Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/79

e-Leadership edisi 79 (22-9-2010)

Pelajaran Kepemimpinan dari Ezra (II)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI SEPTEMBER 2010===========

                 PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI EZRA (2)

                     e-Leadership 79 -- 22/09/2010

  DAFTAR ISI
  EDITORIAL
  ARTIKEL: Kepemimpinan Ezra: Tobat Nasional
  KUTIPAN
  JELAJAH BUKU: Mezbah Doa Para Pemimpin
  PERISTIWA
  STOP PRESS: Pembukaan Kelas Dasar-Dasar Iman Kristen (DIK)

==================================**==================================
EDITORIAL

  Shalom,

  Keruntuhan dan pembuangan Yehuda ke Babel terjadi dalam tiga tahap.
  Demikian pula pemulihan kaum sisa pembuangan sebagai penggenapan
  nubuatan Yeremia terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap kedua Allah
  memakai Ezra untuk memimpin langsung perjalanan pascapembuangan
  untuk membawa mereka kembali ke tanah air mereka setelah selama 70
  tahun dalam pembuangan. Sekitar 11.700 orang Yahudi mendapat
  pelajaran hidup sangat berharga karena ketidaktaatan akan perintah
  Allah mendapatkan hukuman untuk hidup jauh dari tanah perjanjian.

  Rupanya pola dan kebiasaan hidup selama di pembuangan telah
  menghilangkan kebiasaan hidup sebagai umat pilihan Allah. Allah
  mempersiapkan Ezra untuk memimpin dan membawa keluar sisa kaum
  Yehuda yang pulang dengan komitmen untuk kembali kepada firman Allah
  dan bertobat dari ketidaksetiaan kepada Allah. Ezra mengemban misi
  utama untuk mengajarkan kembali Taurat dan menerapkan pola hidup
  yang berdasar pada kebenaran hukum Allah serta mengajak orang-orang
  yang kembali dari pembuangan tersebut untuk bergantung kepada-Nya.
  Semoga artikel yang kami siapkan kali ini boleh menambah wawasan
  kepemimpinan Anda.

  Selamat menyimak. Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Leadership,
  Desi Rianto
  < ryan@in-christ.net >
  http://lead.sabda.org
  http://fb.sabda.org/lead

==================================**==================================

     TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar
                     didengar-Nya. (Amsal 15:29)
              < http://alkitab.sabda.org/?Ayub+42:2 >

==================================**==================================
ARTIKEL

                   KEPEMIMPINAN EZRA: TOBAT NASIONAL

    Seperti Ezra, seorang pemimpin Kristen harus menyelidiki firman
    Tuhan sebagai sebuah perenungan atau meditasi rohani melalui doa
    dan saat teduh setiap hari. Roh Kudus akan memberi kekuatan mental
    melalui doa-doa yang kita naikkan.

    Sama seperti Ezra, pemimpin Kristen yang baik akan hancur hati --
    meskipun bukan berarti berlarut-larut dalam kesedihan -- ketika
    melihat jemaat atau orang-orangnya jatuh dalam dosa. Dari hati
    yang hancur itulah muncul doa yang tulus kepada Tuhan.

  Ezra bin Seraya adalah seorang ahli kitab yang mahir dalam Taurat
  (Ezra 7:6; Nehemia 8:3). Ia memahami segala perintah dan ketetapan
  Tuhan bagi orang Israel (Ezra 7:11). Ia juga seorang imam, pemimpin
  doa dan ibadah (Ezra 7:11). Di Persia, tempat bangsa Israel dibuang,
  Ezra dipercaya oleh raja Artahsasta (Artahsasta I) untuk menangani
  kehidupan bangsa Israel. Kedudukannya di pemerintahan Persia
  barangkali semacam Kepala Departemen Urusan Orang Yahudi.

  Sama seperti raja Koresy dulu, Artahsasta sangat menghargai
  orang-orang Israel yang tinggal di negerinya. Bahkan, ia mendorong
  mereka untuk pulang dan membangun kembali Bait Allah di Yerusalem.
  Untuk itu, raja Artahsasta mengutus Ezra beserta rombongan
  orang-orang Israel untuk pulang ke Yerusalem pada tahun 458 SM.

  Raja Artahsasta memandang Ezra sebagai pemimpin atau pemuka bangsa
  Israel. Karena itu, raja memfasilitasi perjalanan Ezra dan rombongan
  Israel tersebut. Artahsasta sangat baik, ia memberi Ezra segala yang
  diingininya (Ezra 7:6b). Raja memberikan banyak bantuan material dan
  finansial untuk pembangunan Rumah Tuhan di Yerusalem (Ezra 7:20).
  Dalam surat resminya, raja mengatakan bahwa ia telah memerintahkan
  semua bendaharanya untuk membantu keuangan yang Ezra perlukan (Ezra
  7:21).

  Sebagai seorang pemimpin kepercayaan, Ezra diberi wewenang oleh raja
  untuk mengangkat pemimpin-pemimpin lainnya. Artahsasta memberinya
  tugas dan otoritas: "..., hai Ezra, angkatlah pemimpin-pemimpin dan
  hakim-hakim sesuai dengan hikmat Allahmu yang menjadi peganganmu,
  supaya mereka menghakimi seluruh rakyat yang diam di daerah seberang
  sungai Efrat, yakni semua orang yang mengetahui hukum Allahmu...."
  (Ezra 7:25)

  Kepemimpinan Ezra sendiri sangat menonjol di kalangan orang-orang
  Israel yang merindukan tanah air mereka itu. Dengan penuh
  kewibawaan, Ezra menghimpun orang-orang Israel dan memimpin mereka
  untuk pulang (Ezra 7:28b).

  Bangsa Israel menghormati Ezra sebagai seorang pemimpin dalam
  pengajaran firman Tuhan. Mereka mengakui kepakaran Ezra dalam
  [pengetahuan tentang] Taurat. Mereka menghormati urapan jawatan
  sebagai pengajar yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya itu. Setelah
  pendirian tembok kota Yerusalem selesai, Ezra mengajarkan Taurat
  kepada seluruh rakyat sehingga mereka menjadi sadar dan bertobat
  (Nehemia 8:1-10:39).

  Kehidupan Doanya

  Ezra pastilah seorang pemimpin yang memiliki kehidupan doa yang
  kuat. Alkitab mencatat bahwa tangan Tuhan melindunginya (Ezra 7:6c)
  dan Allah begitu melimpahkan kemurahan atas kehidupan dan pelayanan
  kepemimpinannya (Ezra 7:9). Orang yang dekat dan mengandalkan Tuhan
  pasti diberkati-Nya secara khusus.

  Kehidupan doa Ezra, dalam arti hubungan akrabnya dengan Tuhan,
  dibangun di atas dasar firman Tuhan. Ezra memiliki tekad yang sangat
  kuat untuk meneliti Taurat Tuhan (Ezra 7:10). Ezra melakukan
  penyelidikan itu tidak semata-mata sebagai sebuah studi atau riset
  ilmiah karena ia seorang pakar Taurat, tetapi juga sebagai
  perenungan atau meditasi rohani sehari-hari karena ia seorang imam.

  Belakangan ini banyak pemimpin Kristen mengambil studi lanjut (S-2
  atau S-3) di bidang teologi, baik teologi sebagai ilmu murni ataupun
  ilmu terapan. Tetapi, sering kali pendalaman firman Tuhan melalui
  studi seperti itu hanya untuk menambah ilmu dan tingkat kemampuan
  akademis, tidak ada hubungannya dengan kehidupan doa. Seorang
  pemimpin Kristen juga harus menyelidiki firman Tuhan sebagai sebuah
  perenungan atau meditasi rohani melalui doa dan saat teduh setiap
  hari.

  Sebelum memimpin bangsa Israel pulang ke Yerusalem, Ezra melakukan
  tindakan berikut ini: "Aku menguatkan hatiku, karena tangan Tuhan,
  Allahku, melindungi aku" (Ezra 7:28b). Ezra memantapkan hati,
  pikiran, dan mental, sebelum menjalankan kepemimpinannya. Dari
  kalimat itu, tampak bahwa Ezra memohon kekuatan yang dari Tuhan.
  Demikian juga pemimpin Kristen masa kini, Roh Kudus akan memberi
  kekuatan mental melalui doa-doa yang kita naikkan.

  Spirit doa Ezra sangat terlihat dari tindakannya menggerakkan umat
  Israel untuk berdoa puasa secara massal. Karena telah memperoleh
  banyak harta serta dukungan moral dari raja Artahsasta, Ezra merasa
  malu meminta lagi bantuan pengawalan militer dari kerajaan Persia
  itu (Ezra 8:22). Di sisi lain, ia menyadari bahwa perjalanan pulang
  menuju Yerusalem sangat berisiko, apalagi rombongannya besar dan
  membawa banyak barang berharga.

  Ezra percaya bahwa Tuhan sanggup melindungi perjalanan pulang
  mereka. Karena itu, Ezra memaklumkan doa puasa, memerintahkan umat
  Israel untuk merendahkan diri dan memohon perlindungan dari Tuhan
  (Ezra 8:21). Ada kalanya kita tidak bisa lagi meminta bantuan
  manusia. Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut untuk mengandalkan
  Tuhan, bergantung pada perlindungan-Nya yang ajaib.

  Doa Pertobatan

  Ezra melihat bahwa orang-orang Israel yang pulang itu sudah
  menyimpang dari perintah Tuhan. Sampai-sampai para imam pun telah
  mengambil perempuan kafir menjadi istri-istri mereka. Perilaku
  menyimpang dari perintah Tuhan itu merupakan kekejian di hadapan
  Allah Israel (Ezra 9:1-2, 14).

  Melihat dosa itu, Ezra berkabung, tulisnya: "Ketika aku mendengar
  perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan aku
  mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun."
  (Ezra 9:3) Seorang pemimpin sejati akan hancur hati ketika rakyat
  atau jemaatnya jatuh di dalam dosa.

  Hancur hati merupakan modal dasar bagi sebuah doa yang berkenan.
  Sering kali pemimpin Kristen tidak merasa bersalah apa pun ketika
  ada anak buahnya yang jatuh dalam dosa. Ia tidak menyesal karena
  gagal membina domba-dombanya. Pemimpin Kristen yang baik akan hancur
  hati -- meskipun bukan berarti berlarut-larut dalam kesedihan --
  ketika melihat jemaat atau orang-orangnya jatuh dalam dosa. Dari
  hati yang hancur itulah muncul doa yang tulus kepada Tuhan, sama
  seperti Ezra yang kemudian berdoa memohonkan pengampunan bagi umat
  Israel.

  Sangat menarik jika kita mencermati reaksi Ezra kepada kaum Israel
  yang berdosa itu. Ia tidak marah, dongkol, atau kecewa kepada
  mereka. Ezra bukan tipe pemimpin yang suka menghakimi, menuduh, dan
  mempersalahkan orang-orangnya. Tetapi, Ezra juga sangat merindukan
  pertobatan kaumnya itu.

  Ezra adalah seorang pemrakarsa kebangunan rohani. Akan tetapi ia
  mempertobatkan orang bukan dengan khotbahnya yang berapi-api; ia
  mempertobatkan orang banyak melalui doa yang dinaikkannya dengan
  penuh penghayatan mendalam. Ia tidak berdiri di podium untuk
  menyampaikan khotbah, tetapi ia berdiri di depan jemaah untuk
  menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5-15). Ezra berlutut,
  mengoyakkan pakaian dan jubahnya, lalu menadahkan tangannya ke
  hadirat Tuhan, serta menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5).

  Apa yang terjadi kemudian? Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa
  sambil menangis, umat Israel berbondong-bondong datang dalam jumlah
  yang sangat besar. Orang-orang itu menangis keras-keras (Ezra 10:1).
  Terjadilah pertobatan nasional dan pembaharuan komitmen kepada
  Tuhan. Terkadang pemimpin Kristen tidak perlu berkhotbah untuk
  menyadarkan kesalahan jemaatnya; mereka cukup berdoa, dan Roh Kudus
  menjamah setiap orang sehingga mereka pun bertobat.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin
  Penulis: Haryadi Baskoro
  Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
  Halaman: 57 -- 62

  Artikel ini pernah dipublikasikan di e-Doa
  Alamat URL: http://doa.sabda.org/ezra_tobat_nasional

==================================**==================================
KUTIPAN

  Kepemimpinan adalah kombinasi antara strategi dan karakter. Namun,
    jika Anda harus memilih salah satunya, relakanlah strategi.
                       (Norman Schwargkopf)

=================================**===================================
JELAJAH BUKU

  Judul buku: Mezbah Doa Pemimpin
  Penulis: Haryadi Baskoro
  Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
  Ukuran buku: 12 x 19 cm
  Tebal: 130 halaman

  Hari-hari ini ada berbagai buku kepemimpinan Kristen yang ditulis.
  Tidak jarang juga ada banyak buku-buku kepemimpinan Kristen yang
  membahas seluk-beluk kepemimpinan yang berhasil dalam menangkap visi
  dan mengembangkan kapasitas diri, mengelola organisasi dsb.. Akan
  tetapi di balik melimpahnya buku kepemimpinan yang saat ini beredar,
  sangat jarang kita temukan buku kepemimpinan yang membahas mengenai
  pelajaran hidup kepemimpinan dari tokoh-tokoh Alkitab.

  Buku "Mezbah Doa Para Pemimpin" menyoroti riwayat para pemimpin
  yang ditunjuk oleh Allah dalam mewujudkan rencana-Nya. Khususnya
  masalah kehidupan pribadi dan kerohanian doa mereka yang dikupas dan
  dikemas dengan gaya bahasa yang cukup sederhana dan mudah dipahami
  menjadikan buku ini sangat menarik untuk dijadikan standar jika
  ingin dipakai Allah untuk menjadi pemimpin berhasil. Ada dua puluh
  tokoh pemimpin yang dibahas dalam buku ini yang menyoroti masalah
  panggilan hidup sebagai pemimpin serta kehidupan doanya. Dari dua
  puluh tokoh pemimpin yang dibahas Ezra merupakan salah satu pokok
  bahasan di dalamnya.

  Tepatnya pada bab yang kesepuluh penulis membahas kepemimpinan Ezra.
  Ezra adalah seorang ahli kitab suci yang sangat piawai, tidak
  mengherankan bila ia dipercaya oleh raja Artahsasta menangani
  kehidupan bangsa Israel. Bukan hanya penanganan terhadap
  kehidupannya saja melainkan ia dipercaya untuk menjadi pemimpin
  dalam membawa keluar bangsa Israel dari pembuangan. Bangsa Israel
  menghormati Ezra bukan saja sebagai seorang pemimpin saja melainkan
  pengajar Taurat kepada seluruh rakyat sehingga mereka menjadi sadar
  dan bertobat. Selain itu ia memiliki kehidupan doa yang luar biasa,
  semangat doa Ezra sangat terlihat dari tindakannya menggerakkan
  umat Israel untuk berdoa dan berpuasa sebagai satu wujud
  kebergantungan kepada Allah sang pencipta. Ia juga dapat dikatakan
  seorang pemrakarsa kebangunan rohani yang luar biasa dan hebat.

  Semoga buku ini menginspirasi dan memotivasi Anda dalam mewujudkan
  kepemimpinan yang berhasil. Keberhasilan seorang pemimpin ditunjang
  melalui sikap kebergantungan sepenuhnya kepada Tuhan. Bagaimana
  dengan kepemimpinan Anda saat ini? Temukan jawabannya setelah Anda
  membaca buku. (DR)

======================================================================
PERISTIWA

  22 September...

  1. 1499 – Perjanjian Basel: Swiss menjadi negara merdeka.
  2. 1761 – George III dan Charlotte dari Mecklenburg-Sterlitz
            ditahbiskan sebagai Raja dan Ratu Britania Raya
  3. 1970 – Tunku Abdul Rahman, Perdana Menteri pertama Malaysia,
            mengundurkan diri dari jabatannya.

  Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/September_22

======================================================================
STOP PRESS

            PEMBUKAAN KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK)
                  (Periode Januari/Februari 2011)

  Salah satu pelayanan YLSA adalah membuka pendidikan teologi online
  untuk orang awam, yang disebut PESTA (Pendidikan Elektronik Studi
  Teologia Awam). Melalui kelas-kelas diskusi di PESTA, YLSA berharap
  dapat ikut ambil bagian dalam menolong gereja memperlengkapi
  jemaat-Nya dengan pengetahuan teologi yang memadai dengan
  berlandaskan pada kebenaran firman Tuhan (Alkitab) sebagai dasar
  iman kristiani.

  Pada bulan Januari 2011, PESTA kembali akan membuka kelas
  Dasar-Dasar Iman Kristen (DIK). Kelas DIK ini akan mempelajari
  pokok-pokok dasar iman Kristen, di antaranya: Doktrin Penciptaan,
  Manusia, Dosa, Keselamatan, dan Hidup Baru dalam Kristus. Jika Anda
  rindu untuk semakin memahami pokok-pokok iman Kristen ini, mari
  belajar bersama dengan kami. Untuk keterangan lebih lanjut dan
  pendaftaran kelas PESTA, silakan kirim e-mail ke admin PESTA
  di alamat berikut ini.

  ==>  kusuma(at)in-christ.net

  Untuk mendapatkan Modul DIK, Anda dapat mengakses halaman berikut
  ini.

   ==> http://pesta.sabda.org/dik_sil

======================================================================
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org
Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead
Twitter e-Leadership: http://twitter.com/sabdaleadership
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Desi Rianto dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Leadership / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org