Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/133

e-Wanita edisi 133 (20-11-2014)

Masalah Infertilitas


_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                   TOPIK: Masalah Infertilitas
                      Edisi 133/November 2014

e-Wanita -- Masalah Infertilitas
Edisi 133/November 2014

Salam kasih dalam Kristus,

Setiap pasangan yang menikah mendambakan untuk memiliki anak secara
biologis. Namun, tidak semua pasangan bisa dengan cepat memiliki anak
secara biologis. Ada pasangan yang sudah lama sekali menikah, tetapi
sang istri tidak kunjung mengandung. Banyak hal bisa mengakibatkan hal
itu terjadi dan kasusnya mungkin tidak sama antara satu pasangan dan
pasangan lainnya. Istilah medis untuk pasangan yang sudah lama tidak
dikaruniai anak secara biologis adalah infertilitas.

Pasangan yang mengalami masalah infertilitas mungkin tidak dapat
menerima dengan mudah kenyataan tersebut dan itu wajar. Namun, sebagai
orang percaya, masalah ini dapat menjadi kesempatan indah untuk
mencari dan memahami rencana Allah. Berusaha untuk menemukan solusi
dari masalah infertilitas harus dibarengi dengan doa dan
kebergantungan penuh kepada kehendak Tuhan. Dalam edisi ini, kita
dapat menyimak apa kata Alkitab tentang infertilitas dan bagaimana
kita dapat memberikan dorongan kepada pasangan yang memiliki masalah
ini. Kiranya ini menjadi berkat.

Redaksi Tamu e-Wanita,
Davida
< http://wanita.sabda.org/ >


          DUNIA WANITA: APA KATA ALKITAB TENTANG INFERTILITAS

Alkitab sangat adil mengenai kesuburan dan membesarkan anak. Anak-anak
adalah berkat  (Mazmur 127:3-5). Anak-anak diperlukan untuk memenuhi
tujuan Allah bagi manusia agar kita "Beranakcuculah dan bertambah
banyak;  penuhilah bumi  ..." (Kejadian  1:28). Setidaknya, dua kali
Allah menggunakan kesuburan untuk menganugerahi atau menenangkan para
perempuan (Kejadian 29:31; 2 Raja-raja 4:8-17). Namun, tidak ada bukti
apa pun bahwa Allah menghukum seorang perempuan karena kemandulan.
Hanya sekali Allah menggunakan "kemandulan" sebagai hukuman (2 Samuel 6:20-23). 
Sebab, sering kali, kemandulan diobati dengan kelahiran tokoh  
penting, termasuk Ishak  (Kejadian  21:7), Esau dan Yakub
(Kejadian 25:21), Simson (Hakim-hakim  13), Nabi Samuel (1 Samuel 1),
dan Yohanes Pembaptis (Lukas 1).

Orang-orang saleh yang memiliki istri yang sulit mendapatkan
keturunan, seharusnya lebih banyak memedulikan istri mereka daripada
potensi untuk mendapatkan keturunan. Abraham tampak puas dengan
istrinya, Sara; tetapi Sara yang mendesak hambanya perempuan, Hagar,
untuk memberi dirinya kepada Abraham sebagai pengganti penerus
keturunan (Kejadian 16). Ketika Ribka berpikir dia mandul, Ishak tidak
mencari istri kedua. Sebaliknya, ia berdoa agar Allah membuka
kandungan istrinya (Kejadian 25:21). Baik Yakub (Kejadian 29:30)  dan
Elkana, ayah Samuel  (1  Samuel  1:8), sangat mengasihi istrinya,
meskipun menghadapi masalah infertilitas.

Tekanan untuk melahirkan anak pada zaman Alkitab lebih bersifat
kultural daripada teologis. Kecuali bagi orang-orang Yunani, yang
sering meninggalkan bayi-bayi mereka di jalan supaya mati selama masa
sulit, kebanyakan budaya era Alkitab menghargai anak-anak dan
kesuburan, bahkan orang-orang Kanaan, yang sering kali mempersembahkan
anak-anak sulung mereka. Mereka melakukannya dengan harapan akan
membuat anak-anak mereka berikutnya lebih aman. Para perempuan
mengadopsi keyakinan kultural bahwa melahirkan anak-anak adalah
tanggung jawab mereka yang terbesar. Ada beberapa tingkat kepentingan;
anak sulung bertanggung jawab merawat ibunya ketika ayahnya meninggal.
Alkitab menjadi suatu indikasi kesuburan, tetapi para perempuan sering
kali menilai kesuburan yang mengarah pada penyembahan berhala. Penina,
istri kedua Elkana, menghasut Hana dengan sengit untuk membuatnya
gusar  (1 Samuel  1:6). Ketika rencana Sara terlaksana dan hambanya
perempuan, Hagar, mengandung anak Abraham, Hagar menghina Sara;
selanjutnya, Sara bertindak sangat kejam kepada Hagar hingga hambanya
itu melarikan diri ke padang belantara (Kejadian 16:4-6). Dan, ketika
Allah memberkati Lea, yang tidak dicintai Yakub, dengan anak-anak,
Rahel menjadi begitu cemburu hingga ia menuntut Yakub untuk memberinya
anak-anak (Kejadian 30:1-8). Ketika Yakub menunjuk bahwa Allahlah yang
membuka dan menutup kandungan, Rahel memberikan hambanya perempuan
kepada Yakub. Dengan demikian, mulailah terjadi pertentangan tentang
kesuburan yang melibatkan Yakub, empat perempuan, dan asal mula kedua
belas suku Israel.

Kita tahu bahwa ada banyak contoh tentang infertilitas pada masa kini.
Entah penyebabnya adalah lingkungan atau genetik, ribuan pasangan
bergumul dengan infertilitas dan kelahiran anak pada suatu masa. Dalam
Perjanjian Lama, ketika Allah menghadapi Israel sebagai suatu bangsa
dan berkat-berkat-Nya dihubungkan dengan kekuatan dan kekayaan suatu
bangsa, kesuburan adalah kiasan langsung atas berkat Allah. Dalam era
gereja, hubungan Allah dengan kita jauh lebih pribadi. Begitu besarnya
hubungan itu sehingga sangat memungkinkan jika Ia menginginkan hati
kita untuk diri-Nya sendiri, tanpa terpengaruh oleh berkat keberadaan
anak yang akan didatangkan. Memang baik dan sudah semestinya jika
seseorang bersedih karena infertilitas. Yang tidak baik adalah
menempatkan keinginan untuk memiliki anak melebihi keinginan untuk
membangun hubungan dengan Allah (Keluaran 20:3).

Namun demikian, sangat alkitabiah ketika kita mengusahakan pengobatan
untuk masalah kesuburan. Pasangan Kristen bebas menemukan pengobatan
kesuburan dengan bijaksana. Banyak pasangan memilih adopsi. Allah
memberi kita kecerdasan untuk mengembangkan peralatan yang
menggagalkan efek kejatuhan dunia pada tubuh kita; tidak masalah untuk
memanfaatkannya, asalkan kita melakukannya dengan hikmat.

Kesuburan dan kemampuan mengasuh bukanlah rencana Allah untuk setiap
orang. Akan tetapi, jika kita percaya kepada Allah dan rencana-Nya
bagi hidup kita, kita dapat membayangkan Tuhan yang terus mengingatkan
kita akan kata-kata yang diucapkan Elkana kepada Hana: "... mengapa
engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan?  Mengapa hatimu
sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki
-laki?" (t/S. Setyawati)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Compelling Truth
Alamat URL: http://www.compellingtruth.org/Bible-infertility.html
Judul asli artikel: What does the Bible say about infertility?
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 5 Agustus 2014


    WAWASAN WANITA: DUKUNGAN BAGI PASANGAN YANG MENGALAMI MASALAH 
                            INFERTILITAS
                    Diringkas oleh: S. Setyawati

Setelah saya menyampaikan pidato tentang infertilitas, ada sepasang
suami istri makan siang bersama saya. Setelah beberapa saat, saya
bertanya kepada si istri,  "Ketika Anda menangisi masalah kesuburan
Anda, apa rasa kehilangan terbesar Anda?" "Rasa kehilangan dari sebuah
mimpi; kerinduan hati saya adalah memiliki anak dari suami saya dan
membesarkannya bersama-sama," jawabnya. Lalu, saya bertanya kepada si
suami,  "Dan, Anda?"  Ia memandang istrinya dan berkata kepadanya,
"Jangan menganggap ini salah, Sayang, tetapi ...." Lalu, ia memandang
saya. "Inilah rasa kehilangan istri saya -- ia bukan wanita yang sama
dengan yang saya nikahi. Masalah ini benar-benar membebani kami."

"Anda normal,"  saya meyakinkan mereka. Setelah menjalani pengobatan
selama  10 tahun karena mengalami kegagalan kehamilan berkali-kali,
tiga kali gagal mengadopsi, dan kehamilan yang tidak normal, suami
saya dan saya telah membagikan hal ini kepada banyak pasangan. Saya
memahami stres mereka, dan itu merupakan respons normal untuk
pengalaman yang tidak normal.

Infertilitas adalah masalah yang berat. Bahkan, "Depresi dan kecemasan
yang dialami oleh para wanita yang tidak subur setara dengan apa yang
dialami oleh para wanita yang menderita sakit terminal  (sakit yang
tidak dapat disembuhkan lagi -  red.),"  kata Alice Domar, Ph.D.,
direktur Mind/Body Center for Women?s Health di Beth Israel Deaconess
Medical Center, di Sekolah Medis Harvard (Harvard Medical School).

Mengapa masalah infertilitas begitu sulit? Sebab, ini mencakup tentang
memiliki seorang anak yang akan memeluk Anda, bahkan mendekap Anda.
Gagasan mengenai kehamilan sebagai hasil dari cinta kasih dua orang
adalah impian yang berharga dan kerinduan yang mendalam. Maka dari
itu, ketika pasangan membaca Amsal 30:16, mereka merasa lega. "Rahim
yang tidak subur"  merupakan salah satu hal yang tidak menyenangkan.
Keinginan yang besar untuk memiliki anak adalah bagian dari cara Allah
membentuk dunia. Namun, dorongan, kerinduan, perasaan yang  "tidak
menyenangkan" adalah bagian dari suatu rencana.

Apa Penyebab Infertilitas?

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil/mengandung setelah satu
tahun melakukan hubungan suami istri secara rutin tanpa alat
kontrasepsi. Ada banyak penyebab, tetapi jangan percaya pada mitos
bahwa "pasangan yang tidak subur hanya perlu bersantai dan mereka akan
hamil."  Pada  96  persen kasus, sekitar  65  persen pasangan yang
menjalani pengobatan akhirnya mendapatkan anak biologis, dan
persentase bagi pasangan yang tidak mengikuti pengobatan medis terus
berkurang.

"Sepertinya, ada penyebab ketidasuburan yang sama banyaknya dengan
jumlah manusia," kata Dan Underwood, "Ada yang memiliki sperma dalam
jumlah yang kecil. Beberapa teman kami yang tidak subur memiliki
masalah antibodi, beberapa tidak memiliki sel telur, dan beberapa
lainnya memiliki kerusakan pada tubanya. Kira-kira sepertiga pasangan,
baik suami maupun istri, memiliki masalah kesuburan. Banyak orang
berpikir ini adalah  "masalah wanita". Akan tetapi, masalah
ketidaksuburan adalah masalah yang umum bagi kaum pria dan wanita. Hal
tersebut terjadi kira-kira 5  --  10 persen sepanjang waktu. Sulit
rasanya untuk menjalani pengobatan berbulan-bulan ketika semua tes
mengindikasikan tidak ada sesuatu pun yang salah."

Sejumlah pasangan yang didiagnosis mengalami masalah kesuburan
tampaknya semakin meningkat karena penundaan kelahiran anak dan
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Faktor-faktor
lingkungan juga memberi pengaruh.

Apa yang Dapat Dilakukan?

1. Pengobatan. Bagi para wanita dengan masalah ovulasi, obat-obat yang
 meningkatkan kesuburan dapat menolong. Beberapa pasangan yakin
 bahwa mereka salah jika menggunakan  "peralatan yang tidak
 lazim/alamiah"  untuk    mengobati    masalah-masalah    kesuburan.
 Orang lain melihat pemakaian pengobatan itu seperti penggunaan
 kemoterapi untuk mengobati kanker atau insulin untuk mengobati
 diabetes. Namun, orang-orang yang menggunakan obat-obatan harus
 diawasi secara cermat oleh para ahli medis yang andal.

2. Intervensi pembedahan. Pembedahan yang didiagnosis dapat
 menyingkapkan kasus-kasus kemandulan yang tersembunyi. Pembedahan
 yang benar acap kali berhasil. Para ahli bedah, misalnya,
 menggeser penghalang saluran tuba falopi atau endometriosis,
 yang merusak lapisan rahim. Dalam    tubuh pria, pembedahan
 dapat membalikkan vasetomis atau memperbaiki kerusakan struktural
 dan varises vena dalam testis.

3. Pilihan-pilihan teknologi tinggi. Kebanyakan orang Kristen percaya
 bahwa masih etis untuk menggunakan inseminasi buatan, program
 bayi tabung, dan prosedur-prosedur teknologi tinggi yang lain,
 penawaran dokter-dokter yang mencampur sperma atau sel telur
 pasangan (jika menentang adanya donor), dan melakukan pencegahan
 untuk menghormati hidup;   bahkan pada tahap sel satu. Para
 pasangan yang menjalani program bayi tabung harus menyadari
 keterbatasan jumlah sel telur yang dibuahi untuk menghasilkan
 sejumlah bayi yang ingin mereka lahirkan. Tindakan ini mencegah
 mereka pada martabat etis yang tinggi    dalam menghindari
 pengurangan  "kelebihan" embrio atau kehamilan ketika enam atau
 tujuh bayi bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia
 di uterus. Beberapa pasangan memilih untuk membekukan embrio
 dalam kasus ini, tetapi yang lain memiliki cadangan yang
 diawetkan, dengan pemikiran bahwa hal itu menimbulkan risiko
 yang tidak perlu bagi embrio dan hanya demi kepentingan masa
 depan pasangan itu sendiri.

4. Adopsi embrio. Seorang wanita Kristen yang saya kenal memiliki tiga
 embrio yang diimplantasikan di rahimnya dan lima embrio beku
 tersebut menjalani    prosedur   "bayi    tabung". Setelah    ia
 memiliki tiga anak kembar, ia menjalani operasi darurat untuk
 mengangkat rahimnya. Hal ini memberikan tiga pilihan bagi dia -
   - menghancurkan embrio tambahan, menemukan rahim pengganti untuk
 melahirkan mereka,    atau mencari seseorang yang bersedia
 mengadopsi embrio.

 sebagai respons terhadap lebih dari  100.000   embrio yang
 ditentukan untuk diawetkan, dibekukan hingga waktu yang tidak
 terbatas. Snowflakes Embryo Adoption Program bekerja seperti
 agen jasa adopsi     yang menghubungkan para pasangan yang
 menginginkan embrio beku dengan    para pasangan yang tidak
 menginginkan embrio beku rusak. Tidak masalah apa yang Anda yakini
 tentang etika pembekuan embrio, pengadopsian embrio merupakan
 sebuah pilihan    yang    muncul sebagai    alternatif    untuk
 menghancurkan mereka.

5. Adopsi. Putri Firaun mengadopsi Musa. Seorang anggota keluarga
 diadopsi Ester ketika orang tuanya meninggal. Dan, Allah
 memanggil semua orang yang percaya kepada Kristus menjadi anak
   -anak-Nya melalui adopsi. Demikianlah Alkitab mendeskripsikan
 sebuah gambaran yang indah kepada kita tentang hubungan adopsi.

 orang yang kehilangan kemampuan untuk menjadi orang tua bagi
 generasi berikutnya. Kebanyakan ahli mendorong para pasangan
 yang    menjalani pengobatan     infertilitas untuk     berusaha
 sungguh-sungguh sebelum melakukan adopsi karena kedua pengalaman
 tersebut menuntut usaha keras melalui     rentetan-rentetan
 kehilangan. Itulah alasan begitu banyak pasangan yang tidak
 subur begitu jengkel ketika teman-teman mereka mendorong mereka
 dan berkata,   "Kamu masih bisa mengadopsi."  Beberapa pasangan
 begitu sedih karena kehilangan anak yang menjadi buah cinta kasih
 mereka, tidak memiliki pengalaman hamil dan menyusui, dan
 meneruskan garis keluarga. Bagi mereka, mengadopsi tidak akan
 pernah dapat mengisi    kekosongan tersebut. Akan    tetapi,
 setelah mereka mencapai tingkat resolusi dari kemandulan mereka,
 pilihan-pilihan lain sepertinya akan muncul. Baru setelah itu,
 adopsi dapat menjadi sebuah solusi yang luar biasa bagi orang
   -orang yang sangat merindukan anak dan orang-orang yang merasakan
 kehilangan anak. (t/S. Setyawati)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Bible.org
Alamat URL:
https://bible.org/seriespage/infertility-miscarriage-adoption-2-hearts-desire-encouragement-couples-facing-infertility
Judul asli artikel: [Infertility, Miscarriage, & Adoption 2] A Hearts Desire: 
Encouragement for Couples Facing Infertility
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 5 Agustus 2014


Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org