Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/395

KISAH edisi 395 (15-7-2015)

Disembuhkan dari Osteogenesis Imperfecta

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                       Edisi 395, 15 Juli 2015
                       
KISAH -- Disembuhkan dari Osteogenesis Imperfecta
Edisi 395, 15 Juli 2015


Salam kasih dalam Kristus,

Sering kali, manusia akan tertekan dan kecewa saat mengalami suatu 
penyakit, apalagi bila penyakit yang diderita adalah penyakit yang 
dinyatakan tidak ada obatnya. Kita cenderung akan bersedih dan 
mengutarakan banyak pertanyaan kepada Tuhan. Dan, ketika situasi kita 
itu kita rasa menghadapi jalan buntu, keputusan untuk meninggalkan 
Tuhan adalah keputusan yang cepat untuk diambil. Mungkin semacam itu 
situasi yang dihadapi salah satu anak Tuhan dalam KISAH edisi kali 
ini. Ia mengalami penyakit Osteogenesis Imperfecta, merasa kecewa, dan 
bahkan pernah meninggalkan Tuhan. Akan tetapi, perenungan yang 
dilakukannya membawanya kembali ke jalan Tuhan dan berpengharapan 
penuh di dalam Dia. Oleh karena belas kasihan Tuhan, ia pun dapat 
sembuh dan dapat beraktivitas dengan normal. Simaklah KISAH edisi 
berikut ini, biarlah kita yang membaca dikuatkan dalam iman dan 
senantiasa berpengharapan di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Amidya
< amidya(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/>


               DISEMBUHKAN DARI OSTEOGENESIS IMPERFECTA
                     Ditulis oleh: Yanne Katrina

Aku bukanlah orang yang berani berbicara di depan banyak orang. Karena 
itu, aku punya kebiasaan untuk menulis apa yang aku pikirkan dan yang 
ingin aku ungkapkan. Pada kesempatan kali ini, aku ingin menuliskan 
perjalanan hidupku bersama dengan Tuhan.

Aku ingin semua orang yang membaca, melihat, bahkan yang bersama-sama 
menjalani semua ini bersamaku, mengerti dan tahu, bahwa Tuhan adalah 
satu-satunya ALLAH yang pantas untuk disembah dan dipercaya.

Apabila ada orang berkata, "Mukjizat tidak terjadi lagi pada zaman 
sekarang," aku adalah orang pertama yang akan membantah perkataan 
tersebut. Aku adalah orang yang telah menerima mukjizat. Dengan 
mendekap erat iman dalam Tuhan, pengharapanku sepenuhnya tertuju 
kepada Tuhan.

Inilah kesaksianku ....

Aku dilahirkan dengan keadaan normal dan sehat, tidak ada satu hal 
aneh yang harus membuat orang tuaku cemas akan kondisiku. Hingga 
akhirnya, saat aku berusia 1 tahun, aku mengalami kecelakaan saat 
sedang bermain dan mengalami patah tulang kaki. Saat itu, orang tuaku 
berpikir bahwa itu hanya kejadian biasa yang sering terjadi pada anak 
seusiaku. Sampai kejadian yang sama terulang kembali, aku kembali 
mengalami patah tulang hanya karena terjatuh atau terbentur, bahkan 
hanya karena dipukuli pakai sebuah handuk.

Kecemasan mulai mengusik hati kedua orang tuaku, dan mereka pun 
memutuskan untuk memeriksakan kondisiku ke rumah sakit. Dari hasil 
pemeriksaan, dokter mendiagnosa bahwa aku mengalami kelainan tulang 
sejak lahir. Lebih tepatnya, aku menderita kerapuhan tulang dan 
badanku tidak boleh terkena benturan keras. Penyakitku ini hampir 
mirip dengan Osteoporosis. Bedanya, osteoporosis sebagian besar 
dialami oleh wanita yang sudah lanjut usia. Sedangkan aku, sudah 
mengalaminya sejak kecil.

Hal terburuk dari semua hal yang aku alami adalah, penyakitku ini 
tidak ada obatnya. Dokter hanya menyarankan agar orang tuaku terus 
mengawasiku selama 24 jam penuh. Dokter memberi tahu kedua orang tuaku 
untuk terus menjagaku, dan berpesan agar aku jangan sampai mengalami 
benturan keras. Kedua orang tuaku menuruti apa yang telah dikatakan 
dokter, mereka berdua memutuskan untuk merawat dan menjagaku semampu 
mereka.

Waktu terus berlalu dan merebut semua kebahagiaanku. Aku tersadar 
bahwa aku berbeda dari anak-anak seusiaku. Kondisi semacam ini 
menjadikan aku tumbuh menjadi gadis pemalu, tidak percaya diri, selalu 
pesimis dan cengeng. Aku merasa bahwa aku sama sekali tidak memiliki 
masa depan yang cerah, semuanya terasa gelap bagiku.

Saat lulus dari sekolah dasar, aku memutuskan untuk berhenti sekolah 
dan tidak melanjutkan sekolah lagi. Hatiku selalu sakit setiap kali 
aku melihat penderitaan kedua orang tuaku yang setiap hari harus terus 
kerepotan membagi waktu untuk menjagaku di sekolah, mengantar, serta 
menjemputku sepulang sekolah. Aku bahkan harus merelakan beasiswa 
sekolah demi keputusanku itu. Akan tetapi, bagiku, pengorbanan itu 
tidak sebesar pengorbanan yang sudah dilakukan oleh kedua orang tuaku. 
Saat itu, yang penting aku sudah bisa berhitung dan baca tulis, itu 
sudah lebih dari cukup. Saat teman-temanku sibuk beradaptasi dengan 
sekolah baru mereka, aku malah sibuk beradaptasi dengan kesendirianku. 
Aku menghabiskan waktuku dengan mengurung diri di kamar.

Aku mengisi hidupku ini dengan menghadiri KKR kesembuhan. Di mana ada 
KKR, di situ pasti ada Mama dan aku. Harapan kami hanya satu, kalau 
dokter tidak bisa menyembuhkan penyakitku, YESUS pasti bisa! Karena 
Dia adalah dokter di atas segala dokter. Saat itu, walaupun hidupku 
penuh derita, aku tidak berhenti percaya pada janji-janji-Nya. Hingga 
akhirnya ketika aku berusia 13 tahun, ada teman Mama yang 
merekomendasikan seorang hamba Tuhan yang `katanya` bisa menyembuhkan 
berbagai macam penyakit dan sudah terbukti.

Waktu terus berjalan, dan hingga tiba waktunya ketika aku memiliki 
kesempatan untuk didoakan oleh hamba Tuhan tersebut. Aku begitu 
bahagia kala itu, pikirku aku pasti akan sembuh! Aku kemudian pergi ke 
tempat hamba Tuhan itu bersama Mama dan Papa. Awalnya, semuanya 
berjalan baik, sampai hamba Tuhan itu menyuruhku untuk maju ke depan. 
Saat aku sudah berada di depannya, dia mulai mendoakanku, dan setelah 
selesai berdoa, dia kemudian menyuruhku untuk melompat. Katanya, jika 
aku benar-benar yakin sudah sembuh, buktikanlah dengan melompat.

Saat itu, dengan kepercayaan dan keyakinan penuh kalau aku sudah 
sembuh, aku pun melompat. Akan tetapi, bukan sebuah kesembuhan yang 
aku dapat, melainkan kedua kaki dan tangan kananku patah! Sakit 
rasanya, tetapi hatikulah yang lebih sakit. Aku kecewa pada Bapa! Aku 
marah, aku terluka, dan aku hancur. Keruntuhan kepercayaanku justru 
terjadi pada saat aku sedang berdiri teguh pada keyakinan terdalamku 
bahwa Dia sanggup untuk menyembuhkanku.

Mengapa Bapa melakukan semua ini kepadaku? Bukankah seharusnya aku 
mendapatkan kesembuhan? Akan tetapi, mengapa penyakitku justru semakin 
parah? Inikah harga yang harus kubayar atas kepercayaanku kepada Bapa? 
Apakah dosa-dosaku kepada Bapa? Dosa apakah yang telah dilakukan oleh 
orang tuaku sehingga aku harus menanggung semua ini?

Kejadian malam itu mengubah seluruh hidupku, aku bukan lagi gadis yang 
memiliki kepercayaan penuh pada Bapa. Aku benar-benar tidak ingin lagi 
menjalin hubungan dengan Bapa. Bagiku, Dia bukan lagi tempat yang 
tepat untuk bergantung. Aku sungguh kecewa, dan aku memutuskan untuk 
tidak mau lagi membaca firman Tuhan. Alkitabku kusimpan di dalam 
bagian almari yang paling dalam. Mulutku tidak lagi menyenandungkan 
pujian bagi-Nya. Bahkan, untuk hal yang kecil seperti makan, aku tidak 
mau mengawalinya dengan doa. Aku benar-benar melepaskan diriku dari 
kasih Bapa. Aku memutuskan untuk hidup dengan jalanku sendiri dan aku 
tidak tahu di mana jalanku ini akan berakhir.

Empat tahun kemudian, saat aku berusia 17 tahun. Aku mengalami sakit 
lagi. Aku mengalami patah tulang di kaki dan tanganku. Waktu itu, aku 
sungguh tidak tahu harus berbuat apa. Kehidupanku sungguh jauh dari 
Tuhan, dan mulai muncul pertanyaan-pertanyaan yang membuatku 
memikirkan kembali keputusan untuk meninggalkan Tuhan. Aku merasa 
bahwa rasa sakit yang aku alami jauh lebih besar ketika aku menjauh 
dari Tuhan. Maka, aku bertobat, aku kembali percaya kepada Tuhan 
dengan sepenuhnya. Sekalipun aku masih kecewa, iman yang muncul dalam 
hatiku jauh lebih besar.

Lalu, aku mengambil kembali Alkitab yang sudah aku simpan sekian lama 
dalam almari. Aku berdoa kepada Tuhan dan dalam doaku aku berkata, 
"Bapa, entah berapa banyak hari yang telah aku lalui tanpa memanggil-
Mu, Bapa. Aku telah berusaha menjalani semuanya dengan kekuatanku 
sendiri. Itu semua karena aku telah kecewa dan marah kepada Engkau. 
Sekarang, aku lelah Bapa, aku lelah menghadapi semua ini. Ampunilah 
semua kebodohanku. Jika aku memang harus hidup dalam keadaan seperti 
ini selamanya, aku akan menerimanya. Hanya saja, mampukanlah aku untuk 
menjalani semua ini. Biarlah aku dapat menyukakan hati-Mu, baik dalam 
keadaan kuat maupun sakitku. Amin"

Setelah itu, aku mulai membuka Alkitab, dan aku menemukan ayat dalam 
Yohanes 9:2-3. Dituliskan dalam ayat tersebut seperti berikut, "Murid-
murid-Nya bertanya kepada-Nya: `Rabi, siapakah yang berbuat dosa, 
orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?` 
Jawab Yesus: `Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena 
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.`" Aku 
menangis saat aku membaca ayat ini. Semua pertanyaanku yang aku ajukan 
kepada Tuhan tentang apa dosaku dan dosa orang tuaku hingga aku harus 
menanggung hal ini terjawab sudah dalam Yohanes 9:2-3. Aku percaya 
bahwa pekerjaan Allah akan dan harus dinyatakan di dalam hidupku. 
Sejak saat itu, aku mulai belajar untuk mencintai segala yang ada 
padaku, aku mencintai semua yang sudah Tuhan berikan dalam hidupku, 
entah itu baik ataupun buruk.

Perlahan tetapi pasti, saya merasakan Tuhan memulihkan hidup saya. 
Saya kembali mendisiplin hidup saya dengan belajar memahami firman 
Tuhan, berdoa, dan berpuasa. Sepanjang hari, saya terus menantikan 
janji Tuhan dan berharap kiranya pertolongan Tuhan dinyatakan dalam 
hidupku. Aku sungguh sangat bersyukur karena pada masa aku dalam 
keadaan sakit, Tuhan memberikan aku keluarga yang siap menolongku. 
Kedua orang tuaku tidak pernah lelah untuk menjagaku, juga kakak 
perempuanku yang selalu berusaha membuatku bahagia. Mereka adalah 
orang-orang yang mengasihiku. Kasih yang mereka berikan adalah wujud 
kasih Allah untukku.

Tiga tahun kemudian, saat aku berusia 20 tahun, aku memutuskan untuk 
mengikuti sakramen SIDI. Hari itu, aku diteguhkan untuk menjadi 
anggota SIDI jemaat baru. Dengan langkah kakiku, aku tertatih-tatih 
memasuki ruangan gereja. Aku maju ke depan didampingi dua orang 
majelis gereja. Tak pernah kubayangkan, begitu banyak mata 
memandangiku, bahkan ada jemaat yang menangis melihatku berjalan 
tertatih memasuki gereja.

Setelah mengikuti SIDI dan aku menyerahkan hidupku sepenuhnya ke dalam 
tangan Tuhan, aku mulai melihat dan merasakan mukjizat Tuhan nyata di 
dalam hidupku. Mungkin itu adalah waktu-Nya Tuhan, aku bisa berdiri 
sendiri tanpa dipegangi oleh orang lain. Kemudian, aku mulai bisa 
melangkah. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, dan seterusnya. 
Aku bisa berjalan! Aku bisa berjalan tanpa merasakan sakit di kakiku. 
Tidak berhenti pada saat itu saja, Tuhan terus menunjukkan mukjizat-
Nya kepadaku. Tidak hanya berjalan, aku juga mulai bisa melakukan hal-
hal yang sebelumnya sangat mustahil untuk kulakukan. Aku sungguh 
bersyukur karena mukjizat masih ada, aku sangat beruntung karena 
merasakan sendiri mukjizat Tuhan.

Belakangan ini, aku baru mengetahui bahwa aku menderita osteogenesis 
imperfecta. Penyakit ini adalah sebuah penyakit langka yang menyerang 
1:20.000 kelahiran. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, penderita 
penyakit ini mengalami patah tulang di sepanjang hidupnya. Aku 
bersyukur karena aku sembuh. Tuhan menjamahku sehingga hidupku berubah 
seketika. Lebih dari itu, aku sudah bisa beraktivitas dengan normal!

Semua hal yang terjadi dalam hidupku membuktikan bahwa Bapa masih 
bekerja dan sanggup melakukan mukjizat! Yang perlu kita lakukan 
hanyalah tetap beriman dan tetap berpengharapan di dalam Dia. 
Satukanlah iman dan pengharapan di dalam doa dan ucapan syukur kepada 
Tuhan. Maka, Anda pasti akan melihat mukjizat-Nya nyata dalam hidup 
Anda.

Biarlah melalui kesaksianku ini, semua orang yang membaca akan 
dikuatkan dalam pengharapan kepada Tuhan. Biarlah yang lemah dapat 
dikuatkan. Kesaksianku adalah bukti bahwa Tuhan Allah masih bekerja 
untuk memberikan mukjizat bagi orang-orang yang percaya kepada Dia. 
Percayalah, janji Tuhan itu Ya dan Amin! Tuhan Yesus memberkati.


POKOK DOA

1. Mari berdoa kepada Tuhan Yesus untuk Sdri. Yanne. Kiranya semakin 
   hari, Sdri. Yanne dapat semakin sehat dan pulih sepenuhnya.

2. Mari berdoa kepada Tuhan Yesus untuk Sdri. Yanne. Kiranya Tuhan 
   memberkati aktivitasnya sehari-hari, dan ia dapat melayani Tuhan 
   dengan kesembuhannya.

3. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk setiap orang yang 
   mengalami sakit yang berkenaan dengan tulang, kiranya mereka 
   beroleh kesembuhan dan tetap berpengharapan di dalam Yesus.


"Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, 
maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku!" (Yeremia 17:14)

< http://alkitab.mobi/?Yeremia+17:14 >
< http://alkitab.sabda.org/?Yeremia+17:14 >


STOP PRESS: APLIKASI BARU DARI SABDA ANDROID: CERITA ALKITAB TERBUKA 
                                (CAT)

Berita gembira untuk Anda! Yayasan Lembaga SABDA meluncurkan aplikasi 
android terbaru, yaitu Cerita Alkitab Terbuka (CAT)! Nikmati 50 judul 
cerita Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang 
dilengkapi dengan 600 gambar ilustrasi. Aplikasi ini akan membuat 
kegiatan belajar Alkitab jadi lebih menyenangkan. Anda dapat 
menggunakannya sebagai alat peraga untuk bercerita kepada anak-anak 
sekolah minggu, dan sebagai pelengkap dalam memberikan renungan atau 
khotbah. Anda juga dapat membagikan cerita-cerita di dalamnya melalui 
berbagai media sosial yang Anda miliki. Dapatkan aplikasi ini sekarang 
juga di Play Store dan sebarkan informasi ini kepada keluarga dan 
rekan-rekan Anda!

Download: https://play.google.com/store/apps/details?id=org.sabda.cerita
Informasi lebih lengkap: http://android.sabda.org


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Yans
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org