Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/316

KISAH edisi 316 (27-2-2013)

Tidak Meledak

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 316, 27 Februari 2013

KISAH -- Tidak Meledak
Edisi 316, 27 Februari 2013

Shalom,

Pernahkah Anda merasa putus asa dalam menghadapi setiap permasalahan 
yang Anda alami? Ya, setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidup. 
Namun, tidak setiap orang menyerah dan kalah dengan masalahnya. Edisi 
Kisah kali ini menceritakan tentang pertobatan seseorang yang telah 
putus asa akan hidupnya dan sudah kehilangan Tuhan dalam hatinya. 
Namun, Tuhan mengasihinya dan membawanya kembali kepada-Nya.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >


                          TIDAK MELEDAK

Ini adalah yang ketiga kalinya di dalam karier saya sebagai penegak 
hukum. Saya memarkir mobil di suatu tempat yang terpencil, mematikan 
mesin dan radio panggil. Seperti biasa, saya melanjutkan meratapi 
nasib seorang manusia yang paling kacau di dunia ini, yaitu diri saya 
sendiri.

Ayah adalah seorang pendeta. Jadi sepanjang hidup, saya selalu 
mendengar tentang Tuhan dari orang tua saya. Saya teringat peristiwa 
yang selalu menghantui saya, dengan hati yang kesal, saya berjalan 
keluar dari gedung gereja tempat ayah melayani, sambil memaki-maki 
Tuhan, dan meludahi gereja. Saya bersumpah bahwa seumur hidup, saya 
tidak akan menjejakkan kaki lagi di gereja mana pun.

Saya berkata, "Kalaupun Tuhan itu ada, saya tidak mau berurusan 
dengan-Nya." Bagi saya, Dia hanyalah Tuhan dari segala kemiskinan, 
kekalahan, dan keputusasaan, dan sesungguhnya Dia tidak pernah 
memedulikan saya. Yang Dia lakukan di dalam keluarga kami hanyalah 
membuat ibu tetap sakit, dan membiarkan kami bangkrut karena harus 
terus membayar tagihan dokter dan biaya rumah sakit.

Saat masih kecil, saya pernah diberi tahu suatu alasan mengapa kakek 
begitu cepat dipanggil ke Surga, adalah karena Tuhan sangat 
membutuhkan kakek di sana. Bukankah ini Tuhan yang mementingkan diri-
Nya sendiri? Pikir saya. Apakah Dia tidak berpikir bahwa masih ada 
anak-anak dan cucu-cucunya yang sangat menyayangi kakek di bumi? Hati 
saya semakin benci kepada Tuhan.

Sejak kecil, saya selalu memimpikan bahwa suatu saat kelak saya akan 
menjadi seorang penegak hukum. Akhirnya, mimpi itu terwujud. Namun, 
kebencian saya pada Tuhan terus mengikuti saya, menyatu pada seragam, 
lencana, dan pistol saya. Kebencian itu memengaruhi dan memuncak 
hingga ke sekitar saya, pada orang-orang, terutama saya lampiaskan 
untuk menindak pelaku kriminal.

Keseharian saya sebenarnya penuh dengan ketakutan, meskipun saya tidak 
pernah membicarakannya dengan orang lain. Walaupun saya membenci 
Tuhan, namun ada suara-suara dalam hati saya yang mengatakan bahwa 
yang saya lakukan adalah salah. Dan, perbuatan saya ini bisa menyeret 
saya ke neraka, bukan hanya saya sendiri, namun juga menyeret seluruh 
keluarga saya.

Setiap ada panggilan radio untuk sebuah tugas, saya tahu, ini mungkin 
adalah hal terakhir yang saya lakukan. Karena hidup saya bisa berakhir 
di tangan seorang maniak dengan senapannya, ataupun seorang anak kecil 
yang ketakutan dengan pistol di tangannya. Dan, itulah saatnya saya 
harus menanggung semua ini di neraka.

Walaupun begitu, saya tidak punya pilihan, saya tetap melanjutkan 
hidup saya yang tanpa sukacita dan harapan ini. Kebiasaan saya minum-
minuman keras bertambah parah, bahkan saya mulai sering mencampurnya 
dengan obat-obatan terlarang. Pertengkaran besar dengan istri menjadi 
hal yang biasa terjadi setiap hari. Dan, saya mulai sering 
membicarakan tentang bunuh diri. Saya selalu mengambil garis depan 
dalam tugas, berharap saya bisa terbunuh dalam tugas sehingga keluarga 
saya bisa mendapatkan asuransi dan terbebas dari diri saya yang kacau 
ini.

Suara itu semakin lama semakin kuat dalam kepala saya dan berkata, 
"James, kau telah mengacaukan hidupmu, dan hanya ada satu jalan keluar 
untuk mengakhirinya. Engkau harus mati, engkau harus bunuh diri."

"Nah, sekaranglah waktunya," saya berkata dalam hati. Di tempat yang 
sepi ini, saya mematikan mesin mobil, mematikan radio panggil, dan 
mengambil pistol saya.

Saya memejamkan mata, mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan saya 
yang menyedihkan, kemudian menarik pelatuknya. Klik!

Saya memeriksa pistol itu, memasukkan peluru, merenung sambil 
memandangi pistol Magnum 357 yang telah menemani tugas-tugas saya, dan 
tidak pernah mengecewakan. Kemudian, saya mengokang pistol itu dan 
memasukkan ke dalam mulut saya.

Saya memejamkan mata, mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan saya 
yang menyedihkan, kemudian menarik pelatuknya. Klik! Pistol itu tidak 
meledak! Saya ulangi berkali-kali, klik, klik, klik ..., tetap tidak 
meledak!

Saya bingung, apa yang terjadi dengan pistol saya, apakah pistol itu 
rusak? Kemudian, saya arahkan pistol itu keluar jendela dan 
menembakkannya, dan pistol itu meledak! Gema dari ledakannya membuat 
kepala saya sakit dan ingin segera mengakhiri hidup.

Kali ini, saya mengarahkan pistol itu ke dahi saya, dan menarik 
pelatuknya. Kembali, pistol itu macet dan tidak dapat ditembakkan! 
Saya memeriksa amunisinya dan mencoba menembakkannya sekali lagi, dan 
pistol itu meledak di luar jendela sekali lagi dengan suara yang 
membahana. Saya bingung, apa yang terjadi.

Lalu, saya meninggalkan tempat sepi itu, khawatir ada orang yang 
mendengar suara tembakan yang berasal dari pistol saya dan 
melaporkannya ke kantor.

Kemudian, saya kembali ke kantor dan membawa pistol itu ke bagian 
amunisi dan persenjataan untuk diperiksa, namun setelah mereka 
periksa, pistol saya dinyatakan dalam kondisi yang terawat baik dan 
tidak rusak.

Karena kejadian itu, saya berpikir keadaan seterusnya akan menjadi 
baik-baik saja. Saya berpikir itu merupakan sebuah kebetulan yang 
baik, mungkin selanjutnya banyak keberuntungan yang baik akan terjadi. 
Akan tetapi, ternyata saya salah.

Ketergantungan saya pada alkohol semakin berat, setidaknya saya 
menghabiskan satu botol whisky setiap harinya. Dan, tiga jam tanpa 
minum alkohol merupakan hal yang mustahil bagi saya.

Suara-suara di kepala saya menjadi semakin keras, "James, kamu harus 
mati!" Suatu hari, saya menjawab suara itu, "Akan tetapi, saya 
mencintai istri dan anak-anak, saya tidak mau mereka hidup dengan 
kenyataan bahwa ayahnya bunuh diri." Suara itu menjawab, "Itu mudah, 
bawa mereka bersamamu." Suara itu bahkan mengajarkan bagaimana 
membunuh mereka dan setelah itu, membunuh diri saya sendiri. Akan 
tetapi, rencana itu selalu gagal karena anak-anak dan istri saya 
terlalu takut untuk melihat saya. Mereka semua pergi bersembunyi saat 
saya tiba di rumah.

Suara itu mengatakan agar saya melupakan saja keluarga, dan lebih baik 
membunuh diri sendiri karena saya harus mati. Suatu sore, saya kembali 
lagi ke tempat di mana saya pertama kali melakukan percobaan bunuh 
diri. Sekali lagi, saya mengarahkan pistol Magnum 357 saya dan menarik 
pelatuknya. Dan, klik! Pistol itu tidak meledak.

Bagaimana mungkin dua kali berturut-turut saya mencoba bunuh diri, 
tapi tidak berhasil? Ini bukan lagi sebuah kebetulan. Saya pikir Tuhan 
pasti begitu membenci saya, sehingga bahkan di neraka pun Dia tidak 
mau menerima saya. Dia ingin terus menyiksa saya dan tidak mau saya 
mengakhiri siksaan hidup ini.

Saat itu, saya tidak tahu bahwa sebenarnya orang tua saya terus berdoa 
bagi saya setiap hari. Tuhan mendengar doa orang tua saya, dan saya 
tidak tahu bahwa Dia punya rencana yang indah atas hidup saya.

Percobaan bunuh diri yang gagal dua kali itu terjawab. Ketika istri 
saya menerima Tuhan Yesus, ia seperti dilahirkan kembali. Saya bisa 
melihatnya, saya bisa merasakannya, dia kini selalu tersenyum saat 
melihat saya. Sebelumnya, dia tidak pernah tersenyum pada saya. 
Padahal, saat itu kami sedang dalam proses perceraian, namun dia 
membatalkannya. Saat saya ingin memulai perkelahian dengan mengucapkan 
kata-kata kasar padanya, dia memandang saya dengan kasih, dan berkata, 
"James aku mencintaimu." Dengan tenang, ia berlalu meninggalkan saya 
dalam kebingungan dan saya hanya bisa terdiam.

Saya terkejut akan perubahan istri saya. Dan, itu mendatangkan 
pengaruh besar dalam perubahan hidup saya. Istri saya seperti 
menemukan sukacita, hidup, dan jalan keluar dari semua masalahnya. 
Meski saya selalu menjadi sumber penderitaannya, hal itu sepertinya 
tidak berpengaruh lagi padanya karena sukacita dan damai yang ada di 
dalam hatinya mengalahkan semua itu. Saya ingin mengetahui apa 
penyebabnya. Akan tetapi, saya tidak berani menanyakannya.

Saya memunyai teman-teman sesama polisi yang dengan mereka saya 
bergaul. Anehnya, akhir-akhir ini mereka tidak mau lagi minum-minum 
bersama saya dan tidak mau lagi mendengarkan humor-humor jorok saya. 
Saya ditinggalkan sendirian. Tidak lama kemudian, saya mengetahui 
bahwa ternyata mereka telah memiliki pergaulan baru, yang bernama 
FGBMFI. Mereka justru mengundang saya untuk makan malam bersama. Saya 
menerimanya dan mengikuti acara makan malam yang diadakan di sebuah 
restoran. Akan tetapi, saat mengikuti acara itu, saya merasa dijebak 
dan saya sangat marah karenanya. Saya memaki-maki teman saya dan juga 
istri saya yang ikut dalam acara itu. Akhirnya, setelah marah-marah, 
saya bisa tenang sebentar. Saya berkata dalam hati, "Oke, kali ini 
saya ikuti permainan konyol kalian, saya ingin lihat sampai di mana 
permainan ini berakhir."

Pembicara malam itu adalah seorang pebisnis yang bersaksi bagaimana 
ajaibnya Tuhan bekerja di dalam kehidupannya. Satu ucapannya yang 
tidak pernah bisa saya lupa adalah: "Sekalipun tidak ada neraka untuk 
ditakuti atau tidak ada surga untuk dikejar, saya akan tetap menjadi 
seorang Kristen karena menjadi Kristen sangatlah menyenangkan."

Saya tidak bisa tidur karena memikirkan kata-kata itu. Saya dibesarkan 
di lingkungan gereja, dan sepanjang pengetahuan saya, orang-orang 
datang ke gereja dengan penuh permasalahan dan minta didoakan. Namun, 
yang Pendeta katakan hanyalah bersabar dan bertahanlah. Hal itu 
membuat saya berpikir bahwa menjadi orang Kristen adalah sama dengan 
melekatkan diri pada penderitaan, dan harus terus bersabar serta 
bertahan dengan penderitaan itu. Akan tetapi, saat ini saya tidak 
melihat penderitaan itu ada di wajah istri dan teman-teman saya. Yang 
saya lihat, mereka sangat "senang" menjadi Kristen. Mereka tidak 
terlihat sedang "bertahan dan bersabar sampai nanti".

Sekarang, saya kembali lagi ke tempat di mana saya sudah berulang kali 
mencoba bunuh diri. Saya mematikan mesin, mematikan radio panggil, 
mengeluarkan pistol, memandangnya cukup lama, dan memasukkan kembali 
pistol itu ke dalam sarungnya. Hari itu adalah minggu pertama di bulan 
Juni tahun 1970, pukul 9.45 pagi.

Di situ, saya menangis sejadi-jadinya dan berseru, "Tuhan, aku lelah 
hidup dalam neraka ini. Aku minta ampun atas dosa-dosaku. Aku siap 
memulai lembar baru dalam kehidupanku, dan berjanji semua hal salah 
yang telah aku lakukan akan aku ubah menjadi hal-hal baik sepanjang 
sisa hidupku ini. Tuhan Yesus..., maukah Engkau datang dalam hidupku?" 
Saat itu, tiba-tiba ada sebuah perasaan hangat luar biasa memenuhi 
seluruh tubuh saya. Saya terus menangis saat merasakan sebuah sukacita 
yang telah lama saya nantikan, kini muncul dalam hati saya. Sebuah 
damai yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya memenuhi dan 
menghangatkan hati saya. Saat itu juga, saya dilahirkan baru.

Setelah hari itu, semuanya berubah. Perkawinan kami dipulihkan, 
keinginan untuk merokok dan alkohol mendadak hilang. Bahkan, saya 
mendoakan penjahat yang saya tangkap dan banyak dari mereka yang 
bertobat. Saya bahkan pernah mendoakan seseorang yang terperangkap 
dalam mobilnya akibat kecelakaan. Menurut tim penyelamat, satu-satunya 
cara menyelamatkannya adalah dengan memotong bagian tubuhnya yang 
terjepit dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian, saya berdoa dengan 
orang itu. Selesai berdoa, saya meminta tim penyelamat mencoba 
mengeluarkannya lagi tanpa memotong tubuhnya, dan mereka berhasil. 
Korban kecelakaan itu berhasil diselamatkan tanpa perlu ada bagian 
tubuhnya yang dipotong.

Di kemudian hari, Tuhan memanggil saya untuk melayani-Nya sepenuh 
waktu, dan Dia benar-benar menyediakan apa pun yang kami perlukan 
dalam kehidupan rumah tangga kami. Sebelumnya, saya sempat bertugas 
menjadi pengawal pribadi Gubernur Jimmy Carter. Dalam tugas itu, saya 
berkesempatan berbagi dengan Gubernur tentang kesaksian hidup saya, 
bagaimana Tuhan mengubahkan dan menolong saya secara luar biasa. Saya 
percaya kisah saya itu banyak memengaruhi beliau dan keputusan-
keputusannya mengantarnya ke kursi Presiden. Begitulah kesaksian hidup 
saya, bagaimana Tuhan yang saya dengar dari sebuah pertemuan FGBMFI 
menyelamatkan saya dan rumah tangga saya. Sekarang, saya selalu 
berkata, "Sekalipun tidak ada neraka untuk ditakuti atau surga untuk 
dikejar, saya akan tetap menjadi orang Kristen karena menjadi orang 
Kristen itu menyenangkan dan penuh sukacita di dalam Yesus Kristus.

Diambil dan disunting dari:
Judul majalah: SUARA edisi 79 -- FGBMFI, 2005
Penerjemah: Lucky Mamusung
Penerbit  : Communication Department - Full Gospel Business Men`s 
            Fellowship Internasional - Indonesia, Jakarta
Halaman   : 20 -- 23


POKOK DOA

1. Mari kita berdoa bagi orang-orang yang saat ini telah kehilangan 
   kasih Kristus dalam hidup mereka. Kiranya Roh Kudus mengingatkan 
   dan membawa hidup mereka kembali melekat pada Kristus.

2. Mohonlah kepada Tuhan Yesus agar gereja-gereja, sebagai organisasi 
   dan tubuh Kristus, berperan sebagaimana mestinya, yaitu menjadi 
   wadah bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan dalam kehidupan 
   rohani mereka.

3. Berdoalah agar Kristus senantiasa memberikan kekuatan dan 
   pertolongan kepada setiap orang percaya dalam menghadapi segala 
   bentuk permasalahan kehidupan.


"Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah 
   dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak 
demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu 
           dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." 
                             (Wahyu 2:5) 
                < http://alkitab.sabda.org/?Why+2:5 >


Kontak: kisah(at)sabda.org
Redaksi: Sigit, Doni K., dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/kisah/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org