Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2007/41

e-JEMMi edisi No. 41 Vol. 10/2007 (9-10-2007)

Misi di Bidang Kesehatan


                                            Oktober 2007, Vol.10 No.41
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI       : Makna Misi Gereja dalam Bidang Kesehatan
SUMBER MISI        : Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
DOA BAGI MISI DUNIA: Papua Nugini, Brasil, Filipina
DOA BAGI INDONESIA : Misi Kesehatan Melalui Gereja-Gereja Lokal

______________________________________________________________________

    THE HIGHEST KIND OF GIVING COMES FROM THE BOTTOM OF THE HEART
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Pelayanan misi sebenarnya adalah pelayanan yang luas sekali.
  Selain mengutus para misionaris ke tempat-tempat yang memerlukan
  penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa suku, pelayanan misi
  juga meliputi banyak bidang lain. Salah satunya adalah bidang
  kesehatan. Pelayanan kesehatan menjadi pelayanan yang melengkapi
  karena untuk memerhatikan kebutuhan rohaninya, biasanya kita
  terlebih dulu dihadapkan pada kebutuhan fisiknya. Dengan demikian,
  Tuhan dapat memakai kesempatan ini untuk memperkenalkan kasih-Nya
  tanpa harus berkhotbah panjang lebar.

  Nah, untuk lebih memahami pelayanan misi dalam bidang kesehatan,
  silakan menyimak sajian Artikel Misi kami minggu ini. Harapan kami,
  Anda akan semakin terbuka untuk berdoa bagi anak-anak Tuhan yang
  bekerja di klinik, puskesmas, atau rumah sakit, terutama agar
  mereka tidak sekadar bekerja menolong sesama, tetapi juga memiliki
  misi bagi Kristus.

  Pimpinan Redaksi e-JEMMi,
  Yulia Oeniyati

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

               MAKNA MISI GEREJA DALAM BIDANG KESEHATAN
               ========================================

  1. Fungsi Bidang Kesehatan dalam Sejarah Pengabaran Injil

  1.1. Bidang kesehatan (dan pendidikan) memunyai fungsi yang sangat
  penting dalam pengabaran Injil sejak dahulu. Bahkan, kebanyakan
  orang memahami "zending" identik dengan pendirian sekolah dan rumah
  sakit Kristen yang diwarisi, pada umumnya, oleh gereja-gereja di
  Indonesia. Dalam kenyataan, berdirinya rumah sakit dan sekolah
  Kristen itu membawa pengaruh yang cukup besar dalam menetralisasi
  pandangan masyarakat yang negatif terhadap agama Kristen sebagai
  agama kolonial Belanda. Memang, kedua bidang itu dapat relatif
  lebih mudah diterima oleh masyarakat daripada penyebaran pamflet
  atau traktat-traktat Kristen. Pendidikan dan kesehatan merupakan
  kebutuhan yang langsung dapat dirasakan bagi kehidupan ini meskipun
  pada permulaan pengabaran Injil di Jawa, sekolah dan rumah sakit
  belum diminati oleh sebagian besar rakyat.

  Kita sering melihat dari sejarah bagaimana para penginjil membujuk
  anak-anak desa supaya pergi ke sekolah sebab anak-anak itu lebih
  suka duduk di punggung kerbau/sapinya daripada duduk diam di kelas.
  Banyak orang tua yang kurang dapat melihat manfaat sekolah pada
  waktu itu. Demikian juga, banyak orang tua yang kurang mengerti
  manfaat rumah sakit sebab tingkat pengetahuannya memang begitu
  rendah. Mereka lebih suka pergi ke dukun atau "orang tua" untuk
  mencari kesembuhan dari penyakitnya. Pengertian mengenai sebab-sebab
  penyakit masih sangat terbatas. Pendapat umum menyatakan bahwa
  penyakit disebabkan oleh pengaruh-pengaruh roh yang menghuni di
  suatu tempat tertentu sehingga penyembuhannya pun dilakukan dengan
  mengusir roh-roh yang disaranai dengan jampi/mantra penolak bala dan
  upacara-upacara. Penyembuhan berdasarkan ilmu kedokteran malah masih
  sering ditakuti. Betapa kita masih ingat pada tahun-tahun lima
  puluhan, orang tua kita masih menggunakan dokter untuk menakuti
  anak-anak yang nakal atau mendiamkan mereka yang menangis.
  (Anak-anak pada umumnya takut disuntik.)

  1.2. Dalam sejarah pengabaran Injil masa lampau, bidang kesehatan
  (dan pendidikan) dipakai sebagai sarana/alat atau tepatnya sarana
  penunjang/alat bantu yang dalam istilah Belanda disebut
  "hulpdienst". Alat bantu ini diharapkan dapat memperkenalkan mereka
  kepada Injil yang kita beritakan. Jadi, fungsinya sebagai
  "aanknopingpunt", yang merupakan jalan masuk bagi pemberitaan Injil
  yang sesungguhnya. Para tenaga medis yang berfungsi sebagai
  pemberita Injil ini disebut "zendeling-arts"; mereka dibedakan
  menjadi "zendeling murni" (zendeling) dan guru-guru di sekolah
  (zendeling-leeraar). Pengabaran Injil yang "murni" dan pokok, yaitu
  pemberitaan firman, disebut "hoofdienst". Dapat disimpulkan bahwa
  baik pendidikan/sekolah, maupun bidang kesehatan/rumah sakit pada
  hakikatnya bertujuan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus yang
  merupakan tujuan dari pengabaran Injil.

  Mencerdaskan dan menyehatkan orang hanyalah sekadar mendekatkan
  orang kepada anugerah Allah. Usaha memersiapkan orang untuk
  menerima anugerah keselamatan, yaitu keselamatan rohani menurut
  pengertian pada waktu itu (pengertian yang pietistis). Penyembuhan
  jasmani berarti merupakan sarana yang memungkinkan menuju kepada
  pembahasan/keselamatan jiwa-jiwa yang dianggap lebih penting.
  Karena itu, sejak semula bidang medis ini dianggap lebih penting.
  Sebelum adanya pemilahan kerja, para pengabar Injil dibekali dengan
  pengetahuan kesehatan, dan menurut catatan sejarah NZV (Nederlansch
  Zendeling Vereeniging), para calon pengabar Injil harus mengikuti
  dua jam kursus kesehatan per minggu. Dalam perkembangannya kemudian,
  hal ini lebih ditingkatkan sehingga calon pengabar Injil itu harus
  mengikuti kursus ilmu kesehatan selama dua tahun di Universitas
  Leiden. Mereka yang sebenarnya bukan dokter ini kemudian dapat
  berpraktik seperti seorang dokter di medan pengabaran Injil. Setelah
  ada pengkhususan tugas, para "zendeling-arts" diperlengkapi dengan
  pengetahuan-pengetahuan teologi dan ilmu pengabaran Injil lainnya.

  1.3. Hal yang sangat positif dalam upaya memanfaatkan bidang
  kesehatan untuk pengabaran Injil pada masa lalu ialah
  diperkenalkannya orang-orang desa kepada sistem kesehatan (dan
  pendidikan) yang lebih rasional dan lebih dapat
  dipertanggungjawabkan. Seperti kita maklumi dalam sejarah, semula
  pemerintah kolonial Belanda kurang memerhatikan kesehatan dan
  pendidikan masyarakat pribumi. Segala kebijakan yang dibuat selalu
  diukur dengan ukuran kepentingan pemerintah dan negerinya, bukan
  untuk kepentingan rakyat pribumi. Sekolah-sekolah pemerintah hanya
  didirikan untuk golongan kelas masyarakat tertentu. Rumah-rumah
  sakit dan poliklinik hanya terdapat di kota-kot, itu saja sangat
  terbatas jumlahnya. Desa-desa (justru pada waktu itu hampir semua
  penduduk di Jawa tinggal di desa-desa, urbanisasi belum dikenal)
  masih jauh dari jangkauan pembangunan. Kesehatan mereka hanya
  terletak dan tergantung di tangan para dukun dan "orang tua" yang
  berilmu. Mereka hidup dalam zaman kebodohan!

  Namun kedatangan para pengabar Injil, bagaimanapun juga, dapat
  dilihat sebagai pembawa secercah cahaya. Sekolah-sekolah dan
  poliklinik/rumah sakit, meskipun dalam keadaan yang sangat
  sederhana, menjangkau mereka. Para pengabar Injil melaksanakan
  pekerjaan-pekerjaan perintisan dan kepeloporan dengan mengisi
  celah-celah yang tidak diperhatikan oleh pemerintah kolonial.
  Meskipun para pengabar Injil itu adalah anak masyarakat penjajah
  (dan dalam banyak hal tidak dapat melepaskan sikap kolonialnya),
  mereka dimotivasi oleh "christelijke barmhartigheid" yang diwujudkan
  dalam tindakan konkret yang pantas kita hargai.

  2. Bidang kesehatan merupakan salah satu bidang di mana gereja
     dapat mewujudkan peran diakonianya.

  Dengan demikian, pelayanan medis merupakan tugas gereja yang harus
  dilakukan untuk semua orang. Pelayanan medis dilaksanakan serentak
  dengan kedua tugas gereja lainnya, yaitu persekutuan dan kesaksian,
  yang dalam praktiknya tidak mungkin ditarik garis yang tegas di
  antara ketiga tugas itu. Perbedaan hanyalah merupakan nuansa-nuansa
  belaka. Ketiganya menunjuk/sebagai tanda kedatangan Kerajaan Allah.

  2.1. Kita memahami bahwa karya penyelamatan Allah di dalam Yesus
  Kristus bersifat komprehensif, artinya menyangkut totalitas
  kehidupan alam termasuk manusia. Juga berarti manusia secara utuh,
  jasmani dan rohani sebagaimana hakikat manusia yang psikosomatis
  seperti yang diberitakan Alkitab (Kej. 2:7). Keduanya tidak
  terpisahkan dan saling memengaruhi. Dalam cerita-cerita Injil yang
  memuat penyembuhan, akan jelas bagi kita bahwa Tuhan Yesus tidak
  hanya menaruh keprihatinan terhadap jiwa-jiwa, tetapi juga
  penderitaan jasmaniah, seperti sakit penyakit. Menurut penelitian,
  arti kata "pembebasan" (keselamatan) dalam Alkitab senantiasa
  dipakai untuk menunjuk kepada pembebasan dari sakit-penyakit atau
  ketakutan terhadap maut atau pembebasan spiritual. Kata "yasya"
  (bahasa Ibrani) juga dapat diartikan sebagai suatu pembebasan dalam
  bidang sosial, politik, dan ekonomi. Dalam Perjanjian Baru dipakai
  kata "thetape uein" (bahasa Yunani) yang berarti penyembuhan (dari
  penyakit) dan pembebasan dari dosa dan maut. Kata lain yang sama
  artinya ialah "sozein" (bahasa Yunani), dipakai dalam pengertian
  penyembuhan (dari penyakit), pembebasan dari ancaman bahaya fisik,
  maupun pembebasan dari cengkeraman dosa, kuasa kejahatan, dan maut.
  Apa yang hendak diungkapkan dengan pemakaian kata-kata tersebut
  ialah bahwa pembebasan yang Allah lakukan menyangkut baik jasmani
  maupun rohani yang merupakan kesatuan/hakikat manusia yang
  psikosomatis itu.

  2.2. Cerita-cerita tentang penyembuhan dalam Alkitab, kita mengerti
  tidak sebagai yang berdiri sendiri, tetapi dalam rangka keseluruhan
  berita Injil, yaitu tentang berita kedatangan Kerajaan Allah di
  dunia ini. Penyembuhan/mujizat bukan merupakan fakta yang terpisah
  dari pemberitaan Kerajaan Allah, melainkan sebagai tanda/petunjuk
  kepada kedatangan-Nya (bnd. Mat. 12:28; Luk. 9:2; Mat. 4:23, 9:35).
  Yesus bukan pembuat mujizat/penyembuh, Ia adalah pemberita
  kedatangan Kerajaan Allah dalam diri-Nya. Ia tidak mengadakan
  kampanye penyembuhan. Kerajaan Allah mesti dicari dan "yang lain"
  baru akan ditambahkan.

  Jikalau Yesus menyembuhkan, Ia tidak hanya prihatin terhadap
  penyakit orang yang bersangkutan, tetapi juga terhadap imannya.
  Sehubungan dengan penyembuhan seorang yang buta sejak lahir (Yoh.
  9:1-41), seorang penafsir menyatakan bahwa yang menentukan untuk
  selama-lamanya nasib orang yang disembuhkan itu bukanlah fakta
  bahwa ia melihat matahari, tetapi bahwa ia melihat Anak Allah dan
  sujud menyembah Dia. Memang demikian bahwa dengan penyembuhan dan
  mujizat, orang dapat terbuka matanya untuk melihat kenyataan
  Kerajaan Allah yang telah datang.

  3. Gereja dan pelayanan medis: sekarang dan yang akan datang.

  Sudah jelas bagi kita bahwa pelayanan medis yang dilakukan gereja
  (persekutuan orang percaya) memunyai arti yang sangat strategis,
  baik pada masa lalu dalam sejarah pengabaran Injil, maupun sekarang
  dan yang akan datang. Penyembuhan/mujizat dan pelayanan medis
  seperti yang kita maksudkan sekarang, harus ditempatkan dalam
  perspektif Kerajaan Allah yang telah, sedang, dan akan datang
  (teologis-eskatologis). Pelayanan medis merupakan pelayanan
  (diakonia) gereja untuk semua orang. Pelayanan Kristen untuk
  kesehatan umum! Dengan mengacu pada pemahaman teologis-eskatologis
  tentang pelayanan medis dan mengantisipasi masa depan, barang kali
  catatan-catatan berikut baik kita pikirkan lebih lanjut.

  3.1. Sistem kesehatan nasional dengan moto "Kesehatan untuk Semua"
  dapat kita artikan sebagai pemerataan pelayanan kesehatan. Maka
  sebenarnya, apa yang telah dilakukan oleh "zending" pada masa lalu
  maupun gereja-gereja, dapat dikatakan sebagai pendahulu dari sistem
  dan moto tersebut. Pemerataan dalam arti menjangkau mereka yang
  sangat membutuhkan bukan merupakan barang asing bagi pekerjaan
  "zending" maupun gereja. Dengan segala keterbatasannya, mereka telah
  melakukannya, dan orang "kecil" telah menikmatinya. Pekerjaan
  perintisan dan kepeloporan sudah merupakan tradisi dalam pekerjaan
  "zending" maupun gereja. Bahkan, semacam sistem rumah sakit rujukan
  juga telah diterapkan oleh rumah sakit Kristen sejak dahulu.
  Sehubungan dengan ini, kita mengenal "polykliniek-Ziekenhuisje
  (hulpziekenhuizen)" dan "hospitaal" seperti yang dilakukan oleh
  "zending Gereformeerde Kerken" yang bekerja di Jawa Tengah maupun
  oleh NZV di Jawa Barat. Posyandu-posyandu yang didirikan pemerintah
  dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan, menurut hemat saya,
  tidak mengurangi usaha peningkatan yang telah dilakukan gereja
  selama ini, yakni dengan mendirikan pos-pos kesehatan di
  tengah-tengah mereka yang sangat membutuhkan, yaitu masyarakat
  pedesaan dan masyarakat kecil.

  3.2. Yayasan-yayasan Kristen yang mendirikan semacam klinik tempat
  praktik dokter bersama (terpadu?) baru akan merupakan pelayanan
  Kristen dalam bidang kesehatan jikalau didasari oleh motif kristiani
  yang sungguh-sungguh diwujudnyatakan dalam cara pengelolaannya.
  Suatu godaan besar di sini adalah motif komersial seperti yang
  mendasari sebagian klinik swasta lainnya. Atau malah juga ikut
  terlibat dalam perebutan pasien dengan "pembajakan" seperti yang
  disinyalamen baru-baru ini? Peralatan yang canggih sebagai hasil
  kemajuan teknologi di bidang kedokteran sebagai umpan/daya tarik
  dalam rangka pembajakan dan perebutan pasien. Jikalau hal ini
  terjadi, sudah jelas merupakan penyelewengan makna peralatan itu
  sendiri.

  3.3. Celah yang masih bisa diisi oleh pelayanan Kristen dalam bidang
  kesehatan adalah pelayanan Keluarga Berencana (KB), baik dalam wujud
  pemberian informasi/motivasi maupun cara/pelaksanaan ber-KB yang
  dapat dipertanggungjawabkan secara iman. Kita, gereja-gereja, telah
  menerima program KB dan mendukung secara positif seperti yang telah
  diputuskan dalam Sidang Raya DGI (sekarang PGI) yang ke-7 di
  Pematang Siantar. Kita dapat memahami bahwa program Keluarga
  Berencana adalah untuk mencapai terwujudnya kesejahteraan dan
  kebahagiaan keluarga pada khususnya dan demikian pula masyarakat
  luas pada umumnya. Dengan terpenuhinya kesejahteraan dan
  kebahagiaan, dapat diartikan kebutuhan-kebutuhan hidup, baik yang
  menyangkut aspek-aspek medis, maupun sosial ekonomis turut terpenuhi
  dengan baik pula.

  3.4. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup
  dalam masyarakat Indonesia modern yang kita cita-citakan, kita
  bertekad melaksanakan pembangunan, termasuk dalam bidang kesehatan.
  Dalam melaksanakan pembangunan tidak ada sikap lain kecuali kita
  menerima jasa dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, sikap
  kita terhadap kemajuan dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan
  teknologi adalah positif dengan dasar pemikiran teologis bahwa semua
  itu merupakan kegiatan manusia sebagai "imago Dei", yaitu makhluk
  yang menjadi gambar Allah (Kej. 1:26-27). Kesegambaran itu kita
  pahami sebagai adanya relasi khusus yang dinamis antara manusia dan
  Allah dalam kerja dan kegiatan sebagai mandataris Allah untuk
  menguasai, memelihara, dan mengusahakan, serta mengembangkan alam
  ciptaan-Nya (Kej. 1:28, 2:5). Berbeda dari binatang, manusia tidak
  hidup ditundukkan/dikuasai oleh kodrat dan alam semata-mata, justru
  sebaliknya, harus menguasai dan mengusahakannya. Manusia dilengkapi
  dengan akal budi, suatu potensi yang istimewa untuk dapat
  diperkembangkan dalam rangka menguasai dan mengusahakan alam demi
  kesejahteraan hidupnya. Kita tidak secara apriori menolak
  hasil-hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.
  Kita menerimanya secara terbuka dan kritis dengan keyakinan bahwa
  semua itu dapat diabadikan kepada Tuhan dan pelayanan bagi sesama
  manusia.

  3.5. Sejalan dengan yang tersebut di atas, ilmu kedokteran tidak
  boleh dilepaskan dari hubungannya dengan karya Tuhan. Sebab jikalau
  dilepaskan, fungsinya, sama dengan ilmu-ilmu yang lain, akan
  merupakan berhala, sebagai ilmu yang didewakan, yang di atasnya
  hidup dan mati manusia ditentukan. Ilmu sebagai kegiatan akal budi
  manusia harus berani mengakui keterbatasannya, tidak dapat
  mengungkapkan dan memecahkan semua persoalan hidup. Banyak hal dalam
  kehidupan ini yang masih merupakan misteri dan meskipun kemajuan
  ilmu pengetahuan dan teknologi sedemikian pesat dan mampu
  mengungkapkan apa yang sebelumnya dikenal sebagai "rahasia alam",
  bagaimanapun selamanya masih tetap ada yang "tersisa" dan masih
  merupakan misteri.

  Tugas gereja dalam pelayanan medis tidak boleh berdiri sendiri
  terlepas dari pelayanan pastoral/pemberitaan firman. Hal yang perlu
  kita sadari ialah bahwa pelayanan medis dari seorang dokter hanya
  merupakan alat di tangan Tuhan dalam rangka pemeliharaan dan
  pemerintahan-Nya atas kehidupan kita, sebab Tuhanlah Sang Penguasa
  mutlak atas kehidupan ini. Gereja dalam pelayanan medisnya haruslah
  merupakan pencerminan dari keprihatinan dan pelayanan Kristus
  terhadap penderitaan manusia. Untuk itu, dituntut dedikasi yang
  tinggi dari para dokter, pelayan-pelayan medis, dan mereka yang
  berkecimpung dalam pelayanan kesehatan pada umumnya. Banyak di
  antara "zendeling-arts" pada masa lalu yang -- karena dimotivasi
  oleh kasih kepada Kristus dan sesama -- melaksanakan tugasnya dengan
  penuh dedikasi sehingga mereka dikenal baik oleh orang Kristen
  maupun bukan sebagai "dokter tulung", yaitu dokter yang senantiasa
  bersedia menolong orang sakit tanpa pamrih apa pun. Mungkinkah jiwa
  semacam ini tetap kita warisi dalam pelayanan medis dalam situasi
  kita sekarang dan yang akan datang di tengah masyarakat yang modern
  dan sekuler yang menganggap materi sebagai yang memiliki nilai
  tertinggi dalam kehidupan? Suatu pergumulan bersama sekarang dalam
  mengantisipasi masa depan memasuki tahun 2000!

  * Pdt. Soetarman, S.P., Th.M., D. Th. adalah Pendeta Gereja Kristen
  Jawa Nehemia di Jakarta dan pengurus Yayasan BPK Gunung Mulia

  Diringkas dari:
  Judul buku: Mulai dari Musa dan Segala Nabi
  Judul bab : Makna Misi Gereja dalam Bidang Kesehatan
  Penulis   : Pdt. Soetarman. S.P., Th.M., D.Th.
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003
  Halaman   : 37 -- 43

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
==>    http://bethesda.jogja.com
  RS Bethesda diresmikan oleh Dr. J. Gerrit Scheurer dengan nama
  PETRONELLA ZIENKENHUIS dan berdiri sejak tanggal 20 Mei 1899. Rumah
  sakit ini telah memberikan dampak yang besar bagi masyarakat sekitar
  Yogyakarta. Hal ini terbukti dari nama yang dulu diberikan oleh
  masyarakat sekitar, yaitu RS TOELOENG/PITULUNGAN karena dalam
  memberikan pelayanannya kepada pasien, rumah sakit ini tidak
  memandang apa dan siapa pasien itu, tetapi mengutamakan pertolongan
  lebih dahulu ("Tolong dulu, urusan belakang"). Setelah berganti nama
  menjadi YOGYAKARTA TJUO BJOIN dan kemudian diganti lagi menjadi
  RUMAH SAKIT PUSAT, akhirnya diputuskan nama yang lebih tepat, yaitu
  Rumah Sakit Bethesda (Kolam Penyembuhan). Alasan penggantian nama
  yang terakhir ini berhubungan erat dengan misinya bahwa rumah sakit
  ini adalah rumah sakit Kristen yang memberikan pelayanan kasih
  sesuai dengan yang diajarkan oleh Kristus. Jika Anda ingin tahu
  lebih jauh tentang layanan rumah sakit ini, silakan berkunjung ke
  alamat situs di atas.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

P A P U A   N U G I N I
  Setelah banyak menutup diri, akhirnya sebuah suku kecil di Papua
  Nugini menerima Kristus. Bertahun-tahun yang lalu, suku Bisorios di
  Wilipa memberitahu para misionaris mengenai tuhan baru yang telah
  datang kepada mereka. Bob Kennel dari New Tribes Mission
  menjelaskan, "Tuhan mereka mengajari mereka bagaimana untuk hidup,
  ia memberi mereka bahasa baru dan berkata, `Jangan dengarkan
  kata-kata orang kulit putih.` Jadi, daerah kecil itu adalah pemuja
  sejati Dewa Dinaiya selama bertahun-tahun, dan menutup diri terhadap
  Injil." Bulan Maret ini, tanpa memedulikan penolakan oleh
  orang-orang di Wilipa, para misionaris dengan susah payah menaiki
  gunung selama tiga hari untuk menjangkau mereka. "Mereka mengajar
  orang-orang di suku itu dan memberitakan Injil. Jumlah mereka tidak
  banyak -- 25 orang -- namun sembilan belas dari mereka menerima
  Yesus," tambahnya lagi.
  Diterjemahkan dari: Mission News, Agustus 2007
  Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10303
  Pokok Doa
  ---------
  * Bersyukur untuk kasih Tuhan bagi suku kecil Bisorios di Wilipa.
    Kiranya kehidupan Kristen mereka dapat terus bertumbuh dan
    berbuah.
  * Berdoalah juga bagi para misionaris yang harus mendaki gunung guna
    memberitakan kasih Kristus dan membawakan bahan-bahan kekristenan
    untuk mereka. Doakan agar semangat mereka tetap menyala-nyala dan
    langkah mereka diikuti oleh banyak orang Kristen lainnya.

B R A S I L
  Setelah dua belas tahun, ada kabar baik dari proyek untuk sebuah
  suku di Brasil yang dijalankan oleh WorldWind International.
  Jarrette dari WordWind mengatakan, "Sebenarnya mereka akan
  menyelesaikan Injil Lukas untuk suku Tembe bulan ini (Agustus
  2007 -- Red.). Itu berarti Injil dalam bentuk cetak akan tersedia
  untuk pertama kalinya bagi suku Tembe. Mereka sangat gembira
  mendengar kabar baik tersebut karena pada akhir tahun, mereka akan
  mencetak seluruh Perjanjian Baru." Penerjemahan Perjanjian Baru itu
  dimaksudkan untuk menjangkau suku Tembe dengan Injil untuk pertama
  kalinya. Jarrette mengatakan bahwa mereka baru saja mencanangkan
  program Operation 22 untuk mencari dana bagi proyek Tembe.
  "Kasarnya, kami butuh  selama 31 bulan untuk satu pasal."
  Kesempatan besar ini tidak akan terbuka dalam waktu yang lama.
  Jarrette mengatakan mereka bersyukur karena ada para dermawan yang
  telah ikut ambil bagian untuk mendanai proyek ini.
  Diterjemahkan dari: Mission Network News, Agustus 2007
  Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10289
  Pokok Doa
  ---------
  * Puji Tuhan! Naikkan syukur untuk proyek penerjemahan kitab-kitab
    PB yang mulai terwujud. Penerjemahan ini jelas akan sangat
    menolong penginjilan bagi suku Tembe. Berdoalah agar Roh Kudus
    bekerja semakin nyata untuk mempertemukan orang-orang suku Tembe
    dengan firman Allah yang telah menjadi daging, yaitu Yesus.
  * Berdoalah pula agar kebutuhan dana bagi pencetakan Alkitab yang
    akan segera dilakukan, dapat terpenuhi.

F I L I P I N A
  Program Books of Hope`s Nomad baru saja kembali dari perjalanan
  selama tiga minggu ke Filipina. Mereka menyalurkan 160.000 Books of
  Hope di sekolah-sekolah dekat Manila sebagai bagian dari rencana
  mereka menyebar 4,7 juta buku untuk negara itu. Matthew mengatakan
  bahwa beberapa golongan masyarakat sangat terbuka. "Guru-guru
  memberi kami kebebasan untuk memberikan pesan keselamatan di
  sekolah-sekolah itu. Kami melihat banyak sekali ruang kelas yang
  semua pelajarnya akan menundukkan kepala mereka dan berdoa pada
  akhir presentasi." Dengan semua buku yang telah dikirimkan, Book of
  Hope berharap akan ada lebih banyak orang yang terlibat dalam
  gereja. "Kami ingin melihat gereja-gereja berkembang dengan semakin
  banyaknya pelajar dan anak-anak muda yang datang kepada Kristus.
  Salah satu keuntungan paling besar dari buku adalah biasanya buku
  tidak hanya dibaca oleh anak-anak, tapi juga oleh kakak dan adik,
  paman dan bibi, dan kerabat yang lain."
  Diterjemahkan dari: Mission Network News, Agustus 2007
  Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10292
  Pokok Doa
  ---------
  * Berdoa agar penyebaran Books of Hope yang menceritakan Kristus dan
    karya penyelamatan Allah bagi manusia yang berdosa itu semakin
    membuat nama Tuhan makin dikenal, khususnya di kalangan para
    pelajar yang telah menerima buku tersebut.
  * Doakan juga agar anak-anak muda yang telah menerima Kristus dapat
    terus hidup dalam pengenalan yang benar akan Tuhan. Melalui hidup
    mereka, kiranya keluarga mereka pun boleh mengenal kasih Kristus.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

               MISI KESEHATAN MELALUI GEREJA-GEREJA LOKAL
               ==========================================

  Tugas panggilan gereja tidak sekadar melakukan ibadah dan 
  penginjilan bagi banyak jiwa, tetapi juga melakukan pelayanan kasih 
  bagi masyarakat di sekitarnya. Wujud pelayanan kasih gereja lewat 
  bidang kesehatan secara nyata dapat menyentuh masyarakat banyak dan 
  bisa menjadi sarana melayani yang strategis. Karena itu, 
  partisipasi gereja-gereja lokal dalam pelayaan kesehatan, misalnya 
  dengan membuka klinik kesehatan perlu mendapat dukungan doa kita 
  agar pelayanan mereka sungguh memberikan kesaksian bagi kemuliaan 
  nama Tuhan.

  Pokok Doa
  ---------

  1. Mari kita berikan dukungan doa bagi gereja-gereja lokal di
     seluruh Indonesia yang saat ini ikut terlibat melayani masyarakat
     melalui bidang kesehatan. Doakan agar pelayanan ini dapat menjadi
     sarana untuk membuka kesempatan memperkenalkan kasih Kristus.

  2. Doakan juga setiap jemaat yang berprofesi sebagai dokter, bidan,
     atau perawat agar mereka pun dapat mengambil bagian dalam
     pelayanan kesehatan di gereja-gereja mereka sehingga mereka dapat
     melayani Tuhan lewat sesama mereka dengan talenta yang
     dipercayakan kepada mereka.

  3. Berikan dukungan untuk kebutuhan pemenuhan sarana obat-obatan,
     fasilitas medis, maupun sarana dan prasarana lainnya dalam
     pelaksanaan pelayanan kesehatan di gereja-gereja lokal. Berdoalah
     agar Allah senantiasa menolong untuk pemenuhan kebutuhan ini.

  4. Berdoa bagi masyarakat setempat, biarlah Roh Allah yang
     senantiasa menggerakkan hati mereka untuk dapat melihat kasih
     Kristus yang terpancar lewat para pelayan-pelayan di gereja
     tersebut.

  5. Doakan agar banyak pihak, termasuk gereja-gereja lokal terbeban
     dan memiliki kerinduan besar untuk terlibat dalam pelayanan
     kesehatan di tempat-tempat yang masih minim sarana kesehatan.

______________________________________________________________________

Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
   (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak
   untuk tujuan komersiil dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan
    yang diambil dan nama e-JEMMi sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
            Staf Redaksi: Yulia Oeniyati dan Dian Pradana
  Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2007 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaski              :                   < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan          :   < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti              : < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan:       < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi        :               http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi                   : http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA                      :               http://ylsa.sabda.org/
Situs SABDA Katalog             :            http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org