Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/2012/04/28

Sabtu, 28 April 2012

Bacaan   : Kisah 17:16-34
Setahun : 1 Tawarikh 7-10
Nas       : Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. (Kisah 17:23)

APA PERTANYAANNYA?

Mengapa orang terkadang menolak berita Injil yang kita sampaikan? Adakah yang keliru dengan berita yang kita sampaikan? Ataukah ada yang salah dengan cara penyampaian kita?

Dalam suatu perjalanan penginjilan, Paulus sampai di Atena. Kota Atena adalah pusat kebudayaan dan filsafat Yunani. Banyak kuil dan patung dewa-dewi Yunani berdiri megah. Peradaban maju; ilmu pengetahuan berkembang. Karena itu, berita teranyar ialah satu-satunya bahan percakapan yang mau mereka katakan dan dengar (ayat 21). Sebab itu, memberitakan pesan penting dengan kemasan biasa serta nada menggurui kepada komunitas seperti itu tentu bisa berakibat penolakan. Paulus menyadari realitas ini. Maka, ia mengontekstualisasikan berita Injil sedemikian rupa sehing-ga bisa dimengerti. Isinya tetap sama, yaitu tentang karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Cara yang ia pakai saat mewartakan Injil kepada orang Yahudi tentu berbeda dengan saat ia ada di Atena. Ia mulai dari sebuah tempat di mana terdapat mezbah dengan tulisan: "Kepada Allah yang tidak dikenal" (ayat 23). Ia memulainya dari tradisi yang berkembang dan mengakar di tempat itu. Itu menjadi sarana yang efektif. Dari situlah pintu masuk berita Injil.

Negeri kita, Indonesia, memiliki bermacam budaya, tradisi, dan kearifan lokal. Mempelajarinya adalah sesuatu yang baik. Pemahaman akan konteks budaya lokal adalah jembatan yang baik. Kemudian, disertai hikmat yang kita pinta dari Allah, kita dapat memilih dan memilah mana yang baik-mana yang tidak baik untuk digunakan sebagai pintu masuk bagi pekabaran Injil. -- ALS

KABARKAN INJIL DENGAN HATI DAN TELINGA, BUKAN HANYA DENGAN MULUT.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org