Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/341

KISAH edisi 341 (28-8-2013)

Panggilan Ilahi

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                     Edisi 341,  28 Agustus 2013                      
                     
KISAH -- Panggilan Ilahi
Edisi 341, 28 Agustus 2013

Panggilan ilahi merupakan kehendak Allah bagi kehidupan kita. Tuhan memberikan 
satu kerinduan kepada kita untuk melayani Dia. Dalam proses panggilan tersebut, 
kita sering kali bergumul dan merenungkannya untuk mendapatkan keyakinan yang 
semakin teguh dalam memenuhi panggilan itu. Hal inilah yang juga terjadi pada 
salah satu saudara kita, yang kesaksiannya kami muat dalam edisi ini. Dalam 
hidupnya, ia selalu mencari kehendak Allah. Setelah menerima peneguhan 
panggilannya, ia membekali diri dengan sekolah teologi. Mari kita simak 
kesaksiannya.

Staf Redaksi KISAH,
Bayu
< http://kesaksian.sabda.org/ >


PANGGILAN ILAHI

Nama saya Doni Kukuh Mandiri, saya lebih akrab dipanggil Doni, tetapi di tempat-
tempat tertentu saya juga dipanggil Kukuh. Saya adalah seorang pemuda berdarah 
Jawa, dilahirkan di Kota Banyuwangi, Jawa Timur. Saya dilahirkan pada tanggal 28 
Mei 1988, 25 tahun yang lalu. Sebagai orang Jawa, sejak kecil orang tua saya 
selalu mengajarkan segala sesuatu tentang tradisi, norma, dan adat yang berlaku 
di masyarakat Jawa. Mulai dari sejarah, tata krama, bahasa, budaya, kesenian, 
dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu, tradisi Jawa sudah cukup kental dalam 
diri saya.

Berbicara tentang kepercayaan, saya sudah menjadi Kristen sejak lahir karena ibu 
saya adalah seorang Kristen sejak ia masih remaja. Sejak kecil, saya diasuh 
dalam keluarga pendeta. Kebetulan ibu saya tinggal di rumah itu ketika saya 
lahir karena ayah saya tidak ada. Pendeta tersebut bernama Thomas, yang 
menggembalakan salah satu gereja di Banyuwangi. Saya pun bertumbuh di situ dan 
mengikuti segala peraturan dalam keluarga itu. Sejak kecil, saya selalu 
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh gereja. Dalam hati, saya merasa senang 
bertumbuh di tengah-tengah kehidupan gereja. Seperti anak-anak Kristen pada 
umumnya, ketika kecil saya begitu rajin mengikuti kegiatan sekolah minggu. Di 
sana, saya mendapatkan banyak sekali pengajaran tentang Alkitab, yang lebih 
menekankan nilai sejarah dan biografi tokoh-tokohnya. Saya mengikuti kelas 
sekolah minggu sejak usia 3 tahun, dan mengakhiri kelas tersebut ketika saya 
mulai memasuki bangku SMP karena saya mulai bertumbuh menjadi seorang remaja.

Menginjak masa remaja, saya mengikuti kelas remaja di gereja yang dikemas dalam 
bentuk persekutuan pemuda dan remaja. Di situ, saya diajarkan banyak hal tentang 
Kristus dan hukum-hukum yang diterapkan dalam kekristenan. Selama mengikuti 
kelas tersebut, saya merasa bahwa setiap pengajaran yang diajarkan dalam kelas 
remaja merupakan tantangan yang berat. Sebab, sebagai seorang remaja, apa yang 
saya pikirkan dan lakukan sering kali bertentangan dengan firman Tuhan. Saya 
sudah mendengar dan belajar banyak hal tentang firman Tuhan, namun saya belum 
mengerti makna sesungguhnya kehidupan sebagai orang percaya. Sering kali, saya 
merasa bingung dengan diri saya sendiri, mengapa sebagai orang Kristen saya 
belum memahami betul tentang arti kehidupan Kristen yang sesungguhnya. Padahal, 
saya hidup di tengah-tengah keluarga pendeta yang notabene begitu dekat dengan 
Tuhan. Bayangkan, sejak saya masih duduk di bangku SD, orang tua saya sudah 
mendisiplin saya dengan doa pagi dan doa malam, yaitu sebelum saya berangkat 
sekolah dan sebelum tidur. Saya pun melakukan disiplin rohani itu dengan tekun. 
Bukan hanya itu, segala bentuk kegiatan yang diadakan gereja, saya tidak pernah 
absen. Namun, iman dan kerohanian saya belum juga bertumbuh sepenuhnya. Bagi 
saya, hal ini cukup berat dan menimbulkan jutaan pertanyaan dalam hati. 
Akhirnya, saya mulai putus asa dan mulai berpikir bahwa semua aktivitas rohani 
yang saya lakukan selama itu adalah sia-sia.

Ketika saya menyadari bahwa kehidupan rohani saya mulai berantakan, saya mulai 
bergumul dan merenungkan banyak hal tentang kehidupan dan kehendak Tuhan. Saya 
mulai bertanya-tanya kepada Tuhan dan diri saya sendiri tentang apakah tujuan 
saya diciptakan? Sebab, Tuhan pasti menciptakan saya dengan suatu alasan 
tertentu, suatu alasan yang masih menjadi misteri. Pergumulan itu berlangsung 
selama dua tahun, tepatnya ketika saya duduk di bangku kelas satu sampai kelas 
dua SMU. Sampai suatu hari, Tuhan menjawab semua pertanyaan yang pernah saya 
ajukan kepada-Nya. Saya diciptakan untuk melayani Dia, itulah jawaban yang 
diberikan Tuhan kepada saya.

Awalnya, saya tidak percaya dengan jawaban itu, sebab hal itu sedikit pun tidak 
pernah terlintas dalam pikiran saya. Namun, dengan cara-Nya, Tuhan seperti 
"memaksa" saya keluar dari pola pikir saya untuk mendorong saya memikirkan hal 
yang Ia kehendaki supaya saya memercayai panggilan-Nya. Cara Tuhan betul-betul 
unik. Setiap hari, kapan pun dan di mana pun, Tuhan seperti "mengganggu" hati 
dan pikiran saya. Bagi saya, ini adalah suatu "konfirmasi" yang sama sekali 
tidak dapat saya definisikan dengan apa pun. Anehnya, meskipun Tuhan telah 
memakai cara tersebut untuk menyampaikan maksud-Nya, saya masih ragu apakah itu 
benar-benar suara dari Tuhan atau sekadar gangguan psikologis yang saya alami. 
Hingga suatu ketika, Tuhan benar-benar meneguhkan panggilan itu melalui firman-
Nya yang berkata, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala 
makhluk," yang tertulis dalam Matius 16:15. Seketika itu juga, hati saya terbuka 
dan mulai yakin bahwa Tuhan memang sungguh-sungguh memanggil saya untuk menjadi 
pelayan-Nya. Dan, saat itu juga, saya mulai berkomitmen untuk melayani Tuhan 
seumur hidup saya.

Singkat cerita, ketika saya lulus dari SMU (2006), saya langsung memutuskan 
untuk masuk sekolah Alkitab, tepatnya di Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup di 
Kota Surakarta. Selama di sana, saya belajar banyak hal tentang teologi dan 
pelayanan, mulai dari teologi yang paling mendasar hingga yang berat, dari 
pelayanan pastoral hingga pelayanan untuk sekolah. Secara pribadi, saya sangat 
senang dengan panggilan itu. Menurut saya, itu adalah panggilan yang mulia. 
Awalnya, ayah dan kakak laki-laki saya meminta saya untuk sekolah kepolisian, 
dan bagi saya itu adalah profesi yang mulia, namun saya menolaknya. Ibu saya 
juga sempat menawari saya untuk mengambil pendidikan guru Matematika dengan 
mengiming-imingi saya dengan beberapa hal, namun saya juga menolak. Bahkan, 
kakak perempuan saya juga meminta saya untuk sekolah arsitek dengan alasan saya 
seorang yang mahir menggambar, tetapi saya juga menolaknya. Saya tidak mengerti 
mengapa semua itu bisa terjadi sebab bisa saja saya tergiur dengan kesuksesan, 
yang mungkin bisa saya raih ketika saya menjadi polisi atau arsitek. Akan 
tetapi, saya percaya bahwa Tuhan Yesuslah yang memulai panggilan saya, bukan 
saya yang memulainya. Oleh sebab itu, Tuhan jugalah yang akan meneguhkan 
panggilan saya. Kini, doa saya hanyalah ingin menjadi seorang pelayan yang 
berkenan di hadapan Tuhan dan selalu berjalan sesuai dengan kebenaran-Nya, serta 
hidup sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya.

Sumber kesaksian: Doni


POKOK DOA

1. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk saudara Doni, kiranya Tuhan 
   senantiasa memimpin dan terus meneguhkan panggilan pelayanan yang sudah Tuhan 
   berikan, sehingga dapat menjadi hamba Tuhan yang berkenan di hadapan Tuhan.

2. Kita doakan untuk pelayanan saudara Doni agar dimanapun Tuhan tempatkan untuk 
   terjun di ladang pelayanan, Tuhan yang akan memimpin, mencukupkan segala 
   kebutuhan, dan terus menguatkan dalam setiap tantangan yang akan di hadapi.

3. Mari kita berdoa kepada Tuhan Yesus untuk keluarga dan masa depan saudara 
   Doni, agar Tuhan yang terus menjaga dan menyiapkan pasangan yang tepat untuk 
   saudara Doni, agar dapat saling menguatkan dan membantu dalam pelayanan.


        "Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya." 
                               (1 Tesalonika 5:24)
               < http://alkitab.sabda.org/?1Tesalonika+5:24 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Bayu, dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org