Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2007/30

e-JEMMi edisi No. 30 Vol. 10/2007 (24-7-2007)

Misionaris Penerjemah Alkitab

                                               Juli 2007, Vol.10 No.30
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI       : Dicari: Penerjemah Alkitab
                     (Indonesia, Abad ke-17 s.d. Abad ke-20)
SUMBER MISI        : e-MISI (Mengabarkan Injil ke Seluruh Indonesia)
DOA BAGI MISI DUNIA: Amerika Serikat, India
DOA BAGI INDONESIA : Para Penerjemah Alkitab

______________________________________________________________________

   HE WHO RUNS FROM GOD IN THE MORNING IS NOT LIKELY TO MEET HIM THE
                            REST OF THE DAY
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya bila kita tidak bisa
  membaca Alkitab dalam bahasa yang kita pahami? Tentu kita akan
  menghadapi banyak kesulitan. Sebagai bangsa Indonesia, kita patut
  bersyukur kepada Allah karena kita bisa membaca Alkitab dalam bahasa
  yang kita pahami, yaitu bahasa Indonesia. Semua ini tentu karena
  campur tangan Allah yang menggerakkan orang-orang pilihan-Nya untuk
  menerima panggilan menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu --
  bahasa yang digunakan saat itu. Untuk itu, silakan simak artikel
  yang kami sajikan di edisi e-JEMMi minggu ini. Tak lupa kami
  sertakan pula pokok-pokok doa bagi usaha-usaha penerjemahan dan
  pendistribusian Alkitab. Selamat berdoa, Tuhan memberkati.

  Redaksi tamu e-JEMMi,
  Christiana Ratri Yuliani

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                      DICARI: PENERJEMAH ALKITAB
               (Indonesia, Abad ke-17 s.d. Abad ke-20)
               =======================================

  Surat kabar "Javasche Courant" (Koran Java), pada edisi terbitan 10
  Oktober 1860, memuat sebuah iklan yang lain daripada yang lain.
  Iklan itu kira-kira sebagai berikut.

  "DICARI: Seorang penerjemah Alkitab bahasa Melayu."

  Di kota Semarang, ada seorang utusan Injil muda yang sempat membaca
  iklan itu. Ia sangat tertarik. Dengan teliti ia mencatat semua
  syarat yang ditentukan untuk penerjemah yang dicari itu.

  Bagaimana sampai terjadi bahwa ada pihak tertentu yang hendak
  mencari seorang penerjemah Alkitab bahasa Melayu melalui iklan di
  surat kabar?

  Siapakah utusan Injil muda yang berminat terhadap iklan itu?

  Untuk menjawab pertanyaan yang kedua ini, kita harus kembali
  menelusuri sejarah ke masa tiga puluh tahun sebelum tahun 1860,
  yaitu waktu iklan tadi ditulis. Tetapi untuk menjawab pertanyaan
  yang pertama itu, kita pun harus menelusuri kembali sejarah ke masa
  hampir tiga abad sebelum tahun 1860.

  Mudah-mudahan pembaca sudah membaca buku seri "Alkitab di Seluruh
  Dunia" Jilid 1. Buku itu memuat kisah nyata yang menarik tentang
  terjemahan-terjemahan firman Allah yang mula-mula diedarkan di bumi
  Nusantara. Sejak permulaan tahun 1600-an, sudah ada kitab Injil
  Matius dalam bahasa Melayu (atau bahasa Indonesia kuno). Dan sejak
  permulaan tahun 1700-an, sudah ada seluruh Alkitab dalam bahasa
  Melayu.

  Kalau demikian halnya, mengapa perlu memuat iklan tadi?

  Karena bahasa Indonesia itu bahasa yang hidup, bahasa yang terus
  berkembang, sesuai dengan zamannya. Susunan kata yang disesuaikan
  dengan cara berbicara yang lazim di Indonesia pada tahun 1600-an
  atau 1700-an itu pasti tidak sesuai lagi dengan cara berbicara yang
  lazim di Indonesia pada tahun 1800-an.

  Apalagi orang-orang yang turut mengerjakan terjemahan-terjemahan
  dahulu kala itu hampir semuanya orang asing, yang sesungguhnya belum
  menguasai bahasa Melayu secara jitu. Di samping itu, kebanyakan di
  antara mereka hanya suka bergaul dengan kaum ningrat saja. Jadi,
  bahasa Melayu yang biasa mereka gunakan itu adalah bahasa yang
  sangat tinggi, bahasa sastra, bahasa yang hanya dapat dipahami oleh
  kaum cerdik cendekiawan saja.

  Namun, terjemahan seluruh Alkitab dalam bahasa Melayu yang mula-mula
  terbit pada tahun 1729 itu sangat disukai oleh orang banyak, baik
  putra-putri Nusantara, maupun orang-orang Belanda yang sedang
  menjajah mereka. Walaupun memiliki kelemahan, terjemahan hasil karya
  Dr. Melchior Leydekker itu adalah Alkitab yang asli. Padahal yang
  benar ialah Alkitab yang asli itu ditulis dalam bahasa Ibrani dan
  bahasa Yunani, bukan dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia.

  Pernah ada tuduhan bahwa Alkitab Leydekker itu "dijunjung tinggi
  oleh orang Kristen, tetapi jarang dipahami -- merupakan semacam
  penghormatan mekanik, tanpa jiwa atau roh." Pernah juga ada seorang
  penerjemah Alkitab yang menjadi terkenal dalam usahanya untuk
  menyediakan firman Allah dalam bahasa-bahasa daerah; ia pun
  menerbitkan kecaman yang cukup kritis mengenai kekurangan-kekurangan
  yang ada pada terjemahan Leydekker yang amat kuno itu.

  Mudah-mudahan pembaca sudah mengetahui bahwa di mana-mana dan di
  sepanjang abad, umat Baptis selalu menjunjung tinggi firman Allah.
  Jadi, tidaklah mengherankan kalau salah seorang yang mula-mula
  berusaha memperbaiki Alkitab terjemahan Leydekker itu adalah seorang
  Baptis. Dialah Pdt. William Robinson, yang mulai melayani di Jakarta
  pada tahun 1813 dan pindah ke Bengkulu pada tahun 1821. Pdt.
  Robinson menghasilkan terjemahan baru kitab Injil Matius dan Yohanes
  dalam bahasa Melayu rendah, yaitu bahasa Indonesia sehari-hari pada
  masa itu.

  Di Surabaya, ada juga orang-orang Kristen yang bekerja sama sehingga
  pada tahun 1835 mereka dapat menerbitkan seluruh Perjanjian Baru
  dalam terjemahan bahasa Melayu sederhana. Namun, usaha itu dan
  banyak usaha lain lagi yang serupa belum berhasil menggeser
  kedudukan Alkitab Leydekker dari dalam hati kebanyakan orang Kristen
  Indonesia. "Terjemahan baru ini, terlalu rendah bahasanya. Lebih
  baik tetap saja kita memakai terjemahan lama."

  Namun, umat Kristen Indonesia makin lama makin sulit memahami
  terjemahan lama itu! Mungkin pembaca sendiri dapat membayangkan
  betapa sulitnya -- kalau pernah -- membaca sebuah buku yang ditulis
  dua abad yang lalu. Atau mungkin sebaiknya pembaca diberi kesempatan
  langsung, supaya dapat merasakan sendiri apa yang dialami umat
  Kristen Indonesia pada abad yang lalu ketika mereka berusaha
  memahami Alkitab terjemahan Leydekker itu. Silakan baca:

  "Tetapi` aku `ini bersabda pada kamu, bahuwa sasaawrang, jang gusar
  `akan sudaranja laki 2 samena 2, dendanja dehhukumkan `awleh
  mahhkamat: dan barang sijapa, jang kata 2 pada sudaranja laki 2, hej
  djahil! dendanja dehhukumkan `awleh madjlis SJerif: tetapi barang
  sijapa jang kata 2, hej `ahhmakh! dendanja dehhukumkan dalam `apij
  djahanam."

  "Djanganlah kamu berbendakan bagi dirimu benda 2 diatas bumi, dimana
  gigas dan karatan membinasakan, dan di mana `awrang pentjurij
  menggarokh turus, lalu mentjurij. Tetapi hendakhlah berbendakan bagi
  dirimu benda 2 didalam sawrga, dimana bukan gigas, dan bukan karatan
  membinasakan, dan dimana `awrang pentjurij tijada menggarokh turus,
  dan tijada mentjurij. Karena barang dimana `ada bendamu, di sana
  lagi `ada hatimu."

  Mungkin pembaca yang pintar dapat memahami kedua alinea tadi
  sehingga dapat mengenalinya sebagai kutipan dari khotbah Tuhan Yesus
  di Bukit (Matius 5:22, 6:19-21). Namun, siapa pun pasti akan merasa
  dijauhkan dari kebiasaan membaca firman Allah jika hanya dapat
  membaca dalam suatu terjemahan kuno seperti contoh-contoh tadi.

  Berpuluh-puluh tahun lamanya terjadi perselisihan pendapat dan
  penundaan tindakan. Akhirnya pada tahun 1860, Lembaga Alkitab
  Belanda rela mengakui bahwa terjemahan Leydekker itu tidak lagi
  memenuhi syarat. Namun masih ada masalah: Lembaga Alkitab itu tidak
  mengenal seorang sarjana bahasa Melayu yang cocok untuk ditunjuk
  sebagai pelaksana utama dari suatu proyek terjemahan baru. Itu
  sebabnya mereka memuat sebuah iklan di surat kabar "Javasche
  Courant":

  "DICARI: Seorang penerjemah Alkitab bahasa Melayu."

  Iklan itu sangat diminati oleh Hillebrandus Cornelius Klinkert,
  seorang utusan Injil muda yang sedang melayani di kota Semarang.

  Siapa sebenarnya H.C. Klinkert itu? Anehnya, ia itu mula-mula
  dilatih untuk menjadi, bukan seorang pendeta atau seorang penginjil,
  ataupun seorang ahli bahasa dan penerjemah firman Allah, melainkan
  seorang pengukur tanah.

  H.C. Klinkert dilahirkan pada tahun 1829 di Amsterdam, kota
  pelabuhan besar di negeri Belanda. Sebagai anak remaja, ia bekerja
  bukan hanya sebagai pengukur tanah, melainkan juga sebagai karyawan
  pabrik dan juga masinis kapal uap di Sungai Rhein.

  Konon, kapal uap gaya lama itu sering mengalami kecelakaan. Oleh
  karena suatu kecelakaan, seorang masinis muda berkebangsaan Belanda
  terpaksa diopname di kota Worms, Jerman.

  Waktu itu, H.C. Klinkert masih berusia belasan tahun atau
  paling-paling baru mencapai umur dua puluh. Selama itu, ia terpaksa
  berbaring saja di ranjang rumah sakit. Lalu apa saja kiranya yang
  terlintas dalam pikirannya? Para perawat di sana pasti orang Jerman;
  mungkin sekali mereka mengalami kesulitan waktu bercakap-cakap
  dengan pemuda Belanda yang malang dan merasa kesepian itu.

  Ketika Klinkert sudah sembuh dan diizinkan pulang kembali ke
  Belanda, ia pun segera menghubungi seorang pendeta untuk mendapat
  bimbingan rohani. Dan pada tahun 1851, pemuda yang masih kurang
  berpendidikan itu mendaftarkan diri sebagai seorang penginjil yang
  rela diutus ke negeri lain.

  Mula-mula, Klinkert dikirim ke kota Rotterdam, tempat terdapatnya
  sebuah sekolah untuk mempersiapkan para calon utusan Injil. Tetapi
  pada tahun 1855, ia dikeluarkan dari sekolah itu. "Pemuda ini agak
  keras kepala," demikianlah laporan tertulis kepada kepala sekolah.
  "Ia sulit bekerja sama secara rukun dengan para calon utusan Injil
  lainnya. Sebaiknya ia dikirim ke suatu tempat di mana ia dapat
  melayani seorang diri, tanpa perlu menyesuaikan diri dengan rekan
  sekerjanya."

  Pada umur 25 tahun, H.C. Klinkert diutus ke Pulau Jawa. Kapal layar
  yang ditumpanginya itu dilanda badai yang dahsyat pada saat
  mengitari Tajung Pengharapan di ujung selatan benua Afrika. Namun,
  ia tiba di ibu kota Jakarta dengan selamat pada bulan September
  tahun 1856. Kesannya yang pertama mengenai bangsa Indonesia: "Aneh
  dan luar biasa, hampir semua manusia di sini kelihatan berwarna
  coklat dan kebanyakan telanjang." Dan kesannya yang pertama mengenai
  panggilan beribadah dari masjid: "Raungan yang mengerikan."

  Dari Jakarta, Klinkert naik kapal uap ke Semarang. Di sana, ia
  dijemput oleh seorang utusan Injil yang sudah berpengalaman di
  Indonesia. Lalu ia diantar ke rumah orang itu di Jepara.

  Selama dua tahun, Klinkert belajar bahasa Melayu dan bahasa Jawa di
  Japara. Ia juga belajar menyesuaikan diri dengan orang-orang
  setempat. Rupanya, ia berhasil baik dalam pelajarannya itu. Pada
  tahun 1857, ia menikah dengan Louise Wilhelmina Kahle, seorang gadis
  Indo yang hanya dapat berbicara bahasa Melayu dan bahasa Jawa saja!

  Di samping belajar bahasa-bahasa setempat, Klinkert juga berusaha
  mendalami adat-istiadat orang Indonesia. Misalnya, ia suka
  mengumpulkan rempah-rempah agar menjadi pandai mengobati orang sakit
  dengan ramuan tradisional. Namun, ia sendiri sering kena penyakit
  perut dan liver.

  Selama masa sakitnya itu, istrinya dengan setia menemaninya.
  Klinkert senang berguru pada istrinya tercinta. Pernah ia bergurau
  dengan menyebutkan: "sekolah bahasa di bawah kelambu!"

  Ibu Klinkert sering mengeluh kepada suaminya tentang kesulitannya
  membaca Alkitab terjemahan Leydekker. Itulah sebabnya, Klinkert
  mulai mencoba-coba menerjemahkan kitab Injil Matius ke dalam bahasa
  Melayu yang lebih mudah dipahami. Sesudah pindah ke Semarang pada
  tahun 1858, ia mengerahkan dua orang yang pandai berbahasa Melayu
  untuk menolong di dalam proyek penerjemahannya. Pekerjaan itu pun
  menolong dia menyiapkan khotbah-khotbah yang disampaikannya minggu
  demi minggu. Ia suka berkhotbah dalam bahasa Melayu sederhana, yang
  lazim dipakai oleh orang biasa di jalanan dan di pasar kota
  Semarang.

  Sesudah menyelesaikan Injil Matius, Klinkert meneruskan
  terjemahannya dengan Markus, Lukas, dan Yohanes. Bagaimanakah ia
  dapat membiayai pencetakan keempat Kitab Injil terjemahan baru
  itu? Klinkert mendapat akal. Ia mendirikan sebuah surat kabar
  bernama "Selompret Melajoe" (Terompet Melayu). Koran itu laris
  sekali sehingga banyak menghasilkan uang. (Bahkan di kemudian hari
  ternyata surat kabar itu masih terbit lebih panjang daripada masa
  hidup pendirinya! Koran "Terompet Melayu" itu masih tetap
  diterbitkan di kota Semarang sampai tahun 1920.)

  Klinkert cukup sibuk dengan perusahaan surat kabarnya dan persiapan
  terjemahan Kitab Sucinya untuk dicetak. Namun, ia tidak membatasi
  minatnya hanya di kota Semarang dan sekitarnya saja. Ia berniat
  membeli sebuah kapal, agar ia dapat berlayar dari pulau ke pulau
  sambil mengedarkan Alkitab dan mengabarkan Injil. Tetapi rencananya
  itu tidak pernah terwujud.

  Pada suatu hari dalam bulan Oktober tahun 1860, utusan Injil muda
  yang amat giat itu membuka-buka sebuah surat kabar dari percetakan
  lain. Dan di situlah ia membaca iklan Lembaga Alkitab Belanda yang
  sedang mencari seorang penerjemah bahasa Melayu.

  Dengan teliti, Klinkert mencatat syarat-syarat yang telah
  ditentukan: harus ada terjemahan percobaan yang terdiri atas tiga
  pasal dari Perjanjian Lama dan tiga pasal dari Perjanjian Baru.
  Naskah itu harus ditulis dengan huruf Latin dan huruf Arab-Melayu.

  Setelah ia mengirimkan naskah percobaannya itu ke Belanda, Klinkert
  tetap rajin mengerjakan terjemahannya ke dalam bahasa yang biasa
  dipakai di Semarang. Keempat kitab Injil itu sempat diterbitkan pada
  tahun 1861; seluruh Kitab Perjanjian Baru menyusul pada tahun 1863.
  Terjemahan bahasa Melayu rendah itu sangat disukai, lebih-lebih oleh
  jemaat-jemaat orang Indonesia keturunan Tionghoa. (Bahkan Kitab
  Perjanjian Baru dalam bahasa sehari-hari itu terus-menerus dicetak
  ulang sampai tahun 1949!)

  Sementara itu, walau Klinkert sudah berhasil di bidang penerbitan,
  di bidang penginjilan ia merasa sangat dikekang. Maka dari itu, ia
  memutuskan akan pindah ke Cianjur, sebuah kota kecil di daerah Jawa
  Barat. Di sana ia berharap dapat membuka sebuah sekolah, lalu dapat
  memanfaatkan sekolah itu sebagai pembuka jalan untuk memberitakan
  Injil.

  Jadi, pada tahun 1862 Bapak dan Ibu Klinkert beserta kedua anak
  mereka yang masih kecil pindah dari Semarang. Tetapi di Cianjur pun
  kesempatan untuk mengabarkan Injil itu mereka rasakan sangat
  dibatasi. Izin untuk mengusahakan sekolah itu pun tidak
  keluar-keluar.

  Betapa lega hati H.C. Klinkert pada suatu hari dalam bulan Oktober
  tahun 1863! Genap tiga tahun setelah dimuatnya iklan "DICARI" yang
  mula-mula menarik perhatiannya itu, ia menerima kabar dari negeri
  Belanda. Ternyata dialah orang yang terpilih sebagai "penerjemah
  Alkitab bahasa Melayu"!

  Akan tetapi, masih ada syaratnya: Lembaga Alkitab Belanda merasa
  bahwa bahasa Klinkert itu terlalu rendah, juga terlalu banyak
  dipengaruhi oleh logat dari satu daerah tertentu. Ia harus diberi
  kesempatan untuk tinggal selama beberapa tahun di tengah-tengah
  masyarakat yang berbahasa Melayu tulen.

  Di manakah kira-kira sumber bahasa Melayu atau bahasa Indonesia yang
  paling baik? Bukankah di daerah Riau? Itulah sebabnya pada permulaan
  tahun 1864, keluarga Klinkert pindah lagi ke Tanjungpinang, ibu kota
  Provinsi Riau.

  Entah apa sebabnya,  keluarga itu sulit mendapat sebuah tempat
  tinggal yang pantas di Tanjungpinang. Mungkin yang menyulitkan ialah
  Riau itu letaknya dekat Singapura sehingga harga-harga di
  Tanjungpinang pun agak tinggi. Bagaimanapun juga, keluarga Klinkert
  hanya sanggup menyewa sebuah tempat bekas toko pada jalan masuk ke
  daerah Pecinan.

  Toko yang mau tidak mau harus dijadikan tempat tinggal itu sangat
  sederhana -- tidak ada dapur, sumur, atau kakus. Tidak heran mereka
  sekeluarga terkena penyakit! Meja tulis Klinkert harus ditempatkan
  menghadap jendela toko, tanpa kaca atau pelindung lainnya. Sering
  ada banjir, dan naskahnya yang sangat berharga itu harus dicedok
  dari dalam air. Lagi pula, Tanjungpinang itu kota pelabuhan. Setiap
  kali ada kapal perang Belanda berlabuh di sana, para kelasi
  berkeliaran ke sana ke mari sambil menimbulkan huru-hara.

  Walau sangat sulit, masa tinggal di Tanjungpinang itu memang membawa
  untung bagi H.C. Klinkert. Ia sempat berkenalan dengan banyak orang
  yang berbahasa Melayu, dari seorang putra penghulu suku, sampai
  kepada para pelaut Melayu. Pelaut-pelaut itu sering menginap di
  rumah Klinkert sambil menunggu pasang surutnya air laut. Di
  Tanjungpinang, Klinkert sungguh sempat mendalami bahasa Melayu
  tulen, sampai-sampai ia menjadi pandai berpantun.

  Namun, kesehatan keluarga Klinkert masih tetap mengalami gangguan.
  Setelah dua setengah tahun tinggal di daerah Riau, mereka terpaksa
  pindah ke Singapura. Tetapi di situ pun, Ibu Klinkert mulai muntah
  darah. Setelah hanya beberapa bulan saja di Singapura, mereka
  sekeluarga pindah ke Belanda.

  Sementara itu, pada tahun 1868 terbitlah Kitab Injil Matius dalam
  terjemahan Klinkert yang baru. Pada tahun 1870, menyusullah seluruh
  kitab Perjanjian Baru. Tetapi pada tahun yang sama itu, Ibu Louise
  Wihelmina Klinkert tutup usia karena sakit TBC. Ia meninggalkan
  suami dan ketiga anaknya, masing-masing berumur sebelas, delapan,
  dan lima tahun.

  Bagaimana seorang duda dengan tiga anak yang masih kecil itu dapat
  meneruskan pekerjaannya sebagai penerjemah Alkitab? Apakah
  mengherankan bila kurang dari satu tahun setelah istrinya meninggal,
  Klinkert menikah lagi dengan seorang janda yang sudah mempunyai
  seorang putri?

  Jadi, masih tetap ada banyak gejolak dalam kehidupan Klinkert selama
  tinggal di negeri Belanda. Apalagi mereka sering berpindah-pindah
  dari satu kota ke kota lain untuk mencari tempat tinggal yang lebih
  sehat iklimnya dan lebih murah ongkosnya. Namun, di tengah-tengah
  semua kerepotan rumah tangganya itu, H.C. Klinkert masih berjuang
  terus dengan tugasnya sebagai penerjemah firman Allah.

  Pada tahun 1876, Klinkert sudah berhasil mengalihbahasakan
  Perjanjian Lama sampai dengan kitab Nabi Yesaya. Tetapi Lembaga
  Alkitab Belanda belum puas dengan gaya bahasanya. Menurut mereka, ia
  masih perlu bergaul lebih lama lagi dengan orang-orang yang
  berbahasa Melayu tulen. Ia pun perlu memperoleh kritik yang dapat
  meningkatkan kualitas naskah terjemahannya. Itulah sebabnya Lembaga
  Alkitab Belanda memohon supaya Klinkert rela untuk kembali ke Asia
  Tenggara selama dua tahun.

  Bulan Juli 1876, H.C. Klinkert berangkat ke kota kuno Malaka,
  Semananjung Melayu. Kali ini, sama seperti dua puluh tahun
  sebelumnya, ia pergi merantau seorang diri; keluarganya ditinggalkan
  di Belanda.

  Tetapi Klinkert tidak jadi menetap lama di Malaka. Kesehatannya
  mulai terganggu lagi. Ia pindah ke Jakarta, namun di situ pun, ia
  sering sakit.

  Setelah hanya enam bulan saja, jelas bahwa Klinkert tidak tahan
  hidup di daerah tropika. Ia kembali kepada keluarganya dan
  selanjutnya Lembaga Alkitab Belanda tidak berani lagi meminta dia
  pergi ke Nusantara. Walau jauh dari tempat tinggal orang-orang yang
  berbahasa Melayu, namun Klinkert mengerjakan tugasnya dengan tekun.
  Akhirnya, pada tahun 1879 selesailah seluruh Alkitab terjemahan baru
  dalam bahasa Melayu yang sesuai dengan zamannya.

  Sesungguhnya, H.C. Klinkert tidak pernah sempat mengabarkan Injil
  lagi di Nusantara. Di tanah airnya sendiri, ia malah bekerja sebagai
  seorang mahaguru bahasa Melayu sampai wafatnya pada tahun 1913.
  Namun, jasanya besar demi penginjilan di Indonesia: terjemahan hasil
  karyanya itu merupakan Alkitab bahasa Melayu yang paling baik pada
  masanya.

  Alkitab Klinkert itu berkali-kali direvisi. Tentu saja setiap versi
  baru itu, ia sendiri turut menelitinya, walau ia tidak lagi bekerja
  sepenuh waktu di bidang penerjemahan. Bahkan ketika timbul gagasan
  untuk mencetak Alkitab Klinkert dengan huruf Arab, ia pun menulis
  setiap ayat dengan tangannya sendiri, serta menghiasi naskahnya
  dengan gaya yang khas sama seperti kitab-kitab suci lainnya yang
  berhuruf Arab.

  Namun, timbul sebuah pertanyaan: apakah Alkitab Klinkert itu masih
  tetap dibaca hingga kini?

  Jarang, walau bagian Perjanjian Lama hasil karyanya itu
  kadang-kadang masih didapati dalam bentuk terjemahan gabungan yang
  dulu biasa disebut "terjemahan lama."

  Mengapa terjemahan Alkitab Klinkert yang sudah dikerjakan dengan
  susah payah itu umumnya tidak dibaca lagi oleh orang Kristen pada
  masa kini?

  Itu karena bahasa Indonesia adalah bahasa yang hidup, bahasa yang
  terus berkembang sesuai dengan zamannya. Susunan kata yang
  disesuaikan dengan cara berbicara yang lazim di Indonesia pada tahun
  1860-an atau 1870-an itu pasti tidak sesuai lagi dengan cara
  berbicara yang lazim di Indonesia pada tahun 1990-an atau 2000-an.

  Di dalam firman Allah terdapat pernyataan mengenai Raja Daud sebagai
  berikut: "Setelah ia melayani generasinya menurut kehendak Allah, ia
  mati lalu dikuburkan" (Kisah Para Rasul 13:36, Firman Allah yang
  Hidup).

  Hal yang sama juga dapat dikatakan untuk Hillebrandus Cornelius
  Klinkert. Terjemahan Alkitab yang dikerjakannya itu sangat menolong
  orang-orang pada masa hidupnya, bahkan di kemudian hari masih
  berguna selama berpuluh-puluh tahun. Pasti Allah berkehendak supaya
  firman-Nya disusun dengan kata-kata bahasa Melayu yang dulu mudah
  dipahami itu. Tetapi zaman Klinkert sudah berlalu, dan Klinkert
  sendiri sudah lama "mati lalu dikuburkan".

  Itulah sebabnya tidak mustahil jika pada masa kini lembaga Alkitab
  akan sekali lagi memasang iklan seperti ini:

  "DICARI: Penerjemah Alkitab!"

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Nama situs: e-MISI
  Penulis   : Grace W. McGavarn
  Alamat URL: http://misi.sabda.org/dicari_penerjemah_alkitab_indonesia_abad_ke17_sd_abad_ke_20

  Catatan:
  Jika Anda tertarik untuk memiliki buku berseri (4 buku tipis) yang
  mengisahkan pengalaman para penerjemah-penerjemah Alkitab dari
  seluruh dunia, Anda bisa mendapatkannya di toko-toko buku Kristen
  umum. Berikut ini adalah informasi yang Anda perlukan:

  Judul buku: Alkitab di Seluruh Dunia, 12 Kisah Nyata Jilid 1
              Alkitab di Seluruh Dunia, 12 Kisah Nyata Jilid 2
              Alkitab di Seluruh Dunia, 12 Kisah Nyata Jilid 3
              Alkitab di Seluruh Dunia, 12 Kisah Nyata Jilid 4
  Penulis   : Grace W. McGavarn
  Penerbit  : Lembaga Literatur Baptis, 1989

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

e-MISI (MENGABARKAN INJIL KE SELURUH INDONESIA)
==>  http://misi.sabda.org/
  Situs e-MISI yang dibangun dan dikelola oleh Yayasan Lembaga SABDA
  (YLSA, http://ylsa.sabda.org/) adalah situs misi berbahasa Indonesia
  yang terbesar dan terlengkap. Di dalamnya terdapat berbagai bahan
  artikel, kesaksian, buku, informasi lembaga misi, dan berita terkini
  seputar misi. Di situs ini terdapat fasilitas pencarian yang akan
  mempermudah pengunjung menemukan informasi yang dibutuhkan. Jika
  Anda memasukkan kata "penerjemah Alkitab" dalam kotak pencarian,
  Anda akan mendapatkan hasil lebih dari 25 artikel yang berisi
  berbagai informasi seputar penerjemahan atau kisah dari penerjemah
  Alkitab, seperti nama William Cameron Townsend, Marianna Slocum,
  Clarence W. Jones, Gottlob Bruckner, dan masih banyak lagi kisah
  orang-orang yang mengasihi Tuhan yang bertekad dengan gigih
  menerjemahkan Alkitab ke bahasa-bahasa lain agar lebih banyak lagi
  jiwa yang dimenangkan karena mereka mengenal Injil -- Kabar Baik
  Yesus Kristus. Nah, tunggu apa lagi? Segeralah berkunjung dan
  belajar tentang pekerjaan misi dan penerjemahan Alkitab yang sangat
  menyukakan hati Tuhan.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

A M E R I K A  S E R I K A T
  IBS-STL sedang menyusun usaha-usaha mereka untuk membantu
  pendistribusian Alkitab dan literatur di seluruh daerah Amerika
  Selatan. Steve dari IBS-STL baru saja diangkat sebagai Global
  Publisher di organisasi itu. Steve mengatakan bahwa daerah selatan
  merupakan daerah yang strategis karena perubahan di seluruh
  komunitas Kristen. "Tak lama lagi, mungkin sekitar 70% populasi
  penginjilan di dunia akan ada di seluruh daerah selatan, seperti
  Amerika Latin, Afrika, Cina, dan Asia Selatan. Hasilnya, apa yang
  kita lihat adalah meningkatnya kebutuhan Alkitab dan literatur
  Kristen dalam masyarakat di seluruh dunia yang tidak memiliki jalan
  untuk mendapatkannya." Steve mengatakan bahwa meningkatnya jumlah
  Alkitab yang sudah diterjemahkan merupakan prioritas yang utama,
  namun mencetak Alkitab tidak akan menjadi satu-satunya fokus mereka.
  "Beberapa orang akan mengakui bahwa sebanyak 70% orang di daerah
  selatan adalah orang-orang yang buta aksara. Sehingga kami harus
  mulai agresif dalam membuat produk-produk yang dapat digunakan
  secara multimedia supaya firman Allah dapat disebarkan sebagaimana
  mestinya."
  Diterjemahkan dari: Mission News, Juni 2007
  Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10023
  Pokok Doa
  ---------
  * Berdoa untuk lembaga Alkitab di Amerika yang sedang mengusahakan
    peningkatan distribusi Alkitab di Amerika Selatan. Biarlah Tuhan
    menyediakan orang-orang yang terbeban untuk membantu menutup dana
    yang dibutuhkan.
  * Ada kebutuhan yang besar untuk tersedianya Alkitab dalam berbagai
    bentuk media karena banyak penduduk yang masih buta aksara. Doakan
    untuk orang-orang Kristen yang memiliki talenta dalam bidang
    multimedia agar terjun untuk menjawab kebutuhan ini.

I N D I A
  Meskipun Paskah baru dua bulan kita lewati, Book of Hope
  International telah mengumumkan hasil penilaian film "Godman"
  mereka. Film ini pertama kali muncul secara serentak di India
  melalui televisi satelit pada akhir pekan Paskah dalam dua belas
  bahasa yang berbeda. Rob dari Book of Hope International mengatakan
  bahwa apa yang baru saja terjadi merupakan hal yang luar biasa.
  "Sebanyak 12.974.000 keluarga menyaksikan film ini, tetapi pada
  kenyataannya terdapat 50.859.000 orang di seluruh India yang
  menyaksikan cerita tentang Yesus ini." Hal ini telah membuka jalan
  untuk menayangkan film animasi 3D selama Natal," kata Rob, "lebih
  dari satu milyar orang akan menjadi pemirsa film ini. Dan jika kita
  mendapatkan "share" yang sama dari para pemirsanya, kita akan
  melihat ratusan juta orang di India yang mengenal cerita tentang
  Yesus selama Natal ini." Book of Hope masih membutuhkan dana sekitar
  satu juta dolar untuk membayar "airtime". Doakan untuk rencana
  pemutaran film ini pada hari Natal yang akan datang.
  Diterjemahkan dari: Mission News, Juni 2007
  Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/10008
  Pokok Doa
  ---------
  * Berdoa untuk tindak lanjut penayangan film "Godman". Kiranya hidup
    dan pengajaran Kristus ini dapat menjadi Kabar Baik bagi
    masyarakat India.
  * Doakan juga agar penayangan film yang sama pada hari Natal 2007
    dapat terwujud; berdoalah juga agar dana yang dibutuhkan bisa
    terpenuhi tepat waktu.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

                        PARA PENERJEMAH ALKITAB
                        =======================

  Tugas yang diemban seorang penerjemah Alkitab tidaklah ringan.
  Selain tuntutan keahlian, baik dalam penguasaan bahasa, pengenalan
  budaya, maupun ketepatan dan keakuratan pemilihan kata, seorang
  penerjemah Alkitab juga dituntut untuk terus peka mengikuti pimpinan
  Roh Kudus dalam melakukan tugasnya. Saat ini ada banyak utusan Tuhan
  yang sedang menjalankan tugas menerjemahkan Alkitab ke dalam
  bahasa-bahasa suku di Indonesia yang belum memiliki Alkitab dalam
  bahasa mereka. Mari kita dukung mereka dalam doa.

  Pokok Doa
  ---------

  1. Doakan para penerjemah Alkitab di berbagai pelosok Indonesia yang
     sedang melakukan tugas panggilannya. Kiranya Roh Kudus senantiasa
     menerangi hati dan pikiran mereka sehingga dapat melakukan
     tugasnya dengan sebaik-baiknya.

  2. Berikan dukungan doa dan juga dana bagi para penerjemah Alkitab
     agar mereka dapat melakukan tugasnya tanpa diganggu oleh
     beban-beban finansial.

  3. Doakan juga agar Allah memberikan hikmat agar mereka bisa teliti,
     cermat, dan tajam dalam menerjemahkan setiap bagian firman Tuhan.
     Biarlah mereka taat menerima tuntunan Roh Kudus.

  4. Tenaga penerjemah Alkitab di Indonesia masihlah kurang. Kiranya
     panggilan Tuhan kepada anak-anak-Nya yang memiliki kemampuan
     dalam bidang penerjemahan Alkitab ini dapat ditaati sehingga
     lebih banyak orang bekerja di ladang Tuhan yang sangat kekurangan
     pekerja ini.

  5. Berdoalah untuk Anda sendiri. Adakah Tuhan memanggil Anda untuk
     terjun dan terlibat dalam ladang pelayanan-Nya ini?

______________________________________________________________________

Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
   (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: harus
    mencantumkan SUMBER ASLI dari masing-masing bahan dan e-JEMMi
(sebagai penerbit bahan-bahan tersebut dalam bahasa Indonesia). Thanks
______________________________________________________________________
                   Pimpinan Redaksi: Yulia Oeniyati
                Redaksi tamu: Christiana Ratri Yuliani
  Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2007 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Staf e-MISI dan Staf Redaksi:                   < jemmi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan          :   < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti              : < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan:       < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi        :               http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi                   : http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA                      :               http://ylsa.sabda.org/
Situs SABDA Katalog             :            http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org