Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/190

e-Leadership edisi 190 (19-7-2016)

Pemimpin Komunitas Pemuda (I)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JULI 2016=============
                  Pemimpin Komunitas Pemuda (I)

e-Leadership -- Pemimpin Komunitas Pemuda (I)
Edisi 190, 19 Juli 2016


Salam Kasih,

Kepekaan dan kreativitas menjadi dua dari sekian banyak hal yang 
dibutuhkan oleh pemimpin pemuda di setiap gereja saat ini. Tanpa 
memiliki kedua kualitas tersebut, mereka tidak akan memiliki kekuatan 
untuk mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi, khususnya dalam 
era kemajuan teknologi dan informasi. Antisipasi untuk merespons 
perubahan menjadi hal yang signifikan bagi para pemimpin pemuda karena 
kaum muda adalah kaum yang paling dinamis, yang paling cepat mengikuti 
dan mengadaptasikan diri terhadap perubahan apa pun yang terjadi di 
sekitar mereka. Sudah banyak terjadi, dan memang sering kali terjadi, 
gereja ditinggalkan oleh kaum mudanya karena gereja tidak mampu atau 
tidak mau menanggapi perubahan teknologi dan informasi yang tengah 
terjadi. Jika diibaratkan, gereja menjadi seperti "gajah", yang 
semakin tua dan besar, tetapi semakin lamban.

Untuk semakin memahami permasalahan yang kini menjadi persoalan global 
di banyak gereja dan komunitas pelayanan kaum muda, maka e-Leadership 
bulan Juli ini akan mengangkat dua artikel yang akan membahas mengenai 
pentingnya kreativitas dan kepekaan bagi para pemimpin pemuda, masing-
masing dalam kolom Artikel dan Inspirasi. Kiranya suguhan e-Leadership 
kali ini akan membantu kita semua untuk semakin peka dan kreatif dalam 
menghadapi perubahan zaman sehingga gereja akan semakin efektif dalam 
menjalankan misi di tengah-tengah dunia yang membutuhkan kiprahnya.

Staf Redaksi e-Leadership,
N. Risanti
< http://lead.sabda.org >


"Jangan seorang pun memandang kamu rendah karena kamu muda, tetapi 
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya di dalam perkataanmu, tingkah 
lakumu, kasihmu, imanmu, dan kesucianmu." < alkitab.mobi/ayt/1Ti/4/12/ >


        ARTIKEL: PEMIMPIN-PEMIMPIN MUDA, CIPTAKAN ATAU MATI

Ini adalah panggilan untuk mempersenjatai.

Moto tersebut tidak muncul dengan mudah. Moto dunia terbaik telah 
ditanamkan terlepas dari limpahan ingatan dari kerja keras dan 
pengorbanan pribadi seseorang. Pada ujung rintangan yang sangat besar 
dan situasi keputusasaan, para pemimpin menemukan cara untuk 
menelikung pihak lawan serta mengatasi musuh. Itulah yang membuat 
bertahan.

Dan sekarang, budaya tengah berubah. Seiring kemajuan teknologi dan 
inovasi, dunia telah menjadi lebih kecil, mudah diakses, dan bebas. 
Karena terjebak di tengah-tengah barisan yang saling terhubung, anak-
anak kita menghadapi sejumlah pilihan yang begitu berlimpah. Dunia 
merupakan pencampur ulung yang sangat besar, baik yang mudah maupun 
sukar, dan jalan masuk yang memberi anak-anak berbagai macam pilihan. 
Mereka dapat menjadi atau berpura-pura menjadi apa pun yang mereka 
suka, dan ada sejumlah besar orang yang tertarik yang memanggil 
mereka.

Memanggil mereka secara terus-menerus.

Godaan untuk memiliki sesuatu menyebabkan pemuda kita melihat ke 
berbagai tempat, ke mana saja, dan kadang-kadang tidak ada tempat 
untuk menemukan makna dan arah. Apa pun menjadi mungkin dan semuanya 
berharga. Tidak peduli apa yang anak-anak kita pilih, dunia baru ini 
akan memberi mereka akses untuk mendukung pilihan mereka, tidak peduli 
seberapa merusak atau sulitnya hal itu untuk dikendalikan. Mereka akan 
menemukan sedikit kecaman dan hal itu akan terjadi kepada mereka 
melalui posisi pluralistik yang memperkuat gagasan bahwa inklusi 
adalah "agama" baru. Masyarakat minoritas yang mengeluarkan gagasan 
bahwa ada "satu cara, satu kehidupan, satu solusi yang jelas" akan 
dianggap sebagai ketinggalan zaman, tidak toleran, dan eksklusif. 
Gereja sudah dicap seperti itu. Ini bukan Kabar Baik.

Kerohanian. Agama. Masyarakat. Semua hanya pilihan.

Kita harus menyadari bahwa kelompok, klub, dan komunitas pemuda, semua 
itu hanyalah pilihan bagi budaya; pilihan-pilihan yang bagi anak-anak 
kita sama sepelenya seperti memilih untuk berolahraga, makan dengan 
benar, bekerja keras, atau tidak bekerja sama sekali. Pilihan-pilihan 
di dalam samudra pilihan.

Hal-hal yang akan menyebabkan anak-anak untuk memilih sebuah pilihan, 
di antara berbagai pilihan, akan terjadi melalui penyesuaian. Mereka 
akan memilih penyesuaian dari suara teman-teman mereka, orang-orang 
yang mereka percaya, dan dari sesuatu yang luar biasa yang didiktekan 
oleh budaya. Jika Anda memerhatikan apa pun yang budaya komunikasikan 
saat ini, Anda akan melihat bahwa hal tersebut mengantarkan beberapa 
pesan mendasar.

Mengonsumsi. Menoleransi. Menguntungkan.

Anak-anak kita terhubung pada denyut nadi budaya konsumsi, toleransi, 
dan keserakahan. Mereka ingin terlihat menarik, terlihat sebagai 
penerima, dan kaya dalam semua aspek keuntungan. Kita semua 
mengetahui, sebagai orang dewasa, bahwa semua hal tersebut adalah 
jalan buntu yang dijalani dengan mengompromikan cara-cara yang membuat 
anak-anak kita merasa kosong dan tidak puas dengan diri dan tujuan 
mereka sendiri.

Injil.

Satu-satunya hal yang akan membuat perbedaan dan mengganggu kekosongan 
budaya ini tidak lain dan tidak bukan adalah Yesus. Injil. Mengajak 
para siswa untuk membuat apa yang Yesus lakukan dalam karya salib 
berarti bagi mereka, sebagai harapan mereka satu-satunya dalam hidup 
akan makna dan penebusan, merupakan suatu panggilan yang berani dan 
meluas dalam lintasan saat ini. Seolah-olah kita belum berfokus kepada 
Yesus, sebagai jemaat, selama beberapa generasi, dan mereka telah 
berpindah ke dalam bahasa baru yang tidak lagi dapat kita suarakan. 
Meskipun itu tidak terjadi, dunia melihat pernyataan seperti Injil, 
sebagai mitologi.

Mitologi. Ya, itulah yang terburuk dari situasi kita.

Kita harus menanggung kesalahan sebagai pemimpin spiritual. Kita telah 
menggenggam metodologi lebih tinggi daripada kemampuan beradaptasi 
dengan berpegang pada bentuk dan praktik. Kekuatan kita telah menjadi 
kelemahan kita bagi dunia. Di tengah-tengah pertumbuhan yang cepat dan 
evolusi konstan, dunia melihat dari luar pada apa yang kita lakukan di 
dalamnya dan melihat tradisi kita sebagai hal yang kuno. Kita bertemu 
sebagai suku bangsa yang mengangkat pertemuan kita sebagai peninggalan 
yang memiliki margin sempit untuk seni dan kreativitas otonom.

Kita lupa bahwa gerejalah yang sebelumnya menuntun budaya. 
Spiritualitas mengekspresikan dirinya sendiri di setiap aspek seni, 
musik, dan kata di luar tembok, pada napas dari saudara-saudara kita 
yang berpindah ke luar bersama Yesus dalam rutinitas, panggilan, dan 
percakapan mereka. Nenek moyang kita tidak akan pernah membayangkan 
bahwa suku bangsa kita dapat menemukan kenyamanan dalam kehadiran, 
mengibaskan Injil dalam kehidupan mereka sama seperti ketika mereka 
menghilangkan sesuatu dari daftar tugas mereka. Saya dapat 
membayangkan bahwa Paulus sendiri akan berkata, "Berubahlah. 
Ciptakanlah gerakan, komunitas, praktik, arah, bentuk, dan jalur yang 
baru, atau matilah."

Misi memaksa percakapan dengan budaya.

Jika Anda tidak bertanya kepada diri sendiri, "Apa yang harus saya 
lakukan secara berbeda, bagaimana hal ini dapat menjadi penyesuaian 
mereka?" Anda berada dalam bahaya karena keluar dari misi. Misi 
bukanlah suatu kegiatan. Misi menempatkan gereja dalam budaya. Misi 
berusaha menciptakan ruang, tempat, dan percakapan seputar Yesus 
menjadi satu-satunya penyesuaian. Hal tersebut membawa sensibilitas 
dan fokus terhadap kebuntuan dari pemuasan, pembenaran manusia, dan 
keserakahan. Jika semua yang Anda tawarkan melayani dirinya sendiri, 
bagi tubuh jemaat, Anda sengaja atau tidak sengaja telah memilih untuk 
mengeluarkan budaya.

Lakukan pemeriksaan tentang seperti apakah komunitas Anda. Apakah Anda 
memperkuat dinding untuk melindungi peninggalan metode atas misi? 
Apakah Anda mengangkat praktik kuno yang memanggil anak-anak untuk 
tidak melakukan apa-apa? Apakah anak-anak sendiri bahkan menganggap 
Yesus sebagai penyesuai bagi hidup mereka untuk melawan ahli pencampur 
pilihan budaya? Dengan mengetahui bahwa Yesus adalah semacam itu, 
bagaimana kebenaran itu tidak mengoyak struktur pilihan yang dengannya 
anak-anak sedang dilayani?

Jika kita tidak memanfaatkan kreasi bentuk-bentuk dan praktik-praktik 
yang baru bagi iman kita, pelayanan pemuda akan mati. Atau lebih buruk 
lagi, hal itu tidak akan mati tetapi sebaliknya, memakan dirinya 
sendiri sebagai dialog internal untuk sisa-sisa peranakan dari sebuah 
monumen yang sekarat.

Ciptakanlah atau matilah. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Church Leaders
Alamat URL: http://www.churchleaders.com/youth/youth-leaders-blogs/170201-youth-leaders-create-or-die.html
Judul asli artikel: Youth Leaders, Create, or Die
Penulis artikel: Chad Swanzy
Tanggal akses: 8 Maret 2016


                              KUTIPAN

"Leadership is the art of getting someone else to do something that 
you want because he wants to do it." (Kepemimpinan adalah seni untuk 
meminta/membuat orang lain melakukan sesuatu yang Anda inginkan karena 
dia ingin melakukannya - Red.) - Dwight D.Eisenhower


                     INSPIRASI: PEMIMPIN SEJATI

Pemimpin yang baik mengetahui kebutuhan orang-orang yang dia pimpin. 
Selain itu, ia juga memiliki empati terhadap pergumulan mereka dan 
memiliki hikmat untuk mengatasi persoalan tersebut.

Pemilihan Tuhan atas Saul terbukti tidak keliru. Walau beberapa orang 
menghujat Tuhan dengan meremehkan Saul (ayat 1 Samuel 10:27), waktu 
membuktikan hal yang sebaliknya. Pada saat yang tepat, kepemimpinan 
Saul pun menjadi nyata. Saat Yabesy-Gilead dihina oleh Nahas, raja 
Amon, Saul bangkit oleh Roh Allah. Pertama, Saul menunjukkan 
kepedulian Ilahi atas penderitaan yang dialami sebagian umat-Nya (ayat 6). 
Kedua, Saul menggunakan otoritas yang Tuhan berikan kepada dia untuk 
menantang bangsanya bersatu melawan musuh (ayat 7-8). Saul memberikan 
semangat dan pengharapan kepada orang-orang Yabesy-Gilead bahwa Tuhan 
akan menolong mereka melalui umat-Nya (ayat 9). Ketiga, dengan hikmat 
Ilahi, Saul menggunakan strategi jitu menghancurkan musuh (ayat 11). 
Keempat, kepemimpinan Saul terkontrol dan tidak lepas kendali. Ini 
nyata dari sikapnya yang tidak mendendam orang-orang yang pernah 
menolaknya (ayat 13).

Apa yang Saul lakukan menjadi tanda bahwa urapan Allah ada pada 
dirinya. Secara aklamasi pun, bangsa Israel melihat dan menerima Saul 
sebagai raja Israel urapan Allah. Atas dorongan Samuel, akhirnya Saul 
benar-benar dinobatkan sebagai raja Israel (ayat 15).

Kita perlu berdoa agar tanda-tanda pengurapan Allah atas anak-anak 
Tuhan yang dipercayakan memimpin dalam berbagai level dan bidang 
kehidupan, menjadi nyata. Kita sendiri harus melatih diri dan 
mengembangkan kepekaan tentang kebutuhan orang-orang yang kita layani. 
Kita harus menggunakan otoritas Ilahi secara tepat untuk membangun 
kebersamaan dalam pelayanan, dan tidak menyalahgunakan otoritas itu 
untuk ambisi pribadi. Akhirnya, kita perlu rendah hati untuk belajar 
memimpin umat Tuhan dalam memenangkan setiap pertempuran rohani bagi 
kemuliaan Tuhan.

Diambil dari:
Nama situs: SABDA.org
Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/06/22
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 26 Maret 2016


                   STOP PRESS: PUBLIKASI E-KONSEL

Aneka permasalahan hidup senantiasa menjadi bagian yang tidak 
terelakkan dalam kehidupan orang percaya. Tidak hanya membutuhkan 
jalan keluar serta solusi yang tepat, bimbingan serta hikmat yang 
sesuai dengan kebenaran firman Tuhan menjadi kebutuhan yang diperlukan 
oleh setiap orang Kristen yang bergumul. Dalam menjawab kebutuhan para 
pelayan kristiani yang bergerak dalam bidang konseling Kristen dan 
bimbingan alkitabiah, Yayasan Lembaga SABDA menghadirkan publikasi 
e-Konsel. Dengan berbagai artikel, bimbingan alkitabiah, tanya-jawab, 
komunitas konselor, tip, serta renungan yang bermutu, publikasi ini 
akan mendukung pelayanan Anda untuk melayani sesama serta orang-orang 
percaya yang membutuhkan.

Untuk mendapatkan bahan-bahan e-Konsel secara gratis, Anda cukup 
mengirimkan alamat email ke < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > 
atau ke < konsel(at)sabda.org >. Setelah menjadi pelanggan, publikasi 
e-Konsel akan dikirimkan ke email Anda, setiap hari Selasa minggu 
kedua.

Tunggu apa lagi, daftarkan diri Anda dan jadilah pelayan bagi sesama 
bersama publikasi e-Konsel!


Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Santi T., Margaretha I., N. Risanti, dan Odysius
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
BCA Ps. Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org