Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2008/20

e-JEMMi edisi No. 20 Vol. 11/2008 (13-5-2008)

Strategi Penginjilan Lintas Budaya

Mei 2008, Vol.11 No.20
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI 1: Banyak Tantangan untuk Para Pekerja Lintas Budaya
ARTIKEL MISI 2: Absolutisme dan Relativisme
SUMBER MISI: Iranian Christian International (ICI)
DOA BAGI MISI DUNIA: Mauritania, Malaysia
DOA BAGI INDONESIA : Tenaga Kerja Wanita (TKW)
STOP PRESS: Lowongan Pekerjaan Programmer dan Web Programmer

______________________________________________________________________

                          WHEN YOU LOOK OUT,
        IT MAY BE NIGHT BUT WHEN YOU LOOK UP IT`S ALWAYS LIGHT
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Melayani kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan budaya bukanlah
  pekerjaan yang mudah. Banyak pengertian dan pemahaman yang perlu
  diketahui dan dipelajari terlebih dahulu. Bagaimana pun, setiap
  budaya memiliki keunikan yang mungkin tidak kita jumpai di tempat
  biasa kita berada. Oleh karena itu, mereka yang ingin melayani misi
  lintas budaya perlu mengetahui tantangan-tantangan yang ada.

  Dalam e-JEMMi edisi minggu ini, kami menyajikan dua artikel yang
  kami harap dapat menolong kita dan para pekerja misi lintas budaya
  untuk memunyai pemahaman yang lebih jelas tentang apa yang kita
  hadapi. Selamat menyimak sajian ini. Tak lupa, kami berdoa agar Roh
  Kuduslah yang terus memberi pencerahan sehingga pelayanan misi
  lintas budaya bisa semakin terbuka untuk dilakukan bagi umat
  Kristen.

  Tuhan memberkati pelayanan misi lintas budaya.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Novita Yuniarti

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI 1

        BANYAK TANTANGAN UNTUK PARA PEKERJA LINTAS BUDAYA

  Di Indonesia, banyak suku-suku terabaikan membutuhkan para
  pengerja Injil yang dapat memberkati mereka dengan Kabar Baik
  tentang Tuhan Yesus, Juru Selamat dunia. Sayangnya, tidak banyak
  orang yang bersedia mengabarkan Injil dan mendirikan jemaat lintas
  budaya. Mereka yang bersedia pun menghadapi bermacam-macam
  tantangan. Boleh dikatakan, mereka yang melayani suku-suku
  terabaikan umumnya kurang disokong oleh gereja-gereja atau
  organisasi Kristen yang mengutus mereka. Mereka membutuhkan dukungan
  doa, dana, dan persekutuan yang menguatkan jiwa, perasaan, dan
  kerohanian mereka.

  Pelayanan lintas budaya adalah tantangan yang cukup rumit dan berat.
  Pada umumnya, kita kurang mengerti bahwa setiap orang yang melayani
  suku lain harus belajar banyak tentang sifat, bahasa, dan cara hidup
  suku itu. Jika kita bergaul secara biasa dengan menggunakan bahasa
  Indonesia saja, maka banyak orang tidak akan mengerti maksud dan
  tujuan kita. Hal ini dapat diperlihatkan dalam lima pokok berikut.

  1. Bahasa
     Setiap bahasa yang terdapat di Indonesia mengandung ciri-ciri
     yang khas. Jika kita bicara soal rohani kepada seseorang, kita
     harus menguraikannya dengan bahasa yang paling cocok untuk orang
     itu. Jika tidak demikian, ada kemungkinan besar ia tidak akan
     menangkap maksud kita.

  2. Pandangan Hidup
     Pandangan hidup setiap suku terabaikan terdiri dari filsafat dan
     teologi mereka. Jika mereka memunyai pandangan hidup yang berbeda
     dari kita, maka mereka akan sukar untuk menerima Injil. Misalnya,
     jika seseorang memiliki pengertian tentang Tuhan, manusia, dosa,
     keselamatan, dunia gaib, dan sebagainya yang berbeda dari
     pandangan dunia Alkitab, ia tidak akan langsung mengerti Injil.
     Injil memunyai pandangan hidup tersendiri yang harus dijelaskan
     dengan contoh-contoh yang dapat ditangkap oleh orang itu.

  3. Nilai-nilai
     Kita harus mempelajari nilai-nilai yang dihargai oleh suku
     terabaikan itu. Pengertian kita akan nilai-nilai mereka membuka
     banyak peluang untuk Injil. Kita menghormati nilai-nilai mereka
     yang baik dan menguatkan nilai-nilai itu yang sesuai dengan
     pandangan hidup Alkitab.

  4. Kepemimpinan
     Cara kepemimpinan setiap suku juga memunyai ciri khas yang perlu
     diperhatikan oleh kita. Jika kita tidak berusaha memimpin jemaat
     baru dengan cara yang dapat dimengerti dan dihormati oleh mereka,
     maka mereka tidak akan merasa betah. Para penginjil perlu
     mempelajari cara kepemimpinan orang-orang yang mereka layani.

  5. Organisasi sosial
     Sistem organisasi sosial sebuah suku juga penting untuk kita
     pelajari. Misalnya, hampir setiap suku di Indonesia memegang
     sistem bapak/anak buah, tapi cara melaksanakannya cukup
     bervarisasi. Kita harus memerhatikan sistem-sistem sosial,
     seperti sistem kekeluargaan, sistem pendidikan, dan sistem-sistem
     masyarakat yang lain. Jika tidak, kita seolah-olah masih berada
     di luar ruang lingkup kehidupan mereka. Penyesuaian ini tidak
     begitu mudah dilaksanakan oleh seorang penginjil atau gembala
     yang berasal dari suku lain.

  Kesimpulannya

  Tidak heran jika sebagian besar para penginjil dan pendeta yang
  melayani suku-suku terabaikan tidak bertahan lama dalam pelayanan.
  Mereka merasa pusing karena tantangan-tantangan yang besar, kurang
  dibimbing untuk pelayanan yang berat itu, dan kurang didukung oleh
  gereja dan saudara-saudara seiman. Marilah kita memerhatikan para
  pekerja lintas budaya, mendoakan, dan menyokong mereka secara khusus
  agar mereka dikuatkan oleh Tuhan dalam mengemban tugas yang berat
  itu. Jika kita berusaha mengenal dan membantu para penginjil lintas
  budaya, kita juga telah mengambil bagian dalam pengabaran Injil
  kepada orang-orang yang belum pernah mengerti berita tentang Yesus
  Anak Allah.

  Kiriman dari: Roger Dixon

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI 2

                      ABSOLUTISME DAN RELATIVISME

  Relativisme budaya berbeda dengan relativisme etis, dan keduanya itu
  harus dibedakan dengan saksama. Relativisme etis berbicara tentang
  pengabaian prinsip dan tidak adanya rasa tangggung jawab dalam
  pengalaman hidup seseorang. Sebaliknya, relativisme budaya
  berbicara mengenai pegangan yang teguh pada prinsip, pengembangan
  prinsip tersebut, dan tanggung jawab penuh dalam kehidupan dan
  pengalaman seseorang.

  Relativisme budaya mengizinkan anggota masyarakat untuk mengalami
  hal-hal yang mutlak dan mengetahui makna hidup mereka sesungguhnya.
  Masalah pencurian di Amerika Tengah yang multibudaya, misalnya,
  setiap orang di sana mengerti suatu hal yang mutlak, "Tidak boleh
  mencuri." Setiap orang di sana mengerti, mengiyakan, dan
  mempraktikkan hal-hal yang mutlak dalam aturan dan norma masyarakat,
  memenuhi tanggung jawabnya sebagai individu maupun anggota
  masyarakat. Tak seorang pun melanggar apa yang sudah mutlak dalam
  menyesuaikan diri dan hidup berdampingan dengan orang lain. Dengan
  sendirinya, konflik norma terselesaikan dengan mudah melalui saling
  pengertian. Penyelesaian konflik pun dijaga melalui pengadaptasian
  yang arif oleh masyarakat. Kekacauan justru timbul dalam masyarakat
  berbudaya tunggal karena adanya keterhubungan antara relativisme
  budaya dan relativisme etis.

  Kekacauan juga timbul akibat penggabungan absolutisme alkitabiah
  dan absolutisme budaya. Banyak orang yang memiliki niat baik dalam
  ranah budaya tunggal yang menganggap bahwa cara mereka bertindak
  bukan hanya cara yang Tuhan kehendaki untuk mereka lakukan, tapi
  juga untuk orang-orang dari budaya lain lakukan. Mereka merasa
  tindakan mereka menyenangkan hati Tuhan. Jika tindakan mereka
  ternyata tidak menyenangkan-Nya, mereka akan mengubahnya sehingga
  apa yang mereka lakukan menyenangkan Tuhan. Jika pada faktanya ada
  hal-hal alkitabiah yang mutlak, hal-hal itu harus diwujudkan dalam
  pikiran, perkataan, dan tindakan orang Kristen. Oleh karena itu,
  dalam pikiran mereka, absolutisme membentang dari kemutlakan Tuhan
  sampai ekspresi manusia atas kemutlakan tersebut dalam ranah
  budaya. Variasi lain dari pola pemikiran tersebut dalam nuansa
  sosial budaya akan berujung pada pengabaian hal-hal yang mutlak.
  Jadi absolutisme alkitabiah bercampur selamanya dengan absolutisme
  budaya. Orang yang tidak mendukung absolutisme seperti itu pasti
  dianggap sebagai relativis dan tidak percaya terhadap hal-hal yang
  mutlak dalam hal apa pun.

  Ada empat kombinasi dari kedua istilah itu. Alkitabiah/budaya dan
  absolutisme/relativisme menghasilkan keempat kombinasi berikut:

  1. Absolutisme alkitabiah dan absolutisme budaya.
  2. Absolutisme alkitabiah dan relativisme budaya.
  3. Relativisme alkitabiah dan absolutisme budaya.
  4. Relativisme alkitabiah dan relativisme budaya.

  Dilihat dari sejarah, kombinasi nomor tiga bukanlah kombinasi yang
  diperhatikan oleh gereja. Jika seseorang tidak mengiyakan kombinasi
  nomor satu, maka secara otomatis dapat diasumsikan bahwa ia
  meninggalkan semua kemutlakan dan mendukung relativisme alkitabiah
  dan relativisme budaya. Para profesional berpegang pada kombinasi
  nomor empat, namun kesalahan itu bukan dikarenakan profesi mereka,
  melainkan dikarenakan keprofesionalitasan mereka. Seorang
  profesional yang tidak nyaman dengan relativisme alkitabiah dan
  budaya tidak perlu berpegang pada kombinasi yang merupakan gabungan
  dari relativisme. Dia bisa memilih kombinasi nomor dua dan membantu
  anggota masyarakat suatu budaya mengenal Allah seutuhnya sebagai
  anggota budaya tersebut tanpa harus menjadi misionaris.

  Absolutisme Alkitabiah dan Relativisme Budaya

  Pendekatan absolutisme alkitabiah dan relativisme budaya menegaskan
  adanya gangguan supernatural yang melibatkan tindakan dan ajaran.
  Bahkan seperti Kristus, melalui inkarnasi, menjadi daging dan
  tinggal di antara kita, demikian juga ajaran atau kebenaran menjadi
  terwujud dalam budaya. Bagaimana pun, seperti halnya firman membuat
  daging tidak kehilangan keilahian-Nya, demikian juga ajaran tidak
  kehilangan kebenarannya melalui perwujudannya dalam bentuk sosial
  budaya manusia. Ajaran itu selalu menyeluruh dan utuh sebagai
  kebenaran. Selama ekspresi sosial budaya didekati secara lintas
  budaya, maka hal itu dapat dikatakan sebagai kebenaran juga. Saat
  kebenaran dikawinkan dengan satu perwujudan budaya, potensi adanya
  "kepalsuan" sangat besar. Yang lebih serius lagi, potensi adanya
  kepalsuan dalam budaya yang memakukan kebenaran pada satu perwujudan
  budaya, lebih besar, jika budaya tersebut sedang mengalami proses
  perubahan.

  Sekali lagi, tentang masalah pencurian dalam ranah lintas budaya,
  perintah "tidak boleh mencuri" sebagai suatu moral yang mutlak dan
  kebenaran yang dikomunikasikan dalam budaya, diwujudkan di Amerika
  Utara. Perwujudan itu ada dalam budaya Suku Pocomchi Maya yang
  diberlakukan sama-sama menyeluruh dan utuh dalam hal properti
  pribadi dan umum.

  Empat pertanyaan untuk memastikan keabsahan dari masyarakat yang
  berbeda-beda.

  Pertanyaan yang biasanya muncul adalah norma atau cara hidup mana
  yang benar. Masalah itu diselesaikan dengan lebih dulu mengajukan
  pertanyaan-pertanyaan lintas budaya seperti berikut ini.
  1. Apakah norma itu?
  2. Apakah norma tersebut dipatuhi?
  3. Apakah norma itu memerlukan perubahan?
  4. Siapakah yang bertanggung jawab untuk mengubah norma itu?

  Rata-rata orang yang menjalani hidupnya berdasarkan normanya
  sendiri, mendekati orang lain dari sudut pandang norma yang
  dianutnya. Biasanya ia akan mengawali empat pertanyaan tersebut
  dengan pertanyaan nomor tiga. Karena norma-norma yang dianut orang
  lain dilihat dari sudut pandangnya sendiri, maka norma orang lain
  perlu untuk berubah. Bila norma yang dianut orang lain tampaknya
  perlu diubah, maka orang yang memutuskan perlunya ada perubahan itu
  adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengubahnya. Hal ini
  mungkin terjadi dalam relasi orang tua dengan anaknya, seseorang
  dengan pasangannya, seorang misionaris dengan negara tertentu, dan
  seorang pendeta dengan jemaat. Proses perubahan norma orang lain
  tersebut tergantung sepenuhnya kepada orang yang memutuskan bahwa
  norma itu perlu berubah. Keterlibatan orang lain dalam keputusan
  akhir, tidak diperlukan. Jadi orang tua mengambil keputusan untuk
  anaknya, seorang pasangan mengambil keputusan untuk pasangannya,
  dewan misionaris yang mengambil keputusan untuk negara, fakultas
  yang mengambil keputusan untuk mahasiswa, pendeta yang mengambil
  keputusan untuk jemaatnya. Dalam konteks Kristen, bila seseorang
  yang membuat keputusan memerlukan dukungan, dia hanya boleh mencari
  dukungan dari figur yang dengannya ia telah mengonsultasikan masalah
  yang ada -- Roh Kudus. Dengan demikian, tak seorang pun dapat
  mempertanyakan keputusan akhirnya.

  Orang yang mendekati tindakan, pikiran, atau keyakinan orang lain
  dari sudut pandang lintas budaya atau dwibudaya, akan memulainya
  dengan pertanyaan nomor satu. Dia akan benar-benar berusaha memahami
  sistem di mana tindakan, keyakinan, atau pikiran itu didasarkan dan
  kemudian bertanya apakah masyarakat yang ada memenuhi norma yang
  telah ditetapkan secara bertanggung jawab; artinya, dia akan
  menanyakan pertanyaan nomor dua setelah memahami benar sistem norma
  yang ada. Dia akan menyelidiki arti dari menjalani hidup berdasar
  motivasi. Dia akan memerhatikan apakah yang menjadi hal paling
  penting bagi seseorang -- tindakan yang bertanggung jawab atau
  tindakan yang tak bertanggung jawab. Kemudian dia akan menuju pada
  pertanyaan nomor tiga. Saat agen perubahan (orang yang mengubah)
  menanyakan pertanyaan ini, dia akan melakukannya, bukan dalam bentuk
  normanya sendiri, namun dalam bentuk norma orang lain. Hal ini
  dengan serta merta akan melibatkan orang lain dalam proses
  perubahan. Namun yang lebih penting, pendekatan yang seperti ini
  akan membuka kemungkinan untuk norma sang agen perubahan juga turut
  berubah. Saat norma dari kedua belah pihak berpeluang untuk berubah,
  besar kemungkinan Roh Allah akan masuk dan menuntun salah satu atau
  kedua pihak dalam proses perubahan. Dalam cara yang dinamis, tiga
  oknum ini bertanggung jawab atas perubahan norma; Roh Allah, orang
  yang normanya perlu berubah karena digerakkan oleh Roh, dan orang
  yang mendukung. Jadi, hubungan timbal balik yang sejati berkembang,
  membuka salah satu atau kedua-duanya kepada perubahan norma yang
  efektif.

  Saat agen perubahan yang telah terbuka untuk normanya sendiri atau
  norma orang lain untuk berubah, terus melangkah, dia menemui adanya
  kebutuhan baru untuk dipenuhi. Dia sekarang memerlukan sesuatu yang
  lain dari hanya sekadar perubahan perilaku. Dia merasakan perlu
  adanya beberapa tujuan, standar eksternal.

  Injil-injil, dalam bentuk Alkitab, memberikan standar ini. Orang
  pertama, juga dengan orang lain, yakni orang yang normanya
  memerlukan perubahan dan yang mendukung perubahan itu, bekerja
  bersama Injil dalam bahasa yang mereka berdua bisa pahami dan
  meresponinya sebagai "firman Allah". Bagi orang-orang tertentu di
  Amerika Utara, mereka hanya dan akan selalu meresponi Alkitab versi
  King James. Bagi masyarakat Amerika Utara lainnya, mereka hanya dan
  akan selalu meresponi Alkitab dalam versi beberapa bahasa
  kontemporer, tergantung pada dialek bahasa Inggris mereka. Bagi
  mereka yang beretnik dan berlatar belakang yang berbeda, Alkitab
  yang mereka pakai adalah produk dari program terjemahan yang
  dipimpin oleh perorangan, suatu masyarakat Alkitab, atau oleh
  beberapa organisasi lain, seperti program penerjemahan Wycliffe
  Bible Translators dan Tyndale Living Bible.

  Dalam proses yang dinamis ini, tuntutan perubahan dari tantangan
  lintas budaya dan dalam suatu masyarakat dalam suatu masa, dapat
  teratasi dengan efektif.

  Namun suatu masalah baru mungkin harus dihadapi oleh agen perubahan
  saat proses itu dimulai dan saat proses perubahan yang kooperatif
  dan timbal balik itu berlangsung. Bagaimana jika norma kedua belah
  pihak tidak perlu berubah? Bagaimana jika sebuah norma berubah
  perlahan dalam jangka waktu yang lama? Bagaimana jika norma dari
  orang pertama berubah, namun norma pihak yang lain yang perlu
  berubah, malah tetap? Mungkin ini adalah tantangan terbesar yang
  dihadapi oleh para misionaris atau agen perubahan. Dia datang ke
  suatu komunitas dengan asumsi bahwa norma akan berubah dengan
  masuknya Injil. Namun demikian, bukankah mereka kafir? Hal-hal
  tertentu akan berubah hanya tuntutan kontak lintas budaya, namun
  mungkin ada daerah-daerah yang sulit untuk berubah.

  Banyak faktor yang memengaruhi hal itu. Ada kemungkinan misionaris
  tidak memerhatikan pimpinan Roh Kudus. Terjemahan Alkitab yang
  digunakan untuk menjangkau mereka mungkin tidak mencukupi. Ada
  kemungkinan misionaris telah salah mengartikan latar belakang sosial
  budaya atau Alkitab. Ada kemungkinan pula norma yang dianut
  misionaris harus berubah sebelum tercipta fondasi yang akan
  memunculkan perubahan pada orang lain. Ada kemungkinan juga bahwa
  perubahan sedang terjadi, tetapi dalam tempo yang lambat, jauh lebih
  lambat dari yang diharapkan agen perubahan, atau jauh lebih lambat
  dari apa yang sebenarnya bermanfaat bagi orang-orang yang terlibat.
  Atau bahkan mungkin juga Injil bisa masuk dalam suatu kehidupan
  tanpa diperlukan adanya perubahan -- terlepas dari perubahan rohani.

  Beberapa usaha untuk mengubah suatu norma supaya menjadi sama dengan
  norma lain akan menyebabkan orang yang normanya menjadi pusat
  perhatian, terlempar dalam konflik -- suatu keadaan yang tidak
  kondusif bagi pertumbuhan rohani. Seseorang harus berhati-hati untuk
  tidak menimbulkan konflik sosial yang tidak ada gunanya supaya ia
  tidak bingung pada konflik rohani yang biasanya terjadi dengan
  masuknya berita kebenaran alkitabiah, yakni Injil. Perhatian ekstra
  harus diberikan sehingga setiap kemajuan dalam perubahan, tetap
  sejalan dengan sistem sosial budaya yang berlaku untuk memastikan
  keunikan budaya yang diperlukan dalam pertumbuhan rohani. Akhirnya,
  pendukung yang bekerja sama dengan orang lain bisa maju melalui
  suatu gaya pelayanan yang efektif untuk mendorong kreativitas dalam
  pengalaman hidup masyarakat Kristen. (t/Dian dan Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Christianity Confronts Culture
  Judul asli artikel: Absolutism and Relativism
  Penulis: Marvin K. Mayers
  Penerbit: Zondervan Publishing House, Michigan 1974
  Halaman: 231 -- 237

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

IRANIAN CHRISTIAN INTERNATIONAL (ICI)
===> http://farsinet.com/ici/
  Didirikan pada 1981, Iranian Christian International (ICI) telah
  melayani kira-kira delapan juta warga Iran dan Afganistan yang
  tinggal di luar wilayah negara mereka. Melalui situsnya ini,
  pengunjung diajak untuk melihat pelayanan mereka, di antaranya, ICI
  telah membawa banyak orang Iran dan Afganistan kepada Kristus serta
  menyuburkan pertumbuhan gereja di komunitas Iran dan Afganistan di
  luar negeri. Bekerja sama dengan banyak organisasi misi, gereja, dan
  pelayan Tuhan, ICI melayani orang-orang tersebut, antara lain dengan
  menerbitkan "Mojdeh" (Kabar Baik) -- majalah dua bahasa
  (Persia/Inggris) dan menerbitkan, mencetak ulang, dan
  menditribusikan buku-buku Kristen berbahasa Persia, bahasa Dari, dan
  Inggris untuk keperluan penginjilan, pemuridan, dan pelatihan.
  Selain itu, mereka juga menyediakan konseling dan memantau hak
  orang-orang Kristen yang ada di negara-negara Islam serta
  menyediakan dukungan hukum bagi mereka. Tertarik untuk berlangganan
  majalah mereka? Atau rindu untuk membantu pelayanan mereka? Segera
  saja kunjungi situsnya karena Anda bisa mendapatkan
  informasi-informasi tersebut melalui situs ini.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

M A U R I T A N I A
  Open Doors meminta agar orang-orang Kristen berdoa untuk
  saudara-saudari seiman mereka yang tinggal di Mauritania,
  Afrika Utara. Mauritania menempati posisi ke-24 dalam World Watch
  List 2008, yang merupakan daftar nama-nama negara yang melakukan
  penganiayaan terhadap orang Kristen. Sebelumnya, pada 2007,
  Mauritania berada di urutan ke-32. Kekristenan di sana sangat
  ditentang, baik secara sosial maupun budaya. Mayoritas populasi di
  sana beragama Islam Sunni. Open Doors meminta agar kita berdoa demi
  kesatuan pemercaya baru dan gereja di Mauritania. Doakan agar orang
  Kristen tetap kuat di dalam iman, walaupun ada pertentangan.
  (tNovita)
  Diterjemahkan dari: Mission News, Maret 2008
  Selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10993
  Pokok doa:
  * Doakan agar Tuhan membuka jalan bagi masuknya Injil di negara
    Mauritania.
  * Biarlah Tuhan memberikan kesatuan dan hikmat kepada pemercaya baru
    dan gereja Tuhan di Mauritania sehingga mereka dapat saling
    menopang, menguatkan, serta bekerja sama dalam menyebarkan Kabar
    Baik bagi orang yang belum percaya.
  * Berdoa agar Tuhan melembutkan hati aparat pemerintahan Mauritania
    untuk memberikan kebebasan beragama bagi penduduknya.

M A L A Y S I A
  Meskipun "Allah" adalah kata untuk menyebut "Tuhan" dalam bahasa
  Melayu, akhir-akhir ini pemerintah menyatakan bahwa kata tersebut
  mengacu pada Tuhannya orang Kedar dan hanya bisa digunakan oleh
  orang Kedar.

  Malaysia, sebuah negara dengan jumlah penduduk sekitar 25 juta
  jiwa, kurang lebih 60% penduduknya beragama Islam, 19% Budha, 9%
  Kristen, dan 6% Hindu. Walaupun konstitusi resmi negara tersebut
  memberikan kebebasan beribadah, namun dalam praktiknya hak kaum
  minoritas sering dilanggar. Surat kabar Gereja Katolik di Malaysia,
  The Herald, menggugat pemerintah pada awal Desember 2007 menyusul
  peringatan bahwa izin terbit surat kabar akan dicabut jika surat
  kabar itu tidak berhenti menggunakan kata "Allah" di kolom bahasa
  Melayu dalam surat kabarnya. Gereja Evangelikal Sabah di Kalimantan
  juga mengajukan gugatan hukum setelah gereja tersebut dilarang
  mengimpor buku-buku Kristen dengan kata "Allah" di dalamnya.
  (t/Setyo)
  Diterjemahkan dari:
  Judul buletin: Body Life, Edisi Januari 2008, Volume 26, No. 1
  Judul asli artikel: Christian Challenge Ban on "Allah"
  Halaman: 3 -- 4
  Pokok doa:
  * Doakan agar umat Kristen di Malaysia dapat tetap tenang dan dengan
    kepala dingin meresponi masalah ini tanpa harus saling melukai
    perasaan masing-masing.
  * Penyelesaian istilah "Allah" bagi umat Kristen di Malaysia sedang
    dibicarakan dalam Mahkamah Konstitusi Malaysia dan hasilnya akan
    dikeluarkan pada awal Juni mendatang. Doakan agar pemerintah
    Malaysia dapat mengambil tindakan yang bijaksana guna
    menyelesaikan persoalan yang sedang terjadi.
______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                      TENAGA KERJA WANITA (TKW)

  Tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia yang bekerja di luar negeri
  sering mengalami banyak masalah, baik masalah di antara sesama TKW,
  antara TKW dengan majikannya, sampai masalah antara TKW dengan
  negara tempat mereka bekerja karena tidak adanya dokumen resmi untuk
  bekerja. Sebagian besar TKW tersebut berprofesi sebagai pembantu
  rumah tangga. Namun permasalahan tidak berhenti sampai di situ,
  sering kali mereka mendapat perlakuan kasar dari para majikan, gaji
  yang tidak dibayarkan, bahkan tidak jarang para majikan melakukan
  pelecehan seksual hingga pemerkosaan. Hal-hal semacam ini sungguh
  sangat memprihatinkan. Namun di antara cerita sedih tersebut, ada
  yang memiliki nasib yang lebih baik, tapi hal tersebut hanya
  sebagian kecil dari sekian banyak TKW kita yang bekerja di negeri
  orang.

  Pokok Doa:

  1. Doakan agar pemerintah Indonesia dapat belajar dari pengalaman
     sehingga semakin berhati-hati dalam mengirim TKW ke luar negeri.
     Mereka juga harus membenahi sistem yang ada dan lebih selektif
     lagi untuk menghindari masalah-masalah seperti yang telah
     diuraikan di atas.

  2. Kiranya KBRI di negara-negara tempat TKW bekerja, memberikan
     perhatian dan perlindungan yang pantas bagi para TKW yang sedang
     bekerja di negara-negara itu.

  3. Berdoa juga untuk TKW yang mendapatkan majikan yang kurang baik,
     bahkan kejam. Doakan agar keadaan ini dapat menjadi cara agar
     mereka mencari Tuhan Yesus Kristus, Pelindung dan Penyelamat yang
     sejati.

  4. Doakan agar kesempatan bekerja di luar negeri ini dapat
     memungkinkan para TKW bertemu dengan Tuhan, khususnya bagi TKW
     yang mendapatkan majikan yang cinta Tuhan Yesus.

______________________________________________________________________
STOP PRESS

           LOWONGAN PEKERJAAN PROGRAMMER DAN WEB PROGRAMMER

  Dunia teknologi terus berinovasi ....

  - Pernahkah Anda berpikir, apa peran teknologi bagi Kerajaan Allah?
  - Maukah Anda mengambil bagian dalam misi Allah di era teknologi
    ini?

  Bergabunglah bersama kami!

  Yayasan Lembaga SABDA dibangun atas kerinduan untuk mengambil bagian
  dalam visi misi Allah dengan memakai teknologi komputer dan internet
  untuk menjadi alat bagi pembangunan Kerajaan-Nya di dunia.
  ==> http://www.ylsa.org/

  Yayasan Lembaga SABDA mengajak Anda yang memiliki kualifikasi
  berikut ini untuk bergabung:

  1. Lowongan Programmer/Database Designer:
     a. Tingkat pendidikan tidak dibatasi (Spesialisasi Teknik
        Komputer/Informatika/Matematika).
     b. Menguasai minimal satu bahasa pemprograman modern (C+, C#,
        Scripting, Java, PHP, Python, Perl, Ruby, dll.).
     c. Memiliki kemampuan logika dan matematika.
     d. Menguasai Bahasa Inggris.
     e. Memiliki pengalaman di bidangnya.

  2. Lowongan Web Programmer/Web Designer:
     a. Tingkat pendidikan tidak dibatasi (Spesialisasi Teknik
        Komputer/Informatika/Matematika).
     b. Menguasai HTML, PHP, dan MYSQL (terutama untuk Web
        Programmer).
     c. Memiliki kemampuan desain dan menguasai minimal satu tool
        untuk grafis (khusus untuk web designer).
     d. Diutamakan bagi yang sudah pernah membuat website.

  Kualifikasi umum:
  1. Sudah lahir baru, hidup baru dalam Kristus, dan sudah dibaptis.
  2. Pria atau wanita; diutamakan yang belum menikah.
  3. Mampu bekerja dalam tim dan memiliki kemampuan adaptasi yang
     tinggi.
  4. Dapat bekerja dengan tenggat waktu yang ketat dan memiliki
     ketelitian yang tinggi.
  5. Memunyai semangat tinggi untuk terus belajar dan melayani di
     bidang teknologi informasi.
  6. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk dua
     tahun.

  Bagi yang berminat bergabung, kirimkan surat lamaran resmi dan CV
  lewat e-mail ke: ==> rekrutmen-ylsa(at)sabda.org

  Atau kirim secepatnya lewat pos ke:

                         YLSA/SABDA
                         KOTAK POS 25
                         SLONS 57135

  Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: ylsa(at)sabda.org

______________________________________________________________________

Anda diizinkan mengcopy/memerbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
untuk tujuan komersil dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Staf Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati dan Dian Pradana
Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2008 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi: http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi: http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA: http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog:http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org