Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/48

e-Wanita edisi 48 (18-11-2010)

Mengasihi Keluarga

____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                     TOPIK: Mengasihi Keluarga
                      Edisi 048/November 2010
______________________________________________________________________
                              MENU SAJI

- SUARA WANITA
- RENUNGAN WANITA: Saling Melayani
- DUNIA WANITA: Bagaimana Menjaga Agar Rumah Tidak Roboh
- EDISI BERIKUTNYA
- STOP PRESS: Pendaftaran Peserta Kelas DIK Periode Januari/Februari 2011
______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Shalom,

  Membangun kehidupan rumah tangga tidaklah mudah. Seringkali muncul
  berbagai hal yang dapat membuat rumah tangga menjadi goyah. Jika
  Sahabat Wanita mengalami peristiwa semacam ini, Anda tentunya
  bingung apa yang harus dilakukan, bukan? Lalu bagaimana cara
  menyelesaikannya? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
  agar kehidupan rumah tangga tetap terjaga dan kukuh saat ada angin
  ribut, hujan, banjir, dan badai kehidupan yang menerpa. Nah,
  bagaimanakah caranya menjaga rumah tangga agar tidak roboh saat
  mengalami guncangan? Simaklah artikel di bawah ini dan temukan
  hal-hal penting sesuai dengan firman Tuhan untuk membangun kehidupan
  rumah tangga Anda menjadi lebih baik. Tuhan Yesus memberkati!

  Redaksi Tamu e-Wanita,
  Santi Titik Lestari
  http://wanita.sabda.org
  http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
- RENUNGAN WANITA

                            SALING MELAYANI

  Apakah wanita harus tetap melayani suaminya? Perdebatan ini
  tampaknya muncul sebagai perdebatan yang tidak berujung -- khususnya
  akhir-akhir ini.

  Terkadang saya bertanya-tanya apakah kita tidak merindukan
  kebersamaan kita dalam perang yang panas ini. Dalam Efesus 5, Paulus
  mengawali tegurannya kepada para suami serta istri, "Hormatilah
  Kristus dengan saling melayani." (Efesus 5:21, FAYH) Para pria akan
  segera sadar, bahwa dalam pernikahan, Paulus memberikan waktu dan
  perhatian kepada tanggung jawab para pria dua kali lebih banyak
  daripada tanggung jawab para istri.

  Dalam Perjanjian Baru, banyak terdapat frasa yang mengandung kata
  "saling": saling mencintai, saling menerima, saling mendukung,
  saling mendoakan. Semuanya, termasuk "saling melayani", menggemakan
  hakikat timbal-balik dalam hubungan sehat manusia. Dalam pernikahan
  kami, saya memunyai tanggung jawab kepada David; demikian juga David
  memunyai tanggung jawab kepada saya. Sembari kami berdua berusaha
  menaati firman Allah, kebaikan dan kesalehan David saat melayani
  saya membuat saya menikmati -- dan bukannya terpaksa -- melayani
  dia.

  Memang rumit. Tapi, itulah gambaran ideal yang kami jalani sebagai
  manusia yang kerapkali salah. Seperti kata Paulus, "... hal ini
  sukar dimengerti, ...." (Efesus 5:32, FAYH) Itulah persekutuan. Dan
  persekutuan adalah saling melayani.

  Pengerat Pernikahan

  1. Apa langkah ke depan kalian berdua agar bisa saling menghormati
     satu sama lain?

  2. Gunakanlah indeks Alkitab yang lengkap dan carilah perintah
     "saling" dalam Perjanjian Baru. Di antara temuan Anda, apa yang
     memperkaya pernikahan Anda? (tYohanna)

  [Catatan Redaksi: Temukan kata "saling" dalam Perjanjian Baru di:
  http://alkitab.sabda.org/search.php?all=saling&range=NT&scope=def&order=book]

  Diterjemahkan dari:
  Judul asli artikel: Submit To One Another
  Judul buku: Couples` Devotional Bible, New International Version
  Penyunting: Marriage Partnership Magazine
  Penerbit: Zondervan Publishing House
  Artikel: 1298
______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA

             BAGAIMANA MENJAGA RUMAH AGAR TIDAK ROBOH

     Ada empat rahasia yang perlu kita pelajari untuk menjaga
     rumah tangga kita agar tidak roboh di tengah-tengah hujan,
     angin ribut, dan banjir yang melanda rumah tangga kita.
     1. Menyadari arti dan pentingnya keluarga.
     2. Kembangkanlah kasih di dalam rumah tanggamu.
     3. Kembangkanlah kesetiaan sampai mati.
     4. Pusatkanlah keluargamu pada kristus.

  Tuhan memberi perumpamaan tentang orang yang membangun rumah. Orang
  yang mendengarkan firman-Nya dan melakukan-Nya seumpama seorang yang
  mendirikan rumah yang beralaskan batu karang yang teguh. Walaupun
  hujan turun, banjir menimpa, angin ribut bertiup, rumah itu tetap
  berdiri dengan kukuh. Sebaliknya, orang yang mendengarkan firman-Nya
  dan tidak melakukannya seumpama seorang yang bodoh, yang mendirikan
  rumahnya di atas pasir. Ketika hujan turun, banjir menimpa, angin
  ribut bertiup, rumah itu roboh. Dan kalimat terakhir yang mencatat
  kebenaran ini berkata bahwa kerusakan yang dialami rumah itu sangat
  hebat. Secara jasmani saja kita tahu bahwa kita perlu membangun
  rumah yang kukuh, sebab kalau tidak rumah itu akan mudah roboh. Jika
  rumah kita roboh, maka kita bukan saja mengalami kerugian finansial
  namun nyawa manusia juga bisa hilang.

  Di sini saya tidak akan membicarakan rumah yang kasatmata, melainkan
  kehidupan rumah tangga yang sering tidak terdengar suara
  kerobohannya tetapi pengaruhnya besar terhadap masyarakat dan
  terhadap pekerjaan Tuhan. Saya percaya bahwa tidak ada seorang pun
  yang menghendaki rumah tangganya hancur berantakan. Namun kalau kita
  mau jujur, kita akan melihat sesuatu kerobohan yang besar yang saat
  ini sedang melanda rumah tangga kita masing-masing. Hanya saja
  masing-masing kita malu untuk bersaksi tentang peristiwa yang sedang
  melanda rumah tangga kita. Suara kerobohan itu tidak terdengar oleh
  telinga, tetapi telah mengakibatkan banyak kesusahan dan penderitaan
  dalam rumah tangga kita masing-masing. Oleh karena itu, saya ingin
  membicarakan bagaimana kita dapat berdiam dalam rumah tangga dengan
  tenang sementara angin ribut dan banjir melanda rumah tangga kita.
  Dengan kata lain, bagaimana kita dapat mendirikan sebuah rumah yang
  kukuh, tahan terhadap angin ribut, gelombang, dan hujan.

  Musuh Rumah Tangga

  Dalam perumpamaan di atas disebutkan tentang musuh-musuh rumah
  tangga, yaitu angin, hujan, dan banjir. Akhir-akhir ini ada banyak
  angin ribut yang melanda rumah tangga kita. Salah satu di antaranya
  adalah perzinahan. Tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena
  dilanda angin ribut yang disebut perzinahan ini. Rumah tangga yang
  dahulunya baik-baik saja tiba-tiba hancur karena dilanda angin
  perzinahan ini. Hubungan suami istri yang dahulunya harmonis
  tiba-tiba retak. Si suami lari meninggalkan rumah tangga tanpa kabar
  berita, si istri pergi berdampingan dengan laki-laki lain.
  Tinggallah anak-anak yang kebingungan tidak tahu apa yang harus
  diperbuat.

  Sebagai hamba Tuhan saya merasa amat sedih bila ada seorang anggota
  jemaat yang datang dan melaporkan bahwa rumah tangganya yang
  beberapa tahun yang lalu saya berkati sekarang menjadi berantakan.
  Setelah mereka pergi, saya menjerit dalam doa dan berseru, "Tuhan,
  Engkau adalah batu karang yang teguh dan siapa pun yang mendirikan
  rumah tangganya di atas janji firman-Mu tidak akan pernah goyah.
  Tetapi kenapa rumah tangga anak-Mu tadi mengalami kehancuran?"
  Kemudian terdengar jawaban Tuhan atas doa saya, "Hamba-Ku, rumah
  tangga anggota jemaatmu tadi hancur karena mereka tidak mendirikan
  rumahnya di atas firman-KU".

  Ada empat rahasia yang perlu kita pelajari untuk menjaga rumah
  tangga kita agar tidak roboh di tengah-tengah hujan, angin ribut,
  dan banjir yang melanda rumah tangga kita.

  1. Menyadari Arti dan Pentingnya Keluarga

     Banyak orang, termasuk orang-orang Kristen, mengatakan dirinya
     sudah penuh Roh Kudus dan menganggap remeh rumah tangganya,
     sehingga tidak memerhatikan kehidupan rumah tangganya dengan
     sungguh-sungguh.

     Saya tidak menyalahkan orang yang mengejar karier, tetapi kalau
     saudara menganggap hal itu lebih utama daripada kehidupan rumah
     tanggamu, maka rumah tanggamu akan menjadi korban. Saya tidak
     menentang orang yang bersusah payah mencari uang, karena dengan
     uang itu kita bisa mencukupi segala keperluan hidup kita --
     firman Tuhan sendiri berkata, "Dengan berpeluh engkau akan
     mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah...."
     --, namun jangan sampai kita melupakan rumah tangga kita karena
     terlalu sibuk mencari uang.

     Kebenaran pertama yang harus kita pegang untuk menjaga rumah kita
     supaya tidak roboh adalah: anggaplah keluargamu sebagai sesuatu
     yang amat penting di matamu. Anggaplah suamimu, istrimu, dan
     anak-anakmu sebagai sesuatu yang amat penting, sehingga apa pun
     harga yang harus dibayar, engkau rela membayarnya asal rumah
     tanggamu tetap berdiri kukuh.

     Banyak orang yang tidak menyadari bahwa rumah tangganya itu
     begitu penting sehingga mereka menganggap sepi rumah tangganya,
     melalaikan kewajibannya sebagai ayah/ibu rumah tangga, dan hanya
     berfoya-foya saja. Itulah sebabnya banyak rumah tangga yang
     mengalami kehancuran. 1 Timotius 5:8 mengatakan, "Tetapi jika ada
     seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi
     rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak
     beriman."

     Kita harus memandang rumah tangga kita sebagai sesuatu yang amat
     penting, sebab Allah sendiri memandangnya sebagai sesuatu yang
     amat penting. Ketika Allah memerhatikan Adam di Taman Eden,
     Allah dapat merasakan kesepian yang dirasakan oleh Adam. Sebab
     itu Allah turun tangan untuk mengisi kekosongan itu dengan
     menciptakan Hawa dan menempatkannya di sisi Adam. Pada saat
     itulah terbentuk keluarga yang pertama di dunia, yang diresmikan
     oleh Allah sendiri. Hal ini menunjukkan perhatian Allah yang amat
     besar terhadap rumah tangga.

     Pada kesempatan yang lain, Allah dalam Kristus Yesus menghadiri
     pesta perkawinan di Kana dan menyelesaikan persoalan rumah tangga
     yang mereka hadapi. Ketika tuan rumah kehabisan anggur, yang
     membuat mereka merasa malu dan bingung, Yesus segera turun tangan
     mengubah air menjadi anggur sehingga pesta dapat berlangsung
     terus. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sungguh-sungguh menaruh
     perhatian yang besar terhadap perkawinan.

     Allah tidak hanya menyebutkan diri-Nya sebagai Raja di atas
     segala raja dan Tuhan di atas segala tuan, tetapi Allah juga
     berkali-kali menyebutkan diri-Nya sebagai Bapa. Dalam Matius 6,
     Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya, yang
     diawali dengan: "Bapa kami yang di sorga...". Walaupun Ia tidak
     menyuruh kita untuk berdoa, "Bos kami yang di sorga..." atau
     "Raja kami yang di sorga..." walaupun Ia adalah Bos atau Raja di
     atas segala raja, Ia menyebut diri-Nya sebagai "Bapa".

     Kata "Bapa" hanya dapat kita jumpai dalam rumah tangga. Bos dan
     majikan tidak dapat kita jumpai dalam rumah tangga. Yang ada
     dalam konsep pemikiran Allah adalah keluarga, sebab itu apa yang
     Ia bicarakan selalu mengenai keluarga.

     Karena hati Allah adalah hati keluarga, yang ada dalam
     kata-kata-Nya adalah kata-kata keluarga. Jadi kalau ada bapak
     yang bersikap seperti seorang bos, cepat-cepatlah berubah sebab
     dalam keluarga tidak ada bos atau pelayan. Yang ada dalam
     keluarga adalah penolong yang sepadan, pelindung, papa, mama, dan
     anak-anak. Kiranya Allah menolong kita untuk menyadari betapa
     pentingnya keluarga di mata Allah.

     Robohnya rumah tangga membawa efek yang sangat besar, baik
     terhadap keluargamu sendiri dan anak-anakmu, terhadap orang lain,
     maupun terhadap pelayanan pekerjaan Tuhan. Karena itu anggaplah
     keluargamu begitu penting dan begitu berarti. Jadikanlah Yesus
     nomor satu, keluarga nomor dua, karier nomor tiga, dan yang
     lainnya nomor di bawahnya. Berikanlah waktumu untuk anak-anakmu
     dan untuk keluargamu, supaya rumahmu tetap teguh berdiri. Angin
     ribut boleh menimpa; gelombang dan banjir boleh menderu; badai
     boleh menerpa, tetapi rumahmu tetap berdiri kukuh karena Tuhan
     hadir di dalam rumah tanggamu.

  2. Kembangkanlah Kasih di dalam Rumah Tanggamu

     Hanya ada satu tali pengikat yang dapat mempersatukan suami istri
     dalam rumah tangga, yaitu tali kasih. Hanya ada satu macam
     material untuk membangun rumah tangga, yaitu kasih. Kasih
     membangun rumah tangga tetapi kebencian meruntuhkannya.
     Pengampunan membangun rumah tangga, tetapi dendam meruntuhkannya.
     Pengertian satu dengan yang lain membangun rumah tangga, tetapi
     kecurigaan meruntuhkannya. Itu sebabnya kembangkanlah kasih dalam
     rumah tanggamu.

     Di mana ada kasih, di situ ada pengampunan, ada pengertian, ada
     solidaritas untuk memikul beban bersama, ada persatuan satu
     dengan yang lain. Kasih kita tidak boleh hanya dinyatakan dalam
     mulut saja, tetapi juga dalam tindakan sehari-hari. Kasih kita
     bukan menurut standar dunia. "Kalau engkau menguntungkan aku, aku
     mengasihi engkau. Tetapi kalau engkau merugikan aku, aku tidak
     lagi memberikan kasih kepadamu, tetapi benci dan dendam." Kasih
     kita harus menurut standar Yesus, seperti yang Paulus gariskan
     dalam Efesus 5:25, "Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana
     Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya
     baginya". Apakah Yesus mengasihi kita karena ada sesuatu yang
     menguntungkan dari kita? Apakah Tuhan mau mati di salib karena Ia
     melihat sesuatu yang menguntungkan, dari diri kita? Tidak. Tuhan
     terlebih dahulu mengasihi kita meskipun kita belum dapat
     mengasihi Dia.

     Dia mau mati disalib, bukan karena Dia ingin meminta sesuatu dari
     kita, melainkan karena Dia mengasihi kita. Dia tidak meminta
     orang lain untuk membantu mengangkat salib-Nya, walaupun ada
     orang lain yang bersedia mengangkatnya. Dia tidak meminta orang
     lain untuk mencabut mahkota duri di kepala-Nya. Dia tidak meminta
     orang lain untuk dipaku sebagai ganti Dia. Dia tidak meminta
     orang lain untuk meminum cawan yang harus diminum-Nya. Dia mau
     melakukan itu semua karena Dia amat mengasihi kita. Tanda kasih
     seperti inilah yang harus mengikat rumah tangga kita. Kasih
     berarti biar aku rugi, asal engkau untung; biar aku kurus, asal
     engkau gemuk; biar aku mati, asal engkau hidup.

     Seperti uraian dalam 1 Korintus 13:7, "[Kasih] menutupi segala
     sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu,
     sabar menanggung segala sesuatu." Kasih berarti rela ditipu.
     Kasih berarti rela dicaci-maki. Kasih berarti rela diperlakukan
     apa saja demi kebahagiaan orang yang kita kasihi. Kasih yang
     seperti inilah yang seharusnya menguasai rumah tangga kita.

     Kasih membutuhkan pengorbanan; korban waktu, korban perasaan,
     dll. Anak-anak kita membutuhkan waktu kita untuk
     berbincang-bincang dengan santai. Namun kita sering tidak
     bersikap bersahabat dengan anak-anak kita. Setiap mereka
     menghadapi masalah, mereka ingin datang kepada kita, tetapi kita
     sering tidak ada waktu untuk mendengar masalah mereka, sehingga
     mereka bercerita kepada teman-temannya yang juga sedang frustasi
     dan teman-temannya memberi jalan keluar ke diskotek, mengonsumsi
     morfin dsb.. Akhirnya mereka bukan datang berteduh di dalam
     keluarga, tetapi di dalam hujan deras dan teriknya matahari --
     dosa.

     Di Korea pernah ada cerita tentang seorang anak yang ingin
     bertemu dengan ayahnya. Selama hidupnya ia belum pernah bertemu
     dengan ayahnya karena sejak pagi-pagi buta ayahnya sudah keluar
     bekerja dan baru pulang pada tengah malam ketika ia sudah tidur.
     Karena ingin bertemu, maka anak itu membuat jadwal dengan ayahnya
     dan merencanakan untuk bertemu di sebuah restoran. Anak itu
     bertanya kepada ibunya, "Bu, ayahku itu yang mana?" Lalu ibunya
     menunjukkan potret perkawinan mereka agar sang anak dapat
     mengenali ayahnya ketika mereka bertemu. Bayangkan! Ayah dan anak
     tidak pernah bertemu di rumah, dan untuk bertemu mereka harus
     membuat janji di restoran!

     Setan memang selalu berusaha menghancurkan keluarga, tetapi Allah
     mau mempertahankannya, asal di dalamnya terdapat kasih. Wahai
     para ayah dan ibu, maukah engkau menjadi sahabat kental bagi
     anak-anakmu? Mereka ingin mendapatkan seorang sahabat, guru, dan
     orangtua yang bisa mengerti masalah mereka dan membantu
     menyelesaikannya. Biarlah anak-anak kita bisa bercerita kepada
     teman-temannya, "Papaku adalah seorang yang menjadi guru,
     penolong, sahabat, dan ayah bagiku. Mamaku adalah seorang yang
     menjadi guru, penolong, sahabat, dan ibu bagiku". Betapa indahnya
     mendengar kata-kata seperti itu! Sebab itu kembangkanlah kasih di
     dalam keluarga, karena kasih sanggup untuk menyelamatkan rumah
     tangga dari kerobohan.

  3. Kembangkanlah Kesetiaan Sampai Mati

     Kesetiaan sering diumpamakan seperti kalung. Amsal 3:3
     mengatakan, "Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan
     engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh
     hatimu...." Jangan sampai kesetiaan meninggalkan engkau di waktu
     siang ataupun malam. Allah senang dengan kesetiaan, karena Ia
     sendiri setia. 1 Yohanes 1:9 mengatakan, "Jika kita mengaku dosa,
     maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
     dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Setialah
     sampai mati karena kepadamu akan dikaruniakan mahkota lain.
     Kemudian saudara menghadap pendeta supaya diberkati. Di hadapan
     pendeta saudara berjanji untuk setia satu dengan yang lain, dan
     saling mengasihi baik di kala susah maupun senang, di kala
     kekurangan maupun kecukupan, dalam keadaan sakit ataupun
     sehat. Pokoknya setia sampai mati. Eh, tidak berapa lama
     kemudian sudah saling cekcok sehingga sang istri
     dengan anak pulang ke rumah orangtuanya.

     Kita perlu belajar untuk mengenakan kesetiaan sepanjang umur kita
     karena kesetiaan dapat menjaga rumah kita agar tidak roboh. Di
     Belanda orang-orang masih tetap setia sampai mereka menjadi
     kakek nenek. Mereka sore-sore berjalan-jalan berdampingan dengan
     mesra. Kakek pegang tongkat, nenek tuntun anjing, sama-sama
     menikmati udara segar. Itulah yang namanya setia sampai mati. Di
     Indonesia kita jarang melihat kakek nenek jalan bergandengan
     tangan. Di Indonesia kita jarang melihat pasangan yang masih muda
     jalan bergandengan tangan. Suami merasa malu untuk menggandeng
     tangan istri, tetapi kalau menggandeng wanita lain tidak malu.
     Kenapa bisa begitu? Karena kesetiaan sudah meninggalkan dirinya.
     Kalungkanlah kesetiaan pada lehermu dan tuliskan pada loh hatimu.
     Jangan sampai kesetiaan meninggalkan hidupmu supaya rumah
     tanggamu berdiri teguh, tahan terhadap angin dan badai.

  4. Pusatkanlah Keluargamu Pada Kristus

     Matius 7:24 berkata, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku
     ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang
     mendirikan rumahnya di atas batu." Rumah tangga kita bisa berdiri
     teguh bila kita mendasarkannya pada Kritus, sang Batu Zaman itu.
     ".... Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha
     orang yang membangunnya." (Mazmur 127:1a) Tanpa Tuhan, rumah
     tangga kita tidak akan dapat berdiri dengan kukuh. Karena itu
     izinkanlah Dia menjadi pelindung rumah tanggamu. Izinkanlah Dia
     menjadi satpam bagi rumah tanggamu. Kalau Dia menjadi satpam,
     maka amanlah rumah tanggamu. Bila suami keluar atau masuk, Tuhan
     melihatnya. Kalau suami macam-macam laporkan saja kepada Tuhan
     dan suruhlah Tuhan yang mengurusnya.

     Saya tidak menentang orang yang memelihara anjing. Tetapi jangan
     percaya kepada anjing lebih dari pada kepada Tuhan. Undanglah Dia
     untuk menjadi penunggu dalam rumah tanggamu. Biarlah Dia menjadi
     tamu yang tidak kelihatan di meja makan kita di kala kita
     bersantap. Biarlah Dia menjadi tamu yang tidak kelihatan yang
     mendampingi kita di saat kita tidur. Kalau Dia yang mengawal
     tidur kita, kita tidak akan mengalami mimpi buruk, tetapi kita
     akan bermimpi tentang surga yang mulia.

     Kalau Dia menjadi pusat hidup kita, dan ikut menyertai kita di
     mana pun kita berada, maka hidup kita akan aman dan rumah tangga
     kita akan berdiri dengan kukuh. Kalau ada tamu yang datang dengan
     maksud yang jahat, Tuhan sudah lebih dulu memberitahu kita. Di
     kantor dan dalam pekerjaan kita, Tuhan memberkati buah tangan
     kita, sehingga kita selalu berhasil dalam setiap usaha kita. Di
     sekolah Tuhan memberi hikmat kepada anak-anak kita. Karena itu
     undanglah Yesus dalam seluruh bidang kehidupanmu, maka Dia akan
     menahan rumah tanggamu dari kerobohan. Meskipun angin ribut
     datang menderu, hujan banjir menerpa, dan gelombang menerjang,
     rumah tanggamu akan tetap berdiri dengan kukuh karena Tuhan ada
     di dalamnya sebagai pelindung.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul asli artikel: Bagaimana Membangun Rumah agar tidak Roboh
  Judul majalah: Pukat, Tahun XVI, Edisi Januari -- Februari 1996
  Penulis: Jacob Nahuway
  Penerbit: GBI Mawar Sharon, Jakarta
  Halaman: 31 -- 33
______________________________________________________________________
- EDISI BERIKUTNYA

  Sebentar lagi kita akan merayakan Natal. Kami percaya, sebagian
  besar dari kita akan sangat sibuk untuk mempersiapkan momen
  tersebut. Untuk memperlengkapi Sahabat Wanita untuk menyambut hari
  istimewa tersebut, sejumlah materi, mulai dari artikel, renungan,
  kesaksian, tokoh, dan tip untuk merayakan Natal telah kami
  persiapkan. Jadi jangan sampai Sahabat Wanita lewatkan. Akhirnya
  kami mengucapkan selamat mempersiapkan Natal, dan biarlah Natal
  tahun ini membawa sahabat wanita untuk lebih dekat dengan Tuhan.
  Tuhan Yesus memberkati.
______________________________________________________________________
STOP PRESS

                    PENDAFTARAN PESERTA KELAS DIK
                    PERIODE JANUARI/FEBRUARI 2011

  Puji Tuhan hanya oleh anugerah dan kemurahan-Nya PESTA kembali
  membuka kelas diskusi Dasar-Dasar Iman Kristen (DIK). Dalam kelas
  DIK ini Anda dapat mempelajari berbagai topik utama (doktrin) iman
  Kristen, antara lain: penciptaan, manusia dan dosa, rencana
  keselamatan dan penebusan melalui Yesus Kristus, serta hidup baru
  dalam Kristus. Kelas DIK merupakan kelas wajib yang harus diikuti
  oleh setiap peserta baru sebelum mereka mengambil kelas-kelas PESTA
  yang lain.

  Jangan lewatkan kesempatan baik ini, segeralah mendaftar jika Anda
  tertarik untuk memperdalam kesungguhan kita mengikut Tuhan. Berikut
  adalah alamat kontak untuk mendaftar:

  ==> < kusuma(at)in-christ.net >

  Jika Anda sudah pernah mengikuti kelas DIK, kami juga mengundang
  Anda untuk membagikan informasi ini ke teman-teman yang lain.

  Kami juga menyediakan modul DIK untuk bisa Anda download jika
  Anda ingin mempelajarinya lebih dahulu:

  ==> http://pesta.sabda.org/dik_sil
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
<wanita(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Truly Almendo Pasaribu
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Wanita 2010 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/

________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org