Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/103

e-Leadership edisi 103 (26-9-2011)

Model Kepemimpinan Alkitab (II)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI SEPTEMBER 2011=============

                  MODEL KEPEMIMPINAN ALKITAB (II)

                  e-Leadership 103 -- 26/09/2011

DAFTAR ISI
ARTIKEL: KEPEMIMPINAN BIBLIKA (II)
JELAJAH BUKU: 77 KEBENARAN YANG HAKIKI DALAM PELAYANAN
STOP PRESS: MENELUSURI BIOGRAFI TOKOH-TOKOH KRISTIANI

Shalom,

Kita telah menyimak model kepemimpinan Alkitab (lihat edisi
e-Leadership 102) yang memfokuskan pada aspek pelayan dan firman Allah
sebagai dasar utama kepemimpinan. Panggilan Allah kepada Musa dan Ezra
secara khusus menerapkan prinsip dasar sebagai pelayan dan firman
Allah sebagai fokus utama kepemimpinannya.

Bagian akhir artikel ini akan membahas pentingnya firman Allah sebagai
fokus sentral, yang wajib dimiliki dalam kepribadian setiap pemimpin
Kristen masa kini. Hanya pemimpin yang meletakkan firman Allah dalam
pusat pelayanan dapat melihat manusia sebagai fokus pelayanannya. Oleh
sebab itu, sebagai pemimpin-pemimpin Kristen, marilah kita belajar
menjadi pelayan firman Allah. Selamat menyimak edisi kali ini, semoga
Anda mengalami terobosan baru dalam mempraktikkan prinsip-prinsip
kepemimpinan alkitabiah.

Tuhan Yesus memberkati.

Pimpinan Redaksi e-Leadership,
Desi Rianto
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >

"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar
saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri."
(Yakobus 1:22) < http://alkitab.sabda.org/?Yakobus+1:22 >

                   ARTIKEL: KEPEMIMPINAN BIBLIKA (II)

Secara tradisional, Ezra dipandang sebagai pencetus Yudaisme. Dengan
memberi penekanan pada peranan penting Taurat dalam hidup masyarakat,
Ezra telah memberi fondasi yang solid dan kukuh terhadap Yudaisme.
Inilah salah satu alasan mengapa bangsa Israel dapat bertahan di
kemudian hari, ketika menghadapi pengaruh Helenisasi (pengaruh
kebudayaan Yunani termasuk dalam tata cara hidup sangat dominan pada
zaman itu, Red.) dan pengaruh budaya dan agama penguasa asing. Saat
sejarah bangsa Israel yang kritis, Ezra tampil ke panggung sejarah
dengan mendorong umat kembali kepada kitab suci. Gerakan reformasi
yang dicetuskan Ezra berkaitan erat dengan munculnya rumah-rumah
ibadat (sinagoge) di luar dan di dalam Palestina, yang berperan
penting dalam reformasi tersebut. Peranan sinagoge sebagai pusat
pendidikan Taurat berlangsung hingga masa pelayanan Yesus. Dalam Injil
cukup sering Yesus diberitakan berada di sinagoge mengajar orang
banyak. Bahkan sinagoge kemudian hari berfungsi sebagai tempat
penyebaran Injil. Paulus selalu memulai pemberitaan Injil di tiap kota
dengan mengunjungi sinagoge. Ibadah di sinagoge tidak hanya dihadiri
warga Yahudi, melainkan juga warga bukan Yahudi. Berbagai etnis bukan
Yahudi yang datang ke sinagoge terbagi dalam dua kelompok yakni
proselit (Pengikut agama Yahudi baru, Red.) dan phobos tou Theou
(orang yang takut akan Tuhan, Red).

Reformasi berhasil menempatkan hukum Taurat sebagai pusat kehidupan
bangsa Israel. Hukum Taurat ditafsirkan secara akurat untuk diterapkan
secara ketat. Usaha demikian menyebabkan bangsa terbagi menjadi
beberapa golongan. Reformasi yang dibawa Ezra, meski satu tujuan,
melahirkan beberapa gerakan yang bersifat keagamaan seperti Farisi
[Penganut aliran agama Yahudi zaman dahulu, yang terkenal sangat
fanatik pada ajaran agama dan tradisi mereka, Red.], Saduki [Suatu
golongan pemimpin agama Yahudi, yang sebagian besar terdiri dari
imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa
dan menolak segala adat istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka
tidak percaya kepada kebangkitan dan adanya malaikat. Terhadap
kebudayaan Yunani golongan ini sangat terbuka, Red.], Eseni [Sebuah
mazhab Yahudi dengan kecenderungan melakukan askese secara keras,
Red], dan Zelot [Golongan orang-orang Yahudi yang mati-matian
menentang kuasa penjajah Romawi, sering berupa gerakan di bawah tanah.
Nama itu berarti: orang yang giat berjuang untuk kebebasan politik,
Red.] [1]. Pada masa pelayanan Yesus, keberadaan berbagai aliran
Yudaisme sebagai hasil perbedaan tafsiran tidak dipersoalkan Yesus.
Meski Yesus menerima keberadaan mereka, namun Ia tidak
mengidentifikasi diri-Nya ke dalam salah satu golongan atau aliran
Yudaisme. Yesus juga tidak berusaha menggantikan aliran-aliran yang
ada. Keragaman aliran dalam Yudaisme tidak dapat dipandang sebagai
efek negatif reformasi yang dibawa Ezra. Jika dalam Injil Yesus sering
diberitakan berhadapan secara kritis dengan aliran-aliran Yudaisme,
khususnya golongan Farisi, maka yang mendapat kecaman adalah sikap
orang Farisi yang tidak menjalankan secara konsisten apa yang mereka
yakini benar. Dengan perkataan lain, bukan alirannya yang dikecam
Yesus, melainkan kemunafikan hidup orang Farisi.

Di atas telah diuraikan karakteristik pemimpin dalam Perjanjian Lama.
Bagaimana dengan Perjanjian Baru? Keterbatasan tempat tidak
memungkinkan untuk menguraikannya. Secara umum dapat terlihat
kesentralan firman Allah dalam kehidupan Yesus. Injil Matius, sebagai
contoh, merekam hampir verbatim lima khotbah Yesus. Analisis
kepemimpinan Musa dan Ezra telah membawa kita kepada satu pemahaman
mendasar bahwa pada hakikatnya, Musa dan Ezra adalah pelayan firman
Allah.

Pelayan Firman Allah

Jika kita dapat mengatakan bahwa Musa dan Ezra adalah pelayan Firman
Allah, maka kita telah melihat unsur kontinuitas kepemimpinan Kristen
yakni Firman Allah. Sebenarnya, keberhasilan dan kegagalan seorang
pemimpin diukur dari kesetiaannya terhadap firman Allah. Seorang
pemimpin adalah pelayan firman Allah. Sebagai pelayan firman Allah,
pemimpin menghidupkan firman Allah melalui dan di dalam hidupnya.
Kepemimpinannya bertahan bukan karena pedang kekuasaan tetapi firman
Allah. Firman Allah datang ke dalam hidup komunitas umat Allah melalui
khotbah. Sebelum firman Allah dihidupkan dalam kehidupan masyarakat
terlebih dahulu, firman Allah harus dihidupkan melalui khotbah di
jemaat [2]. Tugas menghidupkan firman Allah melalui khotbah adalah
tugas pemimpin. Melalui khotbah yang hidup, seorang pemimpin umat
Allah mampu mentransformasikan masyarakat. Hanya dengan firman Allah,
umat Allah dapat memiliki dampak transformasi abadi terhadap
masyarakat. Dengan demikian, pembangunan jemaat melalui khotbah
menjadi kunci utama terjadinya transformasi masyarakat, dan
pembangunan jemaat hanya terjadi melalui firman Allah yang dihidupkan
oleh pelayan firman Allah.

Masyarakat Indonesia saat ini berada dalam suatu situasi krisis yang
sering diringkas ke dalam satu kata yakni "reformasi". Artinya
masyarakat Indonesia membutuhkan suatu perubahan radikal dalam segala
bidang kehidupannya. Bangsa Indonesia sedang mencari bentuk masyarakat
dan moralitas yang sesuai dengan bentuk sosial tersebut. Apakah
reformasi demikian sedang atau akan terjadi dapat diperdebatkan? Namun
yang jelas, jika perubahan drastis terjadi, maka masyarakat akan terus
menerus menghadapi berbagai bentuk kejutan sosial dan budaya. Unsur
diskontinuitas terlalu dominan, mengakibatkan banyak masyarakat tidak
siap menghadapi perubahan sosial dan budaya tersebut, karena sirnanya
bentuk masyarakat dan moralitas lama. Masyarakat menjadi bingung dan
hidup tanpa arah. Terhadap masyarakat tanpa gembala tersebut, umat
Allah harus bangkit memimpin dengan menunjukkan belas kasihan
(compassion). Artinya? Umat Allah secara komunal menghidupkan firman
Allah, sehingga masyarakat dapat hidup sebagai masyarakat. Tanpa umat
Allah hidup sebagai umat Allah, maka masyarakat tidak memiliki arah
untuk hidup sebagai masyarakat. Umat Allah yang hidup sebagai umat
Allah adalah pelayan firman Allah. Agar umat Allah dapat hidup sebagai
umat Allah, perlu terlebih dahulu pemimpin menghidupkan firman Allah.

Jika penyentralan firman Allah terlihat jelas dalam kehidupan
bergereja masa kini, maka sebenarnya perhatian terhadap bidang-bidang
lain tidak perlu terlalu berlebihan. Kelihatannya banyak pemimpin
kehilangan kesentralan firman Allah dalam kehidupan bergereja,
sehingga tidak heran jika sentral "keahlian" (baca konseling,
manajemen, dsb.) menggantikan pusat firman Allah. Bila keahlian sudah
menjadi sentral, tidak heran bila fokus pelayanan tidak lagi pada
manusia. Kita tidak menolak berbagai keahlian yang juga adalah berkat
Tuhan bagi gereja. Tetapi kedudukannya tidak berada di pusat kehidupan
bergereja. Hanya pemimpin yang meletakkan firman Allah dalam pusat
pelayanannya, dapat melihat manusia sebagai fokus pelayanannya.

Jadi, khotbah sebagai upaya menghidupkan firman Allah, bukan suatu
pilihan atau alternatif dalam pembangunan jemaat. Khotbah adalah "sine
qua non" (unsur utama/syarat utama, Red.) pembangunan jemaat. Khotbah
yang menghidupkan firman Allah tidak hanya membangun jemaat, tetapi
juga memiliki dampak kekal kepada masyarakat. Dengan demikian,
kepemimpinan pelayan Firman Allah tidak terbatas di ruang gereja,
tetapi keluar meluap secara berlimpah ke dalam masyarakat.
Kepemimpinan demikian bertahan kukuh dalam arus perubahan zaman.
Sebagai ilustrasi dapat ditunjuk kepemimpinan Martin Luther
(1483-1546).

Memusatkan khotbah sebagai upaya untuk menghidupkan firman Allah,
terlihat jelas dalam kepemimpinan Martin Luther sang reformator [3].
Ketika umat Allah berada dalam situasi krisis, Martin Luther membawa
kembali firman Allah ke tengah kehidupan umat. Martin Luther tidak
hanya seorang teolog, tetapi seorang pengkhotbah. Luther dalam Large
Catechism 1530 menulis, "Saya seorang doktor dan juga pengkhotbah".
Diperkirakan jumlah khotbah Luther mencapai 2000 buah. Bagi Luther,
khotbah mendapat tempat terpenting dalam liturgi Protestan. Luther
menyadari bahwa beribadah berarti mendengar khotbah. Khotbah, bagi
Luther, bukan hanya sekadar perkataan manusia karena khotbah adalah
perkataan Tuhan. Roh Kudus juga berperan aktif dalam khotbah. Tentang
peran Roh Kudus dalam khotbah, Luther menulis "Tidak ada satu pun yang
dapat mengerti Allah atau firman-Nya, kecuali dia sudah menerima
pengertian langsung dari Roh Kudus". Bagi Luther, firman Allah dan Roh
Kudus tidak terpisahkan seperti suara dan napas yang muncul saat
berbicara. Intinya khotbah adalah Allah berbicara kepada manusia
dengan bahasa manusia.

Kesimpulan

Kepemimpinan biblika adalah bentuk kepemimpinan yang berjalan dalam
tradisi biblika. Frasa "tradisi biblika" menunjuk pada pusat firman
Allah dalam kepemimpinan seseorang. Firman Allah menjadi sumber
otoritas, dasar, dan tujuan kepemimpinan. Kepemimpinan biblika
berdampak kekal dalam pembangunan jemaat. Sebagai pelayan firman
Allah, seorang pemimpin membangun jemaat Kristus untuk berdiri kukuh
dalam bangunan firman Allah. Jemaat yang telah dibangun oleh dan dalam
firman Allah, pada gilirannya akan memimpin masyarakat untuk hidup
sebagai masyarakat. Tanpa kepemimpinan gereja, maka masyarakat tidak
punya arah dan tujuan untuk hidup sebagai masyarakat. Masyarakat
melihat jemaat yang dihidupkan oleh firman Allah supaya masyarakat
dapat hidup sebagai masyarakat. Jelaslah, kepemimpinan biblika
memiliki dimensi personal dan komunal yang dijalin kuat oleh firman
Allah. Seorang pemimpin memimpin jemaat dengan menghidupkan firman
Allah melalui dan di dalam hidupnya, kemudian jemaat melanjutkan
kepemimpinan kepada masyarakat. Kedua bentuk pengaruh personal dan
komunal terkait secara kausalitas. Jadi, yang dibutuhkan gereja
sepanjang masa adalah orang Kristen yang menghidupkan firman Allah di
dalam dan melalui hidupnya. Inilah awal kepemimpinan biblika.

Daftar Pustaka:

________. 1997. Yesus dan Kepemimpinan. Halaman 81-99 dalam Berteologi
Dalam Anugerah. Eds. Indriani Bone, Paul Hidayat, Anwar Tjen. Cipanas:
STT Cipanas.

Barus, Armand. 2002. Kepemimpinan Yohanes Pembaptis. Veritas 3/1: 73-81.

Barth, Karl. 1991. Göttingen Dogmatics: Instruction in the Christian
Religions I. Grand Rapids: Eerdmans.

Ferguson, Everett. 2003. Backgrounds of Early Christianity. 3rd edn.
Grand Rapids: Eerdmans.

Myers, Jacob M. 1974. I and II Esdras: Introduction, Translation and
Commentary. Anchor Bible. Garden City: Doubleday.

Ngien, Dennis. 2003. Theology of Preaching in Martin Luther. Themelios
28/2: 28-48.

Stott, John R.W. 1985. What Makes Leadership Christian. Christianity
Today August 9: 24-27.

Tidball, Derek. 1986. Skilfull Shepherds: An Introduction to Pastoral
Theology. Leicester: IVP.

Von Rad, Gerhard. 1962. Old Testament Theology I. London: Oliver & Boyd.

Catatan Kaki:

[1] Tentang aliran-aliran dalam Yudaisme lihat Everett Ferguson,
Backgrounds of Early Christianity. 3rd edn. (Grand Rapids: Eerdmans,
2003).

[2] Tentang supremasi khotbah di gereja lihat Karl Barth, Göttingen
Dogmatics: Instruction in the Christian Religions I (Grand Rapids:
Eerdmans, 1991).

[3] Diskusi lengkap lihat Dennis Ngien, "Theology of Preaching in
Martin Luther", Themelios 28/2 (2003): 28-48.

Diambil dan disunting dari:
Nama Situs: Seminari Alkitab Asia Tenggara
Alamat URL: http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2004/
            Kepemimpinan%20Biblika%20%28Armand%20Barus%29.pdf
Judul asli artikel: Kepemimpinan Biblika
Penulis: Armand Barus
Halaman: 4 -- 7

                                KUTIPAN

"Salah satu ujian kepemimpinan adalah kemampuan dalam mengenali
masalah sebelum masalah itu menjadi berat." (Arnold H. Glasow)

        JELAJAH BUKU: 77 KEBENARAN YANG HAKIKI DALAM PELAYANAN

Judul buku: 77 Kebenaran yang Hakiki dalam Pelayanan
Judul asli buku: The 77 Irrefutable Truths of Ministry
Penulis: Dr. Larry Keefauver
Penerjemah: Tim Penerjemah Media Injil Kerajaan
Penerbit: Media Injil Kerajaan, Semarang
Ukuran: 13,5 cm x 21 cm
Tebal: 168 halaman

Kepemimpinan Kristen harus didasari dengan kebenaran-kebenaran yang
alkitabiah. Semua filosofi ataupun prinsip-prinsipnya harus selaras
dengan kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Dewasa ini banyak
gereja-gereja yang memberikan seminar-seminar mengenai kepemimpinan
dengan mengundang pembicara seorang motivator sekuler. Hal ini tidak
seratus persen salah, tetapi gereja harus bersikap kritis terhadap
prinsip-prinsip yang mereka sampaikan.

Dalam buku berjudul ",77 Kebenaran yang Hakiki dalam Pelayanan", Dr.
Larry Keefauver, menulis 77 artikel yang memiliki pembahasan
berbeda-beda. Setiap artikel memberikan pembahasan dan penjelasan
yang menarik, yang dapat membuka pola pikir kita dalam dunia
pelayanan. Dalam buku ini, penulis berusaha menjelaskan dengan gaya
bahasa yang sederhana, sehingga dapat dicerna dengan lebih mudah.
Pembaca akan menemukan kebenaran-kebenaran alkitabiah tentang
kepemimpinan berhati hamba, yang dapat membangun suatu warisan berkat
yang langgeng. Silakan membaca buku ini, dan siapkan diri Anda untuk
menjadi seorang pemimpin dan seorang pelayan Tuhan yang memiliki visi
dan dasar alkitabiah yang benar.

Diulas oleh: Yonathan Sigit

         STOP PRESS: MENELUSURI BIOGRAFI TOKOH-TOKOH KRISTIANI

Anda ingin mengetahui riwayat hidup para tokoh Kristen di dunia, serta
karya-karya yang telah mereka hasilkan? Temukan jawabannya dengan
berlangganan publikasi Bio-Kristi. Publikasi ini menyajikan artikel
seputar biografi Kristiani dan beberapa informasi lainnya yang berguna
untuk menambah wawasan Anda.

Segera daftarkan diri Anda dengan mengirim email kosong ke:
< subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > atau
< biokristi(at)sabda.org > GRATIS!

Kunjungi pula situs Bio-Kristi di < http://biokristi.sabda.org/ > dan
bergabunglah juga bersama komunitas Bio-Kristi di
< http://fb.sabda.org/biokristi >, < http://www.in-christ.net/forum >,
dan < http://twitter.com/sabdabiokristi >

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit
(c) 2011 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org