Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/147

e-Wanita edisi 147 (17-12-2015)

Kebahagiaan Natal


______________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen______________
                          Kebahagiaan Natal
                       Edisi 147/Desember 2015

e-Wanita -- Kebahagiaan Natal
Edisi 147/Desember 2015


Salam kasih dalam Kristus,

Bagaimana cara Anda memperingati Natal, Sahabat Wanita? Apakah 
kedatangan Yesus 2000 tahun yang lalu masih menjadi sesuatu yang 
mengherankan dan menakjubkan Anda? Ataukah, karena Natal datang dan 
pergi setiap tahun, kehadirannya pun menjadi sesuatu yang biasa atau 
malah tidak lagi bermakna apa-apa bagi Anda? Artikel kami di edisi 
penghujung tahun ini akan menampilkan tema mengenai memaknai Natal 
dengan sukacita dan kebahagiaan yang sejati. Kristus yang mau hadir di 
dalam dunia yang penuh dengan penderitaan ini adalah hadiah terbesar 
dalam kehidupan kita yang seharusnya menjadi sumber sukacita dan 
kebahagiaan kita yang sejati. Allah yang peduli dan yang mau terlibat 
dalam kehidupan anak-anak-Nya menjadi bukti bahwa kita berharga di 
mata-Nya. Betapa beruntungnya kita!

Seluruh staf redaksi publikasi e-Wanita mengucapkan Selamat Natal 2015 
dan Tahun Baru 2016 kepada seluruh Sahabat e-Wanita di mana pun Anda 
berada. Kasih, sukacita, dan damai sejahtera dari Kristus, Sang 
Mesias, berada di dalam diri Anda senantiasa.

"Karena Allah sangat mengasihi dunia ini, Ia memberikan Anak-Nya yang 
tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, 
melainkan memperoleh hidup yang kekal."
(Yohanes 3:16, AYT Draft)

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >


            RENUNGAN NATAL: SUKACITA DALAM REALITAS NATAL
                       Ditulis oleh: N. Risanti

Bertumbuh dalam keluarga Kristen yang sudah mengenal Kristus semenjak 
lama, membuat keluarga besar kami memiliki tradisi Natal yang kental 
di bulan Desember. Dimulai dengan memasang dan menghias pohon Natal 
besar di rumah nenek saya, membuat kue-kue khas Natal, membeli dan 
membungkus hadiah Natal, menjalani latihan drama atau paduan suara 
untuk acara Natal di gereja, sampai merayakan malam Natal bersama 
keluarga besar di rumah nenek yang penuh dengan nuansa keakraban dan 
kegembiraan. Semua tradisi dan kesibukan itu sungguh membawa kesan dan 
memori yang menyenangkan bagi saya sebagai anak-anak, yang bahkan 
masih terbawa hingga saat ini. Desember dan Natal kemudian bermakna 
sebagai masa-masa yang penuh dengan kesenangan dan kegembiraan 
berdasarkan kenangan indah saya semasa kanak-kanak.

Namun, makna Natal dari masa kecil itu kian bergeser seiring dengan 
pertumbuhan iman dan pengenalan saya akan Dia dan firman-Nya. Natal 
tidak lagi berarti baju atau sepatu baru, hadiah-hadiah, kesibukan 
mendekorasi rumah dan gereja, atau menikmati makanan enak dalam acara 
Natal di gereja atau di rumah. Ketika kita menyadari realitas bahwa 
2000 tahun yang lalu Yesus masuk dalam kehidupan manusia untuk 
melakukan karya kasih bagi manusia berdosa, kesenangan macam apakah 
yang dapat menggantikan makna Natal yang sejati bagi orang percaya? 
Hadiah apakah yang lebih indah atau menakjubkan dibanding Allah yang 
memberikan diri-Nya bagi kita? Paulus mengatakan dalam Filipi 3:8, 
"Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus 
Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku 
telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku 
memperoleh Kristus". Seperti juga Paulus, kita yang telah mengenal 
Kristus akan menyadari bahwa pengenalan akan Dia menjadi puncak dari 
seluruh pengalaman hidup kita, yang mengalahkan pengalaman-pengalaman 
lainnya, bahkan kenikmatan hidup yang ditawarkan oleh dunia ini. Kita 
dapat mengenal kebenaran sejati serta pengalaman untuk bertumbuh di 
dalam Kristus tidak hanya karena kita memperoleh kehidupan dari 
pengorbanan-Nya di kayu salib, tetapi juga karena kedatangan-Nya ke 
dunia.

Bulan Desember serta tradisi Natal masih selalu membawa sukacita serta 
kegembiraan kepada saya sampai saat ini. Saya bersyukur memiliki 
kenangan akan tradisi Natal yang indah bersama keluarga dan komunitas 
gereja di masa kecil dulu. Dalam pengalaman itu, saya percaya Allah 
juga bekerja untuk menanamkan bibit-bibit kasih melalui orang-orang 
yang mengasihi saya. Namun, Natal saya kini telah bergerak lebih jauh 
dari sekadar merayakan tradisi dan kegembiraan. Natal bagi saya kini 
adalah saat-saat untuk mengenang karya Allah yang luar biasa dalam 
kehidupan, untuk kemudian membagikannya kepada orang-orang di dalam 
kehidupan saya. Seperti semangat yang mendasari Allah untuk 
menunjukkan kepedulian-Nya kepada kita 2000 tahun yang lalu, kiranya 
empati dan belas kasih kita kepada sesama yang membutuhkan juga kian 
bertumbuh di dalam diri kita melalui momen-momen Natal. Amin.

Diambil dari:
Nama situs: Natal
Alamat URL: http://natal.sabda.org/sukacita_dalam_realitas_natal
Judul asli artikel: Sukacita dalam Realitas Natal
Penulis artikel: N. Risanti
Tanggal akses: 4 November 2015


               WAWASAN WANITA: MENGALAMI SUKACITA NATAL

Lagu Natal lama menyatakan, "It?s the most wonderful time of the 
year". (Saat terindah di tahun ini - Red.) Dan, bagi orang Kristen, 
nyanyian itu harusnya bergema dengan benar. Namun, bagi banyak orang, 
Natal adalah waktu untuk bertahan. Depresi, kesedihan, dan kesepian 
yang kemudian sering kali diperburuk dengan keadaan keluarga yang 
hancur dan beban utang yang semakin menumpuk. Daftar acara Natal yang 
terlalu padat sehingga membuat kita berpikir untuk "mengakhiri hari 
raya". Kita menjadi bertanya-tanya apakah ucapan selamat Natal masih 
ada? Apa yang terjadi dengan suasana Natal yang damai di masa kanak-
kanak?

Natal telah diambil alih maknanya oleh orang-orang yang sinis, 
dimanfaatkan oleh kapitalis, dan diinjak-injak oleh konsumen. Sorak-
sorai Natal dikritik habis-habisan. Antrean para pembeli tidak ada 
habisnya; kita menggeram dan mengeluh ketika hanya satu dari sepuluh 
loket yang dibuka. Tidak ada kemurahan hati di tempat parkir pusat 
perbelanjaan; kita berburu tempat parkir yang sulit didapatkan seperti 
serigala. Para santa yang berkostum murahan memasang harga yang sangat 
mahal untuk sebuah foto dari Eddie atau Tiffany kecil yang sedang 
menangis. Desember dipenuhi dengan hari-hari yang panjang, yang riuh 
memuncak pada nyanyian "Malam Kudus" yang membosankan. Lelah dengan 
puji-pujian Natal, pesta, belanja, jamuan makan, keluarga dan 
perjalanan, kita tiba di palungan Betlehem dengan lelah karena hawa 
panas. Di malam Natal, kita mengangkat suara kita yang letih untuk 
menyanyi, "Dunia Gemar dan Soraklah, Tuhan datanglah". Kemudian, kita 
terburu-buru keluar dari ibadah untuk mendapatkan satu hadiah terakhir 
atau pergi ke satu pesta terakhir.

Begitu cepat itu semua berakhir. Kita menyimpan pita-pita dari 
dekorasi Natal, membakar kertas-kertas pembungkus kado, membongkar 
pohon Natal, dan berusaha keras mewujudkan resolusi Tahun Baru kita. 
Terlalu sering kita melewatkan maknanya. Kita seperti orang yang pergi 
ke pantai, tetapi tidak pernah melihat laut. Ancaman akan kehilangan 
makna dari hari raya terlalu nyata. Kecuali kita melibatkan hati kita 
dalam perayaan sejati dari sukacita Natal, maka kita akan dengan mudah 
terjebak dalam hari raya yang sia-sia dan tak ada artinya. Ketika kita 
melupakan makna Natal, maka masa Natal akan menjadi sangat berkurang 
maknanya.

Yesaya melihat perayaan agama yang terpisah dari ibadah yang sejati. 
Orang-orang menyukai jamuan makan dan perayaan mereka, tetapi mereka 
kehilangan perspektif mereka. Allah menyampaikan firman-Nya melalui 
Yesaya yang mendarat seperti pukulan: "Kalau kamu merayakan bulan baru 
dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan 
melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. Perayaan-perayaan 
bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci 
melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah 
menanggungnya" (Yesaya 1:13,14). Anak-anak Israel membuat hari suci 
mereka menjadi hari raya dan Allah menolak untuk dimasukkan ke daftar 
tamu. Jika Yesaya hidup pada zaman ini, dia juga bisa memberikan 
nubuat yang sama tanpa ada satu kata pun yang diubah.

Semangat sejati dari Natal kristiani harus dibangun kembali dalam hati 
dan keluarga kita. Semua itu tidak hilang. Kisah utama tentang kasih 
Tuhan masih benar. Kemuliaan masih ada untuk disaksikan oleh orang-
orang yang mencarinya. Bagaimana kita bisa benar-benar mengalami 
sukacita Natal? Bagaimana kita mengartikan "semangat Natal" yang 
benar?

Sukacita Natal dapat ditemukan dalam semangat pendamaian.

Natal harus mengarahkan hati kita pada karya pendamaian Kristus. 
Paulus mengajarkan kedatangan Kristus dalam hubungannya dengan 
pendamaian. "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus" (2 
Korintus 5:19). Setiap perayaan akan Kristus harus mencerminkan tujuan 
inti dari kedatangan-Nya.

Sebagian besar masalah yang menyesatkan orang-orang adalah kepicikan 
dan keegoisan. Betapa tragis jika perayaan Natal sering kali menjadi 
penyebab bagi kepahitan baru, atau pengulangan yang melelahkan dari 
pelanggaran di masa lalu.

Betapa kita bisa mengalami sukacita dalam semangat Kristus jika kita 
melakukan hak prerogatif yang sama dengan yang Allah lakukan dengan 
mengutus Anak-Nya ke dunia, hak prerogatif dalam pengampunan dan 
pendamaian. Natal menyediakan pengingat yang tegas bahwa orang-orang 
yang kita biarkan dalam ketidakpedulian dapat memiliki tempat yang 
hangat bersama dengan kita di dekat pohon Natal jika saja kita 
bersedia untuk menjadi lebih seperti Dia yang kita rayakan.

Sukacita Natal dapat ditemukan dalam semangat persatuan.

Kabar baik harus diberitakan. Natal seharusnya mempersatukan kita 
untuk menceritakan kisah terhebat di dunia sekali lagi, dan berbagi 
persekutuan yang sejati. Yesus menceritakan tentang seorang wanita 
yang kehilangan sebuah koin yang berharga. Dia menggeledah rumahnya 
sampai koin itu ditemukan, dan ketika koin berharga itu telah 
ditemukan, dia memanggil semua tetangga dan teman-temannya sehingga 
mereka bisa bersukacita bersama-sama. Implikasinya mutlak. Kabar baik 
adalah alasan untuk mengumpulkan orang-orang yang dekat dan jauh untuk 
merayakan. Keluarga yang berkelahi selama masa Natal menunjukkan rasa 
tidak hormat yang tidak berperasaan terhadap Tuhan.

Perkelahian keluarga jarang menghasilkan apa-apa selain lebih banyak 
dendam dan kepahitan. Perayaan Natal harus menolak semua keluhan 
"terlarang" jika Kristus sungguh-sungguh dihormati. Sebuah perayaan 
yang tepat dan penghargaan terhadap karya Kristus akan sering 
melenyapkan perselisihan dan menyembuhkan patah hati.

Semakin saya dewasa, semakin saya menghargai bacaan pagi Natal tentang 
kisah terbesar yang pernah diceritakan. Ada sesuatu yang kuat dan 
sakral ketika generasi-generasi bersama-sama hidup dalam inti iman 
kita.

Hubungan antara cucu-cucu dan kakek nenek melalui iman bersama 
menciptakan kenangan yang menyentuh generasi-generasi yang akan 
datang. "Natal" dan "sendirian" adalah dua kata yang seharusnya tidak 
pernah terkait. Sukacita pada waktu Natal ditemukan dalam berhubungan 
kembali dengan orang yang kita kasihi, dan bahkan dengan orang-orang 
yang telah kehilangan kontak selama ini.

Sukacita Natal dapat ditemukan dalam semangat menyembah.

Lukas menceritakan bahwa kelahiran Kristus diiringi dengan pujian 
malaikat (Lukas 2:13,14). Kita juga akan bergabung dengan paduan suara 
malaikat. Sebuah upaya dengan sengaja harus dilakukan oleh setiap 
orang percaya untuk menyingkirkan semua hambatan dalam memuji. Scrooge 
(tokoh yang tidak menyukai Natal dan selalu bersikap tidak ramah dalam 
kisah Christmas Carol karya Charles Dickens - Red.) seharusnya tidak 
termasuk di antara kita pada malam Natal.

Waktu Natal menyediakan sebuah kesempatan untuk membersihkan hati dari 
kesedihan dan kesuraman. Harapan yang mencerahkan dan memutihkan semua 
yang disentuhnya. Palungan Betlehem adalah jauh, jauh lebih daripada 
sekadar sebuah tonggak sejarah; itu adalah janji yang terus ada bagi 
semua orang yang percaya. Yesus adalah Hadiah yang terus memberi. 
Orang Kristen dapat bersukacita dalam hal-hal yang kekal, bahkan 
ketika dalam keadaan jasmani yang sulit.

Sukacita Natal dapat ditemukan dalam semangat kemurahan hati.

Teks Natal favorit saya terdapat di Yohanes 3:16, "Karena Allah begitu 
mengasihi dunia sehingga Ia telah mengaruniakan ...." Kita perlu 
menegaskan kembali dasar agung yang mendukung tradisi pemberian hadiah 
pada waktu Natal. Meskipun kita tidak boleh terseret dengan utang yang 
berlebihan dan pengeluaran demi gengsi, kita harus melakukan kemurahan 
hati dalam perbuatan dan semangat sebagai sebuah perayaan sejati akan 
Yesus. Ingatlah bahwa hadiah selalu merupakan pemberian dari hati. 
Sebagian besar hadiah akan segera rusak, usang, dan dilupakan, tetapi 
hati yang penuh kasih dan memberi, bertahan melewati ujian waktu.

Kecuali kita memberikan kembali Natal dengan pesan dan makna yang 
mulia, maka hari raya itu akan berlalu seperti festival orang kafir. 
Kecuali kita benar-benar merayakan Kristus, maka kisah terbesar yang 
pernah diceritakan akan terlewatkan di tengah lonceng, pita-pita, dan 
pernak-pernik. Jadikan hari raya Anda sebuah hari yang suci. Tambahkan 
satu atau dua kursi lain di meja Anda. Buanglah dendam apa pun atau 
sakit hati yang masih ada. Nyanyikan lagu-lagu dengan suara Anda yang 
paling keras. Ceritakan kisah Kristus dengan ucapan syukur dan 
kekaguman. Bungkus setiap kado dalam kasih. Anda adalah alasan Yesus 
datang. Tidak ada yang memiliki alasan lebih untuk merayakannya 
dibandingkan Anda. (t/Jing-Jing)

Sumber asli:
Nama situs: Pentecostal Evangel
Alamat URL; http://www.pe.ag.org/Articles2001/4571_crabtree.cfm
Judul asli artikel: Finding the joy of Christmas
Penulis artikel: David B. Crabtree
Tanggal akses: 5 Februari 2015

Diambil dari:
Nama situs: Natal
Alamat URL: http://natal.sabda.org/mengalami_sukacita_natal
Tanggal akses: 4 November 2015


STOP PRESS: KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN PERIODE JANUARI/FEBRUARI 2016

Apakah Anda rindu mempelajari pokok-pokok penting seputar iman Kristen 
bersama rekan-rekan seiman dari berbagai penjuru melalui dunia maya?

Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) < http://ylsa.org > mengundang Anda untuk 
bergabung di kelas diskusi Dasar-Dasar Iman Kristen Januari/Februari 
2016 yang diselenggarakan oleh Pendidikan Elektronik Studi Teologia 
Awam (PESTA) < http://pesta.org >. Dalam kelas ini setiap peserta akan 
belajar bersama secara khusus tentang penciptaan manusia, kejatuhan 
manusia dalam dosa, rencana keselamatan Allah melalui Yesus Kristus, 
dan hidup baru dalam Kristus. Pelajaran-pelajaran ini sangat berguna, 
baik orang Kristen lama maupun baru, untuk memiliki dasar-dasar iman 
kepercayaan yang teguh sesuai dengan kebenaran Alkitab.

Diskusi akan dilakukan melalui facebook grup. Pendaftaran dibuka mulai 
hari ini dan segera hubungi Admin PESTA di <kusuma(at)in-christ.net> 
atau di Facebook profil Kusuma Ks 
<https://www.facebook.com/?q=#/kusuma.ks>. Secepatnya, kami akan 
mengirimkan bahan DIK untuk dikerjakan setiap peserta sebagai tugas 
tertulis.

Daftarkanlah diri Anda sekarang juga! Mari kita menggunakan sosial 
media kita untuk belajar dan bertumbuh dalam kebenaran firman Tuhan!


Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti dan Mei
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org