Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/58

e-Wanita edisi 58 (21-4-2011)

Lebih Dekat dengan Allah

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                    TOPIK: Lebih Dekat dengan Allah
                          Edisi 58/April 2011

MENU SAJI
RENUNGAN WANITA: SURAT DARI BUNDA
DUNIA WANITA: HATI BAPA

Shalom,

Allah sangat mengasihi anak-anak-Nya. Ia rindu setiap anak-anak-Nya
memiliki waktu khusus bersama dengan Dia. Namun, terkadang sebagai
anak-anak-Nya, kita lebih suka mementingkan diri sendiri dan bertindak
sesuka hati kita. Melalui e-Wanita edisi 58, kita akan belajar
mengenal seperti apakah hati Bapa itu, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, sikap dan tindakan kita senantiasa menyenangkan-Nya.
Tuhan Yesus memberkati.

Pimpinan Redaksi e-Wanita,
Novita Yuniarti
< novita(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >

                  RENUNGAN WANITA: SURAT DARI BUNDA

Sayang,

Beberapa minggu terakhir ini, Bunda sering berpikir tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan Raja Salomo. Ia memiliki keluarga yang
besar (1 Raja-Raja 11:1-3), tinggal di istana yang besar (1 Raja-Raja
7:1-12, 10:14-21), beribadah di bait yang besar (1 Raja-Raja 6:1-38,
7:13-51, 8:1-66, 9:25; 2 Tawarikh 3:2-7), memerintah kerajaan yang
besar dengan populasi rakyat dan pasukan tentara yang besar
(1 Raja-Raja 4:20-21), menciptakan sistem administrasi yang besar (1
Raja-Raja 4:1-19), terlibat dalam perdagangan internasional berskala
besar (1 Raja-Raja 3:1, 9:26-28, 10:1-29, 11:28-29), menghasilkan
jumlah uang yang besar (1 Raja-Raja 10:14-15,22), mencapai prestasi
yang besar dalam bidang pertanian dan konstruksi bangunan (Pengkhotbah
2:4-7), riset dan pendidikan (Pengkhotbah 1:13), serta bidang hiburan
dan seni (Pengkhotbah 2:1-3,8,10). Salomo membentuk golongan
tersendiri dalam susunan masyarakat -- kaya, terkenal, dan bijak --
tidak ada orang yang menyamainya pada masa hidupnya (1 Raja-Raja 3:13;
Pengkhotbah 2:9). Ia dikagumi, dihormati, dan orang dari berbagai
tempat datang mengunjunginya dengan membawa berbagai hadiah yang mahal
untuk mendengarkan perkataannya (2 Tawarikh 9:22-24).

Namun, Raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Ia memiliki 700
istri dari kaum bangsawan dan 300 gundik (1 Raja-Raja 11:1-8) --
sungguh suatu kesalahan yang besar. Tetapi bagi seorang yang pada masa
mudanya begitu dikasihi Allah dan selalu berusaha mendahulukan Allah
di atas segalanya, ternyata hal ini bukanlah suatu masalah yang besar
(1 Raja-Raja 3:7-9). Masalahnya ketika Salomo menjadi tua, para
istrinya membuat hatinya berpaling kepada ilah-ilah lain dan ia
menjadi tidak setia kepada satu-satunya Allah yang benar (1 Raja-Raja
11:4). Ia tidak merasa bersalah dengan membangun mezbah-mezbah untuk
ilah-ilah palsu dan menyembahnya (1 Raja-Raja 11:5-8). Tak heran bila
Tuhan menjadi sangat marah kepada Salomo, padahal semua itu seharusnya
tidak terjadi. Alkitab mencatat, Salomo mendapatkan tempat di hati
Tuhan sejak saat ia dilahirkan (2 Samuel 12:24-25).

Ketika ayahnya meninggal, Salomo menjadi raja. Salah satu prioritasnya
adalah beribadah kepada Allah dengan seluruh bangsa Israel di Gibeon,
tempat Kemah Pertemuan Allah didirikan. Di sana, Salomo
mempersembahkan seribu korban bakaran (2 Tawarikh 1:6). Malam itu
Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan bertanya apakah yang
diinginkannya. Salomo tidak meminta sesuatu bagi dirinya sendiri.
Sebaliknya, setelah mengetahui bahwa Tuhan yang telah menempatkan
ayahnya dan kini dirinya di atas takhta kerajaan, ia berdoa, "Maka
berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk
menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang
jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat
besar ini?" (1 Raja-Raja 3:5-9) Tuhan mengabulkan permohonan Salomo
dan memberkatinya dengan "kekayaan dan kemuliaan"
(1 Raja-Raja 3:12-13). Allah juga memberitahu Salomo, apabila ia
berjalan dalam jalan- Nya dan menaati segala ketetapan dan
perintah-Nya seperti yang dilakukan ayahnya, maka Allah akan
memberinya umur panjang (1 Raja- Raja 3:14).

Ketika Salomo mempersembahkan "rumah Tuhan", yang dibangunnya menurut
rencana ayahnya, Tuhan menampakkan diri kepadanya untuk kedua kalinya.
Tuhan menerima doa Salomo dan menguduskan bait itu. Ia memberitahu
Salomo, bila ia menjalani hidup yang saleh, Tuhan akan "meneguhkan
takhta kerajaannya atas Israel untuk selama-lamanya"
(1 Raja-Raja 9:1-8). Allah juga berkata, "Tetapi jika kamu ini dan
anak-anakmu berbalik dari pada-Ku dan tidak berpegang pada segala
perintah dan ketetapan-Ku yang telah Kuberikan kepadamu, dan pergi
beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, maka Aku
akan melenyapkan orang Israel dari atas tanah yang telah Kuberikan
kepada mereka" (2 Tawarikh 7:17- 22; 1 Raja-Raja 9:6-9).

Sebagai orang tua, sikap Salomo yang tidak setia kepada Allah adalah
sebuah mimpi buruk (1 Raja-Raja 11:9-11). Engkau dapat mengambil
pelajaran melalui peristiwa yang terjadi setelah kematiannya. Ketika
anaknya menggantikannya di atas takhta, rakyat menghadap sambil
mengajukan permohonan, "Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, maka
sekarang ringankanlah pekerjaan sukar yang dibebankan ayahmu dan
tanggungan yang berat yang dipikulkannya kepada kami, supaya kami
menjadi hambamu" (1 Raja-Raja 12:4).

Ada yang mengatakan, terlalu banyak mendapat hal yang baik dapat
mendatangkan hal yang buruk. Apakah mungkin memang demikian setelah
sekian waktu lamanya, Salomo membiarkan hikmat, kekayaan, dan
kemuliaannya naik melebihi kepalanya? (Pengkhotbah 4:13) Apakah
menurutnya ia mendapat pengecualian dalam ketetapan Allah? Misalnya,
sekalipun Allah secara khusus melarang raja Israel untuk "memelihara
banyak kuda dan janganlah ia mengembalikan bangsa ini ke Mesir untuk
mendapat banyak kuda" (Ulangan 17:16), Salomo justru membanggakan
kandang-kandang kudanya yang megah. Ia juga mengimpor kuda-kuda dari
Mesir dan Kewe, dan mengekspornya kepada "semua raja orang Het dan
kepada raja-raja Aram" (1 Raja-Raja 10:26-29).

Tuhan memberikan ketetapan dan peraturan lainnya, jauh sebelum bangsa
Israel meminta seorang raja sama seperti bangsa-bangsa lain di dunia.
Allah mengetahui apa yang akan terjadi dan Ia memberi umat-Nya pedoman
yang teguh tentang hal memilih raja, dan tentang apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan oleh raja (Ulangan 17:14-20). Tuhan menegaskan
bahwa seorang raja Israel tidak boleh meniru kebiasaan yang berlaku
pada masa-masa itu yaitu memiliki banyak istri (Ulangan 17:17). Pada
masa itu seorang istri adalah sarana untuk memeteraikan perjanjian di
antara raja-raja dan kerajaan. Salomo menikahi putri Firaun, raja
Mesir dan membuat perjanjian dengannya (1 Raja-Raja 3:1). Ia juga
membuat perjanjian dengan raja-raja lain. Salomo memiliki kekuasaan
dan kesempatan untuk menaati Allah dan mengubah kebiasaan raja-raja
lainnya. Namun, ia memilih untuk berkuasa dengan cara dunia dan ia
semakin tenggelam di dalamnya.

Kekhawatiran akan kejatuhan anak ke dalam kekaburan rohani mencekam
hati setiap orang tua yang peduli. Daud mengetahui hanya ada satu hal
yang dapat mengubah tragedi tersebut. Ia memberi Salomo nasihat,
"Kenallah Allah ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas
dan dengan rela hati sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti
segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan
ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan
membuang engkau untuk selamanya." (1 Tawarikh 28:9)

Bunda berharap Salomo mau mendengarkan ayahnya dan Allahnya. Mungkin
Salomo pun berharap ia dapat mendengarkan mereka. Dalam usia senja,
Salomo menulis Kitab Pengkhotbah yang menimbulkan rasa sedih yang
mendalam bagi pembacanya. Bagaimanapun, Salomo adalah orang yang
paling bijak dalam dunia ini. Bunda ingin mengakhiri surat ini dengan
doa, agar Tuhan memberikan engkau hati yang setia dan hati yang mau
melayani-Nya dan mengenal-Nya seumur hidupmu (Pengkhotbah 12:13-14).

Sayang, Bunda.

Diambil dari:
Judul majalah: Warta Sejati, Edisi 40/Maret -- April 2004
Penulis: Tidak Dicantumkan
Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia
Halaman: 24 -- 27

                          DUNIA WANITA: HATI BAPA

Setiap orang Kristen memunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan
pertumbuhan rohaninya. Orang Kristen yang dewasa membutuhkan
pengenalan akan Allah secara kepenuhan-Nya (Dia yang ada dari
mulanya). Orang Kristen yang masih muda membutuhkan pengenalan akan
kuasa Roh Kudus dan firman Allah. Tetapi, seorang Kristen anak-anak
membutuhkan pengenalan akan Bapa. Banyak orang Kristen yang belum
mengenal Allah sebagai Bapa secara utuh, menjadi terhambat pertumbuhan
rohaninya, sebab kekristenan yang sehat haruslah didasari oleh
pengenalan akan kasih Bapa.

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang percaya sulit mengenal Allah
sebagai Bapa. Mereka lebih mudah mengenal Roh Kudus atau Yesus
daripada Allah sebagai Bapa. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Bertahun-tahun saya tidak mengerti akan hal itu, sampai suatu waktu
Allah mewahyukan rahasia mengenai hal tersebut. Sebenarnya, maksud
Allah menciptakan keluarga ialah agar setiap anak di dalam keluarga
dapat mengenal sifat-sifat Allah Bapa melalui hubungan anak-anak
dengan ayah mereka. Seorang anak tidak langsung menjadi dewasa, tetapi
ia perlu mengalami proses pertumbuhan melalui seorang Bapa. Apakah
tujuannya? Tujuannya adalah pengenalan -- mengenal sifat-sifat Bapa.
Begitu juga seorang ayah, semakin dia membesarkan dan mengasihi
anaknya, semakin pahamlah dia akan kasih Bapa Surgawi. Oleh sebab
itulah, setan sangat berambisi menyerang dan merusak gambar bapa-bapa
di dalam keluarga, agar anak-anak mereka menjadi rusak karena
pengenalan yang salah terhadap Bapa Surgawi. Gambaran kita terhadap
Bapa Surgawi menjadi rusak karena kita sering sekali memunyai
pengalaman yang buruk dan menyakitkan dari bapa kita di dunia. Banyak
orang Kristen yang lebih sulit memanggil Bapa daripada memanggil nama
Yesus atau Roh Kudus. Kita sering berpikir bahwa Bapa di surga
bersifat seperti bapa kita di dunia ini.

Pernahkah Anda mengalami perlakuan-perlakuan yang tidak adil dan
sangat menyakitkan pada masa lalu? Seorang anak kecil, secara
tiba-tiba dibangunkan dengan kasar oleh seorang laki-laki mabuk dan
tinggi besar. Anak itu belum sadar sepenuhnya ketika sebuah tamparan
keras mendarat di kepalanya. "Bangsat! Enak-enak tidur ya ... Pintu
kamar belum dikunci!" Betapa kaget, bingung, dan tidak berdayanya anak
tersebut terhadap perlakuan seorang laki-laki tinggi besar yang
disebut "bapa". Tidaklah heran, apabila kemudian hari kelak, anak itu
sulit membayangkan betapa manis dan bijaknya Bapa Surgawi karena sudah
ada gambar yang keliru. Ia menganggap Bapa Surgawi sama dengan bapanya
yang di rumah. Apakah Allah tinggal diam? Allah berfirman, bahwa Dia
akan bertindak untuk memulihkan gambar-gambar yang telah rusak itu.
"... untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan
hati orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan
demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." (Lukas
1:17) Sungguh Allah tidak akan membiarkan dirimu terus disiksa oleh
kehausan akan kasih Bapa, Ia berjanji akan membuat hati Bapa berbalik
kepada anak-anak-Nya. Tahukah Anda, bahwa semua perlakuan yang
menyakitkan dirimu, itu juga menyakitkan Bapa Surgawi. Bapa sangat
merindukan dirimu. Bapa sangat tersiksa apabila Anda disiksa.

Suatu hari saya membaca koran tentang suatu peristiwa yang sangat
memilukan hati. Ada seorang ayah yang panik saat rumahnya terbakar. Ia
menggendong kedua anaknya, yang seorang di tangan kiri dan yang lain
di sebelah kanan. Ia tampak berjuang mati-matian untuk keluar dari
sergapan api yang menyala itu. Tanpa disengaja, tangan kanannya
terkena api. Secara refleks, ia mengebaskan tangannya karena
kepanasan. Kontan anak tersebut terjatuh dari loteng dan mendarat
tepat di atas api yang menyala-nyala. Anak tersebut menangis sambil
menjerit tak berdaya. Matanya memandang penuh harapan agar bapanya
dapat menolongnya. Apa daya? Betapa hancur hati ayah tersebut. Ia
harus keluar segera karena rumah segera runtuh dan anak di tangan kiri
yang masih bayi perlu diselamatkan. Terpaksa ia meninggalkan anaknya
dengan hati tersayat-sayat. Sampai di luar rumah ia masih mendengar
jeritan dan teriakan minta tolong dari sang anak. "Papa... tolong,
Papa... tolong." Akhirnya, suara tersebut melemah dan berhenti.
Anaknya telah mati. Setiap orang yang membaca kisah ini terutama
seorang ayah, pasti hancur hati dan menangis. Sesudah saya membaca
kisah tersebut, Bapa di surga berfirman kepada saya, "Nak, demikian
juga Aku... Hatiku lebih sakit lagi apabila seseorang melukai
anak-Ku." Yakinlah bahwa Bapa sangat mengasihi engkau!

Marilah kita mengenal hati Bapa. Dia adalah pribadi yang dapat kita
percayai. Kita aman di dalam naungan-Nya. Apakah hati Bapa itu? Hati
Bapa selalu ingin menghargai dan memerhatikan kita. Tidak seperti
beberapa bapa di dunia ini yang jarang memberikan perhatian kepada
anak-anaknya. Saya sering sekali melayani gadis-gadis yang luar biasa
haus akan kasih sayang laki-laki. Mereka mudah "jatuh cinta" kepada
laki-laki yang memunyai figur kebapakan. Mengapa? Bapa mereka jarang
menatap mata mereka. Mereka jarang dielus-elus dan dijamah oleh tangan
bapa mereka. Sering sekali bapa kita tidak mengajar kita dengan
pengertian, tetapi dengan pukulan-pukulan yang sangat menyakitkan hati
kita. Tidak demikian Bapa kita, Ia mengajar kita dengan mata-Nya. "Aku
hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh;
Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu." (Mazmur 32:8)
Bapa memerhatikan kita setiap saat. Seorang teman saya bekerja begitu
keras dari pagi sampai malam. Ia berusaha mencapai keberhasilan hanya
untuk diperlihatkan kepada bapanya dan berharap mendapatkan pujian
darinya. Mengapa? Sebab bapanya sangat sulit mengeluarkan kata-kata
pujian kepada anaknya. Ia haus akan pujian. Bagaimana dengan Bapa
kita? Ia dapat menerima engkau dan mengasihi engkau, tanpa engkau
harus berbuat sesuatu terlebih dahulu.

Teman saya, Douglas Easterday, membeli mobil baru dengan uang
tabungannya. Bersama anak lelakinya yang berusia 10 tahun, ia
memelihara dan mencuci mobil itu hampir setiap hari. Suatu hari, sang
anak melihat ayahnya sangat sibuk. Dengan hati bangga, ia berinisiatif
untuk membantu orang tuanya. Dengan gesit ia pergi ke kamar mandi
mencari ember dan kain. Ia tidak dapat menemukan kain yang biasa
dipakai bapanya untuk mencuci mobil. Akhirnya, sampailah ia ke dapur
dan menemukan sabut besi yang biasa dipakai ibunya mencuci panci. Ia
berpikir bahwa panci saja bersih apabila dicuci dengan sabut besi,
apalagi mobil! Dengan sabut itulah ia mencuci mobil. Ia begitu rajin
menggosokkan sampai seluruh bagian mobil tersebut telah rata digosok.
Betapa kagetnya tatkala ia melihat bahwa mobil tersebut telah penuh
dengan goresan-goresan. Ia takut sekali dan merasa bersalah. Dengan
wajah pucat pasi ia melapor kepada bapanya. Tentu saja teman saya
sangat terkejut waktu mendengar laporan itu. Sewaktu ia ingin mencari
"hukuman" apa yang cocok untuk anaknya, tiba-tiba Bapa di surga
berkata, "Hambaku, janganlah engkau menghukum anakmu, ia memunyai
motivasi yang benar, tetapi ia belum mengerti cara yang benar." Teman
saya memeluk anak itu dan berkata: "Anakku, Papa tahu hatimu, engkau
ingin menolong Papa, tidak apa-apa anakku." Bapa di surga tidak
melihat kesalahan tetapi Ia melihat motivasi kita. Percayalah, Dia
sangat mengasihi kita, Dia ingin kita memunyai hati yang seperti Dia.
Saat ini, terimalah hati Bapa di dalam hatimu, engkau akan sembuh dan
dipulihkan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: Bangkit, Edisi 1992 -- 1993
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia, Jakarta
Halaman: 26 -- 29

"Panjang Umur Bukanlah Masalah Kita Harus Awet Muda Tetapi Masalah
Apakah Kita Mau Hidup Takut Akan Tuhan Atau Tidak."

Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Fitri Nurhana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org