Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2008/38

e-JEMMi edisi No. 38 Vol. 11/2008 (16-9-2008)

Pelayanan Terhadap Gelandangan

 

September 2008, Vol.11 No.38
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI: Pelayanan Terhadap Gelandangan
SUMBER MISI: Franklin Circle Christian Church
DOA BAGI MISI DUNIA: Jepang, Amerika Serikat
DOA BAGI INDONESIA: Berdoa bagi Gereja-Gereja Teraniaya

______________________________________________________________________

  IF WE COULD EARN OUR SALVATION 
                          CHRIST WOULD NEVER HAVE DIED TO PROVIDE IT
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Pernahkah Anda melakukan sesuatu yang baik dan positif bagi 
  gelandangan yang Anda jumpai di jalan-jalan? Gelandangan adalah 
  bagian dari misi Allah saat datang ke dunia, yaitu untuk mengasihi 
  dan menyelamatkan mereka. Nah, karena itu jangan lagi kita selalu 
  berpikir buruk dan negatif terhadap para gelandangan. Marilah kita 
  ikuti teladan Kristus yang tidak pernah memandang manusia 
  ciptaan-Nya dengan rendah, bahkan ia begitu peduli dan mengasihi 
  mereka terlepas dari bagaimana keadaan mereka. 
    
  e-JEMMi edisi 38 secara khusus membahas topik seputar para 
  gelandangan serta apa yang dapat kita lakukan untuk menolong dan 
  membantu mereka menemukan kasih sejati di dalam Kristus. 
  
  Selamat menyimak. Tuhan Yesus Memberkati. 

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                   PELAYANAN TERHADAP GELANDANGAN

  Anda sedang menyusuri jalan ketika tiba-tiba seseorang menghampiri 
  Anda dan meminta uang untuk membeli tiket bis ke kota di mana 
  katanya ia tinggal atau kerabat yang akan menolongnya tinggal. 
  Bagaimana Anda menanggapinya? 
  
  Saya mengadakan penelitian informal kecil-kecilan, dan menanyai 
  teman-teman saya apa yang mereka pikirkan pada saat seperti itu:
  
  "Kasihan dia."
  
  "Hei, dia lebih membutuhkan daripada aku."
  
  "Hatiku akan berkata, `Beri dia uang,` tapi kepalaku akan berkata, 
  `Jangan bodoh.`"
  
  "Minggu ini aku sudah mengeluarkan sepuluh ribu rupiah untuk hal-hal 
  seperti ini. Masalah ini mulai memengaruhi keuanganku."
  
  "Aku sudah melakukan kebaikan dengan cara yang berbeda. Aku bekerja 
  di tempat pelayanan, membantu badan sosial, dan membayar pajak."
  
  Dunia gelandangan memang membingungkan. Bukan hanya para profesional 
  dan sukarelawan yang terlibat dengan gelandangan yang bergulat 
  dengan pertanyaan sulit seperti itu, rata-rata orang yang dihampiri 
  di stasiun, terminal bis, atau saat berjalan menyusuri jalan dan 
  sibuk memikirkan kepentingannya sendiri, juga bergumul dengan 
  pertanyaan yang sama.

  Kita bisa membuat perbedaan kecil dalam kehidupan para gelandangan 
  saat meresponi mereka daripada mengabaikan atau menolak mereka. 
  Cobalah mengatakan satu kata yang positif. Ingatlah, mereka sendiri 
  tidak lagi memiliki rasa percaya diri. Apapun yang kita katakan atau 
  lakukan, yang memberikan sedikit saja harga diri, akan membawa 
  dampak kebaikan.

  Aktor Danny Aiello tidak pernah melewati seseorang di jalan tanpa 
  memberi sesuatu. Jika dia tidak memunyai uang, minimal dia akan 
  mengucapkan sepatah dua patah kata. Dia tidak pernah memaki mereka 
  atau berkata sinis, "Bekerjalah."

  Setiap hari, seorang gelandangan yang buta mengenali Aiello dari 
  losion cukurnya. Dia berkata "hai, Danny" dan "terima kasih". Ia tak 
  pernah mendengar denting uang koin menghantam piringnya karena Danny 
  selalu memberinya uang kertas.

  Phyllis Cohen masih ingat pada seorang wanita gelandangan yang dia 
  temui di Stasiun Penn, New York. Dia memberi uang satu dolar kepada 
  wanita itu dan bertanya kepadanya di mana pintu keluar ke pasar 
  swalayan terdekat.

  "Wajahnya berseri-seri bagaikan sosok mayat yang hidup kembali," 
  jelas Cohen. "Dia memberi petunjuk yang sangat rinci kepadaku dan 
  berjalan bersamaku untuk memastikan aku tidak akan tersesat, sambil 
  asyik bercakap-cakap di sepanjang jalan. Sepertinya, dengan 
  menanyakan sesuatu kepadanya dan menganggapnya memiliki sesuatu yang 
  berharga untuk dibagikan, aku memvalidasi dan menghidupkan kembali 
  sosok pribadinya yang kuat."
  
  Nah, apa yang bisa Anda lakukan untuk menolong orang-orang 
  gelandangan?

  1. Menyumbangkan Uang
     Salah satu cara langsung untuk membantu gelandangan adalah dengan 
     menyumbangkan uang. 
     * Menyumbang ke organisasi, gereja, atau yayasan sosial yang 
       membantu geladangan. Lakukan hal ini saat Anda mengadakan 
       peringatan kematian anggota keluarga atau teman.
     * Jika Anda mengundang tamu dalam perayaan ulang tahun atau hari 
       jadi, sarankanlah kepada mereka untuk memberikan sumbangan 
       kepada lembaga yang menangani gelandangan atau orang yang 
       kelaparan daripada membawa kado untuk Anda.
     * Pilih satu badan amal dan berikan sumbangan secara rutin atau
       setiap tahun sekali.
     * Berikan sumbangan Anda untuk gerakan/kampanye tahunan 
       (gerakan/kampanye makanan lokal, dan lain-lain).
     * Mendukung program-program di lingkungan Anda untuk membantu 
       para gelandangan (tempat tinggal, dapur umum, perumahan, 
       pelayanan konsultasi, dan lain-lain).
   
     Suatu hari, Teddy Gross, seorang penulis drama yang tinggal di 
     Upper West Side, Manhattan, sedang berlari di Riverside Park dan 
     memandangi semua gedung. "Aku rasa di gedung-gedung itu ada 
     banyak uang koin yang menganggur," katanya. Jadi dia mulai 
     mendatangi tetangga-tetangganya dan bertanya kepada mereka 
     apakah mereka mau memberikan uang koin yang mereka miliki untuk 
     membantu para gelandangan. Saat dia telah selesai mendatangi 
     semua tetangga yang tinggal di lantai yang sama dengannya, dia 
     memeroleh beberapa ratus dolar. Saat dia selesai dengan seluruh 
     lantai di gedung apartemennya dan beberapa temannya juga sudah 
     selesai mengumpulkan uang koin dari gedung apartemen tempat 
     mereka masing-masing tinggal, terkumpullah beberapa ribu dolar.

     Pada tahun pertamanya, inkorporasi Common Cents New York 
     mengorganisir lima gerakan yang diikuti oleh lebih dari empat 
     ratus orang untuk "memanen uang koin" di gedung tempat mereka 
     tinggal. "Hasil panen" tersebut digunakan untuk membiayai 50.000 
     paket makanan yang disediakan oleh dapur umum, kamp musim panas 
     selama tiga minggu bagi 71 anak-anak jalanan, sebuah mobil van 
     untuk tempat tinggal, ratusan selimut, jaket, dan beberapa set 
     pakaian dalam yang panjang dan hangat (thermal underwear), serta 
     program rekreasi di rumah penampungan. Setiap koin yang 
     terkumpul adalah untuk para gelandangan. Tidak satu koin pun 
     digunakan untuk keperluan lain.

  2. Memberikan Barang Bekas yang Dapat Didaur Ulang
     Di tempat-tempat yang ada pendaurulangan, mengumpulkan kaleng 
     dan botol bekas yang dapat didaur ulang adalah satu-satunya 
     pekerjaan yang tersedia bagi para gelandangan. Namun ini 
     merupakan pekerjaan jujur yang memerlukan inisiatif. Anda bisa 
     membantu para gelandangan dengan menyimpan botol, kaleng, dan 
     koran bekas, lalu memberikannya kepada mereka daripada 
     membawanya ke pusat daur ulang atau membuangya.

     Jikalau Anda tinggal di kota besar, Anda bisa menaruh 
     barang-barang tersebut di luar rumah supaya diambil oleh para 
     gelandangan -- atau memberikan sekarung penuh kaleng kepada 
     gelandangan di lingkungan Anda. Di lingkungan yang lebih kecil, 
     Anda bisa membawa barang bekas tersebut ke tempat penampungan 
     lokal.

     Pada tahun 1983, Undang-Undang Daur Ulang Botol (Returnable 
     Container Act) diberlakukan di New York, di mana semua toko 
     diharuskan menerima 240 kaleng dan botol yang bisa didaur ulang 
     setiap harinya dari siapa pun. Setiap kaleng yang dikembalikan 
     akan ditukar dengan sekitar lima ratus rupiah.
     
     Namun, sebagian toko di Manhattan, temasuk A&P, D`Agostino`s, dan 
     Food Emporium, tidak mau menerima 240 kaleng. Apa yang akan 
     dilakukan oleh gelandangan yang mengumpulkan barang bekas jika 
     toko-toko itu tidak mau menerimanya? Mereka tidak mematuhi 
     undang-undang yang berlaku?

     Doug Lasdon, Direktur Eksekutif Legal Action Center for The 
     Homeless, memerhatikan masalah tersebut. Atas nama para 
     gelandangan, Lasdon mengajukan gugatan ke pengadilan. Dia 
     memenangkan kasus itu, melindungi hak-hak para gelandangan untuk 
     mengembalikan kaleng dan botol seperti halnya Anda dan saya. 
     Barang-barang bekas Anda, serta bantuan dari Legal Action Center, 
     dapat memberi harapan lain bagi para gelandangan. 
  
  3. Memberikan Pendapatan dari Penjualan Hasil Karya Anda
     Apapun keahlian atau minat Anda, semuanya bisa menjadi kesempatan 
     untuk menghasilkan karya yang dapat dijual demi kepentingan 
     organisasi-organisasi yang membantu para gelandangan. Ajaklah 
     teman dan kerabat yang memiliki minat yang sama untuk 
     menyumbangkan waktu dan bakat mereka untuk membantu berjualan. 
     Mungkin Anda suka memasak atau barangkali Anda ahli dalam hal 
     jahit-menjahit atau kerajinan kayu.

     Jika Anda tidak memunyai waktu untuk membuat barang kerajinan, 
     cobalah untuk menjual barang yang sudah tidak terpakai lagi di 
     garasi rumah/rumah Anda. Mungkin Anda memiliki aksesoris 
     kecil-kecil, buku, pakaian, dan barang lain yang tidak Anda 
     perlukan lagi. Apapun yang Anda peroleh dari penjualan barang 
     tersebut, sumbangkan ke tempat penampungan atau dapur umum di 
     daerah Anda. Undang teman dan kerabat untuk menyumbangkan 
     barang-barang lama mereka kepada Anda untuk dijual bersama-sama 
     dengan barang-barang Anda.

     Lucinda Yates adalah seorang seniman dari Maine dan perancang 
     aksesoris busana. "Aku mulai membuat `pin berbentuk rumah` untuk 
     mendapat uang dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap 
     tempat penampungan di daerah saya," kata Lucinda. "Aku masih 
     tidak dapat memercayai banyaknya uang yang didapat dari usahaku 
     itu."

     Kini, dia mempekerjakan lebih dari enam puluh orang. Setiap 
     harinya, dia mendapat pesanan rata-rata seribu buah pin porselen 
     berkualitas miliknya yang tiada duanya. Sejak dia memulai 
     usahanya pada tahun 1988, lebih dari 500.000 pin berbentuk rumah 
     telah dijual. 
  
     Lucinda menjual pin-pin tersebut seharga sekitar 50 ribu rupiah 
     per satuannya kepada pembeli yang harus menandatangani kontrak 
     tanda setuju untuk menjual kembali pin tersebut dengan harga 
     90 ribu rupiah dengan keuntungannya diberikan kepada organisasi 
     yang melayani para gelandangan. Dalam waktu hanya setahun, The 
     Interfaith Housing Network of Ambler mendapatkan 14 juta rupiah 
     dari hasil penjualan pin tersebut. 
  
     Pin-pin yang melukiskan rumah-rumah penuh warna itu dijual dalam 
     berbagai ukuran, dari yang sekecil paku sampai yang berukuran 3 
     inci kali 3 inci. Pin tersebut sangat memasyarakat. Ketika 
     seorang sukarelawan mengenakannya, orang akan bertanya tentang 
     pin itu dan tidak jarang mereka menawarkan diri untuk ikut 
     menjualkannya. 
    
  4. Memberi Pakaian Pantas Pakai
     Suatu saat ketika Anda bersih-bersih rumah, perhatikanlah pakaian 
     yang tidak lagi Anda pakai. Jika pakaian-pakaian tersebut masih 
     bagus, kumpulkan dan sumbangkan semuanya ke organisasi yang 
     menyediakan tempat tinggal bagi para gelandangan. Sebagian besar 
     tempat penampungan memerlukan banyak pakaian untuk dipakai.

     Siapa pun dapat memberikan pakaian; anggota kelompok masyarakat, 
     jemaat gereja, anak-anak TK, dan orang dewasa. Banyak dari kita 
     memiliki lemari pakaian yang perlu dibersihkan. Baju baru, 
     khususnya kaus kaki dan pakaian dalam, juga dapat dijual atau
     disumbangkan ke tempat penampungan. Lagipula, memiliki sesuatu 
     yang baru untuk dikenakan dapat meningkatkan harga diri.

     Contoh lain, akhir musim dingin ini di New York, ada gerakan 
     untuk mengumpulkan baju hangat bagi para gelandangan. Dan selama 
     bertahun-tahun, seorang pengusaha mengadakan acara "One 
     Glove/Satu Kaus Tangan" -- di mana para sukarelawan menjodohkan 
     kaus tangan menjadi sepasang dan membagikannya kepada para 
     gelandangan.

     Organisasi Dayspring menyediakan tempat penampungan darurat 
     selama 24 jam nonstop untuk 60 orang setiap malam di 
     Indianapolis, Indiana, bersamaaan dengan jasa layanan yang 
     dimaksudkan untuk membantu gelandangan memeroleh pekerjaan dan 
     tempat tinggal yang permanen.

     Terkumpul pakaian sebanyak tiga meja tiap harinya, dikelompokkan 
     berdasarkan ukuran dan jenis kelaminnya. Para gelandangan di 
     tempat penampungan diperbolehkan mengambil apapun yang mereka 
     butuhkan. Sedangkan orang lain di lingkungan sekitar yang 
     membutuhkan juga diperbolehkan mengambil secara gratis 
     barang-barang yang mereka perlukan.

     Kadangkala, Dayspring mendengar ada anak-anak yang tidak memiliki 
     pakaian hangat untuk dipakai ke sekolah. Dayspring akan mencari 
     tahu siapa mereka dan mengundang mereka untuk mengambil apa yang 
     mereka perlukan. Apa yang tidak Anda butuhkan, bisa jadi sangat 
     dibutuhkan oleh orang lain. 
   
  5. Membagikan Kantong Plastik Berisi Bahan Makanan
     
     Selama liburan, beberapa gereja mungkin membagi-bagi makanan 
     untuk orang-orang miskin. Isilah plastik Anda dengan makanan
     yang tahan lama, seperti makanan kaleng, untuk disumbangkan. 
     Ajaklah tetangga dan teman Anda untuk turut serta.

     Jika gereja Anda tidak memiliki program bagi-bagi makanan, 
     cobalah mengadakannya. Hubungi pengurus dapur umum, tempat 
     penampungan, dan para gelandangan di lingkungan Anda. Tanyakanlah 
     kepada mereka jenis makanan apa yang mereka perlukan. Umumkan 
     kegiatan tersebut kepada jemaat atau masyarakat di sekitar Anda 
     dan ajaklah beberapa sukarelawan untuk membantu Anda mengumpulkan 
     makanan dan menyerahkannya ke lembaga sosial yang Anda pilih.

     Sebuah gereja di Birmingham, Alabama, meminta setiap jemaat untuk 
     membawa sekeranjang sayur saat mengikuti ibadah Paskah. Mereka 
     pun mengisi enam mobil van dan menyuplai dapur umum lokal (yang 
     persediaan bahan makanannya sudah habis) dengan cadangan bahan 
     makanan yang cukup untuk bulan berikutnya.

     Banyak gereja meletakkan keranjang di lobi di luar tempat ibadah 
     supaya jemaat bisa menaruh makanan untuk orang-orang lapar 
     setiap hari sepanjang tahun. Para gelandangan tidak hanya 
     membutuhkan makanan pada waktu Natal atau Thanksgiving saja. Doa 
     Bapa Kami dengan jelas menyatakan, "Berikan kami pada hari ini 
     makanan kami yang secukupnya ....", 6. Membagikan Mainan
     Orang-orang yang tinggal di tempat penampungan memiliki sedikit 
     sekali barang kebutuhan rumah tangga -- apalagi mainan. Mereka 
     hanya memiliki sedikit uang untuk memenuhi banyaknya kebutuhan 
     mendesak yang harus dipenuhi, misalnya makanan dan pakaian. 
     Jadi, sering kali anak-anak gelandangan ini tidak memiliki 
     mainan apapun, dan jarang bermain.

     Anda dapat menyumbangkan mainan, buku, dan barang lain kepada 
     mereka. Untuk perayaan Natal, ajaklah teman-teman dan kerabat 
     Anda untuk membeli dan membungkus hadiah untuk diberikan kepada 
     anak-anak gelandangan. Sumbangkan kado-kado itu kepada 
     organisasi/program yang menjangkau anak-anak gelandangan.
  
     Dalam salah satu kunjungan saya ke tempat penampungan, saya 
     datang pagi-pagi sekali dan berdiri di luar di tempat parkir 
     sambil mengamati anak-anak memarkir sepeda mereka. Mereka nampak 
     gembira; mereka sedang menikmati hidup. Kemudian saya memberitahu 
     pengelola penampungan betapa anak-anak sangat menyukai sepedanya. 
     Ia tersenyum dan mengatakan bahwa sepeda-sepeda itu diantar ke 
     penampungan kemarin. Seorang wanita menemukan sepeda-sepeda yang 
     sudah tidak digunakan selama bertahun-tahun di lantai bawah 
     rumahnya. Kini sepeda-sepeda itu terpakai lagi dan menyenangkan 
     anak-anak yang perlu bersenang-senang.

  7. Membagikan Sekantong Plastik Alat Rumah Tangga
     Menyediakan rumah penampungan tidak mengakhiri masalah para 
     gelandangan, karena biasanya mereka tidak memunyai uang atau 
     perabotan rumah tangga untuk mengisi rumah mereka, bahkan untuk 
     hal-hal sederhana, seperti peralatan makan, peralatan masak, 
     atau handuk.

     Untuk membantu mereka, Anda bisa membagikan sekantong plastik 
     berisi peralatan sehari-hari, seperti cangkir, teko, periuk, 
     sabun, sampo, sikat gigi, dan lain-lain. Pikirkan barang-barang 
     sederhana apa saja yang ingin Anda isikan di rumah Anda yang 
     baru. Beberapa barang mungkin bisa Anda temukan di sekitar Anda; 
     barang lainnya mungkin bisa Anda dapatkan dari teman-teman Anda. 
     Anda dapat juga mengadakan pendekatan kepada perusahaan lokal, 
     toko, pabrik, atau gereja di sekitar Anda untuk menyumbang 
     sesuatu.

     Untuk mendistribusikan barang-barang tersebut, hubungi badan 
     sosial atau pusat-pusat kerohanian di daerah Anda yang memiliki 
     program untuk membantu gelandangan mendapatkan tempat tinggal. 
     
     Salah satu dari sekelompok karyawan pabrik di St. Louis yang 
     selalu makan siang bersama selama hampir sepuluh tahun di 
     kafetaria perusahaan, beberapa hari sebelum Thanksgiving, 
     mengatakan bahwa karena mereka telah mendapat banyak berkat --
     pekerjaan yang baik, anak-anak manis, mobil atau van, dan 
     kesehatan -- mungkin mereka juga harus membagikan berkat itu 
     kepada orang-orang yang lebih miskin.
  
     Jadi mereka memutuskan untuk mengisi sebuah kantong plastik 
     dengan barang-barang keperluan kamar mandi, permen, dan 
     kelengkapan busana, seperti topi, saputangan, atau kaos kaki. 
     Mereka berjanji membawa sekantong plastik saat makan siang 
     setiap Senin. Setiap minggu, secara bergiliran, mereka akan 
     membawanya ke tempat penampungan.
    
  8. Menyisihkan Biaya Pesta
     Pada tahun 1992, sebuah organisasi bertingkat nasional di Los 
     Angeles mendorong berbagai institusi di sekitarnya untuk 
     menyumbangkan 3% dari pengeluaran perusahaan yang digunakan 
     untuk perayaan khusus mereka; misalnya perayaan tahun baru, 
     dll.. Dari delapan ratus institusi yang berpartisipasi, mereka 
     mampu membagikan 1,5 juta dolar untuk orang-orang lapar dan 
     gelandangan.

     Kita pun bisa melakukan hal yang sama jika kita semua bersedia 
     secara sukarela menyisihkan 3% dari biaya-biaya yang kita 
     keluarkan untuk perayaan-perayaan keluarga, kemudian 
     menyumbangkan uang tersebut untuk para gelandangan. Setiap orang 
     yang menghabiskan 1 juta rupiah untuk mengadakan pesta, 
     sebenarnya bisa menyisakan 30 ribu untuk orang-orang yang 
     membutuhkan. Demikian juga gereja, tidak hanya pada 
     perayaan-perayaan seremonial saja, gereja bisa menyisihkan 3% 
     dari biaya yang dikeluarkan untuk perayaan ulang tahun, Natal dan 
     Tahun Baru, Paskah, dll. untuk usaha menolong sesama.
  
     Saya ingat sepasang suami istri yang akan menyiapkan perayaan 
     empat puluh tahun pernikahan mereka dengan mengundang kerabat 
     sejumlah dua lusin. Mereka mendiskusikan pilihan-pilihan yang 
     mereka punya. Bukannya memilih merayakan di restoran yang mahal, 
     mereka malah memilih merayakannya secara sederhana di rumah 
     sendiri. Lalu mereka menyumbangan uang mereka kepada yayasan 
     sosial.
  
     Pada kesempatan lain, ayah seorang mempelai wanita yang sedang 
     berdiri di samping saya saat kami bersiap melakukan prosesi 
     pernikahan, bertanya, "Ke mana saya harus memberikan 3% uang 
     saya?" tanyanya. Saat saya mendekati mimbar, saya tersadar bahwa 
     jemaat telah belajar mengikuti nasihat Nabi Yesaya: supaya 
     engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke 
     rumahmu orang miskin yang tak punya rumah. (t/Setyo)
     
  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Judul Buku: 54 Ways You Can Help The Homeless 
  Penulis: Rabbi Charles A. Kroloff
  Penerbit: Hugh Lauter Levin Associates, Inc. and Behrman House, 
            Inc., 1993
  Halaman: 19 dan 27 -- 34

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

FRANKLIN CIRCLE CHRISTIAN CHURCH
==>    http://franklincirclechurch.org
  Franklin Circle Christian Church adalah sebuah gereja kota di 
  Cleveland, Ohio, yang berorientasi pada misi. Misi gereja ini adalah 
  berusaha memenuhi kebutuhan rohani dalam keragaman budaya sebuah 
  komunitas, meningkatkan kreativitas, membangkitkan orang-orang dalam 
  sukacita hidup bersama Yesus Kristus, serta memuridkan orang-orang 
  untuk melayani dan memuliakan Allah. Gereja yang telah melalui 
  sejarah panjang sejak tahun 1842 ini berkomitmen untuk menggenapi 
  Amanat Agung dengan mengabarkan Kabar Baik -- memelihara iman, 
  melatih dan mengajar disiplin rohani, memerbarui kehidupan jemaat, 
  dan mengembangkan identitas jemaat. Pemberitaan Injil mereka 
  menitikberatkan pada pelayanan untuk anak-anak, remaja, pemuda, dan 
  keluarga, kemudian menginjili dan membangun jemaat baru. Secara 
  garis besar, kerinduan gereja ini adalah untuk menjadi gereja yang 
  bertumbuh di tengah masyarakat dan kemudian bersama jemaatnya 
  menjadi saksi Kristus di mana pun gereja ini berada. Silakan klik 
  tautan di atas untuk mengenal gereja ini.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

J E P A N G
  Tim Reach Global melakukan pelayanan mereka dengan tiga langkah 
  pendekatan. Langkah pertama adalah "Friendship Center", yang 
  diresmikan bulan Maret 2008; kedua, membuka "Coffee House"; dan 
  ketiga, diharapkan nantinya membuka gereja rumah.
  
  "Coffee & Chat" adalah tempat di mana orang-orang setempat bisa 
  berkumpul dan mempraktikkan bahasa Inggris mereka sambil minum-minum 
  kopi. Ini merupakan usaha menciptakan suasana relasi yang santai 
  tanpa memberikan pesan Injil secara khusus. Tim ini berharap agar 
  mereka dapat menciptakan kesempatan yang alamiah untuk menceritakan 
  harapan yang mereka miliki dalam Kristus.
  
  Ini merupakan kesempatan baik untuk menjalin hubungan, mempelajari, 
  dan memahami rencana Tuhan untuk "Friendship Center". Teruslah 
  berdoa supaya tim ini mengetahui kapan dan bagaimana Allah 
  menghendaki mereka mengerjakan rencana pendirian gereja rumah di 
  sana. 
  
  Tim Jepang akan mulai mengadakan kelompok sel pertama pada bulan 
  September ini. Mereka berdoa, belajar Alkitab untuk lebih mengerti 
  pandangan Alkitab tentang gereja, dan mulai mencari orang-orang 
  yang ingin bergabung dengan menggunakan pendekatan baru ini bagi 
  gereja yang akan dikembangkan nantinya.
  
  Dukunglah perkembangan pelayanan melalui Coffee & Chat dalam doa 
  pada setiap Jumat pertama setiap bulan. Doakanlah orang-orang yang
  akan bekerja di pelayanan Coffee House ini. (t/Setyo)
  Diterjemahkan dari: Mission News Network, Agustus 2008
  Alamat URL: http://www.MNNonline.org/article/11540
  Pokok Doa:
  * Mari satukan hati berdoa bagi tim Reach Global yang sedang 
    melakukan perintisan gereja dan penjangkauan orang-orang Jepang
    yang belum percaya melalui pendekatan baru, Coffee House.
  * Doakan untuk kelompok sel pertama yang diadakan pada bulan 
    September ini. Kiranya melalui belajar Alkitab bersama, mereka
    semakin mengerti rencana Tuhan untuk merintis gereja rumah di 
    sana.

A M E R I K A  S E R I K A T
  Pada tanggal 25 Mei lalu, ribuan siswa SMU dan mahasiswa dari 
  seluruh Amerika Serikat berkumpul di tengah-tengah negara dari pagi 
  sampai sore untuk mengikuti PARADISE, sebuah kebaktian penyembahan 
  khusus tanpa menampilkan kelompok musik, pembicara, atau produk 
  terkenal apapun. Di lapangan terpencil seluas 240 hektar di La 
  Cygne, pinggiran kota sepi, empat puluh mil sebelah barat daya 
  Kansas City, Kansas, para siswa menghabiskan waktu sehari penuh 
  untuk memfokuskan diri menyembah Yesus Kristus dalam pujian, doa, 
  pembacaan Alkitab, dan persekutuan dengan saudara seiman yang lain. 
  Tidak ada kaos, CD, atau makanan yang dijual atau dipromosikan 
  selama kegiatan itu berlangsung. Panitia menjelaskan, "PARADISE 
  bukanlah tentang popularitas, uang, atau maksud-maksud tertentu. 
  PARADISE digelar untuk membawa generasi ini bersama-sama mengalami 
  Tuhan, mengagumi kuasa-Nya, dan membangkitkan bangsa ini untuk 
  kembali kepada-Nya." (t/Setyo)
  Diterjemahkan dari: 
  Judul buletin: Body Life, Edisi Mei 2008, Volume 26, No. 5
  Judul artikel: World Christian Report
  Penerbit: 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena
  Halaman: 3
  Pokok Doa:
  * Mari satukan hati berdoa bagi dampak dari kebaktian penyembahan
    PARADISE yang telah diadakan di Kansas City, kiranya dapat menjadi
    langkah maju kebersatuan umat Tuhan di Amerika.
  * Mohon dukungan doa, supaya ada gerakan terjadi di antara anak-anak 
    muda yang menyembah Tuhan bersama-sama itu sehingga hati mereka 
    dibangunkan untuk mengenal Tuhan secara pribadi dan berani hidup 
    menjalankan panggilan Tuhan.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                  BERDOA BAGI GEREJA-GEREJA TERANIAYA
  
  Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 16 Maret 2008, Gereja 
  Kristen Jawi Wetan, Jawa Timur, didatangi sekitar seratus orang 
  massa agama lain yang meminta agar umat Kristen tidak mengadakan 
  kegiatan ibadah di daerah tersebut. Padahal gereja yang 
  beranggotakan seratus jiwa ini telah ada sejak tahun 1975, yang mana 
  pembangunannya dilakukan dan didukung oleh warga setempat. Seperti 
  banyak kasus serupa lainnya, massa agama lain ini diprovokasi oleh 
  pihak dari luar daerah supaya warga setempat menolak keberadaan 
  gereja di sana.
  
  Meskipun telah dilakukan dialog pada tanggal 19 Maret 2008, namun 
  dalam waktu yang bersamaan, sekelompok agama garis keras lainnya 
  mendatangi gereja, menjebol pintu dan jendela untuk memaksa masuk. 
  Mereka menghancurkan pengeras suara dan mencongkel salib dari 
  belakang mimbar. Mereka mematahkan kursi-kursi kayu dan menumpuknya 
  menjadi satu, lalu melepaskan korden dan menaruhnya di atas tumpukan 
  kursi-kursi itu, menyiramnya dengan bensin, dan menyulutnya dengan 
  api. Api menghanguskan beberapa kursi, tetapi untung tidak melahap 
  habis gedung gereja. Rupanya dialog yang diminta hanyalah 
  akal-akalan agar tindakan anarkis dapat dijalankan dengan lancar. 
  
  Sumber: Buletin Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Edisi Juli-Agustus 
          2008, Hal. 9.  
  
  POKOK DOA:
    
  1. Doakan jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan ini, agar melalui 
     peristiwa yang tidak diharapkan ini, iman mereka tetap tidak 
     goyah, melainkan semakin giat melayani Tuhan.
     
  2. Berdoa untuk aparat setempat agar lebih berani menegakkan 
     keadilan dan memberikan perlindungan kepada warga Kristen 
     setempat untuk mendapatkan kebebasan menjalankan agamanya dengan
     aman dan tenteram.
     
  3. Bawa para provokator yang tidak bertanggung jawab dalam doa agar 
     Tuhan mengubah hati mereka untuk takut akan Tuhan dan melihat 
     karya Tuhan yang nyata dalam kehidupan jemaat yang mereka aniaya.
  
  4. Mengucap syukur untuk bantuan dana yang telah diberikan, termasuk
     melalui KDP (Kasih Dalam Perbuatan). Doakan agar Tuhan Yesus 
     terus memberkati gereja ini dengan berkat rohani yang berlimpah. 
     
  5. Doakan jemaat GKJ Wetan, termasuk anak-anak sekolah minggunya, 
     agar pengenalan mereka akan Tuhan semakin bertumbuh dan mereka
     dapat menjadi saksi-saksi Allah yang hidup, khususnya di 
     lingkungan gereja di mana mereka berdampak.

______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memerbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak 
untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan 
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati, dan Dian Pradana
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2008 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA: http://www.sabda.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org