Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/169

e-Wanita edisi 169 (19-10-2017)

Wanita Kristen dalam Dunia Materialisme

e-Wanita -- Edisi 169/Oktober 2017
 
Wanita Kristen dalam Dunia Materialisme
e-Wanita -- Edisi 169/Oktober 2017
 
e-Wanita

Salam dalam kasih Kristus,

Dalam dunia yang dipenuhi dengan rupa-rupa keinginan daging, materialisme selalu menjadi tema yang mengemuka dalam kehidupan orang percaya. Kita hidup dalam dunia yang menilai segala sesuatu dari tampilan luar, kesuksesan duniawi, kepemilikan, dan popularitas. Dan, keempatnya sering kali sangat terkait dengan isu-isu material, baik dalam motif, proses, tujuan, maupun pencapaian. Meski telah dipanggil untuk hidup dalam terang firman Allah, tidak dapat disangkal bahwa hal-hal tersebut adalah godaan menyilaukan, yang sering kali meruntuhkan iman atau menghambat pertumbuhan rohani kita. Terlalu banyak cerita yang kita ketahui mengenai orang-orang Kristen yang gagal mencapai tujuan dan kehendak Allah karena terikat dalam materialisme.

Lalu, bagaimana wanita Kristen seharusnya menyikapi persoalan materialisme ini? Bagaimana seharusnya kita memandang materi dan segala daya tariknya dalam terang kebenaran Allah? Dua kolom sajian kami akan mengupas tentang hal itu pada edisi kali ini. Materialisme adalah hal yang dangkal dan fana sifatnya, dan nilainya tidaklah sebanding dengan Kerajaan Allah. Kiranya setelah membaca sajian kami, kita semua akan semakin rindu untuk mengenal dan mengikut Tuhan daripada berpaling ke godaan materialisme. Amin.

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
N. Risanti

 

RENUNGAN WANITA Bahagia Tanpa

Bacaan: 1 Timotius 6:6-11

Seorang Filsuf Yunani kuno, yakni Socrates (469 -- 399 SM), percaya bahwa jika Anda sungguh-sungguh bijak, Anda tidak akan terobsesi oleh kekayaan. Untuk mempraktikkan apa yang ia khotbahkan secara ekstrem itu, ia bahkan menolak untuk mengenakan sepatu.

Socrates suka mengunjungi pasar, tetapi ia hanya memandang beraneka ragam pakaian yang dipamerkan dengan penuh kekaguman. Saat seorang teman bertanya mengapa ia demikian terpesona, ia menjawab, "Saya suka pergi ke sana dan menyadari betapa saya bahagia meski tak memiliki banyak hal yang ada di sana."

Bahagia

Sikap di atas bertentangan dengan iklan yang terus-menerus menyerang mata dan telinga kita. Para pemasang iklan menghabiskan jutaan rupiah untuk mengatakan bahwa kita tak akan bahagia bila tidak memiliki produk terbaru mereka.

Rasul Paulus menasihati anak rohaninya, Timotius, demikian, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup memberi keuntungan besar. Sebab, kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia, dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah" (1 Timotius 6:6-8). Jika kita terpikat pada harta benda, Paulus memperingatkan, kita bisa melenceng dari iman dan frustrasi karena keinginan daging (ayat 9, 10).

Marilah kita bertanya kepada diri sendiri, "Hal-hal apakah yang meski tidak kumiliki, tetapi tidak mengurangi kebahagiaanku?" Jawaban atas pertanyaan ini akan mengungkapkan banyak tentang hubungan kita dengan Tuhan dan kepuasan kita terhadap Dia.

KEPUASAN BUKAN BERASAL DARI HARTA YANG BERLIMPAH, TETAPI DARI KEINGINAN YANG SEDIKIT.

Diterjemahkan dari:
Nama situs : SABDA.org
Alamat situs : http://sabda.org/publikasi/e-rh/2003/01/24/
Judul asli renungan : Bahagia Tanpa
Penulis renungan : Vernon Grounds
Tanggal akses : 23 Januari 2017
 

DUNIA WANITA Bebas dari Uang, Kaya di Hadapan Allah

Mari kita berbicara tentang uang. Yesus berkata,

"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusaknya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:19-21)

Keuangan

Yesus berbicara tentang uang lebih banyak daripada tentang seks, surga, dan neraka. Uang adalah masalah besar menurut Yesus. Pasti ada sesuatu yang benar-benar berbahaya tentang uang. Ia berkata, "Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Matius 19:24).

Dugaan saya adalah banyak orang kaya segera keberatan, mengatakan sesuatu seperti: "Tidak, dikatakan bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan (1 Timotius 6:10). Uang tidaklah buruk." Maaf? Lebih sulit "bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga", titik! Bukan orang kaya yang mencintai uangnya. Lebih sulit bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga daripada seekor unta masuk melalui lubang jarum. Uang itu berbahaya. Jika Anda memilikinya dan bergantung padanya, ia akan membunuh Anda. Jika Anda tidak memilikinya dan menginginkannya, ia akan membunuh Anda. Uang bisa membunuh kita karena ia mengungkapkan hati kita. Pertanyaan saya adalah: Apa artinya mengumpulkan harta di surga, bukan harta di bumi? Mari kita lihat apakah kita bisa mendapatkan bantuan dari Yesus.

Memaksimalkan Allah atau Uang?

Berikut adalah kisah yang harus diceritakan. Kita berada pada Lukas 12, ketika tanah seorang pria telah menghasilkan lebih dari yang diharapkan. Dia berkata, "Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku" (Lukas 12:17). Jawabannya? "Aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar" (Lukas 12:18). Itulah yang akan aku lakukan dengan semua kekayaanku di sini pada akhir tahun ketika pasar saham akan melonjak sangat tinggi. Apa yang akan Anda lakukan dengan semua uang ekstra Anda, orang kaya? Dia akan membangun lumbung-lumbung yang lebih besar.

Lalu, ia berkata kepada dirinya sendiri, "Diriku, beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah karena kamu memiliki barang yang tersimpan untuk bertahun-tahun lamanya." Kamu bodoh. "Malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu." (Lukas 12:20) Kemudian, muncul kalimat penting di ayat 21. "Demikianlah jadinya dengan orang -- yaitu si bodoh -- yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Lukas 12:21)

Apa artinya "Kaya di hadapan Allah"? Saya menggumuli itu selama bertahun-tahun. Tentu itu bukan berarti memberi banyak uang kepada Allah. Dia tidak membutuhkan uang. Dia memiliki beribu-ribu hewan di gunung (Mazmur 50:10). Bukan, menjadi kaya di hadapan Allah bukan berarti memperkaya Allah. Menurut saya, artinya adalah menganggap Allah sebagai kekayaan Anda. Jika Anda berusaha menemukan di mana untuk menjadi kaya, fokuslah pada Allah. Dia adalah upah besar Anda. Dia adalah kekayaan. Oleh karena itu, kumpulkanlah bagimu harta di surga berarti hidup dengan cara sedemikian rupa untuk memaksimalkan Allah sebagai harta Anda. Menangani uang Anda dengan cara sedemikian rupa untuk menunjukkan bahwa Allah, dan bukan uang, adalah harta Anda.

Anda Tidak Dapat Melayani Dua Tuan

Berikut adalah perkataan lain dari Yesus tentang uang. Dia berkata, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24) Apa artinya mengabdi kepada uang? Saya kira hal itu akan menjelaskan apa artinya mengabdi kepada Allah. Bagaimana Anda mengabdi kepada uang? Anda tidak melakukan apa yang uang katakan. Uang tidak berbicara dengan Anda, seperti uang kertas dolar kecil dengan mulut di atasnya mengatakan lakukan ini atau lakukan itu. Mengabdi kepada uang berarti menganggap semua perilaku Anda, semua hidup Anda, untuk memaksimalkan apa yang dapat diberikan uang kepada Anda, selalu menanyakan apa manfaat yang bisa Anda peroleh dari uang. Itulah mengabdi kepada uang. Saya pikir sebagian besar orang mungkin akan setuju dengan itu.

Jadi, apa artinya mengabdi kepada Allah? Jangan membawa makna yang bertentangan dari luar perbandingan ini. Jika Anda tetap berpegang pada perbandingan itu, mengabdi kepada Allah berarti melakukan segala sesuatu yang Anda lakukan, menganggap semua perilaku Anda untuk memaksimalkan kesenangan yang bisa Anda dapatkan dari Allah, semua manfaat yang bisa Anda dapatkan dari Allah dalam Kristus.

Anda tidak dapat mengabdi kepada Allah dan uang dengan cara itu. Mereka saling berkaitan. Entah Anda membelok untuk menjadikan Allah sebagai harta Anda dalam segala hal atau Anda membelok untuk membuat uang sebagai harta Anda dalam segala hal. Jadi, kumpulkanlah bagimu harta di surga berarti menganggap semua perilaku Anda untuk memaksimalkan manfaat yang Anda dapatkan dari Allah, manfaat yang Anda miliki dalam Allah melalui Yesus Kristus.

Pemuda yang Kaya

Jual Harta Anda

Terakhir, mari kita lihat Lukas 12:32-34, salah satu bagian favorit saya untuk ditulis. Ayat itu berbunyi seperti ini,

"Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Lukas 12:32-34)

Ada hubungan antara mengumpulkan bagi Anda harta di surga (yang kita sudah lihat) dan menjual barang-barang Anda dan memberi diri Anda sendiri dompet atau kantong uang yang tidak menjadi tua. Anda harus memberi kepada diri kantong uang dan harta yang tidak pernah rusak, dan Anda harus memberi kepada orang miskin. Yesus mengatakan: Perintah kedua adalah bagaimana Anda melakukannya yang pertama. Juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang yang membutuhkan, dan dengan demikian (putuskan sendiri jika memasukkan kata itu tampaknya cocok) menyediakan bagimu harta di surga.

Saya pikir jawabannya di sini tentang bagaimana Anda memberi diri Anda sendiri harta di surga adalah bahwa Anda mengambil uang Anda dan Anda menunjukkan kebebasan Anda darinya. Uang bukan Allah Anda. Uang bukan harta Anda. Anda mencintai orang, dan Anda ingin agar orang-orang mencintai Allah sehingga Anda menunjukkan kasih Allah kepada mereka dengan berbagi lebih dan lebih dari apa yang Anda miliki. Dan, dalam melakukan itu, sukacita Anda dalam Allah, penghargaan Anda tentang Dia, bertambah.

Gembala, Bapa, dan Raja

Murah Hati

Yesus memberi kita motif untuk gaya hidup seperti itu di ayat 32, "Jangan takut, hai kamu kawanan kecil!". Kita cenderung takut. Kita mengira jika kita memberikan sebanyak ini untuk gereja atau jika sebanyak ini untuk pelayanan yang peduli pada orang miskin, kita mungkin tidak akan memiliki cukup. Yesus berkata, "Jangan takut, hai kamu kawanan kecil!" Dan, jika Dia memanggil kita kawanan, siapa Dia? Allah adalah Gembala kita. "Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu ..." -- Jadi, sekarang kita memiliki Bapa dan kita memiliki Gembala -- "telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu." Sekarang Dia adalah Raja.

Yesus menambahkan ilustrasi tentang Allah untuk menghapus ketakutan kita untuk memberi dan mengumpulkan harta di surga. Dia adalah Gembala. Dia adalah Bapa. Dia adalah Raja. Gembala tahu segala yang dibutuhkan domba-domba untuk hidup, dan menyediakan bagi mereka. Bapa merawat anak-anak mereka dengan luar biasa. Raja memiliki kewenangan dan kekuasaan untuk menyelesaikannya. Allah adalah semua itu untuk Anda. Jadi, jangan takut. Jadilah pemberi yang bebas, murah hati, dan rela. Perlakukan Allah sebagai harta Anda di atas semua harta, lalu tunjukkan betapa Dia adalah harta Anda dengan memberi dan memberi dan memberi kepada mereka yang membutuhkan.

"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: 'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.'"(Ibrani 13:5-6) Oleh karena itu, di antara semua orang di planet ini, kiranya orang-orang Kristen menjadi pemberi yang paling bebas, murah hati, lepas, dengan risiko besar bagi diri mereka sendiri. (t/Jing-Jing)

Download Audio
Diambil dari:
Nama situs : desiringGod.org
Alamat situs : http://www.desiringgod.org/articles/free-from-money-rich-toward-god
Judul asli artikel : Free from Money, Rich Toward God
Penulis artikel : John Piper
Tanggal akses : 22 September 2016
 
Stop Press! Ikutilah Diskusi Online "Alkitab dan Reformasi" di Facebook Grup Teologi Reformed

grup_diskusi_doa

Sebelum Reformasi, kaum awam jelas tidak memiliki kedudukan yang penting dalam gereja. Semua urusan gereja merupakan tugas "para klerus" (pendeta-pendeta yang ditahbiskan), sedangkan kaum awam (jemaat) hanya menjadi objek. Setelah Reformasi, terjadi perubahan yang radikal karena prinsip-prinsip gereja yang salah dan tidak alkitabiah didobrak, salah satu hasilnya adalah konsep "keimaman orang percaya".

Melalui grup ini, Anda dapat belajar dan membuka wawasan dengan para peserta untuk menumbuhkan pengetahuan yang benar dan alkitabiah melalui artikel "Alkitab dan Reformasi". Diskusi ini akan berlangsung pada 30 Oktober 2017 -- 13 November 2017. Anda juga dapat berbagi pengalaman serta memperluas jaringan pelayanan melalui komunitas ini sehingga kita senantiasa bergairah dalam Kristus untuk mewartakan Injil kepada sesama.

Nah, bergabunglah dan dapatkan wawasan dan berbagai pengajaran yang benar seputar Teologia Reformed melalui: Grup Diskusi Reformed

Kami tunggu!

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Wanita.
wanita@sabda.org
e-Wanita
@sabdawanita
Redaksi: N. Risanti, Amidya, dan Margaretha I.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org