Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/04/27 |
|
![]() |
|
Minggu, 27 April 2025 (Minggu ke-2 sesudah Paskah)
|
|
Menjadi nazir Allah itu mulia. Tuntutannya berat dan harus disiplin keras. Selain tidak boleh makan buah anggur atau minum anggur (3-4), rambutnya tidak dicukur (5), dan tidak boleh dekat-dekat, apalagi bersentuhan dengan mayat (6-7). Bila periode kenazirannya tuntas, rambut nazir yang sudah panjang dipotong dan dibakar bersama hewan kurban yang ia sediakan (18). Rambut itu mewakili seluruh hidupnya yang dipersembahkan menjadi bau yang harum bagi Allah. Yesus Kristus adalah Nazir dari segala nazir dalam sejarah manusia. Anak Domba Allah dikhususkan menjadi kurban penghapus dosa manusia. Hidup-Nya merupakan teladan yang tak bercacat cela. Kesalehan-Nya memancarkan kasih. Ia berjanji tidak akan minum anggur sampai Kerajaan Allah digenapi (lih. Mat. 26:29). Namun, Ia berkenan menyediakan anggur bagi orang-orang yang berpesta (lih. Yoh. 2:7-9). Ia menyentuh mayat, tetapi untuk memberinya kehidupan (lih. Mrk. 5:41-42). Kita adalah orang-orang yang dikhususkan bagi Allah di dalam Kristus Yesus. Ia telah menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib "untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat milik Nya sendiri" (lih. Tit. 2:14). Kita dipilih dan ditebus untuk menjadi saksi-Nya di bumi. Sepatutnyalah kita menjaga kenaziran kita seperti Kristus! Kita harus berpantang terhadap segala keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup (bdk. 1Yoh. 2:16). Kita tidak boleh dekat dengan perbuatan-perbuatan daging (bdk. Gal. 5:19-21). Doa-doa dan perenungan kita harus dipersembahkan sebagai bau yang harum bagi Allah. Kita dapat memenuhi semua komitmen tersebut oleh kuasa dan pertolongan Roh Kudus. Pernahkah kita gagal memenuhi komitmen hidup yang dikhususkan bagi Allah? Jika ya, akui dan bangkit kembali. Jangan kita terlalu keras menghukum diri sendiri! Seorang nazir pun tidak menghukum dirinya sendiri, bahkan ia dapat mencukur rambutnya dan mengulang hari kenazirannya dari nol (9, 12). Jika Allah tidak menghukum kita, mengapa kita menghukum diri sendiri? [PHM]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |