Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/31

e-Wanita edisi 31 (3-3-2010)

Pengurbanan Yesus

_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________
                       Topik: Pengurbanan Yesus
                         Edisi 31/Maret 2010
______________________________________________________________________
                              MENU SAJI

- SUARA WANITA
- RENUNGAN WANITA: Kunci
- DUNIA WANITA: Semua Misteri Ini
- POKOK DOA: Paskah
______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Shalom,

  Jika kita membaca kisah penyaliban Yesus di Alkitab, kita bisa
  membayangkan betapa beratnya penderitaan yang ditanggung oleh Yesus.
  Ia disiksa, dicemooh, dihina, difitnah, bahkan dikhianati oleh
  murid-murid-Nya sendiri. Yesus bukan hanya merasakan sakit secara
  fisik. Selain dikhianati oleh Yudas, Petrus pun menyangkali Dia.
  Sebagai manusia, hati siapa yang tidak sakit mengalami pengkhianatan
  sedemikian rupa? Namun, Yesus tidak dendam, marah, ataupun ingin
  membalas perbuatan yang menyakitkan itu. Ia menerima semuanya dengan
  tulus hati. Ia mengetahui satu tujuan mulia untuk semuanya itu dan
  hanya Ia yang dapat melakukannya. Ya, Ia menggenapi kehendak Tuhan,
  yaitu menyelamatkan manusia dengan menanggung dosa-dosa manusia.
  Itulah bukti kasih-Nya kepada manusia, Ia rela disiksa dan mati
  disalib untuk umat-Nya. Akhirnya, Ia bangkit dari kematian dengan
  mengalahkan maut.

  Mengawali masa Paskah, sahabat Wanita dipersilakan menyimak edisi
  bulan Maret ini untuk menyiapkan hati kita dalam menyambut dan
  merayakan Paskah.

  Selamat menyimak, Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Wanita,
  Christiana Ratri Yuliani
  http://wanita.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/wanita/

______________________________________________________________________
        Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya
     di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa,
   hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."
                           (1 Petrus 2:24)
______________________________________________________________________
- RENUNGAN WANITA

                                KUNCI

  "Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya,
  baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia
  mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus." (Kolose 1:20)

  Korsase, kamera, dompet, dan jaket! Ya, kami berangkat untuk
  menghadiri pesta penghargaan yang istimewa -- malam yang
  mengesankan. Mengesankan karena kami melupakan satu benda kecil --
  kunci! Tidak ada yang lebih mengesankan dari memanjat jendela tinggi
  dengan mengenakan pakaian pesta.

  Kehilangan kunci membuat kita sangat frustrasi. Peristiwa yang
  menyedihkan seperti ini bisa membuat Anda merasa kalut, labil, dan
  putus asa. Dalam masyarakat kita yang menerapkan "keamanan ketat,
  kunci berlapis ganda", kunci melambangkan perlindungan dan kekuatan.

  Selama bertahun-tahun, saya merasa frustrasi dan labil ketika
  mencari sebuah kunci penting dalam kehidupan saya -- kunci
  keselamatan. Saya memunyai jawaban teologis yang berdasarkan Kitab
  Suci, tetapi pengetahuan dan pengalaman saya kurang memadai untuk
  dijadikan kunci pas, pembuka pemahaman yang mendalam. Saya
  dibesarkan di lingkungan Kristen dan bersekolah di sekolah Kristen
  yang baik, tetapi saya masih belum memunyai kunci pembuka hubungan
  dengan Kristus yang bermakna penuh.

  Tetapi, saya sekarang berdiri di kaki salib-Nya dan mendapatkan
  kunci untuk menjawab segala pertanyaan saya. Salib itu adalah fokus
  utama pemahaman saya tentang Alkitab.

  1. Salib menunjukkan siapa diri saya.

     Kenyataan hidup menjadi fokus utama ketika seseorang menyaksikan
     orang yang dicintai dikubur, atau menyaksikan orang lain
     menderita sakit atau cacat. Namun, fokus kita akan lebih tajam
     apabila kita menyaksikan Kristus yang disalib, kemudian kita
     merenungkan alasan-alasan Ia mati dengan cara yang seperti itu.
     Salib menyingkapkan diri saya sebagai pendosa dengan sikap,
     pikiran, dan perbuatan, yang justru membunuh Tuhan dan
     Juru Selamat saya.

  2. Salib adalah sumber harga diri saya.

     Hidup yang nyaman dan penuh dengan "hal-hal penting" tidak selalu
     membawa seseorang ke kaki salib. Saya merasa kosong tidak
     berpengharapan setelah saya meninggalkan karier yang bagus,
     meninggalkan pelayanan untuk sementara waktu, kehilangan
     satu-satunya mobil bagus kami, dan melakukan sebuah kesalahan
     yang justru menguras tabungan kami. Di manakah kepercayaan diri
     saya? Kristus yang disalibkan adalah sumber harga diri saya. Ia
     memercayai saya. Kasih-Nya bisa menjadi satu-satunya sumber harga
     diri yang sejati di dalam dunia yang justru sering
     memutarbalikkan prioritas kita.

  3. Salib adalah kunci keselamatkan saya dari dosa.

     Godaan yang dihadapi sebagian besar orang Kristen berbentuk
     pikiran dan pendirian. Merenungkan salib-Nya, menguji kasih-Nya,
     dan menunjukkan pengampunan dapat menjadi latihan "pertobatan
     pikiran" yang nyata sehingga kita tidak lagi memberi tempat bagi
     kepahitan. Karena dosa saya, yang menghancurkan hidup Penyelamat
     saya, mengapa saya membanggakan diri atau menghakimi orang lain?
     Kristus sudah mati untuk kita semua, mengapa saya curiga, tidak
     sabar, atau memikirkan diri sendiri? Ketika merenungkan ini,
     tidak tersedia ruang untuk dosa tinggal.

  Saya sekarang memahami bahwa salib dengan keindahannya adalah kabar
  sukacita yang dapat mengubah kehidupan seseorang; pada salib
  [Kristus] saya menemukan pengampunan, pengenalan terhadap diri saya
  sendiri, harkat diri yang kokoh, dan kekuatan yang dapat mengubah
  cara pandang. Salib membukakan lumbung berkat dan pengetahuan
  rohani. Bersama Isaac Watts saya bisa bernyanyi, "Di salib-Nya,
  salib-Nya, awal aku melihat cahaya." (t/Uly)

  Diterjemahkan dari:
  Nama buku: Close to Home: A Daily Devotional for Women by Women
  Judul asli artikel: Keys
  Edisi: 14 Mei
  Penulis: Jill Hines Richards
  Editor: Rose Otis
  Penerbit: Review and Herald Publishing Association
  Halaman: 161 -- 162

______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA

                          SEMUA MISTERI INI

  Dari abad ke abad, terjadi banyak perdebatan mengenai kematian
  Kristus. Namun, kita tidak boleh mengabaikan keunikan kematian-Nya
  -- ini adalah inti pernyataan iman orang Kristen.

  Banyak orang sulit memahami bagaimana pengurbanan Yesus dapat
  menjadi efektif atau memadai. Untuk meredakan kegalauan intelektual
  manusia, ada yang berusaha membuat salib lebih dapat dipahami oleh
  akal budi. Namun, Paulus berkata benar ketika ia menulis:

     "tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk
     orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang
     bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil,
     baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah
     kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah
     lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah
     lebih kuat dari pada manusia." (1 Korintus 1:23-25)

  Perdebatan yang paling seru mencapai puncaknya pada pertanyaan
  menyangkut penebusan dosa: bagaimana Allah memuaskan tuntutan sifat
  kudus-Nya sendiri, sementara Ia masih memperlihatkan kedalaman
  kasih-Nya bagi umat manusia? Banyak pemikir merasa tidak menyukai
  gagasan bahwa Allah membuat Yesus menanggung kesalahan dan hukuman
  akibat dosa kita. Mereka berulang kali mengemukakan teori-teori
  dengan tujuan untuk menghindari kesimpulan yang buruk ini. Namun
  akhirnya, tidak ada teori yang dapat mengabaikan fakta bahwa Kristus
  dipersembahkan sebagai kurban pengganti dosa-dosa kita:

     "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu
     salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk
     kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." (1 Petrus
     2:24)

  Bahkan, Paulus menggali fakta ini secara makin dalam ketika ia
  meminjam bahasa yang dipergunakan Kitab Ulangan. Yesus bukan hanya
  menebus kita dari kutuk akibat dosa kita, Ia dijadikan kutuk itu
  sendiri. Inilah makna yang paling hakiki dari Kalvari. Sesuatu
  bukan hanya terjadi pada Yesus, namun sesuatu itu juga terjadi di
  dalam Dia! Paulus berkata:

     "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan
     menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang
     yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13)

  Dosa karena Kita

  Tidak ada kitab Injil yang menekankan fakta ini lebih jelas dari
  2 Korintus 5:21, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya
  menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
  Allah."

  Sebuah catatan kaki di dalam Alkitab "New International Version"
  menyodorkan alternatif, yaitu untuk menjadi "kurban penghapus dosa"
  bagi kita. Kurban-kurban penghapus dosa yang berada di bawah
  Perjanjian Lama hanyalah sebuah bayangan dari apa yang akan terjadi
  di dalam Yesus.

  Penulis surat Ibrani memperjelas hal ini:

     "yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus
     mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu
     barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya
     satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan
     diri-Nya sendiri sebagai korban." (Ibrani 7:27)

  Yesus melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh imam besar
  lain mana pun. Yesus menjadi pengganti kita, tidak hanya dengan
  memikul dosa kita, namun menjadi kutuk akibat dosa itu sendiri.
  Kemenangan atas dosa, maut, dan kuasa Iblis tidak hanya dikerjakan
  oleh Dia -- namun dilaksanakan di dalam Dia!

  Ayat Kitab Suci yang menakjubkan ini mengandung segala rahasia dan
  keajaiban Kalvari. Bagaimana kita akan mampu memahami apa yang
  dilakukan Allah bagi kita melalui kematian Anak-Nya? Kita tidak
  boleh meremehkan fakta ini! Beberapa pengertian mendasar akan
  menolong kita untuk melihat sesuatu dari semua kuasa dan keajaiban
  itu.

  1. Perbedaan antara Dosa dan Berdosa

     Penting bagi kita untuk memahami makna penderitaan Yesus. Kita
     sudah terlalu lama memercayai gagasan-gagasan yang merendahkan
     nilai pengurbanan Yesus.

     Tidak satu ayat pun di dalam Perjanjian Baru yang mengajarkan
     bahwa Yesus seorang yang berdosa. Yesus sendiri tidak pernah
     berbuat dosa. Inilah sebabnya kita menyebut Dia sebagai
     penanggung hukuman dosa kita, bukan hukuman atas setiap dosa yang
     diperbuat-Nya. Penulis surat Ibrani mengulangi pernyataan bahwa
     Yesus mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban sempurna
     yang tidak bercacat:

     "Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah
     mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan
     yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari
     perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah
     kepada Allah yang hidup?" (Ibrani 9:14)

     Philip Bliss menulis sebuah renungan yang indah mengenai salib
     berjudul "Man of Sorrows". Dalam sebuah bait puisinya, ia
     membandingkan diri kita yang berdosa dengan persembahan yang
     diberikan Kristus:

     Berdosa, cemar dan tak berdaya kita;
     Anak Domba Allah yang tak bernoda, itulah Dia.
     "Penghapus dosa yang sempurna" bukan?
     Haleluya! Sungguh seorang Juru Selamat!

     Allah menyelesaikan masalah dosa bukan hanya dengan melaksanakan
     persembahan kurban. Dia masuk ke dalam kematian itu melalui
     Yesus.

     Kematian jasmani disebabkan oleh dosa dan ketidaktaatan manusia,
     namun ini bukan satu-satunya akibat. Penghakiman dari Allah,
     ikatan setan, kesakitan, dan penyakit disebabkan juga oleh dosa.
     Sementara itu, kematian rohani disebabkan oleh dosa yang paling
     parah. Agar kita dilepaskan dari fakta dan akibat dosa, Sang Anak
     perlu memikul kutuk karena semua dosa ini. Tidak dapat disangkal,
     kita enggan menghadapi kebenaran fakta yang mengerikan ini! Kita
     perlu datang ke Kalvari dengan khidmat, melepaskan alas kaki
     kita, karena tempat kita berdiri adalah tanah yang kudus.

  2. Perbedaan antara Manusia dan Makhluk yang Fana

     Sebagian masalah timbul ketika kita menggunakan kata-kata secara
     ceroboh. Menjadi manusia, sejauh yang kita ketahui, bersifat
     fana. Namun, ketika Allah menciptakan makhluk hidup, apakah Ia
     membuat kita tunduk kepada maut? Jawabannya pasti tidak.

     Berkaitan dengan penyebab maut, Alkitab bersikap tegas. Kejadian
     3:22 menjelaskan bahwa Allah mengusir Adam dan Hawa dari Taman
     Eden karena mereka berdosa. Sejak saat itu, mereka tidak dapat
     hidup kekal karena memakan buah pohon kehidupan itu. Paulus
     menulis:

     "Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh
     satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu
     telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah
     berbuat dosa." (Roma 5:12)

     Karena Yesus tidak berdosa, Dia tidak menjalani hidup-Nya di
     bawah ancaman maut -- akibat dosa yang tidak dapat dihindarkan --
     sampai Dia dengan sukarela memikul dosa kita. Dia adalah
     satu-satunya manusia yang pernah hidup di muka bumi, yang berhak
     atas nyawa-Nya sendiri:

     "Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk
     menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku,
     melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku
     berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah
     tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku." (Yohanes 10:17-18)

     Ini merupakan fakta yang luar biasa mengenai Kalvari:
     satu-satunya orang yang tidak perlu mati baik secara rohani
     ataupun jasmani adalah Pribadi yang mengenakan maut pada diri-Nya
     sendiri. Dengan melakukan ini, Dia menghancurkan kuasa maut.

     "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging,
     maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam
     keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia,
     yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan
     demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam
     perhambaan oleh karena takutnya kepada maut." (Ibrani 2:14-15)

     Dengan pandangan rohaninya yang hebat, Charles Wesley
     memproklamasikan:

     Semua misteri ini! Sang Kekal mati:
     Siapa yang sanggup menggali
     rancangan-Nya yang aneh ini?
     Sia-sia Serafim sulung berusaha
     Menyuarakan dalamnya kasih ilahi.
     Segala kemurahan ini! Biarlah bumi memuja;
     Biarlah pikiran malaikat tidak menyelidiki lagi.

     Di atas kayu salib, pribadi yang tidak dapat matilah yang harus
     mati. Hanya ketika Yesus menjadi kutuk akibat dosa kitalah maka
     Dia memasuki fakta kematian. Itulah pergumulan di Taman
     Getsemani. Di sana, Yesus bergumul dengan kenyataan mengerikan di
     hadapan-Nya. Dengan kekuatan manusia normal, tidak seorang pun
     sanggup menghadapi apa yang dihadapi oleh Yesus. Lukas
     menceritakan kisah itu dengan dukacita yang dalam:

     "Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar
     batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: "Ya
     Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku;
     tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang
     terjadi." Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri
     kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan
     dan makin bersungguh- sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti
     titik-titik darah yang bertetesan ke tanah." (Lukas 22:41-44)

     Di Taman Getsemani Yesus mempersembahkan diri-Nya seutuhnya
     kepada kehendak Bapa-Nya dan Dia menerima apa yang telah
     digariskan dalam hidup-Nya, yaitu memikul dosa seluruh umat
     manusia.

  3. Diperanakkan dari Allah, Bukan dari Adam

     Orang-orang yang membantah bahwa Yesus dilahirkan oleh perawan
     mengatakan bahwa pernyataan itu tidak relevan. Namun, para
     penulis Injil menyatakan kebenaran ini dengan jelas. Matius dan
     Lukas memberikan sebuah catatan yang rinci mengenai kelahiran
     Yesus. Ketika Yohanes menyebutkan tentang mereka yang memperoleh
     kelahiran baru di dalam iman, ia sedang menggambarkan kebenaran
     tentang kelahiran Yesus sendiri:

     "... yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan
     pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan
     dari Allah." (Yohanes 1:13)

     Dari Kitab Suci diketahui dengan jelas bahwa Yesus memiliki tubuh
     daging yang nyata, dan Dia mengalami pencobaan yang nyata pula.
     Ini sama sekali bukan kepura-puraan. Sejauh menyangkut tubuh
     jasmani, dasar-dasar kemanusiaan-Nya sama seperti dasar-dasar
     kemanusiaan kita juga. Penulis surat Ibrani memperjelas hal ini:

     "Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak
     dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama
     dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." (Ibrani
     4:15)

     Bagian terakhir menekankan fakta bahwa ada sesuatu tentang Yesus
     yang membedakan Dia dari manusia mana pun. Yesus tidak dapat
     berbuat dosa dan Dia memiliki kuasa untuk mengalahkan setiap
     pencobaan yang menyerang Dia. Penggambaran Lukas mengenai Yesus
     yang dicobai di padang gurun (pasal 4) menunjukkan hal ini dengan
     sangat bagus.

     Yesus tidak diperanakkan dari Adam: Dia diperanakkan dari Roh
     Kudus. Ini sama sekali berbeda dari manusia biasa mana pun. Kita
     semua memiliki silsilah, kelemahan, dan dosa dari Adam yang
     pertama. Yesus adalah Adam yang terakhir, manusia dari surga
     (lihat 1 Kor. 15:45-49). Dari segi jasmani, Yesus sama seperti
     kita. Namun, tidak dari segi rohani. Sebelum manusia diperanakkan
     dari Allah melalui Roh Kudus, kita tidak memiliki kesamaan dengan
     manusia dari surga.

     Yesus diperanakkan dari Roh Kudus dan hidup di dalam kuasa Roh.
     Faktanya, Yesus sungguh menjalani kemanusiaan yang sejati,
     kemanusiaan yang diciptakan Allah bagi Adam dan yang dijalani
     Adam sampai ia jatuh ke dalam dosa. Karena Yesus diatur oleh Roh
     Allah, Dia tidak pernah mengalami kenyataan dan akibat dosa
     sampai akhir hidup-Nya. Kemudian, Dia menanggung semua akibat
     hukuman dosa yang mengerikan ke dalam diri-Nya sendiri.

  Diambil dari:
  Judul buku: Kuasa Salib
  Judul buku asli: Explaining the Cross
  Penulis: Bob Gordon
  Penerjemah: Lily Christianto
  Penerbit: (PBMR) ANDI, Yogyakarta 2004
  Halaman: 15 -- 25

______________________________________________________________________
- POKOK DOA

  1. Berdoalah supaya melalui Paskah tahun ini para wanita Kristen
     dapat lebih mengerti arti pengurbanan Kristus bagi mereka.

  2. Doakan juga agar setiap wanita Kristen tidak menyia-nyiakan
     pengampunan dan anugerah keselamatan yang mereka telah peroleh
     dari Tuhan Yesus.

______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
< wanita(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/
Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Wanita 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org