Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/03/16

Sabtu, 16 Maret 2019 (Minggu Pra-Paskah 1)

Kisah Para Rasul 28:30-31
Memberitakan Kristus

Luis Palau, seorang pengabar Injil, suatu kali pernah berujar, "Penginjilan bukanlah sebuah pilihan." Ia memahami tugas agung ini sebagai kewajiban bagi orang Kristen. Kita mungkin sering menganggap bahwa Amanat Agung adalah pekerjaan berat. Kita mungkin berpikir, untuk membiarkan pendeta dan aktivis gereja saja yang memikul beban itu. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa itu bukanlah tanggung jawab warga jemaat.

Bagi siapa pun yang pernah beranggapan demikian, perlu belajar dari teladan Paulus. Di Roma ia tinggal dua tahun penuh di rumah sewaannya sendiri. Di situ, ia menerima semua orang yang datang kepadanya (30). Ia dengan terus terang memberitakan Kerajaan Allah dan mengajarkan Tuhan Yesus Kristus (31).

Besar kemungkinan, status Paulus ketika itu adalah tahanan rumah. Jika benar demikian, artinya rumah tahanan itu dijadikannya sebagai pusat pembelajaran. Ia tidak mau keadaan membatasinya dalam mengabarkan Injil. Alih-alih meratapi nasib, ia tetap setia menjalani panggilannya sebagai rasul bagi orang non-Yahudi.

Dari nas ini, kita juga dapat melihat bahwa Paulus sedang menyatakan sebuah prinsip tentang integritas. Ia berhasil menyelaraskan antara kata dan perbuatan. Ia menyebarkan ajaran Kristus bukan hanya dengan bicara, tetapi juga dengan pengorbanan.

Melihat sepak terjang Paulus, tugas mengabarkan Injil memang tidak mudah. Akibatnya, kita langsung minder ketika melihat kualitas diri sendiri. Kita merasa tidak seperti Paulus yang mahir mengajar, berani, dan pintar. Akhirnya, deretan alasan ini kita gunakan sebagai pembenaran agar terhindar dari tugas suci ini.

Penginjilan bukan pilihan, melainkan kewajiban! Paulus menolak mencari alasan agar lari dari panggilan. Walaupun banyak rintangan, ia selalu mencari cara mengabarkan berita baik itu. Ia selalu kreatif mengatasi masalah yang menghadangnya agar Injil terus menyebar. Itu karena Tuhan selalu memberi hikmat untuk mengatasi semua keterbatasan.

Doa: Tolonglah kami memberitakan Kristus dalam perkataan dan perbuatan. [MUL]


Baca Gali Alkitab 3

Kisah Para Rasul 26:24-32

Kita bisa percaya kepada Kristus karena anugerah Allah. Setelah anugerah diberikan, baru kemudian nalar bekerja dengan penjelasan. Anselmus, seorang teolog besar, pernah mengatakan, "fides quarens intellectum"-iman mencari pemahaman.

Apa saja yang Anda baca?
1. Mengapa Festus menyebut Paulus gila karena ilmunya yang banyak (25)? Perhatikan Kis. 26:12-23.
2. Bagaimana Paulus merespons tuduhan itu (25)? Bagaimana ia membuktikan bahwa apa yang dikatakannya adalah kebenaran (26-27)?
3. Bagaimana reaksi Agripa setelah mendengar penuturan Paulus (28)? Bagaimana tanggapan orang-orang lain kepada Paulus? Apakah mereka menganggap Paulus gila (30-32)?
4. Apa yang akan dilakukan Paulus agar semua yang orang mendengarkannya mau percaya (29)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Pernahkah Anda disebut sebagai orang gila karena pemberitaan Injil-baik melalui perkataan atau perbuatan?
2. Walaupun Paulus mengatakan kebenaran, namun Festus, Agripa, dan banyak orang lain tidak mau percaya. Mengapa demikian?

Apa respons Anda?
1. Paulus disebut gila karena menyatakan kebenaran. Para pendengarnya pun tidak mau percaya walaupun perkataan Paulus adalah kebenaran. Apa yang bisa kita renungkan dari peristiwa ini?

Pokok Doa:
Doakan para pemberita Injil agar tetap kuat dan teguh hati dalam menyebarkan kabar sukacita ke seluruh dunia.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org