Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/misi/1999/3

e-JEMMi edisi No. 3 Vol. 2/1999 (21-1-1999)

----------------------------------------------------------------------
Jurnal Elektronik Mingguan Misi (JEMMi)        Vol.2 No.3 Januari 1999
----------------------------------------------------------------------
SEKILAS ISI:                 FOKUS MONGOL
o Negara dan Penduduk
o Musim dan Iklim
o Bahasa
o Iman Kepercayaan
o Pokok Doa
----------------------------------------------------------------------

Untuk berlangganan, kirim email kosong ke: subscribe-i-kan-misi@xc.org
Untuk berhenti,   kirim email kosong ke: unsubscribe-i-kan-misi@xc.org

M O N G O L I A
Sekali lagi, e-JEMMi menyajikan suatu edisi yang berfokus secara
khusus pada satu negara. Kali ini Mongolia mendapat sorotan untuk
memperjelas pandangan dan pengenalan kita akan negara yang baru
merdeka belum lama ini, dan sangat membutuhkan bantuan dari
saudara-saudara sekalin dalam hal doa, tenaga maupun dana.


   NEGARA DAN PENDUDUK   
Sebagai suatu negara yang terpencil dan sebagian besar daerahnya
belum terjelajahi, Mongolia tengah mengalami perubahan besar - tidak
semuanya merupakan perubahan yang membawa kebaikan. Tangan besi
Moskow mendominasi negara ini dari tahun 1924 sampai 1990 (yang pada 
saat itu dikenal sebagai Mongolia Luar), dan negara ini adalah negara
pertama setelah USSR yang menganut komunisme. Kemudian, di tahun 1990,
setelah terajadi suatu revolusi yang berjalan dengan damai dan
kemudian diikuti dengan pemilihan umum yang berjalan secara bebas,
Mongolia memisahkan diri dari belenggu Moskow dan kini dapat didatangi
oleh pengunjung-pengunjung yang dari negara-negara non-komunis.
Negara ini sekarang mempunyai pemerintah yang terpilih dan dipimpin
oleh seorang President yang dipilih pula.

Di abad ke 12, dibawah pemerintahan Kaisar Chingis Khan (yang lebih
dikenal dengan nama Jhengis Khan) dan kemudian oleh Kubilai Khan, 
Mongolia memerintah kerajaan yang terbesar yang pernah dikenal dunia
yang terbentang dari Korea sampai ke Danube dan dari Siberia Selatan
sampai ke Irak.

Bahkan sekarangpun Mongolia tetap merupakan suatu negara yang
memiliki daerah sangat luas: dua pertiga luas India, tetapi
dengan populasi yang relatif kecil, hanya 2;2 juta. Lebih dari
setengah penduduknya hidup di 3 kota utama di Ulaanbaatar (ibukota
negara dengan populasi 600.000), Darhan dan Erdenet. Sisanya
kebanyakan adalah penggembala yang berpindah-pindah tempat (nomad),
terkenal dengan keahlian mereka mengendarai kuda dan tinggal di
tenda-tenda besar dengan atap kain yang disebut 'Yer'. Barisan
gunung-gunung mengisi hampir setengah dari negara ini, dengan
ketinggian sekitar 4500 meter (14.000 kaki), sepersepuluhnya berisi
hutan, dan sisanya adalah tanah datar (stepa) atau gurun pasir.

Sekitar 40% dari angkatan kerjanya bergerak di peternakan binatang,
disamping itu ada juga industri-industri oleh karena adanya deposit
batubara, besi, tembaga, emas, perak, timah, seng, dan minyak.

Minuman keras merupakan problema yang serius dalam negara ini yang
rata-rata penduduknya mencapai usia 65 tahun.

   BAHASA   
Kebanyakan orang Mongol menggunakan bahasa Mongolia dengan dialek
Kalkha: sekitar 90% dapat membaca. Orang-orang Mongol lainnya ada
yang menggunakan dialek-dialek lain atau bahkan berbahasa lain dari
kelompok-kelompok (suku) minoritas kecil yang lain, seperti Kazakh
atau Uighur. Tulisan Mongol diganti oleh Rusia dari tulisan yang
vertikal yang lama menjadi tulisan Cyrilic Rusia, yang lebih mudah
untuk dipelajari dan dicetak. Namun pemerintah Mongolia sekarang
tengah memperkenalkan kembali tulisan asli yang mula-mula untuk
mengembalikan indentitas bangsa, meskipun harus tetap menerima adanya
bentuk tulisan Cyrilic yang telah digunakan secara luas dan
dimengerti oleh banyak orang.

Sekitar lima juta orang orang Mongolia yang berkebangsaan Tiongkok
tinggal di Mongolia Tengah, yang merupakan suatu propinsi dari negara
Tiongkok dan menjadi perbatasan di bagian Selatan dari Mongolia. Di
Mongolia Tengah ini, mereka menggunakan bahasa Mongolia dengan dialek
yang berbeda.

   MUSIM DAN IKLIM   
Mongolia beriklim sangat buruk pada waktu musim dingin dengan
suhu -30C di Ulaanbaatar (dan bahkan lebih rendah lagi, sampai -50C
di padang pasir. Musim panas di Mongolia hanya bisa dinikmati dalam
waktu yang singkat, bersamaan dengan musim hujan pada bulan Juli dan
Agustus, dengan suhu mencapai 30C. Disamping itu, hujan hanya turun
sedikit sekali.

   IMAN KEPERCAYAAN   
Dalam abad ke-12, Kubilai Khan menjadikan agama Budha sebagai agama
nasional dari Mongolia, ketika Gereja Kristen tidak berhasil mengirim
pengajar-pengajar agama atas permintaan dari Kaisar. Disamping
sekelompok kecil penduduk yang memeluk agama Islam di ujung negara 
bagian Barat, sebagian besar orang Mongolia memeluk agama Budha ala 
Tibet, yang merupakan leburan antara Shamanisme dan Budha. Situasi
beragama berubah ketika Komunisme berusaha memusnahkan semua bentuk
agama dan jejak-jejaknya di awal abad ke-20.

Ketika Mongolia memperoleh kemerdekaan tahun 1990, negara ini mulai
mencari kembali identitas bangsanya, dan telah membuka diri terhadap
segala macam bentuk arus dan pengaruh dari luar. Mungkin pengaruh
yang terbesar adalah penggalian kembali akar-akar kebangsaan, yang
dimulai dari Chingis Khan, dan agama Budha Tibetnya. Biara-biara dan
klenteng-klenteng dibangun dan dibuka kembali, dan biarawan dilatih.
Namun dunia sekuler tetap menjadi daya tarik utama bagi banyak orang,
terutama bagi generasi muda, dan ada pula rasa tertarik yang besar
akan hal-hal baru.

Pada tahun 1990 hanya ada sedikit orang Kristen Mongol dan tidak ada
gereja yang dikenal. Dengan tersedianya Alkitab Perjanjian Baru dalam
bahasa Mongol di tahun 1990, dan Film Yesus di tahun 1991, orang
Kristen yang berjumlah kecil yang berkomitmen tinggi ini, beserta
orang-orang Kristen pendatang dari luar, mulai membagi iman mereka -
mulailah gereja bertumbuh dengan pesat. Pada tahun 1995, misalnya,
telah terdapat sekitar 20 jemaat di Ulaanbaatar, dan terdapat pula 
beberapa jemaat di luar ibukota.

Di akhir tahun 1993, pemerintah mengeluarkan peratuhan agama yang
baru untuk meregulasi hubungan antara gereja dan negara. Hal ini
membuat makin sulitnya mencari tempat yang cocok untuk mengadakan
pertemuan-pertemuan Kristen, dan juga menimbulkan ketidakpastian akan
status dari Gereja dan orang-orang Kristen, kendati Mongolia
menjanjikan kebebasan beragama bagi warga negaranya.

Meskipun orang-orang Kristen dari luar tidak diizinkan untuk
memperoleh visa masuk untuk pelayanan penuh waktu yang berhubungan
dengan urusan gereja, namun mereka dibutuhkan untuk membantu dalam
pekerjaan-pekerjaan pembangunan dan kendali bencana yang mendapat
persetujuan dari pemerintah.

Sumber: berita-berita di atas diambil dari selebaran yang dikeluarkan
oleh Interserve Australia, PO Box 320, Box Hill, Victoria 3128.
<http://www.interserve.org>

   POKOK DOA   
** Gereja bertumbuh dengan pesat di Mongolia, tetapi tidak di Tiongkok.
   Berdoalah agar Tuhan meruntuhkan tembok-tembok pemisah rohani yang
   menempatkan orang Mongol yang berada di daerah Utara Tiongkok dalam
   kegelapan.
** Mohon kepada Tuhan agar Ia menguatkan orang-orang Kristen di
   Mongolia yang hanya sedikit dan memakai mereka untuk menyebarkan
   cahaya terang Injil kepada orang-orang Mongol di Tiongkok.
   (Sumber: Advance Newsletter - Edisi Januari 99)
** Berdoa untuk kebebasan beribadah bagi orang-orang Kristen Mongolia
   agar penganiyaan terhadap umat Tuhan tidak sampai terjadi di
   negara ini.
** Bersyukur atas runtuhnya komunisme di Mongol dan berdoa agar
   dampak negatif dan akar-akar dari komunisme tidak lagi mewarnai
   sikap masyarakat Mongolia pada umumnya dan tidak menghalangi
   mereka untuk mencari kebebasan sejati yang tersedia dalam Yesus
   Kristus.

___________________________
=== URL/LINK Edisi ini: ===

    <http://www.interserve.org>

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Masalah, pertanyaan, tanggapan dan kontribusi bahan dapat dikirimkan 
ke: Rudy Kurniadi <kurry@iname.com>, atau 
    Staf e-MISI <owner-i-kan-misi@xc.org>


_I-KAN__________________________________________________________e-MISI_
 'Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata:
 "Siapakah yang akan Kuutus,  dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" 
  Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"'                 (Yesaya 6:8)

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org