Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/47

e-Leadership edisi 47 (27-5-2009)

Menentukan Prioritas (II)

 
==============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI MEI 2009=============

                        MENENTUKAN PRIORITAS (II)

                     e-Leadership 47 -- 27/05/2009

  DAFTAR ISI
  EDITORIAL
  ARTIKEL: Pemimpin Meluangkan Waktu untuk Hal Penting
  ARTIKEL TERKAIT: Artikel Seputar Menentukan Prioritas
  KUTIPAN
  JELAJAH BUKU: Panduan Praktis Mengenai Kepemimpinan Masa Kini yang
                Berlandaskan pada Ajaran Kristus
  PERISTIWA
  STOP PRESS: Baru! Situs Doa: Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia

==================================**==================================
EDITORIAL

  Masih dalam lingkup tema Menentukan Prioritas, edisi e-Leadership 
  kali ini menyuguhkan kepada Anda empat bidang yang harus diutamakan 
  oleh seorang pemimpin dalam pekerjaan kepemimpinan mereka. Empat 
  bidang ini sangat penting bagi efektivitas kepemimpinan. Jika salah 
  satu dari empat bidang ini diabaikan, seorang pemimpin tidak akan 
  efektif dalam melakukan peran kepemimpinannya.

  Apa saja keempat bidang tersebut? Silakan simak artikel yang telah
  kami siapkan. Selain artikel itu, kami juga telah menyiapkan sebuah
  resensi buku kepemimpinan. Kiranya kedua sajian itu, bersama dengan
  sajian lain, dapat menambah wawasan Anda dan membantu Anda melakukan
  pekerjaan kepemimpinan yang baik dalam terang Kristus.

  Selamat menyimak. Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Leadership,
  Dian Pradana
  http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/
  http://lead.sabda.org/

==================================**==================================
ARTIKEL

              PEMIMPIN MELUANGKAN WAKTU UNTUK HAL PENTING
                      Diringkas oleh: Dian Pradana

  Pertanyaan bagi kebanyakan pemimpin bukanlah apakah mereka sibuk, 
  tetapi apakah mereka sibuk melakukan pekerjaan yang tepat. Jika 
  tidak berhati-hati, seorang pemimpin mungkin bahkan tidak menyadari 
  bahwa mereka melakukan pekerjaan yang kurang penting. Karena itu, 
  seorang pemimpin yang bijak sebaiknya menjadwalkan kegiatan yang 
  penting dalam kalender mereka. Berkenaan dengan hal itu, setidaknya 
  ada empat bidang kehidupan yang perlu diprioritaskan seorang 
  pemimpin.

  PEMIMPIN MENJADWALKAN WAKTU YANG TIDAK TERBURU-BURU DENGAN ALLAH

  Waktu yang dipakai di hadirat Allah tidak pernah sia-sia. Semua yang 
  harus dikerjakan pemimpin rohani harus mengalir dari hubungannya 
  dengan Allah. Visi untuk organisasi dan agenda harian mereka berasal 
  dari Allah, yang menentukan nilai organisasi mereka dan membimbing 
  dalam pemilihan pegawai. Jika pemimpin rohani kehilangan 
  orientasinya kepada Allah, mereka membahayakan organisasi mereka.

  Banyak pemimpin yang dengan mudah membiarkan kegiatannya menghalangi
  waktu mereka dengan Allah. Bukannya meluangkan waktu yang
  berkualitas dan tidak terburu-buru di hadapan Bapa, mereka memilih
  membaca kilat sebuah buku renungan, lalu berdoa dengan buru-buru
  sambil lari ke ruang rapat. Allah tidak mau dihina. Apa yang orang
  tabur, itu yang mereka tuai (Gal. 6:7). Jika pemimpin berusaha
  melakukan pekerjaan dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri, mereka
  akan mencapai hasil menurut apa yang mungkin dicapai oleh kekuatan
  dan hikmat mereka. Jika pemimpin menanti-nantikan Tuhan, mereka akan
  melihat apa yang Allah mampu lakukan. 

  Raja Saul jatuh ketika dia lari dari agenda Allah (1 Sam. 13:5-14). 
  Bangsa Israel sedang menghadapi pasukan Filistin di Gilgal. Allah 
  telah memerintahkan Saul untuk tidak bertempur dahulu sebelum Samuel 
  datang dan menyampaikan korban bakaran bagi Tuhan. Saul menunggu 7 
  hari dan melihat situasinya makin memburuk. Serdadu-serdadunya, 
  karena takut akan musuhnya yang begitu banyak, mulai 
  meninggalkannya. Saul menginginkan perlindungan dan kuasa Allah 
  untuk pasukannya, namun dia tidak sabar menunggu lebih lama lagi 
  untuk menerima berkat itu, jadi dia mempersembahkan sendiri korban 
  itu. Samuel langsung muncul dan memarahi raja yang arogan itu. Saul 
  memenangkan pertempuran hari itu, tetapi ketidaksabarannya akan 
  membuatnya kehilangan kerajaannya dan hidupnya.

  Pemimpin rohani sebaiknya belajar dari kesalahan Saul. Sedikit 
  pemimpin rohani yang dengan jujur menanyakan kebutuhan mereka untuk 
  meluangkan waktu berdoa. Tetapi, gaya hidup mereka akan menunjukkan 
  bahwa mereka tidak suka meluangkan banyak waktu untuk bersekutu 
  dengan Allah. Ia menyingkapkan kebenaran-Nya berdasarkan 
  persyaratan-Nya, bukan persyaratan manusia. Sering kali, calon 
  pemimpin rohani keluar dengan cepat dari hadirat Allah sebelum Ia 
  berbicara. Pemimpin rohani yang bijak tetap berada dalam doa selama 
  diperlukan sampai mereka yakin mereka telah mendengar dan mengetahui 
  kehendak Allah. Kuncinya bukan apakah pemimpin meluangkan waktu 
  bersama Allah, tetapi apakah waktu bersama itu tidak terburu-buru 
  dan cukup panjang untuk Allah menyatakan kehendak-Nya kepada mereka 
  (Yes. 64:4). Mungkin saja Allah akan mengatakan lebih banyak kepada 
  para pemimpin jika saja mereka mau memberi-Nya waktu lebih banyak!
  
  PEMIMPIN MENJADWALKAN WAKTU TERATUR, YANG BERKUALITAS DENGAN
  KELUARGANYA

  Salah satu akibat parah dari usaha pemimpin untuk mengejar sukses 
  adalah mengabaikan keluarga mereka. Pemimpin begitu fokus memimpin 
  organisasi sehingga mengabaikan hubungan terpenting mereka. Karena 
  memikul tanggung jawab terbesar untuk organisasi, sering kali mereka 
  sulit untuk rileks dan memerhatikan keluarga mereka, bahkan saat 
  sedang tidak bekerja. Sayangnya, pendeta Kristen sering mengabaikan 
  keluarga mereka dengan pandangan yang salah bahwa melayani Tuhan 
  menuntut mereka untuk berbuat begitu.

  Lee Iacocca, mantan CEO Chrysler, mencatat: "Beberapa orang 
  beranggapan bahwa makin tinggi jabatan Anda di perusahaan, Anda juga 
  harus makin mengabaikan keluarga Anda. Salah! Sebenarnya, orang yang 
  di atas punya kebebasan dan fleksibilitas untuk meluangkan cukup 
  banyak waktu dengan keluarga mereka."

  Iacocca benar; pemimpin memiliki kebebasan dan fleksibilitas jika 
  saja mereka mau memakainya. Tetapi pemimpin harus kreatif dalam 
  menghabiskan waktu bersama keluarga. Misalnya, para gembala yang 
  sibuk hampir setiap malam dapat mengatur untuk ada di rumah pada 
  pagi hari -- makan pagi bersama keluarga dan mengantar anak-anak ke 
  sekolah. Mereka dapat mengatur jadwal makan siang istimewa bersama 
  salah satu anaknya atau dengan istrinya secara bergiliran, sehingga 
  dapat mengobrol berduaan saja. Tekanan untuk pemimpin itu sering 
  kali muncul bukan dari organisasi, tetapi dari dalam diri mereka 
  sendiri. Bukannya kantor yang memberikan tuntutan yang berlebihan 
  kepada pemimpin, mereka sendirilah yang merasa terdorong untuk terus 
  bekerja saat mereka seharusnya berada di rumah. Beberapa pemimpin 
  enggan untuk ada di rumah pada jam yang tidak biasa karena takut 
  akan dianggap malas atau tidak dapat mengatasi tekanan pekerjaan. 
  Pemimpin seperti itu harus menentukan prioritas mereka dan kemudian 
  mengadakan perubahan yang diperlukan untuk melindungi prioritas ini.

  Pemimpin bijak akan menjadwalkan waktu yang teratur, berkualitas, 
  dan tidak boleh diganggu gugat saat sedang bersama keluarga. Mereka 
  sengaja mengatur waktu bertemu pasangannya atau menghadiri acara 
  anak-anak mereka. Mereka melindungi privasi rumah tangga dan tidak 
  membawa pekerjaan ke rumah jika memungkinkan. Pemimpin yang bijak 
  berusaha berada di rumah saat makan bersama keluarga dan tidak 
  menerima telepon saat berada dalam acara istimewa keluarga.

  Pemimpin yang perseptif juga memahami bahwa ada hal-hal yang lebih 
  penting di dalam hidup ini selain pekerjaan mereka. Ketika pemimpin 
  rohani diwawancara untuk pekerjaan baru, mereka akan kritis bertanya 
  guna mengetahui pandangan perusahaan tentang keluarga. Pemimpin 
  bijak menyadari gaya hidup perusahaan yang seperti apa yang merusak 
  keluarga. Pemimpin rohani tahu bahwa semua kemajuan karier yang 
  mereka raih tidak ada artinya jika keluarga mereka berantakan. 
  Banyak pemimpin cerdas menolak pekerjaan yang menggiurkan namun 
  mengharuskannya banyak bepergian karena ia tahu bahwa keluarganya 
  membutuhkan kehadirannya. Banyak pemimpin menolak kenaikan jabatan 
  dengan tanggung jawab dan tekanan semakin besar karena mereka tahu 
  bahwa hal itu dapat merusak keluarga. Pemimpin seperti itu memahami 
  bahwa ada hal-hal yang jauh lebih penting, dan mereka pun berusaha 
  mengelola jadwalnya untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan 
  tersebut.

  PEMIMPIN MENGATUR WAKTU UNTUK KESEHATAN MEREKA

  Beberapa pemimpin bekerja keras menghidupkan organisasi sehingga
  mereka kehabisan tenaga untuk mempertahankan kesehatannya sendiri.

  Dr. Richard Swenson, dalam bukunya "Margin: Restoring Emotional,
  Physical, Financial and Time Reserves to Overloaded Lives" (Ambang
  Batas: Memulihkan Cadangan Emosional, Keuangan, dan Waktu ke
  Kehidupan yang Terlalu Kelebihan Beban), menjelaskan bahwa orang itu
  ada batasnya. Jika orang menjalani kehidupan mereka hingga mencapai
  ambang batas ketahanan mereka, entah itu dalam bidang keuangan,
  waktu, tidur, atau kesehatan emosional mereka, mereka itu hidup
  dalam risiko tinggi. Layaknya mobil yang selalu dipacu dengan
  kecepatan tinggi dan tidak dirawat, tubuh manusia akan tumbang jika
  selalu didorong hingga melebihi ambang batasnya.

  Swenson berkeyakinan bahwa orang harus memberi ruang (batas) dalam 
  hidup mereka untuk krisis atau kesempatan yang tidak disangka. Jika 
  selalu kekurangan tidur, tubuh akan menderita. Orang tidak mungkin 
  terus-menerus mengalami berbagai kejadian yang menguras emosi mereka 
  tanpa memulihkan emosi itu melalui hal-hal seperti hobi, 
  persahabatan, liburan, atau tertawa. Orang yang selalu memaksimalkan 
  pengeluarannya hingga batas kemampuan mereka setiap bulannya, sedang 
  mengundang kebangkrutan. Pun orang yang tidak menyisakan waktu untuk 
  interupsi yang tidak disangka-sangka, sedang mempersiapkan diri 
  untuk mengalami krisis. Pemimpin yang tidak pernah menyediakan waktu 
  untuk bersantai, sedang menuju kepada kehancuran yang pasti akan 
  terjadi. Ambang batas adalah sejumlah cadangan waktu, uang, tenaga, 
  dan kekuatan emosional yang orang pertahankan agar tetap sehat.

  Herannya, banyak sekali pemimpin yang menjalani kehidupan tanpa 
  batas. Mereka tidak tahan kalau menganggur atau tidak produktif; 
  tempat kosong dalam agenda mereka dianggap sebagai tempat-tempat 
  ideal untuk memulai proyek baru. Allah tidak pernah merencanakan hal 
  seperti itu. Sejak awal, Allah telah menekankan kebutuhan akan 
  istirahat (Kej. 2:2-3).

  Yesus memahami bahwa ada saat-saat Dia harus beristirahat dan 
  menyendiri. Setelah melayani orang banyak sepanjang hari, Yesus dan 
  murid-murid-Nya sengaja mencari pemulihan (Mrk. 6:45). Pada 
  permulaan minggu terakhir pelayanan Yesus di dunia, Dia membiarkan 
  Lazarus, Marta, dan Maria melayani-Nya (Yoh. 12:1-3). Pada malam 
  klimaks penangkapan dan penyaliban-Nya, Yesus makan malam bersama 
  dengan murid-murid-Nya yang terdekat (Luk. 22:7-13). 

  Memerhatikan kesehatan adalah masalah pragmatis bagi pemimpin. 
  Pemimpin yang terlalu gemuk cenderung lebih mudah lelah; yang 
  kebiasaan makannya tidak baik, kurang tidur, dan tidak berolahraga, 
  lebih sering sakit. Orang yang tidak sehat tidak seproduktif orang 
  yang sehat. Pemimpin tidak perlu terlalu terobsesi dengan kebugaran 
  fisiknya, tetapi pemimpin yang mengabaikan masalah kesehatannya pada 
  akhirnya sama saja dengan memilih untuk tidak begitu efektif padahal 
  sebenarnya mereka mampu lebih baik. Pemimpin yang gagal merawat 
  tubuhnya, berisiko mengalami kejatuhan.

  Pemimpin yang sehat paham bahwa humor penting bagi kesehatan mental. 
  Pemimpin sadar bahwa ia bertanggung jawab memberi semangat positif 
  kepada organisasi mereka. Jika ingin bawahan mereka senang bekerja 
  dengan mereka, pemimpin harus mengembangkan sukacita di tempat 
  kerja.

  PEMIMPIN MENJADWALKAN WAKTU UNTUK ORANG BANYAK

  Pemimpin biasanya dikelilingi banyak orang. Mereka cenderung 
  menikmati keberadaan orang lain. Lincoln menghabiskan hampir seluruh 
  waktunya menerima orang di Gedung Putih. Pemimpin rohani seperti 
  James Dobson dan Billy Graham telah dengan bijak melibatkan 
  orang-orang saleh lain, baik pria maupun wanita, dalam peranan 
  penting di pelayanan mereka. Orang yang lebih senang bekerja 
  sendiri, atau yang susah bergaul dengan orang lain, mungkin tidak 
  cocok menjadi pemimpin.

  Pemimpin harus selalu ingat bahwa tanpa bawahan, mereka bukan 
  pemimpin. Mereka mungkin administrator yang mengelola organisasi 
  besar, tetapi mereka bukan pemimpin. Untuk menjadi pemimpin, orang 
  harus menginvestasikan waktunya dengan orang lain, yang mungkin 
  sulit dilakukan oleh pemimpin yang tugasnya banyak sekali. Mereka 
  bisa saja melihat bawahan sebagai pengganggu pekerjaan, bukan inti 
  dari pekerjaan mereka. Pekerjaan kepemimpinan adalah pekerjaan untuk 
  orang. Di mana pun berada, pemimpin sejati meletakkan bawahan mereka 
  di tempat tinggi dalam daftar prioritas mereka.

  Suatu pengajaran yang populer dalam teori kepemimpinan adalah 
  Prinsip Pareto, atau Prinsip 20-80. Teori ini menyatakan bahwa 20% 
  dari orang di dalam organisasi biasanya menghasilkan 80% dari hasil 
  pekerjaan. Pendukung prinsip ini berpendapat bahwa karena itu 80% 
  dari waktu pemimpin harus diinvestasikan pada 20% orang-orang itu. 
  Layaknya prinsip kepemimpinan yang lain, Prinsip Pareto memang 
  berbicara tentang pengalaman banyak organisasi, tetapi kita harus 
  berhati-hati dalam menerapkan prinsip ini.

  Benar bahwa investasi waktu pemimpin pada beberapa orang membawa 
  hasil yang lebih besar dibandingkan jika waktu yang sama 
  diinvestasikan pada orang-orang lain. Orang yang bekerja keras untuk 
  organisasi dan yang mudah diajar memang layak mendapat perhatian 
  pemimpin. Apalagi, keterkaitan dengan orang-orang seperti itu akan 
  menguntungkan bagi orang itu maupun organisasi. Jika pemimpin 
  menginvestasikan waktu pada orang-orang yang termotivasi dan ingin 
  belajar, orang-orang ini punya kesempatan untuk menonjol dan 
  mencapai potensi maksimum mereka. Jika beberapa orang telah mencapai 
  apa yang Allah rancangkan, mereka juga dapat memberi inspirasi 
  kepada orang-orang lain dalam organisasi. Terkadang para gembala 
  dengan sia-sia memakai banyak waktunya untuk membangkitkan jemaat 
  yang kedagingan atau apatis ketika sebetulnya mereka dapat jauh 
  lebih membantu gerejanya jika mereka memuridkan jemaat yang ingin 
  bertumbuh dewasa dalam iman.

  Pemimpin tidak boleh membiarkan anggota organisasi yang paling 
  kurang motivasinya menjadi teladan bagi yang lain. Sebaliknya, 
  pemimpin harus menolong orang-orang yang dapat diajar untuk mencapai 
  yang terbaik sehingga orang-orang lain dalam organisasi dapat 
  melihat apa yang mungkin dicapai dan dapat mengetahui apa yang 
  diharapkan dari mereka. Pemimpin yang bijak juga mengaitkan pengikut 
  yang bertumbuh dan produktif dengan mereka yang membutuhkan 
  dorongan. Mereka melakukan hal ini karena tahu kekuatan organisasi 
  tergantung pada apakah setiap anggota berhasil melakukan tugasnya 
  dengan sukses atau tidak (Ef. 4:16).

  Alkitab menunjukkan bahwa Yesus sering memusatkan perhatian-Nya pada 
  beberapa orang yang terpilih. Jelas ada waktu ketika Yesus mengajar 
  orang banyak. Tetapi pada waktu lain, Dia mengajar kedua belas murid 
  sesuatu yang tidak disampaikan-Nya kepada orang banyak (Mat. 10, 13:10-17; Mrk. 7:17-23). Ada saatnya juga Yesus berkumpul dengan 
  murid-murid-Nya yang terdekat -- Petrus, Yakobus, dan Yohanes -- dan 
  mengajar lebih jauh lagi dalam masalah rohani (Luk. 9:28; Mat. 
  26:37-38). Yesus terkadang menginvestasikan waktu-Nya pada seorang 
  murid saja (Yoh. 20:27, 21:15-19). Mengapa Yesus begitu memilih 
  dalam menyampaikan kebenaran ilahi yang mengubahkan kehidupan? Dia 
  tahu bahwa beberapa orang lebih siap menerima ajaran-Nya dan akan 
  bertindak berdasarkan ajaran itu daripada orang-orang lain. Dengan 
  menginvestasikan waktu-Nya di kelompok kecil seperti kedua belas 
  murid-Nya, Yesus sedang mempersiapkan untuk saat ketika orang 
  seperti Petrus akan menjadi pemimpin yang penuh kuasa. Karena Yesus 
  mau meluangkan waktu menolong Petrus berkembang sebagai pemimpin, 
  maka Petrus nantinya juga akan memengaruhi banyak orang untuk 
  mengikut Kristus.

  Banyak pemimpin mengalami frustrasi karena menginvestasikan banyak
  waktu untuk orang-orang yang tidak mau atau tidak bisa melakukan apa
  yang seharusnya mereka kerjakan. Sementara itu, mereka yang bekerja
  keras dalam organisasi itu terabaikan karena pemimpinnya berusaha
  menguatkan anggota yang tidak termotivasi, yang mengeraskan hati.

  Tetapi ada bahaya yang samar dalam menerapkan Prinsip 20-80 ini. 
  Bagi pemimpin rohani, yang terpenting bukan tugas, tapi orang. Peran 
  utama pemimpin rohani bukannya hanya menyelesaikan tugas, tetapi 
  membawa bawahan mereka ke tempat yang dikehendaki Allah. Untuk ini, 
  seorang pemimpin harus mampu melihat di mana Allah sedang bekerja 
  dalam kehidupan orang-orang itu dan kemudian ikut serta dengan Allah 
  dalam kegiatan itu. Pemimpin rohani harus peka dengan apa yang 
  sedang dikerjakan Allah dalam kehidupan bawahan-Nya. Jika seseorang 
  apatis atau menentang Allah, sedikit sekali yang pemimpin dapat 
  kerjakan untuk mengubah sikap orang itu. Pemimpin yang terus-menerus 
  menginvestasikan banyak waktu bagi mereka yang menolak untuk 
  melaksanakan kehendak Allah, telah memakai waktu mereka dengan tidak 
  bijak. Sebaliknya, jika Allah sedang bekerja dalam kehidupan 
  orang-orang tertentu, maka adalah tanggung jawab pemimpin untuk 
  menginvestasikan waktu dan tenaga untuk menolong orang-orang itu 
  bertumbuh. Karena hanya Allah yang tahu apakah seorang anggota yang 
  lemah akan menanggapi secara positif perhatian pemimpin, Allah yang 
  menentukan agenda pemimpin itu. Pemimpin tidak pernah menyerah 
  menghadapi bawahannya. Mereka menginvestasikan waktunya dengan bijak 
  antara mereka yang bertumbuh dan produktif serta mereka yang tidak 
  bertumbuh dan tidak produktif.

  Diringkas dari:
  Judul buku: Kepemimpinan Rohani
  Judul asli buku: Spiritual Leadership
  Penulis: Henry Blackaby & Richard Blackaby
  Penerjemah: Dra. Sarah Iswanti Tioso M.Sc., M.Div.
  Penerbit: Gospel Press, Batam Center 2005
  Halaman: 292 -- 303

==================================**==================================
ARTIKEL TERKAIT

                 ARTIKEL SEPUTAR MENENTUKAN PRIORITAS

  1. Hukum Prioritas
     ==> http://lead.sabda.org/hukum_prioritas

  2. Menentukan Prioritas
     ==> http://lead.sabda.org/menentukan_prioritas

==================================**==================================
KUTIPAN

         Pemimpin bijak menjadwalkan kegiatan yang penting
                         dalam kalender mereka.

==================================**==================================
JELAJAH BUKU

   PANDUAN PRAKTIS MENGENAI KEPEMIMPINAN MASA KINI YANG BERLANDASKAN
                          PADA AJARAN KRISTUS

  Judul asli buku: The Leadership Wisdom of Jesus: Practical Lessons
                   for Today
  Penulis: Charles C. Manz
  Penerjemah: Rene Johanes
  Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2003
  Ukuran: 14,2 x 20,7 cm
  Tebal: 144 halaman

  Bagaimana caranya menentukan prioritas dalam kepemimpinan kita agar 
  menjadi efektif? Banyak hal yang harus kita pertimbangkan. Apa saja 
  itu? Temukan jawabannya dalam buku "Panduan Praktis Mengenai 
  Kepemimpinan Masa Kini yang Berlandaskan pada Ajaran Kristus". 
  Charles Manz telah menggali ajaran-ajaran Yesus yang menantang dan 
  merasuk tentang kepemimpinan dan menawarkan wawasan-wawasan yang 
  bermanfaat dan melintasi perbedaan agama.

  Sebagai seorang pembicara, konsultan, dan penulis buku-buku bisnis 
  terlaris, Charles C. Manz, Ph.D., penulis, ingin mengungkapkan 
  tentang prioritas kepemimpinan Kristen. Tulisannya telah 
  diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, antara lain: bahasa Jepang, 
  Swedia, Spanyol, Indonesia, Korea, Tiongkok, Portugis, dan Jerman. 
  Buku-buku yang dia tulis sebelumnya antara lain: Business Without 
  Bosses: How Self-Managing Teams are Building High-Performing 
  Companies, Fortune Book Club, dan masih banyak lagi yang lain.

  Buku ini berisi suatu panggilan kepada kepemimpinan yang bijaksana 
  dan penuh penghiburan, dengan menampilkan pelajaran-pelajaran 
  praktis masa kini untuk menentukan prioritas dalam kepemimpinan. Isi 
  buku ini bukan hanya sekadar mempelajari ajaran-ajaran Yesus 
  mengenai bagaimana seharusnya seorang manajer memimpin, tapi juga 
  bagaimana caranya menemukan kepemimpinan yang penuh kekuatan, mampu 
  memelihara integritas, berpijak pada prioritas yang tepat sehingga 
  akhirnya bisa mencapai tujuan yang kita tetapkan.

  Penulis mengatakan bahwa buku ini bukanlah buku religius. Ayat 
  Alkitab yang dikutip hanya disebutkan di awal bab sebagai landasan. 
  Selebihnya, panduan yang dikemukakan tidak jauh berbeda dengan 
  prinsip dunia, sekalipun penulis juga membicarakan tentang ajaran 
  Yesus. Selain itu, dalam buku ini, masih ada beberapa kesalahan 
  ketik.

  Walaupun buku ini terkesan simpel, namun cukup bagus karena 
  dilengkapi dengan refleksi dari implikasi ajaran Yesus pada 
  kepemimpinan kontemporer. Menguraikan ajaran tentang prioritas yang 
  harus dimiliki pemimpin Kristen ke dalam empat bab besar yang 
  dijelaskan dengan kisah nyata dalam setiap babnya, membuat buku ini 
  mudah dipahami. Jadi, jika Anda sedang bergumul dengan bagaimana 
  caranya agar Anda bisa menentukan prioritas dan mencapai 
  kepemimpinan yang efektif, buku ini bisa menjadi referensi Anda. 
  Ketahuilah bahwa Anda memiliki potensi yang besar untuk menjadi 
  pemimpin. Selamat memimpin!

  Ditulis oleh: Sri Setyawati

==================================**==================================
PERISTIWA

  27 Mei ...
  1. 1937 - Jembatan Golden Gate dibuka di California, menghubungkan
     San Francisco dengan Marin County.
  2. 2006 - Gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang
     Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Lebih dari lima ribu
     orang tewas.
  3. 2006 - Lumpur Lapindo menggenangi Sidoarjo bersamaan dengan Gempa
     Yogyakarta.

  Sumber: http://id.wikipedia.org/

==================================**==================================
STOP PRESS

                            BARU! SITUS DOA:
                  KOMUNITAS PENDOA SYAFAAT INDONESIA
                       < http://doa.sabda.org >

  Anda rindu melihat pemulihan terjadi atas keluarga, gereja, kota,
  dan bangsa Anda?

  Anda ingin belajar lebih banyak tentang doa?

  Anda ingin memiliki partner untuk berdoa dan berbagi?

  Situs Doa, yang diluncurkan oleh Yayasan Lembaga SABDA
  <http://www.ylsa.org>, adalah tempat yang tepat untuk menjawab
  kerinduan dan keinginan Anda.

  Kami percaya situs Doa, yang dilengkapi dengan Artikel, Renungan,
  Ilustrasi, Kesaksian, serta Riwayat Tokoh-Tokoh Doa, akan memperluas
  wawasan dan pengetahuan Anda tentang doa.

  Istimewanya, situs ini menyediakan beberapa kalender doa yang bisa 
  Anda pakai sebagai panduan Anda berdoa, baik secara pribadi maupun 
  kelompok. Bagi Anda yang ingin berbagi beban doa, situs Doa juga 
  menyediakan fasilitas untuk mengirimkan permohonan doa agar Anda 
  mendapatkan dukungan doa dari saudara-saudara seiman yang lain.

  Khusus bagi Anda yang dilengkapi Tuhan dengan karunia berdoa, situs
  ini menyediakan fasilitas forum yang mengundang Anda bergabung dalam
  "Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia" untuk berdoa bersama bagi
  Indonesia. Forum ini disediakan bukan untuk berdiskusi atau berdebat
  tentang doa, namun untuk menyatukan hati kita dalam berdoa bagi
  bangsa kita yang tercinta, yaitu Indonesia. Untuk mendaftarkan diri,
  silakan menghubungi < doa(at)sabda.org >.

  Segera kunjungi situs DOA <http://doa.sabda.org>! Ingatlah selalu
  untuk memberitahukan informasi ini kepada rekan-rekan pendoa yang
  lain, sehingga kita semua mendapat berkat dan menjadi berkat bagi
  orang lain. Tuhan memberkati.

==================================**==================================
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/
Network Kepemimpinan: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan/
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati
e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Bahan ini dapat dibaca secara on-line di:
http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
Copyright(c) 2009 oleh YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org