. Tragisnya, ada ribuan 
  kasus di mana calon misionaris adalah orang yang tidak tahu-menahu 
  tentang hal ini. Opini publik di banyak gereja tidak mengizinkan 
  suatu gerakan radikal dalam penginjilan internasional. Jadi, pekerja 
  lintas budaya harus pergi secara diam-diam, kecuali Anda berada di 
  sana, mengucapkan selamat jalan untuk membangkitkan semangatnya, 
  "Bon voyage!"

  Persaingan antarpekerja di dalam Tubuh Kristus cukup menakutkan 
  beberapa persekutuan sehingga mereka meruntuhkan semangat calon 
  misionaris. Kata-kata mereka bernada sangat keras, "Kita tidak ingin 
  kehilangan kamu!" Masalahnya bukan karena orang-orang Yahudi tidak 
  percaya akan penginjilan ke seluruh dunia. Kristus pernah berkata 
  kepada mereka, "Sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan 
  untuk menobatkan satu orang" (Matius 23:15). Mereka juga tidak 
  menentang penyembuhan yang dilakukan Yesus, bahkan 
  berbondong-bondong mereka datang dan mengikut Dia. Namun, Yesus 
  dianggap sebagai saingan karena tidak sesuai dengan bayangan orang 
  Yahudi tentang Mesias. Demikian pula dengan para misionaris. 
  Tindakan dan rencana-rencana mereka yang penuh keberanian sering 
  kali tidak cocok dengan kebanyakan program-program gereja saat ini. 
  Kecuali Anda yang memberikan dorongan kepada mereka dengan 
  menceritakan teladan Kristus tersebut.

  Bahkan kepedulian teman-teman terdekat dapat meruntuhkan semangat
  seorang misionaris ketika mereka memberikan nasihat yang bertolak
  belakang dengan rencananya. Rasul Paulus merasakan gerakan dan
  ancaman dari Si Seteru pada setiap gerak langkahnya. "Aku akan
  tinggal di Efesus hingga hari Pentakosta, karena Allah membuka suatu
  pintu yang luar biasa, sekalipun banyak sekali penantangnya"
  (1 Korintus 16:8-9). Di Miletus, ia menulis, "Aku ditawan dan dibawa
  secara paksa oleh Roh Kudus sekalipun telah diperingatkan kepadaku,
  bahwa penjara dan penganiayaan sedang menanti di setiap kota yang
  aku kunjungi" (Kisah Para Rasul 20:22-23).

  Beberapa hari kemudian, di Tirus, murid-muridnya telah mengatakan 
  kepada Paulus "melalui Roh Kudus", bahwa ia tidak boleh pergi ke 
  Yerusalem, namun Paulus dan teman-temannya meneruskan perjalanan 
  sampai ke Kaisarea. Di sana, di rumah Filipus, Agabus mengambil ikat 
  pinggang Paulus. Sambil mengikat tangan dan kakinya sendiri, ia 
  berkata: "Roh Kudus berkata: Beginilah orang yang empunya ikat 
  pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem ...." 
  Mendengar hal itu murid-muridnya meminta supaya Paulus jangan pergi 
  ke Yerusalem. Bukannya menerima dukungan moral, Paulus malah 
  menghadapi rintangan. Lukas mengingat jawab Paulus saat itu, 
  "Mengapa kamu menangis dan menghancurkan hatiku? Aku rela bukan saja 
  diikat tapi juga mati demi nama Tuhan Yesus." Paulus tidak mau 
  menerima nasihat para rasul dan murid-muridnya, sehingga mereka 
  menyerah dan berkata: "Jadilah kehendak Tuhan!" (Kisah Para Rasul 
  21:13-14). Akhirnya, "orang yang gagah berani untuk melakukan 
  pekerjaan Tuhan" ditinggalkan sendirian. Kecuali, Anda ada di sana, 
  memberikan dukungan moral untuk menopang para misionaris di 
  masa-masa yang sulit ketika semua orang menentangnya.

  Pandangan-pandangan teologi yang disalahtafsirkan dapat merusak 
  moral pekerja lintas budaya. Hati sang misionaris itu seakan 
  disayat-sayat sembilu, ketika persekutuannya menyangkal perintah 
  Allah untuk pergi memberitakan Injil. Bahkan ada yang seenaknya, 
  seperti yang dialami William Carey, yang berteriak, "Allah dapat 
  melakukannya sendiri tanpa bantuan kita jika Ia menghendakinya!" 
  Yang lain dengan lembut mengatakan, "Kita masih terlalu muda dalam 
  persekutuan. Kita tidak punya apa-apa untuk mendukung misionaris. 
  Rasanya, kita tidak dapat menambah proyek baru. Kita berusaha 
  melakukan yang terbaik. Untuk yang lainnya, kita belum siap." 
  Alasan-alasan tersebut dan ribuan lainnya telah berulang kali 
  dikatakan. Belum ada yang dapat bertahan dari alasan-alasan yang 
  berdalih firman Tuhan dan bersembunyi dari cahaya firman-Nya. 
  Sesungguhnya, tidak ada firman Allah yang menolak pelayanan 
  misionaris. Sebaliknya, "Allah tidak menghendaki agar seorang pun 
  binasa, tetapi supaya datang kepada pertobatan!" (2 Petrus 3:9)

  Sebuah kisah menarik tentang seorang pelaut muda yang mengadakan 
  persiapan untuk berlayar mengelilingi dunia seorang diri dengan 
  kapal motor buatan sendiri. Banyak orang mengerumuni dia sementara 
  ia mengepak kotak-kotak perbekalannya. Di antara orang-orang yang 
  berbisik-bisik, ada yang berkata lantang, "Anakku, kamu tidak akan 
  sanggup! Kapal motormu tidak akan bertahan melawan gelombang! Kamu 
  akan kehabisan bahan makanan dan mati terpanggang matahari!" Semua 
  peringatan-peringatan itu melemahkan semangat dan keyakinannya. 
  Tidak satu pun yang menawarkan semangat dan optimisme. Namun, ketika 
  kapal kecil itu bertolak dari dermaga, seorang yang datang terlambat 
  berlari sampai di ujung dok, melambai-lambaikan tangannya sambil 
  berteriak memberi semangat, "Selamat berlayar! Bon voyage! Kamu 
  benar-benar hebat! Kami bersamamu! Kami bangga dengan kamu! Allah 
  menyertaimu saudaraku!" Tampaknya, dunia menyuguhkan dua macam 
  dukungan moral: yang pertama mengatakan, "Lihat saja, tunggu sampai 
  kamu keluar dari dunia yang kejam dan tak mengenal belas kasihan 
  itu. Biar tahu betapa beratnya!" Atau yang kedua dengan penuh 
  semangat, menaruh kepercayaan penuh, bersorak mengucapkan selamat 
  jalan: "Bon voyage!"

  Ada selusin cara yang tak terpikirkan untuk meruntuhkan semangat dan 
  cita misionaris Anda. Tapi sebaliknya, ada banyak jalan untuk 
  membangkitkan antusiasme dengan dukungan moral yang kuat. Pimpinan 
  Roh Kudus untuk mencari jiwa-jiwa dalam pelayanan lintas budaya 
  sangat kita butuhkan di saat-saat tersebut. Ubah dan singkirkan 
  batu-batu sandungan menjadi batu yang membangun fondasi yang kokoh, 
  yang akan menjadi dasar yang kuat bagi dukungan pelayanan lintas 
  budaya dalam gereja Anda. Bagaimana memberikan dukungan moral 
  seteguh batu karang? Don adalah seorang pendeta yang telah 
  mendengarkan panggilan Allah untuk menjalani misi. Beberapa kali ia 
  mengunjungi Thailand dan melihat para pendeta yang haus akan firman 
  Tuhan. Ia merasakan sukacita dalam memuaskan dahaga rohani mereka 
  melalui seminar-seminar. Kini Don yakin, Allah telah menuntun dia 
  untuk menyerahkan dirinya dan memulai suatu pelayanan dalam bentuk 
  seminar untuk para pendeta pribumi Asia. Ia menyusun berbagai 
  seminar yang dirancang guna melatih para gembala tersebut dalam 
  mempelajari firman Allah, supaya mereka dapat menggembalakan 
  domba-domba-Nya dengan lebih baik.

  Namun, Don adalah gembala gereja di Amerika Serikat. Tak mudah 
  baginya untuk pergi begitu saja. Ia telah mendirikan gereja itu. 
  Siapa yang akan menggantikan posisinya bila ia berangkat? Bagaimana 
  ia memindahkan keluarganya ke Thailand, negeri yang tidak mereka 
  kenal? Bagaimana dengan komunikasi dan doa? Di mana mereka akan 
  tinggal? Semua pertanyaan dan kekhawatiran ini nyata dan membutuhkan 
  jawaban. Semua itu lebih mudah diatasi, karena jemaat memberikan 
  dukungan moral yang penuh kepada Don, untuk menjadi "berkat" bagi 
  Don, dan bagi mereka juga. Dukungan moral adalah landasan proses 
  pengutusan. Dukungan moral bisa seperti sorakan, "Selamat jalan!", 
  "Bon voyage!" Dukungan yang berasal dari mereka yang melayani 
  sebagai pengutus (sender), untuk mendukung para misionaris yang akan 
  berangkat. Para pekerja lintas budaya dapat merasakan dukungan Anda 
  melalui sikap yang Anda perlihatkan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Melayani sebagai Pengutus: Kiat Jitu Mendukung
              Misionaris Profesional
  Judul asli buku: Serving as Sender 
  Judul asli artikel: Dukungan Moral
  Penulis: Neal Pirolo
  Penerjemah: Tim Om Indonesia
  Penerbit: OM Indonesia, Jakarta
  Halaman: 19 -- 28

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

Living Hope Haiti Christian Mission
==> http://livinghopehaiti.com/
  Haiti dikenal secara luas sebagai negara termiskin di bagian barat
  bumi. Lebih dari 80% populasinya hidup dalam kemiskinan, dan lebih
  dari 70% warga negaranya tidak bekerja. PBB bahkan telah menetapkan
  Haiti sebagai negara terlapar ketiga di dunia, dengan lebih dari 40%
  warga desa yang kekurangan gizi. Atas dasar itulah organisasi ini
  dibangun. Mengusung misi untuk menyaksikan Injil Yesus Kristus
  kepada masyarakat Haiti bagian Utara melalui pendidikan dan layanan
  kesehatan, Living Hope Haiti Christian Mission membangun
  pelayanannya untuk membantu mereka yang kekurangan di Haiti dengan
  mendirikan sekolah, klinik medis, pelatihan pendeta, program
  sponsor, layanan masyarakat, serta sekolah baca tulis untuk orang
  dewasa. Kenali setiap aspek pelayanan yang organisasi ini adakan
  dengan berkunjung ke alamat di atas.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

A Z E R B A I J A N
  Pendeta Hamid yang berusia 52 tahun menggembalakan jemaat Baptis
  berbahasa Georgia di Aliabad, dekat Zakatala, di daerah barat laut
  Azerbaijan. Dia mulai ditahan saat polisi menyerbu rumahnya pada
  tanggal 20 Juni dan ia ditahan sampai 5 November.

  Hamid dituduh memiliki senjata ilegal, yang hukuman penjaranya dapat 
  mencapai 3 tahun bila terbukti bersalah. Proses peradilannya sejak 
  tanggal 22 Juli telah menyalahi banyak aturan, dan penahanannya 
  setelah 21 Oktober adalah ilegal. Hakim memindahkannya dari penjara 
  ke penjara rumah sambil menunggu keputusan selanjutnya. Hal itu 
  disambut bahagia jemaat gereja.

  Hamid bersikeras bahwa tuduhan terhadap dirinya atas kepemilikan
  senjata ilegal adalah palsu. "Polisi datang kembali ke rumah saya
  pada Juni dan meletakkan senjatanya di sana," katanya kepada Forum
  18. "Saya melihat senjata itu untuk pertama kalinya ketika mereka
  mengklaim telah menemukan senjata itu di rumah saya." Dia percaya
  pada akhirnya dia akan dibebaskan. "Firman Tuhan lebih kuat daripada
  sebuah pistol," katanya kepada Forum 18.

  Geraja Baptis di Aliabad sudah lama menghadapi gangguan dari pihak 
  pemerintah setempat, termasuk penolakan untuk menyetujui surat 
  registrasi, razia polisi, penyitaan literatur-literatur Kristen, dan 
  penyangkalan akta kelahiran untuk anak-anak yang diberi orang tuanya 
  nama Kristen. (t/Novi)
  Diterjemahkan dari:
  Nama buletin: Body Life, Edisi Desember 2008, Volume 26, No. 12
  Nama kolom: World Christian Report
  Judul asli artikel: Azerbaijan: Pastor Awaits Trial Under House
                      Arrest
  Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 3
  Pokok doa:
  * Berdoa untuk pendeta Hamid yang sedang menjalani penangguhan
    penahanan, agar Tuhan menguatkan dan melindunginya. Berdoa juga
    agar aparat berwajib setempat tidak bermain curang dengan 
    memutarbalikkan fakta dalam kasus ini, melainkan mereka dapat 
    bekerja dengan adil.
  * Doakan untuk keluarga dan jemaat Pendeta Hamid, agar mereka tetap
    bersehati mendukung dalam doa. Berdoa juga agar Tuhan ikut campur
    tangan menyelesaikan kasus yang sedang terjadi.
  * Berdoa juga untuk keberadaan orang percaya di Azerbaijan, agar
    mereka tetap setia kepada Tuhan meskipun mereka harus menghadapi
    berbagai persoalan dan kesulitan karena iman mereka kepada Kristus
    dalam kehidupan sehari-hari.

A L G E R I A
  Pada 29 Oktober, tiga pemimpin gereja Algeria di Ain Turk, Oran,
  yang naik banding atas vonis tanggal 25 Februari, dinyatakan tidak
  bersalah dan kasus mereka ditutup.

  Vonis yang dikeluarkan adalah 3 tahun penjara dan denda 50.000 dinar 
  (kira-kira 0). Awalnya, mereka dituduh telah "menghina agama lain 
  dan nabinya, dan mengancam mantan orang Kristen yang menentangnya".

  Akhirnya, mereka diberitahu bahwa mereka memiliki hak untuk menuntut
  orang yang telah menuduh mereka tanpa bukti. Namun, mereka telah
  memutuskan untuk memaafkan orang itu dan membalasnya dengan
  kebaikan. Diharapkan, akhir seperti itu akan menetapkan sebuah
  standar bagi orang-orang Kristen lain yang difitnah, yang masih
  menunggu hasil akhir banding mereka. (t/Novi)
  Diterjemahkan dari:
  Nama buletin: Body Life, Edisi Desember 2008, Volume 26, No. 12
  Nama kolom: World Christian Report
  Judul asli artikel: Algeria: Acquitte Christians Forgive Accuser
  Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 3 -- 4
  Pokok doa:
  * Mengucap syukur atas telah dibebaskannya tiga pemimpin gereja di
    Algeria. Kita percaya bahwa Allah yang kita sembah tidak akan
    pernah membiarkan anak-anak-Nya dipermalukan.
  * Mengucap syukur juga karena ketiga pemimpin tersebut tidak
    menyimpan sakit hati kepada mereka yang telah berupaya
    menjebloskan mereka ke penjara, melainkan dapat mengampuni dan
    tetap mengasihi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut.
  * Berdoa untuk setiap orang percaya di sana yang saat ini masih
    menunggu naik banding atas kasus mereka, agar mereka tetap
    berpengharapan kepada Tuhan. Berdoa juga agar mereka dapat
    mengampuni pihak-pihak yang berusaha menghancurkan hidup mereka
    dan tetap menjadikan Yesus sebagai teladan dalam kehidupan mereka.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

           DAMPAK KRISIS TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

  Krisis ekonomi berpotensi memperburuk situasi kesehatan ibu dan 
  anak, terutama terhadap kesehatan dan asupan gizi ibu hamil, ibu 
  menyusui, dan anak balita, di mana kekurangan gizi pada ibu dan anak 
  senantiasa berhubungan dengan gangguan tumbuh kembang anak secara 
  fisik, intelektual, dan sosial, yang dalam jangka panjang 
  memengaruhi kualitas masa depan suatu bangsa. Sebagai contoh, krisis 
  keuangan di Indonesia (1997 -- 1998) menyebabkan meningkatnya angka 
  kematian bayi dan anak balita sebesar 14 persen, anemia anak naik 
  sebesar 50 -- 65 persen, dan 15 -- 19 persen pada ibu hamil. Harga 
  obat dan biaya pelayanan kesehatan melonjak 60 persen, orang sakit 
  naik sampai 14,6 persen, kasus TB naik 14,6 persen, angka putus 
  sekolah menengah naik 11 persen. Kalau Krisis keuangan global 2008 
  tidak diantisipasi, menurut estimasi jurnal kesehatan The Lancet, 
  35;3 persen dari 55 juta anak usia di bawah 5 tahun di Asia Tenggara 
  tumbuh kerdil, angka anemia ibu hamil naik 10 -- 20 persen, dan bayi 
  yang lahir dengan berat badan rendah naik 5 -- 10 persen.

  Sumber: Kompas, Selasa 27 Januari 2009, Halaman 13

  POKOK DOA:

  1. Berdoa bagi para wanita, terutama dari golongan ekonomi menengah
     ke bawah, yang saat ini sedang mengandung atau menyusui anak-anak
     mereka. Biarlah Tuhan senantiasa memberikan perlindungan ekstra
     kepada mereka di tengah kesulitan ekonomi saat ini, agar mereka
     tetap berada dalam kondisi tubuh yang sehat.

  2. Biarlah Tuhan terus menggerakkan tangan-tangan terulur untuk
     membantu ibu dan anak yang saat ini mengalami kondisi gizi buruk
     akibat tidak terpenuhinya asupan pangan dan gizi yang baik bagi
     kesehatan mereka.

  3. Mengucap syukur atas campur tangan pemerintah dengan memberikan
     fasilitas pengobatan gratis kepada korban gizi buruk. Biarlah
     Tuhan terus memberikan hikmat kepada pemerintah agar dapat terus
     mencari strategi untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan
     kepada masyarakat di tengah krisis saat ini.

  4. Doakan juga untuk fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi orang
     yang kurang mampu, agar para pihak pengelola dapat melayani
     dengan baik setiap pasien yang datang untuk berobat, serta tidak
     mempersulit dengan berbagai macam prosedur-prosedur, melainkan
     mengutamakan pelayanan dengan baik.

  5. Biarlah anak-anak Tuhan dapat menjadi perpanjangan tangan Tuhan
     dalam memberikan dukungan dan bantuan nyata bagi penderita gizi
     buruk. Kiranya hal ini dapat menjadi kesaksian yang hidup bagi
     mereka yang belum mengenal Kristus.

______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2009 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA: http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org