Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/435

KISAH edisi 435 (6-6-2018)

Tuhan Yesus Adalah Allah yang Kupercaya

KISAH -- Tuhan Yesus Adalah Allah yang Kupercaya -- Edisi 435, 6 Juni 2018
 
Tuhan Yesus Adalah Allah yang Kupercaya
Edisi 435, 6 Juni 2018
 
KISAH

Shalom,

Pertobatan adalah orientasi baru secara total dalam cara bertindak dan berpikir. Hal ini menjadi langkah pertama bagi seseorang untuk menjadi seorang Kristen dan murid Yesus. Tuhan sendirilah yang bekerja dalam diri seseorang, yang kemudian akan memampukan dan memotivasi dirinya dalam proses lahir baru agar siap dipakai oleh Tuhan dalam pekerjaan-Nya. Bila Tuhan telah melakukan pembaruan dalam hidup kita janganlah tinggal diam, tetapi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan kita sehingga Tuhan disenangkan dan banyak orang yang dapat merasakan kasih-Nya. Tuhanlah yang memilih kita dalam setiap pekerjaan-Nya. Tugas kita adalah melangkah dengan iman untuk mau dipakai sebagai alat-Nya. Seperti kesaksian Rian yang memulai langkah pertobatan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Sejak mengalami pertobatan, kehidupannya berubah. Dia mengalami sukacita yang baru untuk berpegang teguh pada imannya yang baru dan semakin bersemangat untuk terus menjadi murid Kristus. Mari simak sajian kami dan kiranya Anda makin bertumbuh secara rohani sebagai murid Kristus. Kami juga mendorong Anda untuk mengirimkan kesaksian Anda dalam mengikut Kristus agar semakin banyak orang yang melihat dan mengenal karya keselamatan-Nya. Kiranya kesaksian kita dapat menjadi berkat banyak orang untuk mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Margaretha I.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Margaretha I.

 
Tuhan Yesus Adalah Allah yang Kupercaya

Salam kasih dalam Kristus,

Perkenalkan nama saya Handa Febrian Prakoso, tetapi orang-orang biasa memanggil saya Rian. Saya adalah mahasiswa semester tujuh pada salah satu universitas Kristen swasta di kota Salatiga. Kali ini, saya akan bercerita pengalaman pribadi ketika saya memutuskan untuk menjadi murid Kristus dalam hidup saya. Banyak orang menganggap hal demikian adalah pengalaman hidup yang paling indah. Ya, saya juga merasakannya. Pada saat saya dengan sendirinya ingin mengikut Kristus sebagai Juru Selamat, saya merasakan damai sejahtera, sukacita, dan bangga. Selain itu, saya juga siap untuk “pikul salib” ketika menjadi orang yang percaya kepada-Nya. Ah, tidak masalah!

Gambar: Alkitab

Awalnya, ketika saya duduk di kelas dua sekolah dasar, saya memiliki keyakinan di luar iman kepada Tuhan Yesus. Saat itu, saya adalah anak yang rajin mengikuti kegiatan pendalaman kitab agama saya, dan juga taat untuk beribadah lima kali sehari dipimpin oleh ayah saya. Pada hari besar pun, saya juga merayakannya dengan sukacita, tetapi hanya sukacita anak SD yang mendapatkan uang banyak, bukan karena makna dari hari besar itu. Lain cerita yang saya alami ketika saya mengikuti tes tertulis untuk mata pelajaran agama. Ketika kelas satu SD, nilai yang saya peroleh selalu tidak lebih dari angka lima, entah apa penyebabnya. Padahal jika diingat-ingat, saya adalah anak yang rajin hadir dalam kegiatan pendalaman kitab agama saya sehingga paling tidak saya seharusnya mampu menjawab beberapa pertanyaan yang ada. Namun, itu tidak terjadi, dan hal ini terjadi hingga saya duduk di kelas dua SD.

Gambar: Servant of all

Kelas dua SD adalah titik awal ketika saya menjadi orang percaya. Kejadiannya sama ketika saya mengikuti tes pendidikan agama, tetapi hal yang terjadi justru lebih buruk pada saat itu. Setelah mendapatkan lembar soal, saya merasa tidak mengerti satu soal pun yang ada, dan semua yang tertulis pada lembar itu menjadi hal yang asing buat saya. Dengan pola pikir polos anak SD yang tidak mau kehilangan nilai agamanya, saya maju ke meja guru dan mengatakan bahwa saya tidak bisa mengerjakan soal agama saya. Saya ingin mengerjakan soal agama Kristen saja. Tidak masalah bagi saya jika harus membayar ongkos ganti untuk fotokopi lembar soal. Bisa dilihat dalam peristiwa tersebut bahwa saya, sebagai seorang anak kelas 2 SD, sudah memiliki pemikiran yang sebenarnya jarang sekali untuk anak seusia saya. Istilah dalam bahasa sekarang ini, saya merasa saya tidak mempunyai passion dalam memeluk agama itu. Saya tidak tahu fungsi pendalaman kitab yang dengan rutin saya ikuti, saya tidak paham akan doa yang saya lakukan lima kali dalam sehari itu. Intinya, saya tidak bisa mendapatkan hal apa pun ketika saya memeluk agama itu. Bisa saya katakan, saya memiliki kepercayaan yang salah.

Gambar: Injil Matius

Ketika sampai rumah, saya menceritakan hal ini kepada ibu saya, yang berbeda keyakinan dengan saya dan ayah. Setelah itu, ketika saya duduk di bangku kelas tiga SD, saya diikutkan dalam ibadah sekolah minggu. Dan, mulai dari situlah, saya benar-benar merasakan “klop” untuk menjalani agama yang akan saya peluk. Kemudian, banyak sekali hal yang terjadi, banyak proses suka dan duka yang saya lalui sampai sekarang saya berusia 20 tahun ini. Tujuh belas tahun, dan untuk selamanya saya akan menjadi murid Yesus. Sungguh merupakan suatu kebanggaan bagi saya. Tuhan Yesus memberkati!

Download Audio

POKOK DOA
  1. Mari kita berdoa bagi saudara Rian dan ibunya, kiranya Tuhan memakai hidup mereka untuk menjadi berkat dalam keluarga. Dengan demikian, melalui kesaksian hidup mereka, banyak anggota keluarga boleh mengenal dan menerima Kristus.
  2. Doakan bagi orang-orang percaya yang baru bertobat supaya mereka semakin rindu mengenal dan melayani Yesus.
  3. Bersyukur atas keberanian orang-orang percaya yang sampai hari ini masih setia kepada Kristus. Kiranya Roh Kudus menolong setiap orang percaya mempertahankan iman pada Yesus Kristus di tengah-tengah pergumulan mereka.

“Yesus berkata kepadanya, “Akulah jalan, dan kebenaran, dan kehidupan. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
(Yohanes 14:6, AYT)

 
Stop Press! Aplikasi Konseling Mobile - HE Cares

Kabar gembira! Yayasan Lembaga SABDA baru saja meluncurkan aplikasi Konseling untuk Android.

Aplikasi HE Cares

Tidak dapat dimungkiri bahwa kebutuhan akan konseling makin bertambah seiring dengan bertambah banyaknya masalah dalam kehidupan manusia. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, permasalahan manusia selalu ada sepanjang zaman, bahkan cenderung semakin banyak dan semakin kompleks. Sebagai orang percaya, kita mengerti bahwa solusi permasalahan manusia ada di dalam firman Tuhan. Firman Tuhanlah yang merupakan jawaban atas permasalahan kehidupan manusia, dan konseling alkitabiah membawa manusia yang bergumul dengan masalahnya kepada firman Tuhan.

Dalam konteks kebutuhan konseling, Yayasan Lembaga SABDA mengembangkan aplikasi konseling dengan nama HE Cares (DIA Peduli). Dengan satu praanggapan pemahaman bahwa Allah itu ada: Dia mendengar; Dia berbicara kepada kita melalui Firman-Nya; Dia peduli; kami mengumpulkan bahan-bahan alkitabiah seputar masalah konseling di dalam aplikasi HE Cares ini.

Anda bisa mengunduh aplikasi HE Cares melalui tautan berikut ini:

Download Aplikasi HE Cares

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi KISAH.
logo KISAH Email kisah@sabda.org
Facebook KISAH
Twitter @sabdakisah
Redaksi: Margaretha I. dan Maskunarti.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org