Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/125

e-Leadership edisi 125 (27-8-2012)

Motivasi dan Kepemimpinan (II)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI AGUSTUS 2012=============

                    MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN (II)

                    e-Leadership 125 -- 27/08/2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN (II)
JELAJAH BUKU: PEMIMPIN YANG KOMUNIKATIF
STOP PRESS: LOWONGAN SABDA 2012 -- IT FOR GOD

Shalom,

Sajian artikel edisi e-Leadership akhir bulan ini adalah kelanjutan
dari edisi sebelumnya (edisi 124). Masih dalam pembahasan yang sama
seputar kemampuan pemimpin memotivasi bawahan, agar mampu bergerak
sesuai dengan arah yang benar dan bekerja dengan baik. Akhir-akhir
ini, dalam dunia kepemimpinan bermunculan berbagai seminar motivasi
yang bertujuan untuk perubahan cara pandang serta kebiasaan hidup.
Selanjutnya, bagaimana dengan motivasi kristiani? Apakah Anda termasuk
salah satu pemimpin Kristen yang gemar memberi motivasi kepada orang
lain? Selamat menyimak! Tuhan memberkati.

Staf Redaksi e-Leadership,
Yonathan Sigit
< http://lead.sabda.org >

"TUHAN telah membuat segala kebenaran kita menjadi nyata; marilah kita
ceritakan di Sion perbuatan TUHAN, Allah kita!" (Yeremia 51:10)
< http://alkitab.sabda.org/?Yeremia+51:10 >

                ARTIKEL: MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN (II)

Tampaknya, ada sebuah kecenderungan dalam organisasi-organisasi
Kristen untuk beranggapan bahwa motivasi tidak seharusnya diuji, sebab
menguji motivasi akan terlihat seperti pelanggaran terhadap peringatan
untuk tidak menghakimi. Sebenarnya, menguji motivasi tidak hanya dapat
dilaksanakan seutuhnya dalam manajemen organisasi Kristen, bahkan
apabila kita gagal untuk memahami atau menggunakan prinsip-prinsip
dasar motivasi manusia, maka kita dapat menghilangkan sumber energi
dasar dari organisasi kita, yaitu antusiasme, kreativitas, dan
kepanjangan daya akal. Menguji motivasi bukanlah untuk menyangkal
pentingnya pengabdian terhadap pekerjaan Tuhan, sebab tidak ada yang
bisa menggantikan unsur itu.

Bagaimana seseorang membuat orang-orang lain melakukan apa yang harus
dilakukan? Pertanyaan ini, yang telah diajukan sejak orang-orang
pertama bekerja bersama untuk menuju sasaran yang sama, tetap harus
dijawab dengan jelas. Para ahli sosial di bidang manajemen telah
memfokuskan banyak perhatian pada hal itu akhir-akhir ini. Pelatihan
kepekaan dirancang untuk menjadikan seseorang lebih sadar terhadap
perasaan orang lain. Hal ini pastinya berdasarkan pada pengertian
bagaimana memotivasi, bagaimana memberi inspirasi, dan bagaimana
menanamkan semangat berkemauan untuk bekerja dengan efektif.

Selama bertahun-tahun, motivasi atau dorongan yang dianggap paling
efektif dalam dunia industri adalah penggunaan otoritas dan ancaman,
untuk menggunakan otoritas tersebut dalam hal tidak memberikan upah
atau menjatuhkan hukuman. Studi waktu dan gerak menjadi acuan untuk
memaksimalkan efisiensi. Namun demikian, muncul kesadaran bahwa mesin
dan proses tidak akan bekerja lebih baik daripada yang diharapkan oleh
manusia. Kemunduran, pemogokan, dan kelesuan tidak dapat dikendalikan
dengan studi waktu dan gerakan. Studi yang terkenal di Hawthorne Works
of Western Electric Company menunjukkan bahwa hanya dengan menempatkan
pekerja dalam tes situasi, maka hal itu dapat memberikan minat dan
rangsangan yang cukup untuk memastikan peningkatan produktivitas,
bahkan ketika menghadapi kondisi kerja yang semakin tidak
menguntungkan. Memahami apa yang membuat bawahannya merasa diakui dan
berguna merupakan kepentingan utama seorang manajer. Orang-orang yang
merasa pemimpinnya sanggup menolong untuk memenuhi kebutuhan mereka,
akan mengikuti sang pemimpin dengan rela dan antusias.

Kurangnya kebulatan suara dalam sebuah gaya kepemimpinan pada beberapa
tingkatan tertentu, akan mencerminkan perbedaan pendapat mengenai
konsep tentang relasi manusia. Manajer yang hanya berorientasi pada
tugas, tidak akan mempertimbangkan relasi manusia sebagai faktor yang
penting untuk mencapai sebuah tujuan, lain halnya dengan manajer yang
berorientasi pada manusia. Motivasi adalah sesuatu yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor, seperti tingkat pengenalan antara tujuan yang
ingin dicapai organisasi dengan tujuan masing-masing pribadi yang ada
di dalamnya, rasa aman, pemenuhan dan pencapaian, relasi dengan rekan
dan atasan, dan kebutuhan akan pendapatan.

Di antara sekian banyak prinsip penting tentang perilaku manusia, yang
paling menarik bagi seorang manajer adalah prinsip berikut ini:

1. Perilaku seseorang bergantung pada pribadi orang itu sendiri dan
juga lingkungannya.

2. Masing-masing pribadi berperilaku dalam cara yang masuk akal bagi
dirinya.

3. Persepsi yang dimiliki seseorang tentang sebuah situasi memengaruhi
perilakunya dalam situasi itu.

4. Pandangan seseorang tentang dirinya sendiri akan memengaruhi apa
yang akan ia lakukan.

5. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh kebutuhannya, dan masing-masing
individu memiliki kebutuhan yang berbeda dari waktu ke waktu.

Perilaku seseorang bisa berubah dalam salah satu dari tiga cara:
dengan mengubah pengetahuan dan keterampilannya; dengan membantu
seseorang mengubah situasinya, yang di dalamnya ia bekerja melalui
modifikasi prosedur atau tugas; atau kombinasi dari kedua hal itu.

Pengalaman masa lalu diketahui menjadi faktor utama dalam persepsi
kita tentang sebuah situasi. Karena pengalaman setiap orang adalah
unik, maka sudut pandang masing-masing orang akan menjadi sangat
individualistis. Bagi pemimpin, hal ini menekankan pentingnya
mendengarkan dan mengamati untuk meningkatkan kemungkinan perubahan
perilaku. Analisis objektif dan pemahaman yang simpatik terhadap
pandangan yang berbeda bisa menjadi alat yang paling efektif bagi
seorang manajer, untuk menghasilkan performa karyawan yang semakin
meningkat.

Para psikolog menyatakan, merupakan sesuatu yang sangat mustahil untuk
benar-benar menjadi objektif terhadap apa yang kita lakukan. Mereka
juga berkata bahwa kita tidak bisa menghilangkan pengaruh dari batin
kita dan konsep diri yang kita bangun dari tindakan kita. Kita bisa
lebih objektif dengan berusaha untuk memahami bagaimana tindakan kita
mencerminkan kepedulian kita, dan dengan membawa kepedulian ini di
dalam relasi kita dengan orang lain. Yang lebih penting lagi, kita
harus menyadari bahwa orang lain juga akan berperilaku dalam cara-cara
yang melindungi dan meningkatkan perasaan mereka.

Sebuah bagian yang sangat bermanfaat ada di buku Kenneth Gangel,
"Competent to Lead", dalam sebuah bab yang diabdikan untuk analisis
Kristen terhadap motivasi. Gangel menyatakan studi yang menunjukkan
bahwa orang-orang tidak harus bekerja lebih baik atau mempertahankan
tingkat kesetiaan yang lebih tinggi pada kelompok, hanya karena mereka
menerima keuntungan lebih atau uang yang lebih banyak. Karena motivasi
adalah sebuah fenomena psikologis, maka penting untuk mengenali apa
yang dikatakan oleh para psikolog. Gangel mengutip Mungo Miller,
presiden dari Affiliated Psychological Services, yang memberikan
pendapat mengenai prinsip-prinsip umum dari para psikolog yang telah
mempelajari penelitian mereka tentang motivasi.

1. Motivasi bersifat psikologis, bukan logis dan pada dasarnya
merupakan sebuah proses emosional.

2. Motivasi pada dasarnya adalah sebuah proses di alam bawah sadar.
Perilaku yang kita lihat di dalam diri kita sendiri dan orang lain
bisa tampak tidak logis, namun bagaimanapun juga, di dalam individu,
apa yang sedang dilakukannya terasa masuk akal bagi dirinya.

3. Motivasi adalah hal yang bersifat pribadi, dan kunci untuk perilaku
seseorang ada di dalam dirinya sendiri.

4. Kebutuhan masing-masing orang tidak hanya berbeda satu dengan yang
lainnya, tetapi juga berubah dari waktu ke waktu.

5. Tak bisa dihindari, motivasi adalah sebuah proses sosial. Kita
harus bergantung pada orang lain untuk pemenuhan atas kebanyakan
kebutuhan kita.

6. Dalam tindakan kita sehari-hari, kita dilingkupi oleh
kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk oleh proses-proses motivasi yang
sudah aktif bertahun-tahun sebelumnya.

Gangel mengutip sebuah pidato oleh Milton Rokeach, seorang profesor
psikologi di Michigan State University, yang topiknya membahas
mengenai bagaimana seseorang mengalami perubahan. Rokeach berkata,
bahwa ada lima macam keyakinan yang bisa membantu para pemimpin
Kristen mengembangkan sistem nilai Kristen dalam diri anak-anak,
pemuda, dan orang dewasa. Semua keyakinan ini tidak sama pentingnya
bagi setiap individu. Sebab itu, Rokeach menyatakan, semakin penting
sebuah keyakinan akan semakin menentang perubahan; semakin sepele
keyakinannya, semakin mudah keyakinan itu berubah. Dan lagi, ia
menyimpulkan bahwa semakin penting sebuah keyakinan yang diubah,
semakin besar pula efeknya.

Keyakinan jenis pertama, bagi Rokeach adalah keyakinan primitif yang
fundamental. Ini merupakan keyakinan yang memiliki 100 persen
penerimaan sosial. Karena itu, keyakinan tersebut akan menghadapi
penolakan terbesar untuk berubah.

Kedua, keyakinan yang melibatkan pengalaman pribadi yang dalam.
Keyakinan ini tidak tergantung dari dukungan sosial, namun berdasarkan
pada pengalaman dan bukan apakah orang lain menerimanya. Semakin
realistis pengalamannya, semakin tidak tergoyahkan keyakinannya.
Jelaslah keyakinan ini tidak selalu konsisten dengan kenyataan; untuk
menyebabkan perubahan, seseorang harus dibantu untuk melihat sistem
fantasinya.

Ketiga, keyakinan terhadap otoritas. Kita mengembangkan keyakinan
terhadap otoritas tertentu yang dapat kita percaya dan yang tidak.
Sekali lagi, konsep ini bisa bertentangan dengan kenyataan, namun
pemimpin harus waspada terhadap keyakinan tersebut karena keyakinan
dipegang kuat.

Keempat, keyakinan yang tidak berpusat kepada sesuatu yang penting.
Rokeach menjelaskan bahwa jenis keyakinan ini seperti keyakinan
otoritas karena merupakan sebuah keyakinan turunan. Keyakinan ini
tidak berpusat kepada otoritas, namun kepada sesuatu yang dikatakan
oleh otoritas. Keyakinan yang seperti ini disebut keyakinan
"peripheral" karena keyakinan ini dapat dengan mudah berubah jika
otoritasnya berganti.

Kelima, keyakinan yang tidak berkaitan dengan apa pun. Ini adalah
bentuk keyakinan yang paling tidak penting bagi sebuah organisasi
karena keyakinan ini sangat sepele, seperti entahkah seseorang lebih
percaya bahwa Ford atau Chevy sebagai pabrikan mobil yang lebih baik.

Dengan memahami keyakinan-keyakinan ini, pemimpin dan organisasi
Kristen akan tertolong karena hari ini begitu banyak orang Kristen
memegang keyakinan yang tidak jelas dan membingungkan. Mereka sering
tidak yakin tentang apa yang benar-benar berotoritas dan apa yang
tidak. Jika mereka kehilangan kepercayaan terhadap otoritas, maka
mereka kehilangan kepercayaan terhadap gereja, sistem nilai Kristen,
dan seterusnya. Mereka kecewa, dan ini memengaruhi motivasi mereka.
Akan sangat baik untuk menyadari bahwa keyakinan "peripheral" adalah
keyakinan yang sangat lemah karena figur otoritas dapat dengan mudah
berganti, misalnya dari pendeta ke profesor universitas.

KEMAUAN HARUS DIUBAH

Kita semua telah mendengar tentang penyakit aneh yang menimpa banyak
anggota gereja, penyakit ini disebut penyakit "Sabbaticus". Gejalanya
biasa terjadi segera setelah sarapan, orang-orang ini mengalami
kelumpuhan aneh sehingga mereka tidak mampu pergi ke gereja. Lalu
sekitar tengah hari gejala itu hilang, dan sore harinya mereka merasa
ingin bermain baseball atau piknik di taman. Tidak seorang pun dari
kita bisa begitu kritis terhadap perilaku ini karena dalam analisis
akhir, setiap kita memiliki kelemahan yang sama terhadap kemauan
tentang satu hal atau lainnya.

Namun untuk meningkatkan motivasi, seorang pemimpin dituntut untuk
menstimulasi orang-orang dengan rasa tidak puas terhadap status quo.
Karena ketidakpuasan menciptakan ketegangan batin, maka mereka harus
bertindak untuk memulihkan ketidakseimbangan menjadi keadaan normal.
Pada saat itulah, pemimpin harus menyentuh kemauan untuk membantu
setiap orang dan menyediakan langkah-langkah yang tepat bagi mereka,
untuk berpindah dari titik A ke titik B.

Pemimpin harus menunjukkan kepada bawahannya bagaimana untuk
mengaplikasikan dirinya sendiri dan mengambil tindakan yang diperlukan
guna mencapai sasarannya. Stimulan utama adalah untuk membangkitkan di
dalam diri bawahan perasaan bahwa keberhasilan dapat dijamin, dan
bahwa tugasnya adalah penting dan membawa ukuran status. Semangat
persatuan harus dibangkitkan terus.

Peringatan yang harus didengarkan: tidak baik atau tidak benar untuk
meminta seseorang mengambil alih tugas yang jelas-jelas dikuasainya.
Hal itu sudah pasti akan menghancurkan motivasinya. Peter Principle
(prinsip yang menyatakan bahwa jika seseorang ditempatkan ke posisi
yang membutuhkan keahlian yang lebih tinggi dari kemampuannya; akan
membawa orang itu ke "tingkat ketidakmampuan") selalu mengintai
seorang pemimpin; seorang pemimpin yang baik harus menyiapkan dirinya
untuk selalu mengetahui apa yang akan terjadi dalam struktur
kepribadian orang-orang yang perlengkapan mentalnya menjadikan mereka
mustahil, untuk berfungsi di tingkat yang lebih tinggi. Lebih jauh
lagi, seorang pemimpin harus sadar terhadap akibat yang dapat
ditimbulkannya terhadap organisasi, jika ia melakukan kesalahan itu.
Mobil dan pesawat seharusnya tidak dikendarai melampaui kecepatan yang
telah ditentukan oleh perancangnya; di bawah tekanan yang berlebihan,
sesuatu akan hancur. Hal yang sama berlaku bagi manusia. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: The Making of a Christian Leader
Judul bab: Motivation and Leadership
Penulis: Ted W. Engstrom
Penerbit: Zondervan Publication, Michigan 1976
Halaman: 131 -- 135

                                 KUTIPAN

Merupakan langkah besar dalam perkembangan Anda ketika Anda menyadari
bahwa orang lain dapat membantu Anda bekerja lebih baik daripada
sendirian. (Andrew Carnegie)

                 JELAJAH BUKU: PEMIMPIN YANG KOMUNIKATIF

Judul buku: Pemimpin yang Komunikatif
Penulis: Robby Chandra
Penerbit: --
Buku Online: http://lead.sabda.org/files/pemimpin_yang_komunikatif.pdf
Ukuran: --
Tebal: 22 halaman
Sumber: Situs Indo Lead

Komunikasi adalah suatu cara yang dilakukan oleh dua manusia atau
lebih untuk bertukar informasi dan pendapat. Sepanjang hidupnya,
manusia tidak akan bisa dihindarkan dari proses komunikasi, apalagi
bagi seorang pemimpin. Apa yang diinginkan seorang pemimpin harus
dikomunikasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya, sehingga tujuan
yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau kelompok, bisa dicapai
dengan kerja sama yang lebih baik.

Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua orang cakap berkomunikasi.
Akibatnya, apa yang dimaksudkan si pembicara dan apa yang ditangkap
oleh lawan bicaranya terkadang tidak sejalan. Sebagai seorang
pemimpin, ketidakmampuan untuk mengomunikasikan maksud dan tujuannya
kepada orang-orang yang dipimpinnya, dapat menimbulkan masalah yang
cukup serius. Untuk mengantisipasi hal ini, Anda perlu membaca buku
karangan Robby Candra yang berjudul "Pemimpin yang Komunikatif" ini.
Buku ini dapat Anda baca secara elektronik dan disajikan dengan format
mudah baca. Buku ini lebih menekankan akan pentingnya memiliki
kemampuan berkomunikasi bagi pemimpin maupun orang-orang yang
dipimpin. Cara Robby Candra dalam menyampaikan gagasannya juga tidak
bertele-tele. Buku ini bisa dibaca semua kalangan, Kristen ataupun
non-Kristen.

Diulas oleh: Sri Setyawati

            STOP PRESS: LOWONGAN SABDA 2012 -- IT FOR GOD

Apakah Anda orang Kristen yang terpanggil untuk memakai talenta Anda
bagi kemuliaan Tuhan? Bergabunglah dengan SABDA sekarang juga! Yayasan
Lembaga SABDA < http://ylsa.org > adalah yayasan Kristen nonprofit,
nonkomersial, dan interdenominasi, yang melayani dengan media komputer
dan internet. Saat ini, kami membutuhkan beberapa staf yang punya
kemampuan dan punya beban pelayanan.

STAF IT

1. Programmer Komputer
a. Menguasai bahasa pemrograman komputer.
b. Memiliki kemampuan logika, matematika, dan testing/debugging.

2. Web Designer (Situs/CMS) & Web Designer (Grafis)
a. Menguasai (X)HTML/CSS/PHP/MySQL,dll. (WD Situs).
b. Menguasai tools grafis (WD Grafis).
c. Memiliki pengalaman dengan situs dinamis/interaktif dan CMS design.

3. Database Administrator/Designer
a. Menguasai MySQL/MS SQL/Oracle.
b. Berpengalaman dengan database: admin, design, atau programming
   maintenance dan bisa tools untuk data conversions/data entry.

4. IT/MIS (Sysop, Hacker, PM, SA, NetAdmin, HDWR)
a. Menguasai sistem jaringan teknologi informasi.
b. Memiliki pengalaman luas dengan sistem TI.

EDITOR & PENERJEMAH

a. S1 Bahasa Indonesia (editor).
b. DIII/S1 Sastra Inggris (penerjemah).
c. Memiliki kemampuan menulis dengan baik.
d. Memiliki pengalaman menerjemahkan atau menyunting naskah.

HUMAS/PUBLIC RELATIONS

a. DIII/S1 Komunikasi Massa (atau sejenis).
b. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
c. Memiliki pengalaman pelayanan dan berorganisasi.

Kualifikasi Umum:
1. Seorang Kristen yang mengasihi Tuhan dan punya hati untuk
   melayani Tuhan.
2. Memiliki semangat untuk terus-menerus belajar hal-hal baru.

Kirimkan lamaran dan CV Anda ke email:
YAYASAN LEMBAGA SABDA - HRD < cv@sabda.org >
Info lengkap: http://www.ylsa.org/lowongan

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto dan Yonathan Sigit
Tim Editor: Davida Wenni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org