Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/06/18

Sabtu, 18 Juni 2016 (Minggu ke-5 sesudah Pentakosta)

1 Timotius 3:1-16
Pemimpin Rohani

Pada zaman ini terjadi krisis di berbagai bidang, termasuk krisis kepemimpinan rohani. Banyak pemimpin gereja yang mahir membuat program, organisatoris yang hebat, pengkhotbah hebat, tetapi hidup pribadi dan rumah tangganya, bahkan karakternya menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Paulus mengajarkan kepada Timotius agar tidak sembarangan dalam menentukan pemimpin-pemimpin rohani di tengah jemaat, baik itu penilik jemaat maupun diaken. Ada kualifikasi-kualifikasi yang perlu dipenuhi sebelum orang-orang tersebut ditetapkan sebagai pemimpin jemaat. Pertama, kualifikasi dalam kehidupan pribadi (2-3, 6, 8-10). Calon pemimpin itu perlu memiliki karakter dan kepribadian yang baik dan teruji, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Kedua, kualifikasi dalam kehidupan keluarga (2, 4-5, 11-12). Hal ini sangat penting, sebab jika calon pemimpin itu tidak dapat memimpin keluarganya dengan baik, bagaimana mungkin ia mampu memimpin jemaat Tuhan. Ketiga, kualifikasi dalam kehidupan sosial (7), yaitu si calon pemimpin haruslah merupakan orang yang punya nama baik di luar jemaat.

Mengapa Paulus perlu menekankan kualifikasi-kualifikasi tersebut? Pertama, karena jabatan sebagai pemimpin jemaat adalah pekerjaan yang indah (1) yang berasal dari Allah. Sebab itu, si pemangku jabatan tersebut haruslah orang-orang yang punya keteladanan hidup yang baik, yang menghormati Allah sebagai pemberi jabatan itu dan menghormati sesamanya, yang dilayaninya. Kedua, agar kehidupan dan kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin rohani tersebut dapat menjadi kesaksian yang baik di tengah masyarakat yang belum mengenal Allah (7, 13).

Jabatan kepemimpin rohani bukan sekadar status di hadapan manusia, tetapi suatu keindahan di hadapan Allah. Kepemimpinan rohani bukan sekadar keahlian atau kehebatan secara manusiawi. Pilihlah orang yang memiliki hati yang takut akan TUHAN dalam segala hal dan dapat membimbing keluarganya di dalam kasih dan kekudusan Allah. [MFS]


Baca Gali Alkitab 7

1 Timotius 3:1-16

Menjadi seorang pemimpin itu mudah. Tetapi bertanggung jawab atas orang yang dipimpinya bukan hal yang gampang. Sebab seorang pemimpin merupakan figur yang dapat diteladani oleh banyak orang. Untuk itu, dibutuhkan kriteria yang ketat dalam memilih seorang pemimpin.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa maksud dari ungkapan tersebut (1)?
2. Apa syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk menjadi penilik jemaat (2-4, 7-9)?
3. Apa kaitan mengurus umat dengan keluarga (5)?
4. Mengapa penilik jemaat tidak boleh orang yang baru bertobat (6)?
5. Mengapa penilik jemaat dan diaken harus diuji (10)?
6. Apa saran Paulus terhadap para isteri (11)?
7. Apa syarat seseorang terpilih sebagai calon diaken (12-13)?
8. Apa harapan Paulus terhadap Timotius (14-16)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa memilih penilik jemaat dan diaken harus melewati pelbagai tes kelayakan?

Apa respons Anda?
1. Tekad apa yang Anda buat saat terpilih menjadi seorang penilik jemaat atau diaken?
2. Sebagai seorang pemimpin umat, dosa apa yang hendak Anda bereskan di hadapan Allah agar pelayanan Anda menjadi berkat dan teladan bagi jemaat?

Pokok Doa:
Agar Tuhan memberikan kepekaan rohani kepada setiap orang percaya untuk menjadi teladan bagi sesamanya.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org