Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/2007/24

e-JEMMi edisi No. 24 Vol. 10/2007 (12-6-2007)

Anak Yatim Korban Bencana Alam

                                              April 2007, Vol.10 No.24
______________________________  e-JEMMi  _____________________________
                   (Jurnal Elektronik Mingguan Misi)
______________________________________________________________________
SEKILAS ISI

EDITORIAL
ARTIKEL MISI       : Bob Pierce dan World Vision
SUMBER MISI        : The Orphan Grain Train
DOA BAGI MISI DUNIA: AS -- Greenburg, AS -- Missouri
DOA BAGI INDONESIA : Berdoa bagi Anak Yatim (Piatu) Korban Gempa Bumi
                     di Yogyakarta dan Jawa Tengah

______________________________________________________________________

   GOD IS MORE INTERESTED IN YOUR AVAILABILITY THAN IN YOUR ABILITY
______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Shalom,

  Sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk mengasihi sesama kita,
  "... kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Siapa pun
  sesama kita, kita harus mengasihi mereka, apalagi jika mereka adalah
  orang-orang yang membutuhkan bantuan seperti anak-anak yatim piatu
  yang menjadi korban bencana alam. Ada berbagai cara untuk mewujudkan
  kasih kepada mereka, terpanggilkah Anda?

  Pada kesempatan ini, e-JEMMI mengajak Anda untuk berfokus pada
  pelayanan terhadap anak-anak yatim piatu korban bencana alam. Secara
  khusus, silakan simak riwayat seorang pendiri yayasan Kristen, World
  Vision, yang salah satu bentuk pelayanannya adalah menyediakan
  bantuan kemanusiaan untuk korban bencana alam. Kami sediakan juga
  ulasan situs yang dapat menjadi referensi bagi Anda yang tertarik
  untuk terjun dalam pelayanan kemanusiaan.

  Selamat menyimak! Semoga mendapat berkat dan menjadi berkat bagi
  sesama Anda.

  Redaksi tamu e-JEMMi,
  Dian Pradana

______________________________________________________________________
ARTIKEL MISI

                     BOB PIERCE DAN WORLD VISION
                     ===========================

  Bila Ken Strachan berupaya meraih dunia yang hilang melalui strategi
  penginjilan langsung, Bob Pierce memberikan kontribusi dari sudut
  yang berbeda. Dengan meneladani kehidupan Yesus, ia menjalankan
  kegiatan kemanusiaan untuk menyatakan kekristenan yang sesungguhnya.
  Ia berpikir, cara yang paling efektif untuk memberi kesaksian
  tentang Kristus adalah melalui tindakan kasih dan kepedulian yang
  nyata: "Yang harus kita utamakan adalah melayani kebutuhan jasmani
  orang yang membutuhkan, dan setelah itu kita bisa melayani kebutuhan
  (rohani) mereka yang sesungguhnya." Selain Allah sendiri, banyak
  tokoh dalam sejarah yang menunjukkan kepedulian lebih besar terhadap
  penderitaan manusia ketimbang Bob Pierce. "Biarlah hatiku juga
  merasakan kesedihan yang Tuhan rasakan" -- motto yang ditulis dalam
  Alkitabnya ini dengan singkat menjelaskan bagaimana ia memandang
  kehidupan. Ia adalah sahabat seluruh umat manusia.

  Kendati Bob Pierce memiliki beban untuk menjangkau dunia, ia tidak
  mampu mempertahankan ikatan kasih yang paling intim dengan
  keluarganya sendiri. Kasih yang berlimpah ia bagikan kepada
  anak-anak yatim piatu dan tuna wisma serta para korban banjir,
  tetapi hanya secuil yang ia berikan kepada orang-orang yang paling
  membutuhkannya -- istri dan putri-putrinya. Kehidupan publik dan
  pribadinya terpisahkan oleh jurang yang sangat lebar dan hanya
  sedikit orang yang mengetahui bahwa Bob adalah seorang yang
  bermasalah dan lemah. Meskipun begtu, Tuhan memakainya secara luar
  biasa dan kesan yang ia tanamkan kepada dunia tak mudah untuk
  dilupakan.

  Dr. Bob, begitulah ia biasa dipanggil, lahir pada tahun 1914 sebagai
  anak bungsu dari tujuh bersaudara di Fort Dodge, Iowa. Saat ia
  berumur sepuluh tahun, keluarganya pindah ke California. Di sanalah
  ia menghabiskan sisa hidupnya. Lulus dari SMA, ia melanjutkan
  studinya di Pasadena Nazarene College. Di sinilah ia bertemu dengan
  calon istrinya, Lorraine Johnson -- putri seorang penginjil yang
  berhasil.

  Kesuksesan tidak menyapa Bob pada awal usia dewasanya. Di kampus, ia
  menjabat sebagai ketua lembaga mahasiswa dan menjadi seorang pendeta
  muda yang menjanjikan. Namun, tiba-tiba situasi berubah demikian
  cepatnya. Sangat sulit mendapatkan pekerjaan pada masa resesi kala
  itu dan terkadang dalam hubungannya dengan Lorraine, Bob merasa
  seperti "berjalan tanpa tujuan di sepanjang jalan Santa Fe."
  Pernikahan mereka tampaknya hanya memperparah masalah. "Dunia
  impian" mereka berlalu dengan cepat dan kehidupan pernikahan yang
  sesungguhnya mulai menghadang mereka. Bob mulai berpindah-pindah
  pekerjaan dan Lorraine pulang ke rumah orang tuanya di Chicago.
  Selama berbulan-bulan, jalur komunikasi yang menghubungkan mereka
  hanyalah surat "kaku" yang tidak rutin dikirim. Suatu ketika, Bob
  menulis surat yang berkesan hangat, mengajak berdamai, dan
  mengakhiri suratnya dengan kalimat, "Aku mencintaimu dan
  menginginkanmu di sampingku. Tapi engkau ada atau tidak, aku akan
  tetap berjalan bersama Tuhan."

  Salah satu alasan dirinya menulis surat itu kepada Lorraine adalah
  perubahan kondisi yang dihadapinya. Ia telah memberikan kesaksiannya
  sebelum konvensi tahunan Gereja Nazarene. Di hadapan ratusan pendeta
  dari negara bagian tersebut, ia menceritakan kesulitan yang
  dialaminya selama tahun lalu sambil meneteskan air mata penyesalan
  dan mengumumkan keputusannya untuk melayani Tuhan. Dampaknya sungguh
  menggemparkan. Para pendeta mencari-carinya, dan terbukalah pintu
  untuk pelayanan."

  Di tahun-tahun berikutnya, Bob dan keluarga mudanya nyaris tak mampu
  memenuhi kebutuhan mereka di dunia penginjilan. Setelah itu, dia
  menenangkan diri selama lebih dari empat tahun dengan melayani di
  Los Angeles Evangelistic Center -- di mana ia bekerja bersama ayah
  mertuanya. Masa-masa itu tidaklah terlalu membuatnya puas, sebagian
  karena usahanya harus terus bersaing dengan ayah mertuanya yang
  sudah terlebih dulu berhasil. Hal itu membuatnya berpikir bahwa dia
  "bagai perahu dayung yang bertanding melawan kapal layar". Suatu
  hari setelah beradu argumen, ia mengundurkan diri dan tak lama
  kemudian pergi dari kota tersebut. Surat berikutnya yang diterima
  Lorraine dari Bob berupa sepucuk surat panggilan yang sudah kumal
  dari pengadilan, yang memberitahukan bahwa Bob sedang mengajukan
  gugatan cerai.

  Tepat pada hari pengumuman pengadilan, Lorraine meminta Bob untuk
  sejenak menemuinya secara pribadi, Lorraine meminta Bob untuk tidak
  melanjutkan proses perceraian itu, Bob menyetujuinya. Namun, satu
  setengah tahun berikutnya menjadi masa pengujian yang luar biasa
  berat. Saat Lorraine bergumul dalam doa, Bob melanjutkan peperangan
  rohaninya seorang diri, dia tampaknya tak mampu menemukan jalan
  keluar dari penderitaan rohaninya. Akan tetapi, sekali lagi Bob
  menemukan jalannya kembali pada Tuhan, menyatakan pertobatannya
  secara terbuka dan kembali bekerja di pusat penginjilan selama dua
  tahun.

  Selama masa pelayanannya di tempat tersebut, Bob mulai menyadari
  talenta istimewanya dalam membina hubungan dengan anak muda. Di
  tahun berikutnya, ia bekerja sebagai penginjil yang melayani kaum
  muda dan kemudian bergabung dengan Youth for Christ -- di sana, ia
  menjabat sebagai wakil ketua untuk urusan umum dan melayani bersama
  Torrey Johnson yang sudah dikenal orang banyak. Kapasitas inilah
  yang menjadi fokus pelayanan Bob di masa mendatang. Pada tahun 1947,
  ia diminta pergi ke Cina untuk membantu penyelenggaraan serangkaian
  kampanye bagi kaum muda. Meski terpaksa meninggalkan keluarganya di
  tengah masalah ekonomi yang pelik, ia menerima tantangan itu dengan
  penuh antusias dan mungkin inilah pertama kalinya ia merasakan
  kepuasan.

  Jadwal perjalanan yang menguras tenaga tidak mematahkan semangatnya.
  Ia menyadari bahwa bepergian kesana-kemari sudah mendarah daging
  dalam tubuhnya. Ke mana pun ia pergi, ia menyaksikan
  tangisan-tangisan sesamanya yang meminta bantuannya. Di mana pun ia
  berkhotbah, ada pernyataan iman. Ini adalah saat yang penuh suka
  cita, saat di mana filosofinya akan pelayanan kristen mulai bersemi.

  Pada perjalanannya yang kedua, tujuannya adalah negara Cina, Bob
  ditantang secara langsung tentang apa perannya dalam meringankan
  penderitaan dan kesengsaraan orang-orang yang paling membutuhkan di
  dunia. Tatkala mengunjungi sebuah panti asuhan milik sebuah
  organisasi misi di dekat perbatasan Tibet, perhatiannya tertuju pada
  sesosok mungil anak perempuan yang terlihat sedih, badannya yang
  kurus kering membungkuk dengan pasrah di bawah tangga batu yang
  dingin. Ketika ia menanyakan mengapa anak itu tidak diberi makan
  dan tinggal di panti asuhan itu, ia mendapat jawaban bahwa ternyata
  panti asuhan itu sudah menampung anak-anak empat kali lebih banyak
  dari jumlah rata-rata yang bisa mereka tampung. Bob marah karena
  merasa anak perempuan ini tidak mendapatkan kebutuhan hidupnya yang
  paling dasar sekalipun. "Mengapa tidak melakukan sesuatu?" ia
  memohon. "Apa yang akan Anda lakukan terhadap masalah ini?"
  misionaris itu menjawab dengan mendatangi anak perempuan itu dan
  mendorongnya dalam pelukan lengannya. Itulah yang menjadi titik
  balik dalam hidupnya. Sejak itu, seluruh kekuatannya dicurahkan
  kepada kegiatan kemanusiaan Kristen.

  Bob bermaksud kembali ke Cina untuk melanjutkan pelayanan, namun
  perhatiannya teralih bersamaan dengan dikuasainya Cina oleh pihak
  komunis. Tahun 1950, ia mengunjungi Korea untuk pertama kalinya,
  tempat di mana penderitaan anak-anak yang membutuhkan mengilhami
  terbentuknya World Vision International. Dengan adanya Perang Korea
  yang melanda negara tersebut, ketersediaan pangan, pakaian, dan
  obat-obatan menjadi prioritas utama bagi para wanita dan anak-anak
  telantar. Namun, sejak awal berdirinya, World Vision telah
  menyebarkan pelayanannya ke sebanyak mungkin lokasi di mana ada
  orang-orang yang membutuhkan. Dalam beberapa tahun, organisasi
  tersebut merawat lebih dari dua ribu anak yatim piatu. Pada
  tahun-tahun berikutnya, jumlah tersebut meningkat lebih dari seratus
  kali lipatnya.

  Hanya dalam beberapa tahun setelah memulai pelayanannya ke seluruh
  dunia, kisah tentang Bob Pierce menjadi legenda orang kudus di
  seluruh Timur Jauh. Namun, pelayanannya tidak terbatas pada area itu
  saja. Selama hampir sepuluh tahun, ia dinyatakan sebagai salah satu
  dari sepuluh orang yang paling sering berkeliling dunia. Ke mana
  pun ia pergi, orang-orang mengelu-elukannya sebagai utusan Tuhan.
  Ketika kembali ke Amerika Serikat, ia bepergian dari pesisir ke
  pesisir -- untuk menyadarkan masyarakat Kristen Amerika akan
  kebutuhan negara-negara yang berkekurangan, menggalang ratusan ribu
  dolar untuk anak-anak yatim piatu, rumah sakit, dan pelayanan
  penginjilan.

  Selama masa perkembangan World Vision yang pesat itulah, Lorraine
  dan putri-putrinya semakin tersingkirkan dari posisi teratas dalam
  daftar prioritas Bob. Saat ia kembali kepada keluarganya setelah
  menempuh perjalanan selama rata-rata 10 bulan dalam setahun, Bob
  merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri, konflik pun tak
  terhindarkan. Meskipun ia dapat membina hubungan yang begitu baik
  dengan dunia, keluarganya sendiri yang tinggal serumah dengannya
  terasa begitu jauh.

  Masalah lain mulai timbul ketika World Vision memasuki dekade kedua
  perkembangannya yang pesat. Semakin sulit bagi Bob untuk berurusan
  dengan dewan direksi. Pada tahun 1963, para direktur memutuskan
  untuk mencabut penyiaran radionya, dengan alasan dananya lebih baik
  digunakan untuk proyek-proyek lain. Masalah utamanya meliputi gaya
  pengelolaannya. Bob terbiasa menggunakan uang asalkan dianggapnya
  cukup, tanpa memiliki otoritas, dan tanpa memberikan laporan
  penggunaannya. Namun, waktu pun berubah. Peraturan pemerintah
  menuntut penghitungan yang tepat dan Bob sangat geram karena
  peraturan tambahan yang diberlakukan pada dirinya oleh dewan
  direksi. Konflik tersebut berlangsung hingga tahun 1967 ketika
  mereka sampai pada satu titik panas dan Bob mengundurkan diri dengan
  penuh kegusaran. "Keesokan harinya, World Vision mengajukan surat
  pengunduran diri yang resmi, yang kemudian ditandatangani oleh Bob."

  Tak lama setelah kepergiannya dari World Vision, kehidupan pribadi
  dan pekerjaan Bob perlahan-lahan mulai goncang. Di tahun 1968,
  ketika ia bepergian ke Orient bersama Lorraine dalam suatu "Tur
  Selamat Jalan" -- disponsori oleh World Vision sebagai kegiatan
  perpisahan yang terakhir -- yang tak diragukan merupakan bagian dari
  usaha mereka membina hubungan dengan daerah tersebut. Saat tur
  hampir berakhir, mereka menerima telepon dari Sharon, putri
  sulungnya, yang memohon agar ayahnya pulang ke rumah. Sebelumnya,
  Sharon telah bergumul hebat atas persoalan pribadinya dan Lorraine
  lebih tahu apa yang harus dilakukan, yaitu tidak meremehkan masalah
  ini. Namun, Bob telah merencanakan untuk mengadakan kunjungan
  mendadak ke Vietnam dan ia tidak mau diganggu. Lorraine segera
  terbang kembali ke rumahnya dan mendapati Sharon dalam keadaan lemah
  dan putus asa, pergelangan tangannya diperban, dan sedang dalam
  pemulihan dari usaha bunuh diri yang sempat dilakukannya. Di tahun
  berikutnya, Sharon kembali mencoba bunuh diri, keluarga Pierce pun
  akhirnya menguburkan putri sulungnya itu pada usia 27 tahun.

  Sebelum dan sesudah kematian Sharon, Bob dirawat karena mengalami
  kelelahan mental dan fisik yang berat. Pemulihannya membutuhkan
  waktu lama dan meski bisa kembali berjalan, luka yang dalam tetap
  membekas. Ia semakin terpisah sedemikian jauhnya dari keluarganya,
  dan mereka tak akan pernah lagi menikmati hubungan yang selalu
  dipenuhi kebahagiaan.

  Setelah beberapa tahun menjalani masa penyembuhan dan beristirahat,
  Bob mulai melakukan perjalanan lagi. Dengan didukung oleh World
  Vision, ia mendirikan Samaritan`s Purse, organisasi yang membantu
  para misionaris di Asia. Lalu pada tahun 1975, setelah menjalani
  serangkaian tes medis, dokter memvonisnya mengidap leukimia. Sekali
  lagi, ini merupakan pukulan keras bagi seseorang yang telah
  mengalami banyak hal, namun ia tidak mau menyerah. Beberapa bulan
  kemudian, dengan tak kenal lelah, ia sudah mengoordinasi program
  bantuan bagi para pengungsi di Saigon. Setelah tugasnya selesai, ia
  mengunjungi tempat-tempat lain yang membutuhkan pertolongan dan
  selalu dengan sepenuh hati melayani orang-orang yang menderita.
  Kendati begitu, hari-harinya tetap dihitung. Ia meninggal pada bulan
  September 1978, beberapa hari setelah reuni keluarga yang tak
  terlupakan.

  Terlepas dari tak kunjung redanya konflik dan masalah yang dikaitkan
  dengan masa kepemimpinan pendirinya yang termasyhur di seluruh
  dunia, World Vision tetap mengalami pertumbuhan yang stabil dan
  memperluas bidang pelayanannya. Namun, saat kontribusi dan jumlah
  anggota terus bertambah, organisasi tersebut menolak peluang untuk
  dapat menjadi satu kesatuan yang berkuasa dan tetap menjalankan
  perannya sebagai organisasi pelayanan -- yang bekerja melalui
  gereja-gereja misi dan nasional lain yang telah mapan. "Ketika
  seseorang berkeliling dunia," tulis Richard C. Halverson, "orang
  tersebut tak akan sering menemukan lembaga yang menyandang nama
  World Vision. Namun ada ratusan sekolah, panti asuhan, panti jompo,
  klinik, rumah sakit, asrama, dan gedung gereja yang dibangun dengan
  dan/atau atas bantuan dana yang digalang oleh World Vision dan
  menyandang nama gereja-gereja nasional atau lembaga misionaris luar
  negeri yang terkenal."

  Seperti kebanyakan organisasi misi lainnya, World Vision memperoleh
  nilai positif dari pelayanan yang dilakukan oleh sejumlah orang
  Kristen terkemuka dari Dunia Ketiga. Sebut saja, Dr. Samuel
  Kamaleson, seorang berkebangsaan India yang telah melayani selama
  bertahun-tahun di India di bawah naungan Gereja Metodis sebelum
  menjabat sebagai wakil ketua untuk urusan umum di World Vision dan
  sebagai ketua pelayanan Pastors` Conference tingkat internasional.
  Ia juga menjabat sebagai ketua Bethel Agricultural Fellowship dan
  telah menulis sejumlah buku.

  Pada tahun 1969, Stanley Mooneyham menjadi Presiden World Vision. Di
  bawah pimpinannya, organisasi itu berkembang menjadi suatu
  organisasi bantuan dunia yang sangat efektif -- seperti
  keberadaannya pada masa sekarang -- tanpa meninggalkan kepedulian
  kepada pendirinya. Dalam "What Do You Say to a Hungry World?"
  Mooneyham memaparkan fakta-fakta perihal penderitaan manusia dalam
  bentuk yang sangat menarik bagi orang-orang Kristen untuk
  menunjukkan vitalitas iman mereka melalui keterlibatan diri secara
  aktif. Ia mengecam Church of Jesus Christ karena terlalu banyak
  menyibukkan diri dalam aspek-aspek kehidupan yang tak berarti. "Saat
  dunia mengalami krisis pangan terbesar sepanjang sejarah, gereja ini
  malah mengalihkan perhatian dan bersikap seolah-olah tidak ada yang
  terjadi." Ia mengutip perkataan seorang misionaris Metodis yang
  secara tajam menggambarkan perihal absurditas kekristenan yang
  membudaya pada masa kini.

    Suatu hari, seorang Zambia meninggal tak sampai 100 yard dari
    pintu rumah saya. Ahli patologi mengatakan penyebab kematiannya
    adalah kelaparan. Dalam perutnya yang kempes, terdapat beberapa
    helai daun dan sesuatu yang sepertinya segumpal rumput. Tidak ada
    yang lain.

    Pada hari yang sama, saya membaca suatu kolom di majalah Metodhist
    Recorder yang memberitakan kemarahan, kekhawatiran, pergolakan,
    dan komentar mengenai penundaan acara laporan akhir dari
    Anglican-Methodist Unity Commission ....

    Hanya diperlukan seorang pria kecil jelek dengan perut kempes
    yang harta bendanya, menurut polisi, hanyalah sehelai celana
    pendek, kaus penuh tambalan, dan sebatang pulpen Biro yang kosong
    untuk menunjukkan pada saya bahwa keseluruhan kegiatan Union ini
    merupakan bagian yang sungguh mengecewakan dari sejarah British
    Church masa kini.

  Namun, dengan cepat Mooneyham menekankan bahwa memberikan harta
  benda saja tidaklah cukup, atau bahkan tidak selalu menjadi bentuk
  bantuan yang terbaik. Ia mengutip satu peribahasa Cina yang
  mengatakan bahwa pengetahuan tentang "bagaimana untuk ..." memiliki
  manfaat yang sangat luas dalam bidang tertentu. Peribahasa itu
  adalah "Berikan seekor ikan pada seseorang, maka Anda akan
  memberinya makan selama sehari; ajarlah dia untuk menangkap ikan,
  maka ia bisa menghidupi dirinya sendiri seumur hidupnya." Di bawah
  kepemimpinan Mooneyham, World Vision dapat dengan luas mengembangkan
  program swadayanya untuk membantu Dunia ketiga. Akan tetapi, dengan
  meluas dan beragamnya jenis pelayanan yang dilakukan World Vision
  dan organisasi-organisasi pemberi bantuan yang lain, tugas penting
  untuk meringankan penderitaan umat manusia sulit dimulai.

  Jadi, "Apa yang akan kau katakan kepada dunia yang membutuhkan?" Tak
  perlu mengucapkan banyak hal untuk menyatakan Kristus jika ucapan
  itu tidak diikuti dengan perbuatan kasih kekristenan. (t/Lanny)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku   : From Jerusalem to Irian Jaya
  Judul artikel: Bob Pierce and World Vision
  Penulis      : Ruth A. Tucker
  Penerbit     : Zondervan, Michigan, 1983
  Halaman      : 468 -- 472

______________________________________________________________________
SUMBER MISI

THE ORPHAN GRAIN TRAIN
==>    http://www.ogt.org/orphan_grain_train_story.cfm
  Orphan Grain Train adalah organisasi Kristen yang bergerak dalam
  bantuan kemanusiaan dan bencana alam yang dijalankan oleh jaringan
  sukarelawan dunia. Para sukarelawan dari organisasi ini mengumpulkan
  sumbangan pakaian, obat-obatan, makanan, buku Kristen, dan bantuan
  lain kepada yang membutuhkan. Pelayanan ini mereka lakukan sebagai
  tanggapan atas kasih dan sikap melayani yang telah Allah tunjukkan.
  Selama empat belas tahun sejak tahun 1992, delapan belas cabang dari
  Orphan Grain Train telah mengirim lebih dari 13.000 ton bantuan
  kemanusiaan kepada yang membutuhkan di empat puluh negara dari lima
  benua. Orphan Grain Train juga berperan besar dalam membantu para
  petani korban kekeringan di Midwest pada tahun 2002 -- 2003 dan
  korban badai Katrina dan Rita di pantai Gulf, Amerika. Selain itu,
  Orphan Grain Train juga mempunyai beberapa proyek yang nantinya juga
  bermanfaat besar bagi kemanusiaan. Melalui situsnya, The Orphan
  Grain Train juga mengajak pengunjung bergabung untuk bersama-sama
  memenuhi kebutuhan rohani dan fisik orang-orang yang menjadi korban
  bencana, mengingat masih banyaknya orang yang perlu dijangkau.
  Jangan ragu untuk mengunjungi situsnya, sehingga Anda bisa mendapat
  informasi yang lebih lengkap mengenai Orphan Grain Train dan
  pelayanan yang mereka lakukan.

______________________________________________________________________
DOA BAGI MISI DUNIA

A S  --  G R E E N B U R G
  Greenburg, Kansas, hancur disapu angin tornado mematikan di bulan
  Mei 2007. Bill dari Christian Reformed World Relief Committee berada
  di tempat kejadian. Di sana, dia bertemu dengan para pimpinan dari
  organisasi pelayanan lain dan masyarakat setempat untuk membahas
  rencana jangka panjang. "Biasanya kita akan mengirim tenaga untuk
  membersihkan dan melakukan perbaikan. Namun, sekarang ini semuanya
  tidak diperlukan -- buldoser yang membersihkan dan menyingkirkan
  puing-puing dari jalanan. Kehancuran ini sangat merata. Jadi,
  masalahnya bukan memperbaiki atap atau membersihkan ruang bawah
  tanah seseorang. Ini lebih daripada itu." Bill mengatakan bahwa
  selain pekerja fisik, ada juga pekerja rohani. "Kami datang kepada
  masyarakat secara konsisten untuk menunjukkan kasih Kristus. Pada
  kenyataannya, banyak anggota kami yang kembali melayani karena
  mereka merasa diberkati dengan menjangkau orang-orang dan memberikan
  harapan bagi mereka yang masih bertahan hidup dan kehilangan segala
  sesuatu, yang kadang-kadang lebih penting daripada membangun rumah
  untuk mereka.
  Sumber: Mission News, Mei 2007
  Berita Selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/9887
  Pokok Doa
  ---------
  * Berdoa untuk penduduk Kansas yang tertimpa bencana alam berupa
    angin tornado baru-baru ini. Biarlah Tuhan menolong mereka dengan
    memberikan penghiburan dan pengharapan baru untuk hidup mereka
    selanjutnya.
  * Doakan panitia Christian Reformed World Relief dalam pelayanan
    mereka memberikan bantuan semampu mereka. Kiranya, mereka juga
    menjadi contoh bagi organisasi-organisasi lain agar bersedia
    bergandengan tangan untuk saling membantu membangun daerah ini
    dari kehancuran fisik dan mental.

A S -- M I S S O U R I
  Sebuah organisasi sipil di Amerika sedang mengupayakan perluasan
  pelayanan untuk anak-anak yatim piatu ke luar negeri. Missouri
  Rotary District 6040 mengumpulkan 18.000 pasang sepatu baru untuk
  Buckner International`s Shoes untuk program Orphan Souls. Mereka
  juga menyumbang seribu pasang kaus kaki dan uang sejumlah .000
  untuk membantu biaya pengapalan. Sepatu-sepatu ini menjadi sarana
  bagi Buckner dan para relawan "tim sepatu" untuk memberitakan Injil.
  Diperlukan lebih banyak lagi orang-orang yang bersedia mengumpulkan
  sepatu dan mengirimkannya. Apakah Anda juga bersedia membantu?
  Sumber: Mission News, Mei 2007
  Berita selengkapnya: http://www.MNNonline.org/article/9919
  Pokok Doa
  ---------
  * Sepasang sepatu bisa menjadi hal yang sangat berarti bagi anak
    yang membutuhkannya. Doakanlah agar pengiriman 18.000 pasang
    sepatu bagi anak-anak yang membutuhkan ini dapat terwujud.
  * Biarlah bersama sepatu dan kaus kaki yang dikirimkan ini, Injil
    juga bisa didengar dan diterima menjadi Kabar Baik bagi anak-anak
    yatim.

______________________________________________________________________
DOA BAGI INDONESIA

           BERDOA BAGI ANAK YATIM (PIATU) KORBAN GEMPA BUMI
                    DI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH
           ================================================

  Setahun lebih sudah berlalu sejak terjadinya bencana gempa bumi yang
  meluluhlantakkan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sedikit demi sedikit,
  pembangunan mulai terlaksana di beberapa tempat. Akan tetapi,
  kehilangan orang tua, anak, atau sanak saudara masih menyisakan luka
  tersendiri. Terlebih lagi, anak yatim (piatu) yang masih harus
  berjuang sendiri hingga saat ini. Mari kita bersatu hati berdoa bagi
  anak-anak yatim korban gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

  1. Berdoalah bagi setiap orang yang berbagian dalam merawat
     anak-anak yang menjadi yatim (piatu) pasca gempa Yogya dan Jawa
     Tengah agar dengan tekun dan sabar melayani anak-anak tersebut.
     Doakan pula agar anak-anak tersebut dapat sepenuhnya pulih dari
     trauma yang mereka alami.

  2. Doakan agar anak-anak ini juga dapat kembali melanjutkan
     kehidupan mereka dengan layak, termasuk kesempatan melanjutkan
     pendidikan.

  3. Mari kita berdoa bagi pemerintah Indonesia agar diberi hikmat
     bijaksana dari Allah untuk memperhatikan anak-anak yatim (piatu)
     korban bencana alam, baik di Yogyakarta dan Jawa Tengah
     maupun tempat-tempat lain di Indonesia yang mengalami bencana
     akhir-akhir ini.

  4. Doakan agar anak-anak yatim (piatu) korban bencana dihindarkan
     dari pihak-pihak tertentu yang ingin memanfaatkan keberadaan
     mereka untuk maksud yang tidak baik -- beberapa hal yang
     mengkhawatirkan belakangan ini adalah perdagangan anak,
     prostitusi, dan pelanggaran lainnya.

  5. Berdoa juga bagi masyarakat Kristen Indonesia di mana pun mereka
     berada, termasuk kita, agar peka terhadap penderitaan yang
     terjadi dan digerakkan oleh kasih Tuhan untuk tanpa pamrih
     membantu sesama yang membutuhkan bantuan.

______________________________________________________________________

Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-JEMMi
   (untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: harus
    mencantumkan SUMBER ASLI dari masing-masing bahan dan e-JEMMi
(sebagai penerbit bahan-bahan tersebut dalam bahasa Indonesia). Thanks
______________________________________________________________________
                   Pimpinan redaksi: Yulia Oeniyati
                      Redaksi tamu: Dian Pradana
  Bahan-bahan dalam e-JEMMi disadur dengan izin dari berbagai pihak.
Copyright(c) 2006 oleh e-JEMMi/e-MISI --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Staf e-MISI dan Staf Redaksi:               < staf-misi(at)sabda.org >
Untuk berlangganan          :   < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk berhenti              : < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk pertanyaan/saran/bahan:       < owner-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Situs e-MISI dan e-JEMMi        :               http://misi.sabda.org/
Arsip e-JEMMi                   : http://www.sabda.org/publikasi/misi/
Situs YLSA                      :          http://ylsa.sabda.org/ylsa/
Situs SABDA Katalog             :            http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org