Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/11/08

Kamis, 8 November 2012

Ayub 6:1-7:21
Bukan selalu karena dosa

Judul: Bukan selalu karena dosa
Tidak semua penderitaan disebabkan oleh dosa. Ada kalanya Tuhan mengizinkan hal itu terjadi walau kita tidak tahu tujuannya. Itulah respons Ayub terhadap opini Elifas, yang didasarkan pada pengalamannya. Namun Ayub tetap pada keyakinannya bahwa dia tidak bersalah di hadapan Tuhan (6:28-30).

Penderitaan Ayub memang luar biasa. Harta benda ludes begitu saja, sepuluh anak tewas mengenaskan, dan tubuh dipenuhi penyakit kulit yang tak tertahankan. Bayangkan! Tidak banyak orang yang bermental baja untuk menghadapi situasi yang demikian berat. Tak heran bila Ayub merasa bahwa Tuhan sedang menghukum dia (6:4). Lalu bagaimana respons Ayub?

Ayub jujur mengatakan bahwa penderitaannya tidak tertahankan (6:3-7). Bahkan, kematian menjadi kelepasan dari penderitaan (6:8-14). Sahabat-sahabatnya pun bukan menghibur dan menolong, melainkan malah menghakimi dia (6:15-20, 22-25). Ayub menantang balik mereka untuk membuktikan kesalahannya (6:24-30). Di sisi lain, Ayub menyadari kefanaan manusia. Pasal 7 merupakan penuturan panjang mengenai manusia dalam pergumulan hidup karena ketidakberdayaan terhadap perlakuan Tuhan (7:17-19). Sekali lagi bagi Ayub kematian adalah kelepasan dari dari penderitaan (7:15-16). Ia juga bersikukuh bahwa ia tidak berdosa sehingga pantas menerima semua itu (7:20-21).

Dalam situasi seperti itu, yang dibutuhkan Ayub bukanlah tuduhan, tetapi empati. Perkataan Elifas menempatkan Ayub sebagai pendosa besar, dan ini jelas sukar diterima Ayub. Tak heran ia bereaksi demikian keras.

Perkataan Elifas menjadi pelajaran penting dalam menghadapi orang yang sedang kemalangan. Kita perlu berhati-hati dengan perkataan kita yang bertujuan menghibur orang yang kemalangan, tetapi nyatanya seolah hakim yang menjatuhkan vonis kepada terdakwa. Pahamilah bahwa pengalaman kita belum tentu sama dengan pengalaman orang lain. Karena itu jangan berdiri lebih tinggi dari orang yang sedang kemalangan, melainkan duduklah sama rendah agar kita dapat menjadi sahabat yang baik bagi dia.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/11/08/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org