Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/104

e-Leadership edisi 104 (10-10-2011)

Teladan Kepemimpinan Kristen (I)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI OKTOBER 2011=============

                  TELADAN KEPEMIMPINAN KRISTEN (I)

                  e-Leadership 104 -- 10/10/2011

DAFTAR ISI
ARTIKEL: SIKAP PRAKTIS PEMIMPIN KRISTEN (I)
INSPIRASI: MENCINTAI PEKERJAAN
STOP PRESS: INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE PERSECUTED CHURCH (IDOP)

Shalom,

Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa tugas kepemimpinan mereka
menuntut sikap yang patut diteladani oleh para pengikutnya. Salah
satunya adalah sikap praktis seorang pemimpin ketika menghadapi
tekanan atau kesulitan hidup. Tekanan hidup adalah bagian dari
kehidupan umat manusia, termasuk pemimpin. Kegagalan atau kesuksesan
seseorang berawal dari caranya memaknai tekanan hidup. Selain teladan
dalam menghadapi tekanan hidup, pemimpin juga dituntut untuk
memberikan teladan dalam hal mencintai pekerjaannya. Oleh karena itu,
redaksi rindu membekali para pemimpin dengan artikel yang berfokus
pada sikap pemimpin dalam mengatasi tekanan dari sudut pandang
Alkitab. Simak juga inspirasi yang menggugah tentang arti penting
mencintai pekerjaan kita. Mari jadikan hidup kita lukisan yang
bermakna, agar bisa menjadi berkat bagi orang lain.

Redaksi Tamu e-Leadership,
Truly Almendo Pasaribu
< http://lead.sabda.org >

"Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu
juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."
(Yohanes 13:15) < http://alkitab.sabda.org/?Yohanes+13:15 >

            ARTIKEL: SIKAP PRAKTIS PEMIMPIN KRISTEN (I)

Salah satu kalimat yang menarik perhatian saya tentang kepemimpinan
ialah bahwa "setiap pemimpin akan menghadapi banyak kesulitan".
Pernyataan ini memancing bermacam-macam reaksi untuk menentukan sikap
dalam mengelola satu pekerjaan. Kesulitan selalu menyajikan alternatif
baru bagi tiap pemimpin, yakni "maju" atau "mundur". Maju tidaknya
seorang pemimpin, tergantung bagaimana ia memandang situasi itu, agar
dari kesulitan yang datang menghasilkan perkara-perkara yang baru.

A. Memandang Positif Kesulitan yang Ada.

Bagi seseorang yang berpandangan luas, tidak terlalu sulit untuk
menganalisis suatu perkara dengan positif. Umumnya, kesulitan yang
timbul itu memungkinkan seseorang pemimpin mulai membuat sejarah baru
dalam kepemimpinannya. Sisi lain dari setiap kesulitan ialah bahwa
kesulitan dapat membawa kita kepada ketidakmampuan, yang akhirnya
frustasi. Tetapi, pemimpin yang sesungguhnya ialah yang senantiasa
melihat kesulitan, sebagai kesempatan untuk menemukan perkara yang
baru dalam membuat satu sejarah. Sedang pemimpin yang melihat
kesulitan sebagai "satu kesulitan" ialah pemimpin yang pesimis.

Alkitab memberikan banyak janji indah yang sangat tepat untuk tiap
pemimpin, antara lain dalam 2 Korintus 4:7-13, "Tetapi harta ini kami
punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam
segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun
tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian,
kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian
Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata
di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus
diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi
nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Maka demikianlah maut giat di
dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu. Namun karena kami
memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: `Aku percaya, sebab
itu aku berkata-kata`, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga
berkata-kata."

Seorang pendeta yang dipakai Tuhan dalam kebangunan rohani di Inggris,
telah mengalami suatu kemenangan besar, melalui ayat di atas. Inilah
firman Tuhan, yang membuat dia bergairah selama melayani Tuhan untuk
memberitakan Injil Yesus Kristus. Itulah John Wesley; "Aku percaya
sebab itu aku berkata-kata". Bagian wahyu Allah yang dikutip dari ayat
di atas, mengemukakan satu kesaksian menarik yang sangat diperlukan
seorang pemimpin yakni, "Bahwa beriman kepada Yesus Kristus merupakan
kekuatan yang luar biasa untuk mengatasi setiap kesulitan dan
menghadapi setiap masalah". Mau tidak mau, setiap pemimpin harus masuk
dalam dilema ini. Oleh sebab itu, pandangan positif sangat menolong
untuk menembus rahasia-rahasia yang terdapat di dalam kesulitan yang
ada.

B. Menghindari Ketegangan.

Di dalam kepemimpinan -- yang besar maupun kecil, hal-hal yang sering
menganggu kelancaran kerja ialah "ketegangan" dalam berpikir. Banyak
pemimpin menempuh cara yang salah untuk menghindari penyakit ini,
dengan alasan "mengendurkan saraf". Cara yang tepat untuk menghindari
ketegangan ialah "humor". Kedengarannya istilah ini terlalu sepele,
tapi jangan keliru. Humor merupakan pemberian Tuhan. Humor yang
dimaksudkan di sini ialah humor yang dapat dikendalikan, sebab humor
yang tidak dapat dikendalikan akan merusak nilai kepemimpinan.

Dalam membaca karangan-karangan Spurgeon yang terkenal dari Gereja
Baptis Inggris itu, saya menemukan bahwa di dalam khotbah-khotbahnya,
ia juga menyelipkan humor yang dapat menggairahkan para pendengarnya.
Ia berusaha menempatkan paling sedikit satu humor dalam khotbahnya. Ia
memang dikritik oleh sebagian pendengar, tetapi ia menjawab: "Masih
lebih baik humor, supaya orang terus tersenyum dan tertawa sementara
waktu, daripada tidur pulas selama setengah jam". Jadi, humor
dibutuhkan dalam kehidupan seorang pemimpin untuk mengubah suasana.
Pemimpin harus dapat menguasai suasana. Pada saat suasana tegang,
betapa indahnya kalau pemimpin itu dapat mengubah suasana menjadi
rileks.

Pengalaman saya dalam menghadapi ketegangan, sering sekali menemui
kesulitan untuk mendapatkan jalan keluar. Pada saat demikian, saya
berdoa supaya Tuhan memberi cara untuk mengubah situasi yang tegang
itu menjadi satu suasana yang rileks, wajar, dan menyegarkan kembali.
Perubahan suasana hanya mungkin kalau pada saat itu, pemimpin dapat
mengemukakan sesuatu yang membuat orang senyum atau tertawa, sehingga
melupakan ketegangan itu untuk sementara. Bayangkan kalau seorang
pemimpin dari pagi sampai malam terus tegang seperti seorang yang lari
kencang 100 meter. Apa yang terjadi? Orang-orang sekitarnya pun akan
ketularan tegang. Sebaliknya, seorang pemimpin yang humoris bukan
pelari 100 meter, melainkan pelari maraton. Pelari maraton harus dapat
mengatur, supaya di antara jarak itu, ada waktu untuk dia mengambil
napas dan waktu untuk mengatur kecepatan. Oleh karena itu, setiap
pemimpin adalah seumpama pelari maraton.

Di dalam garis kepemimpinan humor itu diperlukan, tetapi tidak berarti
setiap kali memimpin harus keluar humor. Pemimpin yang terlalu banyak
humor, juga salah. Dia seumpama orang yang memakan kuah, yang hanya
banyak airnya, tetapi tidak ada isinya. Karena itu, humor hanya perlu
untuk membuat isi yang terlalu padat itu, dapat dicerna dengan baik.

C. Mengontrol Amarah.

Membaca kata "marah" mungkin Saudara terus merasa bahwa itu sesuatu
dosa. Tetapi seorang pemimpin perlu juga marah. Dalam Alkitab terdapat
dua macam kemarahan -- kemarahan yang adalah dosa dan kemarahan yang
suci. Dosa marah yang dimaksud adalah kemarahan yang hanya berpusat
pada diri sendiri, nafsu, daging -- semuanya berpusat pada kepentingan
diri sendiri. Kebanyakan para pemimpin gagal dalam dosa marah. Marah
karena perasaan, karena pendapat, dan hal lain yang berhubungan dengan
gengsi. Ada juga marah karena kedudukan, penghargaan, dan kecongkakan.
Dalam setiap bentuk dan sifat marah inilah, perlu pengontrolan yang
waspada.

Kemarahan yang suci ialah kemarahan yang berpusat kepada kemuliaan
Allah. Alkitab berbicara tentang Tuhan Yesus marah dua kali. Tapi
dua-duanya memunyai nilai untuk kemuliaan Bapa. Pertama kali Tuhan
Yesus marah karena melihat orang-orang degil (Yohanes 2:15-17 -- Ia
membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci
dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar
dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada
pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini,
jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." Maka
teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu
menghanguskan Aku."). Mereka adalah orang-orang bodoh yang tidak
mengerti perkara yang diperbuat oleh Tuhan Yesus. Ia marah karena
murid-murid tidak mengerti terhadap perkara-perkara Allah.

Inilah pertama kali Tuhan Yesus marah. Ketika Ia mengunjungi Bait
Allah, sebab orang-orang degil itu menyalahgunakan Bait Allah menjadi
pasar. Jadi, marah yang berpusat pada diri sendiri, marah yang
berpusat pada keakuan adalah dosa. Sebaliknya marah yang kita baca di
dalam Yohanes 2:13-24 dan Matius 21:12-17 berakhir untuk kemuliaan
Tuhan.

Tuhan Yesus juga marah karena murid-murid-Nya tidak beriman. Baik
dalam Matius 8:23-27, Markus 4:35-41, Lukas 8:22-25. Ketika mereka
berlayar bersama-sama dan angin ribut datang, mereka takut, iman
mereka pupus untuk menghadapi angin ribut dan topan itu. Oleh sebab
itu, Ia bangun dan memarahi mereka. Ia berkata "mengapa kamu begitu
takut, mengapa tidak percaya?" Murid-murid ada bersama Tuhan Yesus,
mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang diperbuat oleh Tuhan
Yesus sebelumnya, tetapi ternyata mereka belum memunyai iman yang
berpusat pada kuasa Allah dalam Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus marah
kepada mereka karena mereka tidak mengambil langkah iman, yang
berpusat pada kemuliaan Allah.

Dapatkah amarah itu dibenarkan?

Kalau saya menuliskan ini, saya bukan menganjurkan agar Anda sebagai
pemimpin senang marah-marah; sedikit salah, Anda marah. Tidak.
Pemimpin yang senang marah tidak berwibawa. Pemimpin yang hidup dengan
marah-marah, membuat bulu roma orang lain tetap bergidik. Mereka tidak
dapat bekerja dengan tenang. Tetapi marah yang positif, pada waktu
yang tepat, dengan situasi yang tepat, pada orang yang tepat, dan
berpusat pada kemuliaan Allah, itulah marah yang berwibawa. Kalau ada
yang dimarahi karena pada garis kemuliaan Tuhan, marah itu dapat
menjadi alat dalam tangan Tuhan, untuk membawa dia kembali kepada
Tuhan dan kehendak Tuhan. Contoh: Ketika Tuhan Yesus marah dan
membalikkan bangku-bangku di Bait Allah, Ia marah keras karena orang
banyak melanggar dan mempermainkan kesucian Tuhan.

Tentang marah yang benar ini, Rasul Paulus memberikan nasihat (Efesus
4:26) yakni: Marah yang tidak boleh dibawa sampai kepada matahari
terbenam, atau marah yang harus dapat dikendalikan, dan harus
diselesaikan secepatnya. Dengan kata lain "marah tanpa dendam". Marah
yang berpusat pada kemuliaan Tuhan bertujuan untuk kemuliaan Tuhan,
dan dasar kesucian Tuhan harus juga secepatnya diselesaikan. Sebab
marah yang dibawa masuk ke tempat tidur artinya tidak diselesaikan,
mengakibatkan penderitaan dan dosa, terutama untuk suami istri, dan
orang yang mudah menaruh dendam.

Firman Tuhan berkata: Kalau Tuhan Yesus datang kembali, dua orang di
tempat tidur, satu diambil dan satu ditinggalkan, dua orang sedang
menuai di ladang satu diambil, satu ditinggalkan". Ini adalah satu
lukisan yang menggambarkan tentang dua orang yang bersama-sama dalam
satu tempat, tapi yang satu dimuliakan sedang yang satu ditinggalkan.
Itulah sebabnya perlu waspada kalau sedang marah. Janganlah membawa
marah sampai ke tempat tidur. Lekaslah mengambil inisiatif untuk
menyelesaikan marah itu secepatnya dengan bawahan yang Anda pimpin,
ataupun dengan orang yang sedang Anda marahi, jangan tunggu sampai
hari esok.

Nah! Kita sudah melihat Tuhan Yesus marah, tapi berpusat pada
kemuliaan dan kesucian Tuhan. Saran saya supaya setiap pemimpin yang
mau marah, hanya boleh marah karena berpusat kepada kemuliaan Tuhan.
Kalau sulit, silakan berdoa, "Tuhan, ambillah dari saya sifat marah
yang berpusat kepada keakuan, gengsi, dan penghargaan diri". Saya
percaya bahwa Anda pun dapat sampai kepada pengalaman ini. Janganlah
mempertahankan sifat yang salah dengan berkata: "Memang demikianlah
sifat!" Memang saya adalah orang yang dilahirkan dari kelompok atau
kaum yang memiliki karakter dan kepribadian yang keras. Oleh karena
itu, jelas sifat marah yang berpusat pada diri sendiri adalah dosa.
Karena itu seorang pemimpin yang ingin berkembang, sebaiknya jangan
memelihara sifat marah berdasarkan suku, bangsa, tabiat, atau
pendirian. Kiranya Roh Kudus menolong Anda dalam mengatasi sifat marah
itu.

*) Artikel ini masih akan dilanjutkan dalam edisi e-Leadership 105.

Diambil dari:
Judul buku: Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah
Judul bab: Beberapa Sikap Praktis yang Perlu
Penulis: DR. P. Octavianus
Penerbit: Gandum Mas, Malang 1986
Halaman: 211 -- 219

                                KUTIPAN

"Kepemimpinan dan belajar adalah hal yang sangat diperlukan satu sama
lain." (John F. Kennedy)

                      INSPIRASI: MENCINTAI PEKERJAAN

"Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang
ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu
hamba-Nya." (Kolose 3:23)

Bill Dudley adalah seorang karyawan restoran cepat saji "McDonald`s"
cabang Mold, Wales Barat, Inggris. Meski pekerjaan yang ditekuninya
tak lebih dari mengelap meja dan menyapa pelanggan restoran cepat saji
"McDonald`s", lelaki berusia 86 tahun ini selalu ramah pada setiap
pelanggan. Dudley memang bukan karyawan biasa. Ia adalah karyawan
tertua di jaringan restoran "McDonald`s" di seantero Inggris. Di dalam
tubuhnya sudah tertanam alat pacu jantung plus alat pencegah kram
jantung. Lututnya pun sudah disangga alat khusus. Atas pertimbangan
kesehatan, anggota angkatan laut Inggris ini hanya bekerja pada hari
Rabu dan Kamis, hanya 6 jam seminggu. "Saya senang sekali pekerjaan
ini, saya suka berbicara dan berjumpa dengan banyak orang," kata
Dudley. Asisten manajer cabang "McDonald`s" setempat, Terry Johnson,
pun berkomentar: "Bill Dudley adalah wajah bisnis `McDonald`s` di
sini. Pelanggan kami pun senang dengan keberadaannya. Ia adalah
karyawan yang baik."

Ada banyak alasan mengapa seseorang tetap bertahan dengan
pekerjaannya: tawaran gaji besar, lokasi dekat dengan rumah, dan
prospek masa depan (jenjang karier) yang menjanjikan. Meski terdengar
masuk akal, ternyata semua alasan tersebut tidaklah benar-benar
menjamin seseorang tetap bertahan, apalagi jika kemudian datang
tawaran yang lebih baik -- gaji lebih besar, lebih dekat rumah, dan
jenjang karier yang menjanjikan. Maka satu-satunya alasan mengapa
seseorang tetap bertahan adalah karena ia mencintai pekerjaan tersebut
sebagaimana ditunjukkan oleh Bill Dudley. Dalam suratnya kepada jemaat
di Kolose, rasul Paulus menunjukkan alasan mengapa kita harus
mencintai setiap pekerjaan yang kita lakukan, yakni pemahaman bahwa
setiap pekerjaan sebenarnya merupakan suatu bentuk pelayanan kepada
Tuhan. Itulah sebabnya ia menulis. "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah
kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus
adalah tuan dan kamu hamba-Nya."

Hari ini, cintailah setiap pekerjaan yang telah dipercayakan Tuhan
kepada kita. Apa pun itu, lakukanlah dengan penuh sukacita dan ucapan
syukur seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Diambil dari:
Judul buku: Renungan Pagi, Juli 2011
Penulis: RYU
Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2011
Halaman: 10

              STOP PRESS: INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR
                     THE PERSECUTED CHURCH (IDOP)

Pada bulan kegiatan IDOP, gereja-gereja dan umat Kristen di seluruh
dunia berdoa bersama bagi gereja Tuhan yang teraniaya. Tahun ini,
kegiatan IDOP akan dilaksanakan secara serempak pada bulan November
2011.

Kami mengajak Anda, para gembala sidang, pengajar, pemimpin, kaum
muda, pendoa syafaat, dan semua orang percaya untuk dapat bergabung
dalam acara doa bersama ini. Dapatkan pula IDOP KIT untuk membantu
Anda berdoa dan menyusun acara IDOP di gereja, sekolah, atau
persekutuan doa Anda. Informasi lebih lanjut tentang acara IDOP, bisa
di lihat di < www.persecutedchurch.org >

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2011 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org