Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/140

KISAH edisi 140 (14-9-2009)

Firman Kepada Mereka yang Ragu-Ragu

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                    Edisi 140, 14 September 2009

PENGANTAR

  Shalom,

  Jika Anda tidak berani untuk menginjili seseorang dengan
  terang-terangan, memberikan perhatian dan kasih yang tulus kepada
  setiap orang yang Anda jumpai merupakan sebuah cara yang dapat Anda
  lakukan untuk menceritakan kasih Kristus. Tuhan dapat memakai siapa
  saja untuk mewartakan kasihnya, bahkan Tuhan dapat memakai seorang
  anak kecil untuk memperdamaikan orang yang belum percaya dengan-Nya.
  Kesaksian berikut merupakan sebuah bukti bahwa Tuhan dapat bekerja
  di mana saja, kapan saja, dan melalui siapa saja yang Ia kehendaki.
  Biarlah melalui kesaksian ini kita belajar untuk dapat membagikan
  kasih yang tulus kepada orang-orang yang ada di sekitar kita.

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
  http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                FIRMAN KEPADA MEREKA YANG RAGU-RAGU

  Kakek saya -- dari pihak ibu -- telah mengisap rokok hampir di
  sepanjang kehidupannya. Saya ingat ketika masih kanak-kanak, saya
  mendengar batuknya yang kuat dan kadang-kadang membuatnya tidak
  dapat bernapas. Saya mengkhawatirkannya. Saya tidak ingin ia
  meninggal tanpa menerima kasih dan pengampunan serta keselamatan
  dari Juru Selamat.

  Jadi, pada suatu kesempatan yang sangat jarang, yakni ketika orang
  tua saya mengizinkan saya dan saudara saya tinggal di rumah bersama
  kakek sementara mereka menghadiri kebaktian gereja Minggu sore, saya
  mengerahkan keberanian untuk mengajukan sebuah pertanyaan yang
  terus-menerus ada dalam benak saya: "Kakek," saya bertanya dengan
  takut-takut, "apakah kakek berpikir bahwa kakek akan pergi ke surga
  kalau nanti kakek meninggal?"

  Dia berhenti merokok dan mengetukkan ujung rokok di asbaknya yang
  sudah penuh abu, dan menjawab dengan suara datar dan parau, "Oh, aku
  harap aku akan ke sana."

  "Apakah kakek memiliki Yesus dalam hati kakek?" tanya saya dengan
  harap-harap cemas.

  "Jangan khawatir," jawab kakek saya dengan tersenyum. "Kupikir Dia
  akan membiarkan aku."

  Ketika kembali bersandar di sofa, hati saya tidak tenang. Sepanjang
  yang dapat saya ingat, saya berdoa untuknya setiap malam sebelum
  tidur. Apakah Yesus menjawab doa saya?

  Pada waktu saya berumur sekitar 15 tahun, kakek saya memutuskan
  untuk berhenti merokok. Pada suatu hari, kakek bercerita kepada
  nenek bahwa ia telah menyingkirkan semua bungkus rokoknya dan tidak
  akan pernah merokok lagi. Namun, pengaruh rokok terhadap tubuhnya
  karena kebiasaan yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun itu
  tidak dapat diperbaiki. Tidak lama setelah keputusannya yang
  mengejutkan untuk lepas dari tembakau, kakek pun didiagnosis terkena
  kanker. Saya masih berdoa untuknya, dan sekarang saya punya waktu
  yang terbatas, 6 bulan.

  Kakek masih menolak untuk menerima pertolongan yang ditawarkan Sang
  Juru Selamat. Teman-teman dan keluarga berbicara kepadanya tentang
  realita kebutuhan rohaninya. Namun, dia menolak mereka dengan sikap
  yang sama, yang pernah ia lakukan ketika saya dulu bertanya
  kepadanya. Saya takut dengan penolakan kakek pada waktu itu, ketika
  takdir kekalnya berada tepat di persimpangan, bahwa ia akan
  terhilang selamanya. Akan tetapi Yesus, Penolong yang murah hati,
  akan melakukan usaha apa pun untuk mencegah hal itu terjadi.

  Masa 6 bulan yang ditentukan bagi kakek telah berlalu. Kakek
  merespons pengobatan dengan baik, tapi kekuatannya pelan-pelan
  melemah. Setelah beberapa kali dirawat di rumah sakit karena
  pneumonia (radang paru-paru), kakek mulai menghadiri gereja kapan
  saja ia merasa kondisinya memungkinkan untuk pergi. Di sanalah ia
  bertemu dengan Benjamin, seorang anak laki-laki yang memberi
  perhatian khusus kepada kakek dan sering memeluk dan menciumnya.
  Kakek mulai membawakan permen untuk Benjamin, dan hal itu memperkuat
  hubungan mereka. Dua teman sedang membangun hubungan.

  Suatu saat ketika Benjamin tahu bahwa kakek kembali dirawat di rumah
  sakit karena pneumonia, ia menjadi gelisah dan meminta orang tuanya
  membawanya menjenguk Kakek Wold. Kakek hanya dirawat sebentar. Jadi,
  ketika Benjamin datang menjenguk, kakek sudah ada di rumah. Di ruang
  tamu itulah, dalam keadaan lelah dan lemah karena sakit, kakek saya
  menangis saat Benjamin bertanya apakah dia sudah memiliki Yesus di
  dalam hatinya. Kakek menjawab bahwa dia belum punya Yesus, dan
  Benjamin mendorong kakek supaya ia meminta Yesus menjadi Juru
  Selamatnya. Kakek pun setuju, dan Benjamin memimpin kakek saya dalam
  sebuah doa singkat yang mengundang Yesus untuk datang ke dalam hati
  kakek dan mengampuni dosa-dosanya.

  Setelah doa tersebut, kakek berbicara dengan bebas mengenai imannya
  di dalam Yesus. Kesombongannya berubah menjadi iman.

  Kasih sayangnya yang bertahun-tahun dijaga dengan hati-hati, kini
  mengalir dengan bebas. Dan, dia menyebutkan dari waktu ke waktu
  bahwa ia menyesal telah menunggu begitu lama untuk menerima kelegaan
  dari pengampunan Yesus dan menerima kelepasan dari kasih-Nya.

  Beberapa tahun kemudian, tepat sebelum meninggalkan rumah untuk
  tahun terakhir saya di universitas, saya mengatakan sesuatu yang
  ternyata merupakan ucapan selamat tinggal saya yang terakhir kepada
  kakek. Hampir 7 tahun sejak kakek didiagnosis terserang kanker,
  sekarang waktunya di dunia ini sungguh-sungguh hampir berakhir.
  Dengan penuh kesedihan, saya berbisik di telinganya sambil memeluk
  tubuhnya yang lemah, "Selamat tinggal, Kek. Saya mengasihi Kakek.
  Saya akan melihat Kakek lagi di surga." Beberapa minggu kemudian,
  Juru Selamat menyelamatkan kakek dari kanker dan membawanya pulang
  ke rumah-Nya.

  Sebagai orang yang menunggu untuk diselamatkan sampai saat terakhir
  hidupnya di dunia, kakek saya tidak ingin orang lain yang ia kenal
  melakukan hal yang sama seperti yang telah ia lakukan. Dengan
  tenang, ia mengingatkan bahwa orang-orang yang menolak terlalu lama
  akan kehilangan selamanya. Dan, sebagai orang yang diselamatkan
  menjelang akhir hidupnya, dia menginginkan saya memberi tahu Anda:
  saat ini adalah waktu terbaik yang pernah ada untuk mengundang Juru
  Selamat -- Juru Selamat yang dapat menenangkan laut yang bergolak,
  angin ribut, dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang.

  Diambil dari:
  Judul buku: Bagaimana Saya Tahu Jika Yesus Mengasihi Saya?
  Judul buku asli: If Jesus Loves Me, How Do I Know?
  Penulis: Christine A. Dallman dan J. Isamu Yamamoto
  Penerjemah: Dwi Prabantini
  Penerbit: Yayasn ANDI, Yogyakarta 2003
  Halaman: 9 -- 11
______________________________________________________________________

  Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
  kepadaku. (Filipi 4:13)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Filipi+4:13 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Doakan agar Tuhan memberi hikmat dan tuntunan kepada orang-orang
     yang rindu memberitakan Allah sebagai Juru Selamat, untuk dapat
     menemukan cara terbaik dalam  menyampaikan Kabar Baik kepada
     orang-orang yang belum percaya.

  2. Ada banyak orang yang mengaku beragama Kristen namun masih belum
     percaya penuh bahwa Tuhan Yesus adalah Juru Selamat dan hidup di
     dalam Dia. Doakan supaya Tuhan menyadarkan mereka dan membuat
     mereka percaya bahwa Tuhan adalah Juru Selamatnya, serta mereka
     dapat memancarkan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Doakan agar Tuhan menjamah hati orang-orang yang belum percaya
     kepada Dia, sehingga mereka dapat menerima Yesus sebagai Tuhan
     dan Juru Selamat pribadi mereka.
______________________________________________________________________

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org