Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/14

e-Penulis edisi 14 (16-12-2005)

Menulis Kesaksian


<><============================><>*<><=============================><>
                       ><><>< e-Penulis ><><><
                       (Menulis untuk Melayani)
                       Edisi 014/Desember/2005
<><============================><>*<><=============================><>
                          MENULIS KESAKSIAN
<><============================><>*<><=============================><>
=#= DAFTAR ISI =#=
    * Dari Redaksi: Menulis Kesaksian
    * Artikel     : Mengapa Kesaksian?
    * Tips        : Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam
                    Menulis Kesaksian Kristen
    * Kesaksian   : Di Mana Sepatumu?
    * Pojok Bahasa: Kamus Natal
    * Seputar CWC : 1. Kesaksian Seputar Natal
                    2. Tulisan Baru di CWC
    * Stop Press  : Selamat Natal

<><============================><>*<><=============================><>
=#= DARI REDAKSI =#=

  Salam damai dalam Kasih Kristus,

  Di penghujung tahun 2005 ini, selain mempersiapkan diri menyambut
  Natal dan Tahun Baru, tentu sangat pas jika kita juga memanfaatkan
  momen ini sebagai masa perenungan. Sebagian orang yang merasa tahun
  2005 ini sebagai tahun yang istimewa mungkin juga rindu untuk
  membagikannya pada orang lain lewat sebuah kesaksian. Ya, kesaksian!

  Dalam konteks perbincangan secara lisan, hal ini mungkin sudah
  sering kita lakukan, terutama jika kita baru saja mengalami atau
  melihat sebuah kejadian yang menarik. Dalam kekristenan, kita juga
  tahu bahwa kesaksian dapat digunakan sebagai salah satu sarana
  penginjilan yang efektif. Lalu, bagaimana jika kita ingin menuliskan
  kesaksian tersebut? Hal-hal apa yang harus kita perhatikan supaya
  kesaksian yang kita tulis itu berfungsi secara efektif? Kesalahan-
  kesalahan apa yang masih sering dijumpai dalam penulisan kesaksian?
  Silakan temukan jawabannya di Kolom Artikel dan Tips kali ini.

  Di bulan Desember ini, edisi e-Penulis juga ingin mengajak Anda
  menelusuri kembali makna Natal melalui berbagai kata dan istilah
  khas Natal. Simak saja "Kamus Natal" dalam sajian Pojok Bahasa kali
  ini. Akhir kata, semoga Natal kali ini juga dapat menumbuhkan
  kerinduan Anda untuk menyaksikan kasih Yesus lebih dalam lagi
  melalui tulisan-tulisan Anda.

  Selamat Natal dan selamat menulis Kesaksian!

  Redaksi e-Penulis,
  (Ary)

<><============================><>*<><=============================><>
=#= ARTIKEL =#=

                           MENGAPA KESAKSIAN?
                           ==================

  Breaking News di Metro TV:
  "Tembak Menembak di Sebuah Villa di Batu, Malang; Seorang yang
  Diduga Dr. Azahari Dikabarkan Tewas."

  Tak lama kemudian, stasiun televisi berita itu segera mengadakan
  hubungan telewicara dengan Dwi, salah seorang penduduk di lokasi
  kejadian yang dengan cukup detail menceritakan apa yang ia lihat dan
  rasakan pada waktu kejadian itu terjadi. Mengapa Metro TV lebih
  memilih menghubungi warga biasa seperti Dwi dan bukannya pengamat
  intelijen yang tentu lebih mengetahui banyak hal mengenai terorisme
  dan langkah-langkah detasemen 88 yang memburu Azahari? Banyak dari
  kita mungkin dengan cepat akan memberi alasan, karena Dwi berada di
  tempat kejadian dan menyaksikannya secara langsung. Atau bisa juga,
  karena orang lebih tertarik mendengarkan kisah Dwi yang sederhana
  dan apa adanya daripada penjelasan seorang pengamat intelijen yang
  tidak menyaksikan langsung kejadian itu. Pengamat intelijen akan
  cenderung memaparkan perkiraan kejadian dan teori-teori yang tidak
  semua orang dapat memahaminya. Kesaksian, dalam beberapa kasus
  memang dapat mempunyai bobot yang sama atau bahkan lebih daripada
  kajian-kajian ilmu dan teori ilmiah mengenai suatu hal. Semua orang
  pada dasarnya dapat memberikan kesaksian, namun satu syarat yang
  harus dipenuhi yaitu ia harus benar-benar mengalami sendiri kejadian
  tersebut.

  Bagaimana dengan kesaksian dalam dunia penulisan? Untuk membawakan
  kesaksian lisan dan kesaksian tertulis yang baik, nampaknya memang
  ada beberapa perbedaan yang patut dicermati.

  Secara teknis, yang utama adalah penekanan unsur-unsurnya. Kesaksian
  lisan bisa lebih efektif daripada kesaksian tertulis, karena dapat
  memberikan penekanan pada aspek penampilan dan performa orang yang
  membawakannya. Dalam hal ini meliputi intonasi suara, gerak tubuh,
  ekspresi wajah, tatapan mata dan mungkin juga alat bantu visual
  lainnya. Dalam penyampaian lisan, hal-hal tersebut seringkali sangat
  mempengaruhi bagaimana penonton/pendengar menangkap atau memaknai
  pesan yang diberikan. Tapi bagaimanapun, hal terkuat dalam kesaksian
  lisan adalah jika pembawa kesaksian tersebut adalah saksi mata yang
  melihat dan mengalami kejadian itu secara langsung.

  Hal ini agak berbeda dengan kesaksian tertulis. Kesaksian tertulis
  tidak harus ditulis berdasarkan pengalaman si penulis, bisa jadi itu
  adalah pengalaman orang lain yang diceritakan pada penulis, yang
  berupa hasil tanya jawab. Secara teknis, unsur yang perlu ditekankan
  dalam menulis kesaksian adalah pada cara penggambaran kejadian yang
  dapat menjadi penguatan kesan yang ingin disampaikan. Penguatan
  kesan disini lebih berhubungan dengan bagaimana kelihaian penulis
  dalam mengemas dan menampilkan perasaan yang dirasakan narasumber
  ketika mengalami satu kejadian. Ingat, tulisan dapat memberi
  kesempatan pembaca untuk berhenti sewaktu-waktu dan membayangkan
  kejadian yang diceritakan. Pilihan kata-kata dan penggambaran yang
  tepat adalah dua aspek yang akan membantu mereka dapat
  membayangkannya dengan baik.

  Mengapa orang memakai kesaksian? Alasan utama sudah dikemukakan
  lewat kasus Dwi di atas, bahwa kesaksian seringkali dipilih karena
  sifatnya yang lebih "manusiawi". Ini juga terungkap lewat salah satu
  motto surat kabar "People want to read about people" (orang ingin
  membaca mengenai orang lain). Dalam hal penginjilan pun (bahkan
  seperti yang telah Yesus lakukan) sudah umum diketahui bahwa
  kesaksian atau kisah-kisah mengenai manusia jauh lebih mudah
  diterima daripada penjelasan doktrin-doktrin yang abstrak.

  Kapan orang memakai kesaksian? Kesaksian, yang juga banyak digunakan
  dalam bidang periklanan saat ini, pada dasarnya digunakan saat kita
  ingin mempromosikan sesuatu. Namun, berbeda dengan promosi lewat
  khotbah atau pidato, yang menjadi unsur utama dalam promosi lewat
  kesaksian adalah teknik untuk membuat kisah tersebut dapat
  dihubungkan dengan satu tujuan menyampaikan kesaksian (misalnya
  pengenalan akan Yesus). Sebuah kesaksian yang efektif seharusnya
  dapat menghubungkan pikiran obyek (pembaca/penonton) ke tujuan yang
  ingin disampaikan. Kesaksian diharapkan dapat menuntun pendengarnya
  kepada suatu keyakinan yang pada akhirnya kepada satu keputusan
  (misalnya bertobat dan percaya pada Yesus).

  Seperti telah disinggung di atas, karena kesaksian bukanlah sekedar
  cerita yang tidak memiliki tujuan tertentu (dan bahkan tujuan itulah
  yang paling penting), kesaksian yang baik memiliki beberapa sifat
  dan persyaratan:

  1. Nyata dan subyektif.
  Kesaksian berisi cerita yang benar-benar terjadi, oleh karenanya
  harus jujur dan tidak ditambah-tambahi. Namun demikian, fakta yang
  disampaikan sendiri bersifat subyektif yang artinya disampaikan
  berdasar interpretasi dan perasaan pribadi narasumber terhadap suatu
  kejadian. Lewat subyektivitas inilah, kejelian seorang penulis
  kesaksian ditantang, yakni bagaimana membuat fakta yang dimiliki
  dapat menjadi kekuatan untuk meyakinkan pembaca.

  2. Umum dan manusiawi.
  Karena target pembaca kesaksian adalah mereka yang belum tahu, maka
  suatu kesaksian juga harus bersifat umum, membumi dan mudah diterima
  oleh pembaca. Penggunaan ekspresi serta kata-kata khusus yang tidak
  diketahui oleh target pembaca, apalagi jika tidak disertai
  penjelasan, sangat tidak dianjurkan. Unsur kemanusiawian (human
  interest) juga harus ditonjolkan karena hal inilah yang membuat
  kesaksian lebih digemari daripada bentuk publikasi lainnya. Sebuah
  kesaksian yang dimaksudkan sebagai sarana penginjilan namun hanya
  menceritakan tentang hal baik dalam hidup Anda kini, atau yang
  melebih-lebihkan seperti sebuah tabloid akan membuat pembaca non-
  Kristen bosan, tidak respek dan bahkan merasa direndahkan.

  3. Mengarahkan namun juga memberi kebebasan.
  Meski kesaksian dipakai untuk meyakinkan dan membawa pembaca ke
  suatu keputusan, kita harus ingat bahwa kesaksian disini hanyalah
  sebuah sarana. Kesaksian tentang Injil bukanlah Injil itu sendiri.
  Pembaca tidak akan merasa nyaman ketika membaca kesaksian yang
  menyudutkan atau menghakimi dirinya. Walaupun Anda sekarang sadar
  bahwa merokok memang sebuah kebiasaan buruk yang merugikan
  kesehatan, namun mengatakan "Akhirnya saya sadar bahwa merokok
  adalah kebiasaan yang bodoh dan sama sekali tidak ada manfaatnya,
  oleh karenanya saya menghimbau agar semua orang segera berhenti
  merokok," lagi-lagi hanya akan membuat pembaca merasa dianggap bodoh
  dan tidak memiliki pilihan. Berikan kebebasan dan ruang bagi pembaca
  untuk memikirkan cerita Anda. Subyektivitas yang Anda bagikan
  hendaknya juga memberi ruang bagi subyektivitas orang lain. Tak
  jarang, lewat kebebasan berinterpretasi ini pula, makna yang didapat
  seseorang bisa lebih dalam dari yang pernah Anda perkirakan.

  4. Menonjolkan satu peristiwa.
  Kesaksian mempunyai tanggung jawab terhadap tujuan yang diembannya.
  Karenanya, menjaga cerita untuk tetap di jalurnya adalah penting.
  Buku mengenai kesaksian seorang bekas tawanan perang mungkin akan
  memuat sedikit gambaran mengenai latar belakang masa sebelum perang
  itu berlangsung, tapi tetap saja sebagian besar isinya akan
  menonjolkan satu bagian dari masa hidupnya yang berkaitan dengan
  tujuan atau pesan yang ia ingin bagikan.

  5. Menampilkan perubahan.
  Karena kesaksian pada hakekatnya digunakan sebagai sarana tidak
  langsung untuk mempengaruhi seseorang supaya berubah, maka kesaksian
  itu sendiri harus menampilkan satu perubahan. Paling tidak, berikan
  gambaran mengenai apa yang terjadi sebelum dan sesudah mengalami
  satu kejadian yang membuat Anda menjadi seperti sekarang. Namun,
  jangan lupa pula untuk tetap berusaha menghubungkan perubahan itu
  dengan pesan yang sebenarnya ingin Anda sampaikan.

  Penulis: Ary Cahya Utomo

<><============================><>*<><=============================><>
=#= TIPS =#=

    HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENULIS KESAKSIAN KRISTEN
    ===============================================================

  Target Pembaca
  --------------
  Akan membantu jika Anda mempunyai gambaran kira-kira mengenai target
  pembaca Anda. Ingat, membaca bukan kegiatan yang dilakukan secara
  berkelompok. Anda menulis untuk satu pembaca pada satu waktu, dan
  bukan sedang berkhotbah. Bayangkan seorang pembaca yang memiliki
  kebutuhan dan minat sendiri, yang masih kurang atau bahkan tidak
  memiliki pemahaman apapun mengenai iman kekristenan. Menulislah
  sesuai dengan tingkatan pembaca itu.

  Bagaimana Memulai
  -----------------
  Mulailah dengan memberi gambaran mengenai diri Anda -- siapa, apa,
  dimana, kapan dan mengapa. Jangan langsung mulai dengan pembicaraan
  tentang Tuhan atau pertobatan Anda. Ciptakan sebuah gambaran yang
  menarik mengenai hidup dan masalah Anda sebelum bertobat, lalu
  mulailah menjelaskan tentang sesuatu yang dapat menimbulkan
  keinginan dan ketertarikan akan hal-hal kekristenan.

  Perasaan dalam Hati
  -------------------
  Cobalah untuk membagikan bagaimana perasaan dalam hati Anda sebelum
  bertobat. Pembaca tidak akan dapat menghubungkan dirinya dengan
  keadaan Anda saat ini. Mereka mungkin tidak akan merasa tertarik
  dengan kepercayaan Anda tentang hidup kekal atau iman Anda.
  Sebaliknya mereka akan lebih tertarik dengan apa yang dulu Anda
  rasakan, serta untuk belajar mengenai jawaban praktis yang
  dibutuhkan hidup mereka saat ini. Bahkan jika dulu Anda merasa bahwa
  orang Kristen itu bodoh, sesat, dsb. -- katakan saja -- hal itu
  mungkin akan membantu mereka mengidentifikasikan dirinya.

  Kejujuran
  ---------
  Jangan menulis kesaksian yang penuh keberhasilan. Jika Anda sampai
  sekarang masih sering bergumul dengan masalah yang sama, katakanlah!
  Jujurlah jika Anda masih memiliki masa-masa sulit dalam hidup. Yang
  terpenting adalah Anda menyatakan dengan jelas mengenai pertolongan-
  Nya yang nyata dalam masalah tersebut. Jangan merasa bahwa Anda akan
  mempermalukan Tuhan jika Anda membeberkan pergumulan yang masih Anda
  hadapi.

  Agama Lama
  ----------
  Jika sebelumnya Anda memeluk agama lain, cobalah menjelaskan
  bagaimana agama lama Anda tersebut tidak dapat memuaskan diri Anda
  sekaligus juga menghormati mereka yang sekarang masih memeluk agama
  tersebut. Akan lebih baik lagi jika Anda tidak menyebutkan nama
  agama tersebut jika memang tidak mendesak. Jika Anda sudah memiliki
  latar belakang Kristen sebelum bertobat, cobalah menjelaskan
  bagaimana pertobatan itu membawa Anda ke perbedaan dalam memandang
  sesuatu, tanpa menyebutkan nama gereja Anda sekarang.

  Hindari Penggunaan Istilah Rohani
  ---------------------------------
  Hindari penggunaan kata-kata rohani atau segala sesuatu yang dapat
  membuat kesaksian Anda terlalu "rohani". Ingatlah bahwa Anda tidak
  sedang mempromosikan suatu agama, tapi menawarkan sebuah hubungan
  yang dapat menjawab kebutuhan mereka.

  Kalimat Langsung
  ----------------
  Usahakan untuk memasukan kalimat-kalimat atau kutipan langsung,
  karena hal itu lebih terkesan nyata. Satu pertanyaan mungkin muncul,
  bagaimana kita dapat ingat persis apa yang dikatakan seseorang
  bertahun-tahun yang lalu? Disini kita perlu memahami bahwa untuk
  membuat satu cerita efektif, kita perlu memakai cara yang sama
  seperti layaknya menulis novel -- termasuk memuat kalimat langsung.
  Lagipula, kutipan langsung, meski tidak sama persis dengan aslinya,
  mempunyai fakta yang lebih dipercaya dan lebih mudah diterima
  daripada sebuah kalimat tidak langsung yang menerangkan bahwa
  seseorang mengatakan sesuatu.

  Meluruskan Kesalahpahaman
  -------------------------
  Dunia memiliki banyak pemahaman yang salah mengenai orang Kristen
  yang sebenarnya. Melalui kesaksian, cobalah meluruskan
  kesalahpahaman tersebut. Jika dulu Anda pun memiliki pemahaman yang
  salah tersebut, jelaskan dengan hati-hati bagaimana Anda akhirnya
  mengerti kesalahannya.

  Tidak selalu Kronologis
  -----------------------
  Kejadian-kejadian dalam cerita kesaksian tidaklah selalu disajikan
  secara urut. Banyak hal sering menunjukkan bahwa cerita yang disusun
  secara berurutan kadang malah akan memuat pengalaman-pengalaman yang
  tidak penting atau tidak berhubungan.

  Kesaksian pada akhirnya adalah senjata rahasia yang dimiliki gereja
  dan sumber yang seringkali belum tersentuh. Karenanya, kesaksian
  yang ditulis dengan baik dan menarik seharusnya selalu ada di
  buletin, majalah, atau situs Kristen.
  (t/Ary)

  Bahan diterjemahkan dan diringkas dari:
  ==>   http://guide.gospelcom.net/

<><============================><>*<><=============================><>
=#= KESAKSIAN =#=

  Berikut kami sajikan sebuah kesaksian Natal, semoga dapat menjadi
  berkat bagi kita semua.

                           DI MANA SEPATUMU?
                           =================

  Orang-orang yang melaporkan tentang orang-orang pendiam yang mereka
  amati mungkin sebenarnya menceritakan kepada kita tentang saudara
  mereka sendiri -- atau mungkin juga orang yang tidak mereka kenal.
  John Williams termasuk orang yang menceritakan orang yang tidak
  dikenalnya pada suatu sore dalam bus yang dikendarainya di
  Milwaukee.

  Kira-kira seminggu sebelum hari Natal, seperti biasanya John
  menjalankan busnya menuju arah barat di Wisconsin Avenue. Pada halte
  bus di SMU Marquette, ia menaikkan segerombolan anak laki-laki yang
  menuju ke bagian belakang bus dengan ramai, mereka bermain-main dan
  bersenda gurau. Anak-anak, pikir John Williams menggeleng-gelengkan
  kepalanya.

  Setelah beberapa halte berikutnya, John berhenti di depan kompleks
  Rumah Sakit Milwaukee seorang wanita menunggu di sana. Wanita itu
  kira-kira berumur tiga puluh lima tahun, dan mantel abu-abu kumal
  yang dipakainya penuh sobekan dari bagian kerah sampai kelimannya.
  Waktu wanita itu naik, John melihat ia hanya memakai kaos kaki.

  "Di mana sepatu Anda?" tanya John spontan.

  "Apakah bus ini menuju pusat kota?"

  "Kita akan sampai ke sana," jawab John, ia masih memandangi kaki
  wanita itu, "tetapi sekarang kita bergerak ke arah barat."

  "Saya tidak keberatan dengan perjalanan yang jauh, asalkan saya
  tetap hangat." Wanita itu membayar ongkosnya dan duduk di depan.

  John tidak dapat menahan diri lagi. "Di mana sepatu Anda?" tanyanya.
  "Anda tidak bisa keluar pada cuaca seperti ini tanpa mengenakan
  sepatu."

  Wanita itu duduk lebih tegak di kursinya dan membetulkan letak
  mantelnya. "Anda tidak perlu khawatir. Tuhan yang baik akan
  memelihara saya. Ia selalu demikian. Saya mempunyai cukup uang untuk
  membeli sepatu bagi anak-anak saya. Dan itu yang penting."

  John tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya. Wanita yang tidak
  memakai sepatu itu berkata supaya ia tidak perlu khawatir.

  Tidak lama kemudian, bus itu berhenti di halte ke-124 di Bluemound,
  anak-anak sekolah tadi turun untuk pindah bus yang akan mengantar
  mereka pulang ke daerah pinggiran kota. Semua anak turun dari pintu
  belakang -- kecuali seorang anak. Anak laki-laki ini berjalan pelan-
  pelan di antara deretan tempat duduk, lalu berhenti di depan wanita
  itu dan menyerahkan sepatu basketnya yang terbuat dari kulit. "Ini
  Bu, pakailah." Setelah itu, ia turun dari bus dan berjalan di tengah
  udara dingin yang suhunya sepuluh derajat, hanya dengan memakai kaos
  kaki.

  Dan itulah Natal yang paling tenang yang dilihat John dari orang-
  orang yang pendiam di seluruh Milwaukee.

  Bahan diambil dari sumber:
  Judul Buku   : Kisah Nyata Seputar Natal
  Judul Artikel: Di Mana Sepatumu?
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
  Halaman      : 199 - 200

<><============================><>*<><=============================><>
=#= POJOK BAHASA =#=

                             KAMUS NATAL
                             ===========

  ADVENT: (Lat. Adventus), kedatangan, yaitu kedatangan Kristus.
  Minggu-minggu Advent adalah empat hari Minggu sebelum tanggal 25
  Desember. Minggu Advent pertama adalah permulaan tahun gerejawi.
  Mulai dirayakan oleh gereja sekitar abad ke-6. Liturgi masa Advent
  ditandai dengan lagu-lagu penantian kedatangan Kristus, penyalaan
  lilin besar berwarna ungu, satu lilin pada Minggu Advent I, dua
  lilin pada Minggu berikutnya, dan seterusnya; dan penggunaan warna
  ungu dalam dekorasi gereja.

  EPIFANI: (Yun. epiphaneia) penyataan, manifestasi. Perayaan gerejawi
  pada tanggal 6 Januari. Mulai dirayakan pada abad ke-3 sebagai hari
  raya baptisan Yesus dan/atau hari kelahiran Yesus. Ada gereja yang
  merayakannya sebagai hari penyataan Kristus kepada segala bangsa
  atau penampilan orang-orang majus. Gereja-gereja Timur (di Rusia,
  Yunani dan Eropa Timur) yang sangat mementingkan peristiwa
  pembaptisan Yesus merayakan epifani secara meriah.

  GLORIA IN EXCELSIS DEO: (Lat.) kemuliaan bagi Allah di tempat yang
  mahatinggi; kata-kata awal nyanyian malaikat di Lukas 2:14.

  JURUSELAMAT: orang yang menyelamatkan, menolong atau membebaskan. Di
  Perjanjian Lama Allah digambarkan sebagai Juruselamat (mis. Yes.
  49:26). Di Perjanjian Baru lebih banyak digunakan untuk menyebut
  Yesus. Pada hari kelahiran Yesus, malaikat memberitakan, "Hari ini
  telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud
  ...." (Luk. 2:11)

  KAROL: (Lat. Carolare = menyanyi) lagu rohani; mula-mula lagu lebih
  sederhana dari lagu yang biasa digunakan di gereja. Pada abad ke-19
  di Inggris diciptakan banyak karol Natal. Berkarol (Ingg. Carolling)
  juga berarti bernyanyi secara berkeliling, misalnya di depan rumah
  atau kamar orang sakit, atau berpindah-pindah dari bangsal ke
  bangsal rumah sakit.

  KRISTUS: (Yun. Christos = Yang Diurapi) terjemahan dari kata Ibrani
  Mesias. Mula-mula sebutan atau gelar, kemudian sesudah kebangkitan
  Yesus, para murid menggunakan itu sebagai nama bagi Yesus yang
  dibangkitkan (Gal. 1:6; Ibr. 9:11). Dari nama itu para pengikut-Nya
  di Antiokhia diejek dengan sebutan "Kristen" sekitar tahun 40 (Kis.
  11:26).

  MAGNICIFAT: (Lat.) memuliakan; mengagungkan; kata pertama dalam
  pujian Bunda Maria yang terdapat di Lukas 1:46-55, yaitu Magnicifat
  anima mea Dominum, Jiwaku memuliakan Tuhan.

  NATAL: kata Latin untuk lahir. Natalitia hari ulang tahun. Mulai
  abad ke-3 dihubungkan dengan kelahiran Tuhan Yesus. Pada kalender
  Philocalian tahun 336, 25 Desember disebut sebagai Natus Christus in
  Betlehem Judeae. Agaknya tanggal ini dipilih untuk mengganti hari
  raya pemujaan matahari yaitu Natalis Solis Invicti.

  RAMA: sebuah desa 20 km sebelah utara Betlehem. Ketika mencatat
  peristiwa pembantaian bayi-bayi di Betlehem, Matius mengutip Yeremia
  31:15, "Terdengarlah suara di Rama tangis dan ratap yang amat sedih
  ...." Bayi-bayi tidak bersalah ini menjadi tumbal pertama dari
  kedatangan Kristus.

  SANTA CLAUS: nama sebetulnya Santa Nikolas, uskup di Myra, Turki,
  pada abad ke-4. Terkenal karena murah hati kepada anak-anak miskin.
  Hari kelahirannya, 5 Desember, dirayakan di Belanda sebagai pesta
  anak-anak. Ketika para imigran Belanda menetap di Amerika pada abad
  ke-16, tradisi perayaan Santa Nikolas dibawa. Namanya diubah menjadi
  Santa Claus, tampangnya diubah dari uskup kurus bertopi uskup
  menjadi bapak yang gemuk bertopi kerucut berjumbai. Perayaannya pun
  dipindahkan ke tanggal 25 Desember, padahal sebenarnya perayaan
  Santa Nikolas tidak ada hubungannya dengan perayaan Natal.

  VENI, VENI, EMMANUEL: (Lat.) Datanglah, datanglah, Imanuel; kata-
  kata pertama dari lagu Minggu Advent dari abad pertengahan seperti
  yang terdapat di Kidung Jemaat 81.

  YESUS: (Ibr. Yeshua = Allah adalah keselamatan) pusat atau inti
  Natal; namun seringkali perhatian orang tertuju kepada hal-hal lain.

  YUSUF: (Ibr. Yoseph = semoga Allah menambah) ayah Yesus, tukang kayu
  (Mat. 13:55), tinggal di Nazaret, mengajarkan keterampilan tukang
  kayu kepada Yesus (Mrk. 6:3).

  ZAKHARIA: (Allah telah mengingat) ayah Yohanes Pembaptis, awal kisah
  Natal menurut Lukas; Zakharia menyiapkan Yohanes untuk "berjalan
  mendahului Tuhan" (Luk. 1:17).

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Selamat Natal
  Pengarang : Dr. Andar Ismail
  Penerbit  : PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2005
  Halaman   : 64 - 71

<><============================><>*<><=============================><>
=#= SEPUTAR "CHRISTIAN WRITERS` CLUB" (CWC) =#=

  1. Kesaksian Seputar Natal
  --------------------------
  Berkaitan dengan Natal kali ini, redaksi mengajak pembaca setia
  e-Penulis untuk berbagi berkat Natal dengan menulis kesaksian Natal
  dan mempostingkannya ke Situs CWC (Christian Writers` Club).

  Anda dapat memposting tulisan Anda melalui menu "Kirim Tulisan" dan
  menempatkannya pada topik "Kesaksian". Untuk tulisan kesaksian-
  kesaksian lainnya juga dapat Anda baca pada topik ini. Namun untuk
  dapat mengirimkan sebuah tulisan, Anda terlebih dahulu harus menjadi
  anggota CWC.

  Atau Anda juga bisa mengirimkannya melalui e-mail ke Redaksi
  e-Penulis untuk selanjutnya akan kami tampilkan di Situs CWC sesuai
  dengan nama Anda.

  OK, kami tunggu kesaksian Anda. Mari kita saling memberkati dengan
  membagikan tulisan kita melalui Situs CWC.
      ==>  http://www.ylsa.org/cwc/

  2. Tulisan Baru di CWC
  ----------------------
  Berikut 5 judul tulisan baru di Situs CWC yang diposting oleh
  anggota dari tanggal 22 November - 12 Desember 2005. Selamat
  menyimak dan bagi para anggota CWC, silakan membagikan berkat dengan
  memberikan komentar-komentar yang membangun kepada para penulisnya.

  * Mari Menulis Artikel
    Oleh : Hardhono

  * Natal, Fajar Pengharapan Baru
    Oleh : Arie_Saptadji

  * Mangga yang Nikmat
    Oleh : Arie_Saptadji

  * Sebuah Buku berjudul The Lion, The Witch And The Wardrobe
    Oleh : Hardhono

  * Pelajaran dari Seekor Ikan
    Oleh : Davida

<><============================><>*<><=============================><>
=#= STOP PRESS =#=

                     SELAMAT NATAL DAN TAHUN BARU
                     ============================

  Segenap Staf Redaksi Publikasi e-Penulis dengan ini mengucapkan:

           "Selamat Hari Natal 2005 dan Tahun Baru 2006"

  Kiranya damai dan sukacita Natal semakin memacu kita untuk
  menyaksikan kasih Tuhan lewat tulisan. Biarlah segala pengharapan
  pada tahun yang baru mendatang dapat terwujud dan kita juga menjadi
  semakin aktif dalam membagi berkat kepada orang lain melalui
  tulisan-tulisan kita.

  Pada kesempatan ini, tak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
  kasih pada semua pelanggan, pengirim surat, dan mereka yang telah
  mendukung pelayanan kami baik secara langsung atau tidak langsung.
  Semoga dukungan dan hubungan Anda dengan Publikasi e-Penulis ini
  dapat terus berlanjut sehingga kami pun dapat terus membenahi diri
  dalam memberikan pelayanan terbaik bagi Anda semua.
  Tuhan memberkati!

  Redaksi e-Penulis,
  (Ary, Hardhono, Puji, dan Endah)

<><============================><>*<><=============================><>
Staf Redaksi   : Ary, Hardhono, Puji, dan Endah
Berlangganan   : Kirim email ke <subscribe-i-kan-penulis(at)xc.org>
Berhenti       : Kirim email ke <unsubscribe-i-kan-penulis(at)xc.org>
Kirim bahan    : Kirim email ke <staf-penulis(at)sabda.org>
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs CWC      : http://www.ylsa.org/cwc/
<><============================><>*<><=============================><>
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
                     Copyright(c) e-Penulis 2005
                  YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
<><============================><>*<><=============================><>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org