Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/50

e-Wanita edisi 50 (16-12-2010)

Kasih Natal

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                       TOPIK: Kasih Natal
                     Edisi 50/Desember 2010
______________________________________________________________________
                              MENU SAJI

- SUARA WANITA
- RENUNGAN WANITA: Damai Sejahtera di Bumi
- KESAKSIAN WANITA: Sebuah Hadiah untuk Antonio
______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Shalom,

  Natal bukanlah sekadar pesta biasa, melainkan pesta kasih. Kita
  merayakan keajaiban kasih Allah yang menganugerahkan keselamatan
  melalui Yesus Kristus. Tentu saja sebuah perayaan tidaklah lengkap
  jika dirayakan seorang diri, apalagi perayaan kali ini adalah
  perayaan kedatangan Yesus ke dunia. Mari kita bersama-sama berbagi
  jamuan kasih dengan keluarga, teman, rekan kerja dan seluruh umat
  manusia. Jamuan kasih ini akan menjalin keakraban, sehingga jalan
  perdamaian pun terbuka lebar.

  Untuk melengkapi perayaan Natal Sahabat Wanita, kami menyajikan
  artikel "Damai Sejahtera di Bumi" yang mengajak kita merenungkan
  kasih Allah dan mengajarkan kita untuk lebih mengasihi. Nikmati juga
  kisah kasih Natal yang mengharukan antara keluarga dan bocah
  penyemir sepatu dalam kesaksian "Sebuah Hadiah untuk Antonio".

  Selamat Natal, semoga Natal Sahabat Wanita berlimpah dengan kasih.

  Staf Redaksi e-Wanita,
  Truly Almendo Pasaribu
  http://wanita.sabda.org
  http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________

  Dengan demikian palungan sederhana, Menjadi sebuah takhta;
  Karena Dia yang dilahirkan Maria, Adalah putra Allah.

  -Venite Adoremus-
______________________________________________________________________
- RENUNGAN WANITA

                     DAMAI SEJAHTERA DI BUMI

    "Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah
    besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: `Kemuliaan
    bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi
    di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.` Setelah
    malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga,
    gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: `Marilah
    kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana,
    seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.`" (Lukas 2:13-15)

  Tidak semua manusia -- kelompok manusia atau masyarakat -- merasa
  bahwa dirinya membutuhkan Juru Selamat. Meskipun selayaknya mereka
  harus memikirkan serta memerlukan Juru Selamat, tetapi kenyataannya
  banyak orang acuh, tidak mau peduli, tidak perhatian, dan merasa
  dirinya mampu tanpa Tuhan. Tetapi puji Tuhan jika di abad modern ini
  banyak orang yang haus akan kehadiran Tuhan.

  Fakta membuktikan bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang
  dapat menikmati kebahagiaan hidup sejati tanpa hidup di dalam Tuhan.
  Banyak bukti di sekeliling kita menunjukkan bahwa manusia tanpa
  Tuhan tidak berdaya. Manusia ringkih, tidak berdaya, tidak memiliki
  kemampuan apa pun. Teknologi tercanggih di dunia tidak sanggup
  menjawab persoalan manusia yang mendasar. Ada celah-celah kehidupan
  yang tidak mampu diatasi oleh kekuatan manusia. Peristiwa 11
  September 2001 yang lalu -- ketika gedung kembar WTC dan Pentagon
  menjadi reruntuhan -- merupakan bukti bahwa teknologi yang hebat pun
  tidak dapat diandalkan. Di sinilah terletak keterbatasan manusia.

  Uang yang banyak dan kedudukan yang tinggi bukanlah jaminan bahwa
  manusia dapat menikmati indahnya hidup. Jaminan yang tertinggi dalam
  hidup ini terjadi tatkala manusia mencari Juru Selamat dan secara
  pribadi bertemu dengan-Nya. Nats firman Tuhan di atas memberikan
  kepada kita beberapa informasi dan hal menarik yang sangat perlu
  dicermati oleh setiap orang yang hidup di zaman ini.

  1. Allah Mencari dan Berpihak Kepada Mereka yang Menderita

     Kelompok masyarakat yang dipilih oleh makhluk surgawi -- malaikat
     dan para bala tentara surga -- untuk mendapat kehormatan
     mendengar untuk pertama kalinya bahwa Juru Selamat dunia telah
     lahir adalah para gembala domba. Mereka adalah orang-orang yang
     mewakili kelompok masyarakat dunia yang saat itu paling serius
     menanti-nantikan kehadiran sang Juru Selamat. Tiada hentinya dan
     tiada bosannya mereka mengharapkan hadirnya sang Juru Selamat
     itu. Dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, para
     gembala menantikan-Nya dengan penuh harap.

     Para gembala adalah orang-orang sederhana, bukan kaum
     intelektual; mereka bukan pula orang-orang terpandang di
     zamannya; mereka juga bukan pengusaha sukses maupun jutawan.
     Bahkan di mata pemilik domba -- para gembala domba tidak lebih
     tinggi nilainya dari seekor domba.

     Celakanya, kadang kala pemilik domba lebih menyayangi dombanya
     daripada gembala yang hidupnya dikorbankan untuk menjaga kawanan
     domba. Para gembala mempertaruhkan masa depan mereka demi domba
     peliharaannya. Di masyarakat, para gembala dapat dikatakan
     sebagai kaum marginal -- orang pinggiran yang dipandang dengan
     sebelah mata --, namun mereka sangat berharga, bahkan dipercaya,
     di hadapan Allah.

     Apa buktinya gembala sangat berharga bahkan dipercaya Allah?
     Merekalah yang pertama kali mendengar nyanyian dari para tentara
     surgawi. Ketika para malak menyanyi memperdengarkan paduan suara
     indah itu -- para gembalalah yang pertama menikmatinya. Isi
     nyanyian tersebut merupakan kebutuhan mendasar yang selama ini
     mereka idam-idamkan. Damai sejahtera itu sekarang menjadi
     kenyataan.

     Dunia semakin gersang dan kehilangan damai sejahtera. Dari waktu
     ke waktu, dari abad ke abad, manusia berusaha menciptakan damai
     sejahtera dan mengira mereka berhasil. Namun kenyataannya tidak!
     Damai sejahtera hanya sebuah ilusi yang tidak pernah menjadi
     kenyataan. Permusuhan pelanggaran HAM terjadi di berbagai belahan
     dunia. Akibatnya, damai sejahtera seperti ditarik keluar dari
     kehidupan manusia. Sekarang ini, berita yang paling dominan
     adalah kegagalan mengatasi kejahatan, terorisme, pembunuhan,
     kegagalan ekonomi, kegagalan menemukan ketenangan hidup, dan
     seterusnya -- daftarnya semakin panjang. Semuanya itu membuktikan
     bahwa manusia adalah pribadi yang sangat terbatas. Manusia yang
     berhasil keluar dari kemelut hidup seperti itu adalah mereka yang
     mencari Tuhan dan pembelaan-Nya.

  2. Isi Pokok Pujian Bala Tentara Sorgawi

     Alkitab dengan tegas memberitahukan bahwa berita yang disampaikan
     para malaikat adalah damai sejahtera di bumi. Berita ini adalah
     berita teragung yang pernah terjadi di sepanjang lintasan sejarah
     manusia. Berita ini adalah berita yang menyegarkan hati yang
     gundah gulana. Karena itu, ketika berita surgawi ini disampaikan,
     sukacita meliputi hati para gembala.

     Malaikat memakai bahasa para gembala, bahasa yang mudah
     dimengerti oleh mereka. "Damai Sejahtera" yang dalam bahasa
     Yunani menggunakan kata "eirene" yang berarti "damai", "selamat".
     Berarti, semua kebutuhan manusia sudah tercakup dalam damai
     sejahtera. Dan, hingga abad XXI ini, damai sejahtera tetap
     menjadi kebutuhan manusia. Bagaimana tidak! Dunia semakin
     menakutkan, nilai-nilai luhur kemanusiaan semakin terkikis bak
     diterpa taifun. Manusia bagaikan serigala terhadap sesamanya.
     Tidak ada peristiwa bersejarah yang dapat melebihi peristiwa
     turunnya "eirene" ke bumi, tidak ada yang peristiwa yang lebih
     penting dari peristiwa ini.

     Tahukah saudara siapa pembawa "eirene"? Sumber damai tiada lain
     adalah Allah sendiri -- Allah yang menjelma menjadi manusia. Dia
     adalah Yesus Kristus Tuhan kita. Alkitab berkata: "Pada mulanya
     adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman
     itu adalah Allah. .... Firman itu telah menjadi manusia, dan diam
     di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu
     kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa,
     penuh kasih karunia, dan kebenaran." (Yohanes 1:1,14)

  3. Berita Malaikat Terbukti Kebenarannya

     Ketika para gembala menemui Maria dan Yusuf, orang yang tadinya
     tidak mereka kenal akhirnya dikenal juga -- mereka berjumpa
     dengan bayi Yesus. Lalu, apa yang terjadi kemudian? Tahukah Anda
     apa yang pertama dan terutama yang mereka lakukan? "Maka
     kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah
     karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat,
     semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka."
     (Lukas 2:20)

     Jika saya bertanya: "Mengapa Anda datang dalam setiap kebaktian
     hari Natal? Apakah karena Anda seorang Kristen? Mengapa Anda
     tidak jera datang dalam setiap pertemuan ibadah? Mengapa dan
     mengapa...?" Itulah serangkaian pertanyaan yang harus Anda jawab
     secara pribadi. Seorang Kristen yang dewasa tentunya sangat
     mengharapkan genapnya kebenaran firman Tuhan dalam hidupnya. Saya
     sering memikirkan mengapa berita firman Tuhan yang menurut orang
     adalah "cerita lama" selalu baru dan memberi pengharapan kepada
     manusia di segala abad. Mengapa? Karena firman Tuhan benar
     adanya, tidak pernah pudar; dan karena Tuhan setia pada janji
     Firman-Nya.

     Siapa pencipta puji-pujian para bala tentara surgawi? Dan siapa
     pula pencipta isi puji-pujian itu? Siapa pencipta melodi dan
     syair lagu para bala tentara sorgawi? Yesaya menubuatkan bahwa
     Tuhan bukan hanya menciptakan melodi dan syair puji-pujian,
     tetapi DIA juga menciptakan atau merealisasikan isi puji-pujian
     itu. Alkitab berkata: "Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai,
     damai sejahtera bagi mereka yang jauh, dan bagi mereka yang dekat
     -- firman TUHAN -- Aku akan menyembuhkan dia!" (Yesaya 57:19)

  Mereka yang beragama Islam, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, aliran
  kepercayaan atau agama tradisi bukan musuh kita -- mereka adalah
  teman seperjalanan kita di dunia ini. Mereka juga saudara kita --
  sebangsa dan setanah air. Sebagai umat Kristen, kita perlu
  menerapkan kasih kepada mereka yang berbuat jahat kepada kita,
  walaupun mereka pernah menyakiti hati kita, yang pernah mengganggu
  ketenteraman kita beribadah. Kita perlu berdoa kepada mereka,
  kiranya damai sejahtera memenuhi hati dan pemikiran mereka. Allah
  tidak mengajar kita untuk saling memusuhi sebaliknya saling
  mengasihi.

  Sekarang adalah saatnya untuk memenuhi pikiran dan hati kita dengan
  kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Anak-anak senang belajar.
  Anak-anak yang menghafal buku-buku Alkitab tidak akan menjadi orang
  dewasa yang meraba-raba di saat mereka menyelidiki ceramah pendeta.
  Dengan demikian kita menyadari betapa pentingnya mengajar anak-anak
  tentang Alkitab. Anak-anak senang dapat merasa berguna. Berikan
  dorongan kepada mereka untuk menyebarkan selebaran-selebaran dan
  cerita Alkitab. Mereka sedang belajar misi dan dapat menjadi saksi
  yang efektif.

  Sekali waktu kami meletakkan selebaran-selebaran di ruang tunggu.
  Seorang suami yang belum diselamatkan mengambil setumpuk dari
  selebaran itu ketika hendak pergi ke luar kota. Kita tidak berhasil
  untuk menyampaikan Injil dengan cara lain. Capailah rumah para orang
  tua yang belum diselamatkan dengan mengirimkan selebaran-selebaran
  atau cerita Alkitab yang berhubungan dengan keselamatan melalui
  anak-anak. Sarankan agar anak-anak meminta orang tua membacakannya
  kepada mereka. Roh Kudus akan memakai ini untuk melayani orang tua
  yang belum selamat. Anak-anak dapat menjadi alat untuk mengarahkan
  orang kepada keselamatan.

  Dalam sebuah pertemuan kebangunan rohani di gereja kami, jemaat
  sedang mendoakan secara tak putus-putus untuk seorang lelaki yang
  belum diselamatkan. Ketika ajakan untuk menerima Yesus diberikan,
  seorang anak lelaki belasan tahun dengan terisak-isak datang ke
  depan dari satu sisi altar, dan seorang anak perempuan yang menangis
  datang dari sisi yang lain. Mereka memeluk ayah mereka dan mulai
  memohon. Berulang-ulang mereka memohon, "Ayah, tolong, terima Yesus
  malam ini." Akhirnya ayahnya sudah tidak bisa menahan dirinya lagi.
  Memeluk kedua anaknya, dia datang ke altar dan mereka disambut oleh
  ibu mereka. Betapa indahnya gambaran ini. Seseorang pernah berkata,
  "Di saat seorang dewasa diubahkan, seseorang diselamatkan, tetapi
  ketika seorang anak datang kepada Yesus, seluruh kehidupan
  diselamatkan."

  Marilah kita memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita sekarang,
  sebab apa yang kita berikan kepada seorang anak akan kembali berkat
  seratus kali lipat. Siapa yang bisa menghitung nilai dan
  kemampuannya? Hanya Tuhan.

  Sumber asli:
  Judul buku: Buku Pintar Sekolah Minggu Jilid 2
  Penerbit: Gandum Mas, Malang 1996
  Halaman: 292 -- 293

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buletin: Sinode GUPDI, Edisi V, No. 3
  Judul artikel: Damai Sejahtera di Bumi
  Penulis: Pdt. Drs. Ch. M.D Estefanus, M.Si
  Penerbit: Sinode GUPDI
  Halaman: 4 -- 6 dan 12
______________________________________________________________________
- KESAKSIAN WANITA

                     SEBUAH HADIAH UNTUK ANTONIO

  Ia berjalan takut-takut menaiki tangga depan, seorang anak yang
  sangat kecil dan kotor, pakaiannya compang-camping, tidak bersepatu,
  dengan sebuah kotak sepatu kotor yang terikat pada tali kulit
  tergantung di bahunya. Ia terlihat sangat kecil -- hanya sedikit
  lebih besar dari anak saya yang berusia 5 tahun. Ia berusaha
  menggapai bel pintu. Saya memerhatikan saat pembantu saya yang
  berkewarganegaraan Honduras dan bertubuh besar membukakan pintu.

  "Si?" (Ada apa?) ia bertanya.

  "Zapatos?" (Sepatu) anak itu berbisik.

  "No!" (Tidak!) jawab pembantu saya.

  Ada sesuatu tentang wajah cokelat anak tersebut yang menuruni tangga
  teras rumah dan pandangan tajam pembantu saya yang mengusik naluri
  keibuan saya.

  "Tunggu, Elena," saya memotong. "Saya memiliki beberapa sepatu yang
  perlu disemir."

  Mengapa anak ini? Pikir saya saat memilih sepatu-sepatu yang akan
  disemir. Apa yang mendorong saya menerima anak kecil ini, yang
  sangat mirip dengan ratusan pengemis anak-anak lain yang mengetuk
  pintu rumah saya setahun sejak keluarga kami pindah ke Honduras?
  Mengapa sikap tidak terlalu peduli yang selama ini saya tanamkan
  untuk dapat bertahan secara emosional di negara miskin ini tiba-tiba
  hancur oleh seorang anak yang mencari pekerjaan? Itu dia! Ia tidak
  meminta-minta. Sekali pun ia mungkin tidak jauh berbeda dengan
  anak-anak jalanan lainnya. Ia meminta pekerjaan -- bukan pemberian.

  Saya tidak bisa berhenti membandingkan anak tersebut dengan Brian,
  anak kami yang sehat dan terawat dengan baik. Memikirkan sekiranya
  anak saya sendiri yang berada dalam posisi menyedihkan sehingga
  harus hidup di jalan adalah sesuatu yang tidak dapat dimengerti oleh
  pemikiran orang Amerika kelas menengah ke atas seperti saya. Saya
  tidak dapat menerima pemikiran tersebut. Mungkin lebih mudah
  membayangkan Brian dalam sebuah permainan drama anak-anak, dengan
  kotak semir sepatu yang ia bawa, kemudian dengan senang hati ia
  menawarkan apakah ada tetangga yang ingin disemir sepatunya dengan
  bayaran murah. Tetapi, sulit bagi saya untuk membayangkan jika Brian
  harus melakukan semua itu demi memperoleh makanan setiap harinya --
  dan mungkin ia akan kelaparan jika tidak melakukannya. Pikiran
  tersebut begitu memilukan sehingga saya mengumpulkan semua sepatu
  yang sudah tidak terpakai.

  Dalam bulan-bulan berikutnya Antonio menjadi pengunjung mingguan
  rumah kami. Ia menyemir setiap sepatu dengan teliti, menggunakan
  jarinya untuk mengambil semir dari kalengnya. Saya tidak pernah
  melihat semir sepatu yang dijual dalam wadah sekecil itu, dan saya
  menyadari bahwa Antonio pasti membeli perlengkapannya dari
  pendapatannya yang sangat sedikit.

  Brian menyukai Antonio dan lebih berhasil dari anggota keluarga yang
  lain untuk membuat Antonio merasa nyaman dan tersenyum, sekali pun
  Brian tidak pernah bisa mengalihkan perhatian Antonio saat sedang
  bekerja.

  Elena, yang senantiasa baik, selalu membawakan sepiring besar nasi,
  kacang-kacangan, tortila, dan sisa lauk. Elena kerap
  berbincang-bincang dengan Antonio saat makan. Elena pun akhirnya
  tahu bahwa sekali pun tubuh Antonio tidak lebih besar dari Brian,
  tetapi sebenarnya ia telah berusia 11 tahun, anak sulung dari 5
  bersaudara, tidak memiliki ayah, dan tinggal dengan ibu yang cacat.
  Ia adalah tulang punggung keluarganya. Saya hampir tidak dapat
  percaya bahwa anak kecil ini hanya setahun lebih muda dari anak kami
  yang lain, Bruce, yang terlihat jauh lebih dewasa dan kuat.

  Ketika bulan Desember tiba, kami sekeluarga, termasuk Elena,
  mendiskusikan apa yang akan kami berikan kepada Antonio sebagai
  hadiah Natal. Ini bukanlah hal yang sulit, karena sedikit sekali
  yang ia miliki. Namun, kami ingin memberikan sesuatu yang spesial,
  sesuatu yang akan sangat ia sukai. Ternyata, ini merupakan keputusan
  sulit, karena selama beberapa bulan ia bekerja bagi kami, Antonio
  tidak pernah menyinggung tentang sesuatu yang ia inginkan. Kami
  memutuskan Elena yang akan menjadi detektif dan mencoba mencari tahu
  keinginan Antonio yang terdalam. Bruce dan Brian yakin Antonio pasti
  menginginkan mainan atau permen, tetapi Elena melaporkan bahwa
  impian Antonio adalah memiliki celana panjang baru.

  "Ah, itu mudah," ujar Bruce. "Saya memiliki satu laci pakaian yang
  sudah tidak muat." Saya setuju dengan pendapatnya. Pakaian adalah
  pilihan saya sejak awal, dan kami akan memberikan beberapa pakaian
  bekas Bruce kepada Antonio. Tetapi, kami ingin memberikan sesuatu
  yang ekstra, sesuatu yang baru.

  Kemudian, kebijaksanaan Elena muncul.

  "Nyonya," katanya, "Jangan berikan mainan kepadanya. Ia adalah anak
  kecil yang sudah dewasa dan punya integritas. Berikanlah sesuatu
  yang dapat ia gunakan."

  "Aku tahu, Ibu!" teriak Bruce. "Mari kita berikan perlengkapan
  menyemir yang baru kepadanya. Miliknya sekarang sudah sangat tua dan
  jelek."

  Keputusan telah diambil. Sekarang kami harus merencanakannya. Kotak
  perlengkapan semir tersebut harus cukup besar sehingga bisa
  menampung kaleng-kaleng semir, ditambah sikat, kain, dan
  perlengkapan lain yang belum dimiliki Antonio. Kotak tersebut juga
  harus berwarna cerah dan menyenangkan. Elena kenal seorang tukang
  kayu yang dapat membuat kotak seperti itu bagi kami.

  Minggu itu penuh dengan sukacita. Kami semua melibatkan diri dengan
  senang hati. Ketika sang tukang kayu memperlihatkan kotak yang belum
  dicat, kami sangat bersemangat untuk mengecatnya dan memburu semua
  perlengkapan yang akan dimasukkan ke dalam kotak tersebut. Kami
  memilih kaleng semprot cat warna hijau, dan kaleng-kaleng semir
  terbesar dalam berbagai warna. Itu adalah salah satu saat paling
  menyenangkan yang pernah saya alami, seluruh anggota keluarga
  bekerja sama untuk membahagiakan seseorang. Bahkan Brian pun turut
  ambil bagian. Setelah Bruce mengecat kotak tersebut, Brian
  menghabiskan waktu berjam-jam mengambil gambar-gambar burung dan
  bunga-bungaan untuk dipotong dan ditempelkan pada bagian luar kotak.
  Setelah semuanya selesai kami berdiri mengelilingi kotak tersebut
  sambil mengaguminya. Kami sangat yakin bahwa tidak akan pernah ada
  kotak perlengkapan menyemir yang lebih bagus dari yang kami buat.

  "Ibu, ini hebat!" ucap Bruce sambil mengerutkan dahi. "Tetapi,
  bagaimana jika seseorang mencurinya?"

  Saya bangga menyadari bahwa anak saya usia 12 tahun yang manja dan
  ada kalanya egois ternyata peduli pada nasib anak Honduras yang
  miskin. Saya dapat mengerti kekhawatirannya. Di tempat yang diliputi
  kemiskinan, anak kecil kerap diinjak-injak oleh anak yang lebih tua
  dan lebih besar. Kami harus menyiapkan rencana untuk melindungi
  Antonio.

  Menggunakan cat hitam, kami menuliskan nama ANTONIO CRUZ pada kotak
  tersebut. Kami yakin label tersebut dapat menghalangi niat buruk
  pencuri-pencuri.

  Saya tidak tahu bagaimana kami berhasil menyimpan rahasia tentang
  kotak perlengkapan semir tersebut sampai malam Natal tiba, tetapi
  kami berhasil. Pada tanggal 24 Desember, Bruce membersihkan semua
  sepatu di rumah sehingga tidak ada pekerjaan yang menanti Antonio.
  Ketika saya memberikan kepada Bruce upah sebesar yang biasa saya
  berikan kepada Antonio, ia meletakkannya dengan rapi di atas hadiah
  yang terbungkus rapi di bawah pohon Natal. Brian melompat-lompat
  ketika bel berbunyi. "Oh, semoga saja ia menyukainya," cetusnya.

  Elena membuka pintu dan mempersilakan Antonio masuk. Ia berdiri,
  terdiam. Ia tidak pernah melangkahkan kakinya ke dalam rumah kami.
  Ia selalu bekerja di tangga depan rumah. Elena menuntunnya ke ruang
  keluarga tempat tumpukan hadiah-hadiah di bawah pohon Natal besar
  kami. Tiga orang memandanginya dengan senyuman lebar, tetapi ia
  masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

  "Antonio," ucap saya. "San Nicolas (Sinterklas) datang lebih cepat
  dari biasanya dan meninggalkan beberapa hadiah untukmu." Saya
  membungkuk dan mengambil beberapa hadiah yang telah terbungkus. Kami
  membungkus setiap perlengkapan masing-masing karena kami ingat bahwa
  membuka hadiah adalah ritual yang menyenangkan.

  Ia tertegun, berdiri dekat pintu, matanya terbuka lebar, tanpa
  senyuman. Ia terlihat ketakutan, bukan bahagia.

  "Ayo buka! Ayo buka!" teriak Brian yang melihat Antonio tidak
  bergerak sama sekali. Dengan bantuan kami, akhirnya ia membuka paket
  berisi pakaian-pakaian secara perlahan. Ia berusaha untuk tidak
  merobek kertas kado yang digunakan, ia juga berusaha membungkusnya
  kembali. Ekspresinya tidak berubah. Saya mendorong hadiah-hadiah
  kecil lainnya kepadanya, membantu membukakan bungkusnya. Tetapi,
  sekali lagi, matanya tidak terlihat senang.

  "Ini hadiah terbaik," teriak Bruce sambil mengambil kotak
  perlengkapan semir dan hampir melemparkannya kepada Antonio. Kami
  benar-benar terpana seperti maniak terhadap anak yang kecil dan
  pendiam itu. Kami mengelilinginya saat ia secara perlahan membuka
  hadiah tersebut. Tetapi, ia tetap tidak menunjukkan kebahagiaan.

  "Ucapkan terima kasih, Antonio," potong Elena dengan gaya bicara
  sopannya yang khas.

  "Gracias," bisik anak tersebut seraya bergerak kembali ke arah
  pintu.

  Bruce memandang saya dengan pandangan bingung. Saya tahu benar apa
  yang ia rasakan karena saya pun merasakan kekecewaan yang sama. Apa
  yang salah?

  Saya merasakan bahwa teman kecil kami akan tetap merasa kikuk jika
  kami membiarkannya terlalu lama. Akhirnya saya membantu ia
  mengumpulkan semua hadiahnya, menyerahkan uang Bruce ke tangannya,
  dan membukakan pintu agar ia dapat pergi. Elena pun kembali dari
  dapur bersama makan malam untuknya yang telah terbungkus alumunium
  foil, semua hidangan dengan porsi dua kali lipat dari biasanya.

  Antonio hampir berlari menuruni tangga tanpa memandang ke belakang
  sekali pun. Ia benar-benar ingin pergi secepatnya.

  Apa yang akan saya katakan kepada anak-anak? Pikir saya. Mereka
  telah berusaha sebaik-baiknya dan memberi dengan sangat ikhlas.

  Di ruang keluarga saya memeluk kedua anak saya yang terlihat kecewa.
  "Bergembiralah!" ucap saya. "Saya yakin Antonio menyukai
  hadiah-hadiah yang kalian berikan. Hanya saja kita berharap bahwa
  ia akan terlihat bersemangat, seperti jika kita yang memperoleh
  hadiah-hadiah tersebut. Mungkin ia tidak dapat mengekspresikan
  kebahagiaannya seperti kita. Saya yakin bahwa di dalam hatinya ia
  merasa sangat senang, tetapi yang paling penting adalah kita semua
  merasa bahagia karena telah melakukan semua ini untuknya."

  Tepat setelah saya berbicara, kami melihat sosok Antonio melalui
  kaca besar rumah kami. Ia duduk di trotoar di seberang jalan. Ia
  meletakkan semua hadiah yang ia terima di sampingnya. Ia
  mengambilnya satu per satu, menggoyangkannya, menimang-nimang, dan
  menciumnya. Wajahnya memancarkan kebahagiaan yang tidak dapat saya
  gambarkan. Sinar matahari Honduras yang panas bercahaya saat
  sinarnya terpantul pada air mata yang mengalir menuruni pipi
  Antonio.

  "Feliz Navidad, Selamat Natal, anak-anak," ujar saya, sambil memeluk
  mereka, "dan untukmu juga, Antonio."

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Guideposts Bagi Jiwa: Kisah-kisah Iman Natal
  Judul buku asli: Guideposts for The Spirit: Christmas Stories of
                   Faith
  Penulis: Betty R.Graham
  Penerjemah: Mary N. Rondonuwu
  Penerbit: Gospel Press Batam, 2006
  Halaman: 59 -- 69
______________________________________________________________________
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
  < wanita(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita
Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita
Twitter e-Wanita: http://twitter.com/sabdawanita
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Truly Almendo Pasaribu
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Wanita / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org