Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/155

e-Wanita edisi 155 (18-8-2016)

Berjuang dalam Sakit

 

Berjuang dalam Sakit
e-Wanita -- Edisi 155/Agustus 2016

e-Wanita

Salam dalam kasih Kristus,

Allah turut bekerja dalam hidup umat-Nya. Dia adalah Allah yang peduli dan berbelas kasihan kepada umat-Nya. Dalam berbagai kondisi hidup kita, Allah senantiasa mengasihi kita. Saat mengalami sakit penyakit, kita akan berseru kepada Tuhan dan menanti-nantikan mukjizat-Nya atas hidup kita. Dalam doa dan pergumulan pribadi, kita mengharap belas kasihan-Nya untuk mengangkat sakit yang kita derita.

Publikasi e-Wanita bulan ini menyajikan sebuah kesaksian dari wanita Kristen yang merasakan campur tangan Tuhan dalam hidupnya. Dalam kesakitan yang kita alami, Tuhan mengizinkan kita untuk bisa berproses bersama Dia. Simak pula kisah dari Kemi, yang mengalami sakit secara psikis karena suaminya harus terbunuh di depan matanya. Kendati demikian, Kemi tetap berpengharapan di dalam Tuhan dan semakin didorong untuk memegang iman kepada Kristus. Tuhan beserta kita.

Amidya

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
Amidya

 

WAWASAN WANITA
Tujuan Rasa Sakit

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)

Tuhan Bekerja

Belinda dicekam ketakutan saat duduk di ruang praktik dokter dan menunggu keputusan dibacakan. Sudah berminggu-minggu ia menjalani berbagai macam tes yang menyakitkan, melelahkan, dan tak kunjung berakhir. Apa yang akan terjadi padaku? Mengapa para dokter tidak berkata apa-apa? Mereka pasti mengetahui sesuatu!

Apa pun yang ia bayangkan, tak pernah membuat Belinda siap menerima diagnosis tentang penyakitnya, yakni Multiple Sclerosis (kondisi autoimun di mana sistem imun menyerang sistem saraf pusat). Kedua kata itu seolah berteriak tepat di telinganya, sementara pada saat yang sama otaknya menolak untuk memahami hal itu. Hasil tesnya salah. Para dokter itu pasti membuat kesalahan. Bagaimana aku bisa memperbaiki hal ini?

Rumah tangga Belinda sedang mengalami guncangan sebelum ia menerima diagnosis itu. Sekarang, saat dihadapkan dengan kenyataan penyakit yang serius dan melemahkan, hidup Belinda hancur berkeping-keping. Belinda benar-benar merasa sendirian. Ia menangis tanpa kendali sampai bahunya terguncang-guncang.

Selama masa penuh keputusasaan ini, Allah menempatkan orang-orang kristiani di sekeliling Belinda. Kawan-kawan kristiani ini berdoa baginya dan berbicara tentang Tuhan padanya. Mereka memberi tahu Belinda bahwa Tuhan akan senantiasa menyertainya, apa pun yang terjadi. Namun, wanita itu tidak mampu memahami mengapa Yesus mau menyelamatkannya. Apa yang sudah ia lakukan untuk Dia?

Perlu waktu yang lama bagi Belinda untuk melihat keselamatan sebagai anugerah Allah melalui pengorbanan dan kematian Anak-Nya, untuk menyadari bahwa Yesus telah mati baginya. Begitu ia paham, Belinda berdoa, mengakui dosa-dosanya, dan menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya.

Inilah akhir dari kisahnya. Allah juga bekerja di dalam hati suami Belinda. Beberapa jam setelah Belinda menerima Yesus, pria itu juga menjadi seorang kristiani. Pasangan suami istri inipun dipersatukan kembali di dalam Kristus dan memohon bimbingan Allah atas pernikahan dan keluarga mereka. Dalam sehat maupun sakit, Belinda dan suaminya memasrahkan masa depan mereka dalam tangan Allah.

Penyakit Belinda tidak serta-merta lenyap setelah ia menjadi seorang kristiani. Multiple Sclerosis adalah penyakit yang mengerikan. Terkadang, ia menjalani hari-hari yang begitu sulit sehingga ia pun meneteskan air mata. Namun, Belinda tidak lagi berjalan sendirian di dalam lembah penyakitnya yang kelam. Yesus berjalan di sisinya. Seperti Yusuf yang ditinggalkan saudara-saudaranya supaya mati, Belinda dapat berkata, "Tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan" (Kejadian 50:20). Sebagaimana Allah memakai kekejaman saudara-saudara Yusuf untuk menggenapi kebaikan-Nya bagi bangsa Israel, Allah memakai penyakit Belinda untuk mendekatkan dirinya bersama suaminya kepada-Nya dan kepada satu sama lain.

Allah mampu melenyapkan penyakit kita dan mengubah kondisi kita seketika saat penyakit itu tidak diperlukan lagi untuk menggenapi tujuan ilahi-Nya. Hingga saat itu, atau sampai ia membawa kita pulang, kita dapat bersandar pada fakta bahwa penyakit kita merupakan bagian dari tujuannya yang baik atas hidup kita. Allah benar-benar memakai semua hal.

Aku bersyukur ya Tuhan karena Engkaulah pengendali hidupku yang juga memberkati aku. Bantulah aku supaya aku dapat percaya bahwa Engkau memakai segala sesuatu yang menimpaku bagi kebaikanku yang utama.

"Ketika kita menyerahkan diri terhadap proses apa pun yang Allah pilih untuk menjadikan kita semakin serupa dengan-Nya, kita juga dapat tinggal di dalam Kristus dalam situasi apa pun demi kemuliaan Allah."

Diambil dari:
Judul asli buku : The God of All Comfort
Judul buku terjemahan : Sakit tetapi Tidak Terpuruk
Judul asli artikel : Tujuan Rasa Sakit
Penulis : Cynthia Heald
Penerjemah : Desiree
Penerbit : GLORIA GRAFFA, Yogyakarta, 2009
Halaman : 29 -- 31
 

WOMEN TO WOMEN
Kesetiaan Tuhan bagi Kemi dari Nigeria

Peristiwa yang pernah menimpa Kemi, ibu dari Lima, telah meninggalkan kesedihan yang mendalam. Berawal pada tahun 2011, ketika sekelompok ekstremis yang tidak rela menerima hasil akhir dari pemilihan umum yang telah berlangsung di kota Jos. Mereka melakukan tindakan anarkis dengan membunuh orang Kristen dan menghancurkan semua bangunan dan harta benda mereka. Dalam peristiwa itu, Kemi sekeluarga tidak dapat melarikan diri. Para pesuruh datang menghancurkan segala kepunyaannya. Tidak hanya itu, mereka mengejar mereka sekeluarga, membunuh Samuel, suaminya, saat ia mencoba menyelamatkan Kemi dan anak-anak dari penyerangan.

Kemi Nigeria

Bersyukur kepada Tuhan atas pertolongan-Nya, Kemi dan anak-anaknya terluput dari maut. Seorang tetangga ikut membantu mereka melarikan diri. Meskipun Kemi sangat terpukul atas kematian Samuel suaminya, tetapi ia mengambil keputusan untuk menerima peristiwa itu dengan respons yang benar. Dia memilih untuk memercayai Tuhan daripada larut dalam kesedihannya.

"Saya tidak bersedih karena suami saya telah pergi ... Andaikata Tuhan tidak mengizinkan, hal itu tentu tidak akan terjadi. Namun, saya menemukan banyak orang telah melewati lembah kekelaman dan mereka tetap kuat karena Dia yang mengizinkan. Saya tidak meragukan Tuhan dengan berpikir bahwa semua itu bisa terjadi karena saya tahu Dia mengizinkannya."

Sejak peristiwa tragis tersebut, secara ajaib Tuhan selalu memberikan kekuatan kepada saya setiap hari. "Saya merasa Dia tidak pernah meninggalkan sedetik pun, Dia menyediakan segala yang kami butuhkan setiap hari karena kasih setia-Nya selalu ada dan selalu baru setiap pagi. Jujur, memang saya terkadang sangat merindukan suami saya karena suami saya adalah sahabat terbaik saya."

Kemi sangat berterima kasih atas dukungan dari Tubuh Kristus di seluruh dunia. "Ketika kami sangat memerlukan dukungan, Bapak dan Ibu telah menguatkan kami. Kami sangat dikuatkan oleh dukungan doa, penulisan surat dan dukungan materi yang diberikan kepada kami. Saya menerima banyak surat sejak Januari 2009 ketika Open Doors mengadakan program pemulihan trauma. Setiap kali saya merasa tertekan, saya kembali membaca surat tersebut, melalui kata-katanya saya bisa bangkit kembali. Kami benar-benar dikuatkan, Bapak dan Ibu telah melakukan banyak hal, dan kasih yang Bapak dan Ibu punya untuk tubuh Kristus yang teraniaya dengan mengatakan 'Kami berdoa untuk Anda' adalah kasih yang menguatkan."

Diambil dari:
Judul buletin : Open Doors Frontline Faith
Edisi : Maret/April 2016
Penulis artikel : Tim redaksi Open Doors
Halaman : 8 -- 9
 
Stop Press! Blog SABDA

Blog SABDA

Blog SABDA merupakan media bagi semua staf YLSA dalam berbagi cerita pelayanan, pelajaran, pengalaman, maupun kesaksian selama melayani Tuhan. Ada begitu banyak hal menarik yang bisa Anda dapatkan melalui tulisan-tulisan dalam Blog SABDA ini, yang menggambarkan kisah-kisah di balik layar pelayanan YLSA sepanjang waktu.

Nah, jika Anda ingin mengetahui lebih banyak mengenai seluk-beluk dan cerita-cerita pelayanan YLSA, kunjungi saja Blog SABDA untuk membaca tulisan para staf YLSA dalam berbagi cerita dan kesan. Ada berbagai ragam tema dan topik tulisan yang terdapat di dalamnya, yang ditulis dengan gaya unik dari masing-masing staf. Jangan lupa untuk menuliskan komentar jika Anda mendapat berkat melalui tulisan-tulisan yang ada. Saran ataupun kritik demi perkembangan pelayanan YLSA pun boleh Anda tuliskan.

Penasaran? Ayo, segera kunjungi Blog SABDA di SINI dan kenali pelayanan YLSA secara lebih mendalam!

Informasi:
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Wanita.
wanita@sabda.org
e-Wanita
@sabdawanita
Redaksi: Amidya, N. Risanti, dan Margaretha I.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org