Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/24

e-Leadership edisi 24 (6-12-2007)

Inisiatif

                           Edisi Desember 2007
==================================**==================================
                     Milis Publikasi e-LEADERSHIP
                                 ****
                           Topik: Inisiatif
==================================**==================================

  MENU SAJI

  EDITORIAL         : Inisiatif
  ARTIKEL NATAL     : Kepemimpinan Ala Bintang dari Timur
  ARTIKEL 1         : Inisiatif: Kunci Sukses Seorang Pemimpin
  ARTIKEL 2         : Inisiatif: Tanpanya, Anda Takkan ke Mana-mana
  INSPIRASI         : Tuhan, Jadikan Aku Seperti Petrus
  STOP PRESS        : Undangan untuk Merayakan Ulang Tahun
                      e-Leadership

==================================**==================================
EDITORIAL

                           -*- INISIATIF -*-

  Anda tentu pernah mendengar kisah tokoh-tokoh besar yang mengubah
  dunia, bukan? Martin Luther yang menjadi penggerak arus reformasi;
  Johann Gutenberg yang menghadirkan revolusi dalam dunia literatur di
  Eropa dengan mesin cetaknya; Eleanor Roosevelt yang berjasa besar
  dalam mencetuskan Universal Declaration of Human Rights; dan masih
  banyak yang lainnya. Masing-masing mereka bergerak dengan inisiatif
  untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik.

  Inisiatif yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh tersebut merupakan hal
  terpenting yang juga perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Meskipun
  seseorang memiliki berbagai karakter kepemimpinan, tapi tanpa
  inisiatif, seorang pemimpin akan sulit untuk mengembangkan dirinya,
  apalagi pengikutnya. Sebaliknya, inisiatif pulalah yang akan
  menjadikan seorang pemimpin sebagai panutan. Dan karena
  topik ini tak kalah pentingnya dibandingkan topik-topik yang sudah
  diangkat sepanjang tahun ini, Redaksi berinisiatif menghadirkan
  sejumlah artikel yang tidak hanya membantu Anda mengenal lebih dalam
  makna inisiatif dalam kepemimpinan, tapi juga memberi inspirasi
  untuk berinisiatif.

  Dalam rangka menyambut Natal, Redaksi juga menyiapkan sebuah tulisan
  pendek mengenai kepemimpinan dari peristiwa Natal yang terjadi lebih
  dari dua ribu tahun lalu. Lalu karena kita juga akan mengakhiri
  tahun 2007, kami berharap persembahan penutup pada tahun 2007 ini
  dapat berguna dan memberkati Anda sekalian, sebagaimana
  sajian-sajian terdahulu.

  Selamat Natal 2007 dan selamat menyambut Tahun Baru 2008, Tuhan
  memberkati.

  Redaksi Tamu e-Leadership,
  R.S. Kurnia

      Tetapi orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur,
           dan ia selalu bertindak demikian. (Yesaya 32:8)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yesaya+32:8 >

==================================**==================================

       I HAD RATHER DO AND NOT PROMISE THAN PROMISE AND NOT DO.
                           (Arthur Warmick)

==================================**==================================
ARTIKEL NATAL

             -*- KEPEMIMPINAN ALA BINTANG DARI TIMUR -*-
                          Oleh: Dian Pradana

  Natal adalah sebuah momen yang penting; momen di mana kita sekali
  lagi diingatkan bahwa seorang bayi telah lahir, seorang bayi yang
  menjadi Juru Selamat bagi kita semua.

  Seperti kita lihat pada umumnya, ada banyak cara untuk memperingati
  momen spesial ini. Sebut saja pementasan drama natal yang diadakan
  di gereja-gereja dan sekolah minggu, ibadah Natal, atau bahkan
  permainan-permainan yang berhubungan dengan kelahiran Yesus. Semua
  itu diadakan dan dijalankan setiap tahun untuk memeriahkan suasana
  Natal, terkhusus untuk kembali menghayati apa makna Natal
  sebenarnya.

  Terlebih daripada itu semua, sebenarnya ada suatu teladan
  kepemimpinan yang dapat kita ambil dan pelajari dari apa yang
  terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu saat Yesus lahir.

  Jika sekarang Anda ditanya ingin menjadi apa saat Tuhan Yesus lahir
  (Natal pertama), apakah jawaban Anda? Tentu ada banyak pilihan
  jawaban atas pertanyaan ini. Jawaban Anda pun pasti berbeda dengan
  jawaban orang lain. Anda bisa saja menjawab pertanyaan itu dengan
  jawaban seperti Maria, Yusuf, orang Majus dari Timur, para gembala,
  kandang domba, dan hal-hal lain yang menyertai saat Yesus lahir.
  Tentunya ada alasan tersendiri dalam memilih salah satu jawaban
  tersebut. Namun, saya akan memilih menjadi bintang; bintang yang ada
  saat Yesus lahir dan menjadi penuntun bagi para orang Majus dari
  Timur kepada Juru Selamat (Mat. 2:1-12).

  Alasannya, ada teladan kepemimpinan dalam peran yang dilakonkan oleh
  bintang tersebut. Setidaknya, ada dua teladan kepemimpinan yang
  diperlihatkannya.

  1. BINTANG ITU BERSINAR TERANG

     Alkitab memang tidak menyebutkan bahwa bintang itu bersinar
     terang. Namun, marilah kita sedikit berlogika. Orang-orang Majus
     bisa melihat bintang itu karena bintang itu bersinar terang. Jika
     tidak demikian, bagaimana mungkin orang-orang Majus itu bisa
     melihatnya dan menjadikannya sebagai penuntun?

     Dalam hal ini, kita bisa meneladani terang yang dipancarkan oleh
     bintang tersebut. Saat kita bersinar terang, kita akan menjadi
     panutan dan penuntun bagi sesama kita. Nah, bagaimanakan kita
     bisa memancarkan terang sehingga kita dapat menjadi seorang
     pemimpin yang dapat menuntun orang lain? Jawabannya mudah. Terang
     akan secara otomatis bersinar jika kita memperlihatkan
     pikiran-pikiran dan perilaku-perilaku yang seharusnya dimiliki
     oleh seorang pemimpin: memiliki kredibilitas, komitmen,
     integritas, kompetensi, kerendahan hati, kedisiplinan, pikiran
     positif, dan keberanian untuk berinisiatif.

     Memang tidak mudah untuk dapat memiliki semua karakter tersebut,
     bahkan pada faktanya, tidak mungkin kita dapat memiliki semua
     karakter tersebut sekaligus. Namun, kepemilikan salah satu
     karakter tersebut sudah dapat menjadikan Anda sebagai panutan;
     sebagai seorang yang diikuti dan diteladani. Anda tidak perlu
     menjadi orang yang populer dan sukses terlebih dahulu agar
     diikuti. Saat Anda mulai mempraktikkan dan menerapkan salah satu
     karakter tersebut dalam hidup dan lingkungan Anda, orang lain
     akan mengerti bahwa Anda layak diikuti dan dijadikan panutan.
     Seperti yang Albert Einsten katakan: "Try not to become a man of
     success but rather try to become a man of value." Berusahalah
     bukan untuk menjadi orang yang sukses, namun orang yang bernilai.

  2. BINTANG ITU MENUNTUN KEPADA KEBENARAN

     Matius 2:9 menyebutkan, "Setelah mendengar kata-kata raja itu,
     berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di
     Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas
     tempat, di mana Anak itu berada." Jelas sekali dikatakan di ayat
     tersebut bahwa bintang itu membawa orang-orang Majus kepada
     Kebenaran Sejati; Yesus Kristus.

     Demikian juga sebaiknya kita bersikap seperti bintang itu. Saat
     kita menjadi pemimpin dan panutan bagi orang lain yang mengikuti
     kita, kita tidak boleh membawa mereka pada jalan yang salah.
     Sebaliknya, kita harus membawa mereka kepada kebenaran. Hikmat
     bijaksana diperlukan untuk menuntun orang lain menuju kepada
     kebenaran. Dan hikmat bijaksana itu dapat diperoleh dengan
     mendekatkan diri kepada Tuhan, baik dengan berkomunikasi melalui
     doa maupun dengan tekun mendalami firman-Nya. "Karena Tuhanlah
     yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan
     kepandaian" (Ams. 2:6).

     Saat Anda mampu membawa orang-orang yang Anda pimpin menuju
     kepada kebenaran, Anda akan membawa mereka kepada sebuah
     kebahagiaan dan sukacita, seperti halnya orang-orang Majus yang
     bersukacita saat mereka menemukan kebenaran yang sejati (Mat.
     2:10).

  Nah, bagaimana dengan Anda, Apakah Anda telah atau siap menjadi
  bintang dari Timur yang memancarkan terang dan menuntun orang-orang
  pada kebenaran sejati?

==================================**==================================
ARTIKEL 1

            -*- INISIATIF: KUNCI SUKSES SEORANG PEMIMPIN -*-

  Salah satu faktor yang menentukan sebuah kesuksesan adalah
  inisiatif. Seorang pemimpin yang berinisiatif tidak akan menunggu
  sampai sesuatu terjadi; ia ikut andil dalam membuat sesuatu terjadi.
  Ia tidak tinggal diam, melainkan melakukan sesuatu. Itulah salah
  satu alasan mengapa beberapa orang memilih untuk mengikuti pemimpin.
  Salah satu nilai penting yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah
  inisiatif.

  Dalam Alkitab, terdapat banyak sekali contoh orang yang berinisiatif
  dalam menuntaskan tujuan Allah dalam hidup mereka. Misalnya, Daud
  memilih Yoab sebagai jendral karena ia memiliki inisiatif. "Daud
  telah berkata: `Siapa lebih dahulu memukul kalah orang Yebus, ia
  akan menjadi kepala dan pemimpin.` Lalu Yoab, anak Zeruya, yang
  menyerang lebih dahulu, maka ia menjadi kepala." (1Taw. 11:6).
  Yesaya juga berinisiatif untuk memberitakan Injil kepada
  generasinya. "Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: `Siapakah yang
  akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?` Maka sahutku:
  `Ini aku, utuslah aku!`" (Yes. 6:8).

  Inisiatif jelas merupakan sebuah kualitas dasar kepemimpinan.
  Bayangkan jika ada sebuah badai salju di malam sebuah persekutuan
  doa. Beberapa orang yang beriman datang ke gereja, membuka pintu
  gereja, menyalakan lampu, dan menunggu pendetanya datang. Tanpa
  sepengetahuan mereka, ternyata pendetanya terhambat oleh badai salju
  dan berusaha keras agar mobilnya dapat bergerak. Ia meminjam sekop
  dan menggali salju yang menutupi roda-roda mobilnya. Ia minta tolong
  dua anak muda untuk membantu mendorong mobilnya, namun tak berhasil
  jua. Mobilnya tak bergerak, dan ia semakin terlambat.

  Sementara itu, di gereja orang-orang bertanya-tanya apa gerangan
  yang terjadi pada pendeta mereka, dan duduk melingkar menunggu
  persekutuan doa dimulai. Akhirnya, salah satu dari orang-orang itu
  berdiri dan mengusulkan untuk menaikkan satu atau dua lagu pujian
  sambil mereka menunggu. Ia pun kemudian memimpin pujian. Dalam
  ilustrasi itu, tidak penting apakah orang itu pernah memimpin pujian
  sebelumnya atau tidak; ia telah menjadi pemimpin saat itu. Ia
  mungkin saja tidak kompeten dalam memimpin pujian. Ia juga mungkin
  tidak tahu bagaimana memimpin pujian. Dengan mengambil inisiatif
  untuk berdiri saja, ia sudah menjadi seorang pemimpin. Tidak peduli
  ia memimpin pujian dengan baik atau dengan buruk, ia adalah
  pemimpinnya. Inisiatif adalah salah satu tanggung jawab besar dalam
  kepemimpinan.

  Tentu saja, setiap orang Kristen harus berinisiatif dalam melayani
  Tuhan. Tokoh-tokoh Alkitab yang tidak pernah dikenal sebagai
  pemimpin, sangat diberkati dan dipakai Tuhan hanya karena mereka
  melayani Tuhan secara spontan.

  Ribka menjadi suami Ishak dan "ibu jutaan orang" karena ia
  berinisiatif untuk melayani pelayan Abraham. Ia menawarkan air yang
  ada di buyung, tidak hanya untuk pelayan Abraham, tapi juga untuk
  onta-ontanya, yang dilakukannya adalah sebuah pekerjaan besar; dan
  sikapnya itu membuatnya menjadi istri pilihan bagi Ishak (lihat Kej.
  24:14-21).

  Seorang bocah laki-laki memiliki peran penting dalam sebuah mujizat
  besar karena ia berinisiatif menawarkan makan siangnya untuk
  membantu memberi makan banyak orang yang kelaparan (lihat Yoh.
  6:9-11).

  Namun, teladan terbesar dalam Injil adalah Allah sendiri. "Simon
  telah menceritakan, bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya
  kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari
  antara mereka bagi nama-Nya" (Kis. 15:14). Jika Allah diam saja,
  bangsa-bangsa itu tidak akan datang kepada-Nya, jadi Tuhan mengambil
  inisiatif. "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena
  Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Rm. 5:8).
  Mengambil inisiatif adalah sebuah karakter yang ilahi.

  Pemimpin harus siap untuk berinisiatif di banyak bidang. Salah
  satunya adalah dalam bidang pelayanan. Rasul Paulus memperlihatkan
  hal tersebut dengan jelas. Kapal yang ditumpanginya menuju Roma
  terdampar di Pulau Malta. Penduduk asli pulau itu ramah, "Mereka
  menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ karena telah
  mulai turun hujan dan hawanya dingin. Ketika Paulus memungut
  seberkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah
  seekor ular beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit
  tangannya" (Kis. 28:2-3). Di sini Paulus, seorang yang lebih tua,
  mencari kayu untuk yang lainnya. Tidak diragukan lagi bahwa ia juga
  sama lelahnya seperti yang lain, namun ia berinisiatif untuk
  melayani yang lain, seperti yang Kristus telah lakukan saat Ia
  menjadi manusia.

  Pembimbing kelas Alkitab remaja di kota kami, seorang pemuda bernama
  Mark Sulcer, adalah orang yang spesial. Ia mengantar para remaja ke
  gereja dan acara-acara sekolah dengan mobilnya. Ia kemudian
  membimbing mereka di kelas Alkitab. Ia selalu ada bagi para remaja
  itu siang dan malam. Saya dapat melihat bahwa para remaja itu belum
  pernah bertemu orang sepertinya dan sangat terkesan.

  Ketika Natal tiba, dua remaja berencana memberi Mark sebuah hadiah.
  Diam-diam mereka pergi ke pusat perbelanjaan dan mengatur semuanya.
  Saat malam Natal, mereka memberikan hadiah yang telah mereka
  persiapkan kepada Mark. Ia membuka kotak hadiah dan menemui sebuah
  cangkir perak dengan tulisan: "Untuk pelayan teragung kedua di
  dunia".

  Teladan dan hidup Mark tertular kepada murid-muridnya dan memberikan
  suatu pertumbuhan di daerahnya. Inisiatifnya berbuah.

  Cara kedua mengambil inisiatif adalah mengambil langkah awal
  rekonsiliasi. Ada dua contoh jelas dalam Alkitab mengenai hal ini.
  "Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah
  dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu
  terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan
  pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk
  mempersembahkan persembahanmu itu" (Mat. 5:23-24). "Apabila
  saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia
  mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali" (Mat.
  18:15). Jika Anda menyinggung saudara Anda dan Tuhan mengingatkan
  Anda akan hal itu, Anda harus berinisiatif untuk mencari dan
  kemudian meminta maaf kepadanya. Jika sebaliknya, seseorang
  menyinggung Anda, Anda tetap harus berinisiatif untuk menemuinya dan
  meluruskan masalahnya. Dalam kedua situasi itu, Anda harus menjadi
  orang pertama pertama mengambil inisiatif!

  Tentu saja hal itu adalah salah satu hal yang paling sulit untuk
  dilakukan. Apalagi jika yang harus melakukannya adalah seorang
  pemimpin. Beberapa misionaris bercerita kepadaku tentang perjuangan
  mereka untuk melakukan hal itu selama mereka berada di ladang misi.
  Gengsi adalah halangan terbesar. Saat mereka mau mengesampingkan
  gengsi mereka dan mengambil inisiatif, Tuhan memberi mereka
  sukacita, kelegaan, dan berkat.

  Salah satu taktik setan adalah membuat pemimpin bepikir bahwa jika
  ia merendahkan hatinya dan menghampiri bawahannya untuk meminta maaf
  atau meluruskan masalah, bawahan itu akan memandang rendah dirinya.
  Namun, hal seperti itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Saat
  pemimpin mau merendahkan hatinya dan mengambil inisiatif, pemimpin
  telah melakukan hal yang terbaik, dan orang lain tahu itu. Biasanya,
  pemimpin yang seperti itu akan memiliki pengikut setia, sahabat, dan
  penolong yang setia dalam pekerjaan.

  Bidang ketiga di mana kita bisa berinisiatif adalah saat kita
  mencari pengetahuan. "Rancangan di dalam hati manusia itu seperti
  air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya" (Mzm.
  20:5). Pekerjaan seorang pemimpin itu kompleks dan ia tidak mungkin
  tahu semuanya. Maka dari itu, ia harus mencari orang yang pandai dan
  belajar dari mereka.

  Lagi-lagi, gengsilah yang menjadi penghalang. Saya ingat hal seperti
  ini pernah saya alami. Saya dipindahtugaskan dari ladang misi ke
  sekretariat pusat organisasi misi. Saya tidak berpengalaman bekerja
  di sekretariat pusat, jadi saya tidak yakin akan sanggup. Saya ada
  dalam sebuah rapat komite yang mendiskusikan hal yang tak banyak
  saya ketahui. Namun, saya ragu untuk mengakuinya dan bertanya. Saya
  pikir orang-orang yang di sana mengira saya adalah orang yang
  pandai. Saya sangat yakin pada saat itu bahwa bertanya hanya akan
  membuat saya tampak bodoh. Jadi, saya tidak bertanya.

  Dari waktu ke waktu, saya terus diundang ke pertemuan komite
  keuangan. Setelah berbulan-bulan, saya baru menyadari bahwa saat
  mereka mengatakan I.R.S., mereka sedang membicarakan orang-orang
  pajak! Bayangkan saja, peran saya pasti penting dalam komite itu.
  Seandainya dari dulu saya mengesampingkan gengsi saya dan
  berinisiatif untuk bertanya, saya mungkin dapat lebih berguna.
  Pemimpin tidak boleh melakukan hal seperti yang saya lakukan.
  Pemimpin harus mengesampingkan gengsi dan dengan aktif mencari
  informasi yang ia butuhkan untuk dapat mengerjakan tugasnya dengan
  baik. Ia harus bertanya. Ia harus mau belajar dari orang lain.

  Inisiatif diartikan sebagai semangat yang dibutuhkan untuk memulai
  sesuatu. Bagaimana seorang pemimpin bisa mendapatkan semangat
  seperti itu? Bagaimana seseorang bisa menjadi seseorang yang memulai
  sesuatu? Satu-satunya hal yang dapat ia lakukan hanyalah melatih
  dirinya untuk berpikir ke depan. Seorang pemimpin digambarkan
  sebagai seseorang yang melihat lebih banyak, melihat lebih jauh
  daripada orang lain, dan mereka juga melihat sesuatu sebelum orang
  lain melihatnya.

  Jika seseorang melatih dirinya untuk berpikir ke depan, ia akan
  mendapat dua dampak positif bagi pekerjaannya. Pertama, ia akan
  terhindar dari masalah. Ia akan menghindari perangkap dan lubang
  dalam jalannya. Ia dapat bertanya kepada dirinya sendiri, "Jika kita
  melakukan hal itu, apa yang akan terjadi? Lalu, apa hasilnya? Saat
  kita melakukan hal itu, apakah yang kita lakukan akan menghasilkan
  sesuatu yang kita harapkan? Jika tidak, lebih baik kita tidak usah
  melakukannya." Kedua, dengan berpikir ke depan, seseorang dapat
  menentukan tujuannya dan kelompoknya. Ia kemudian dapat
  menimbang-nimbang cara terbaik untuk meraih tujuannya itu dan mulai
  bertindak untuk mencapai tujuan.

  Semua itu harus diiringi dengan doa dan pembacaan firman Tuhan. Jika
  tidak, seorang pemimpin mungkin saja dipimpin oleh pemahamannya
  sendiri atau merencanakan sesuatu menggunakan hikmat duniawi sebagai
  penuntunnya. Pemimpin harus ingat bahwa kebenaran itu ada pada Yesus
  Kristus. Buku-buku manajemen kepemimpinan sekular memang membantu,
  namun sumber dasar kita adalah Allah. "Sebab yang bodoh dari Allah
  lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah
  lebih kuat dari pada manusia" (1Kor. 1:25). (t/Dian)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Judul buku: Be The Leader You Were Meant To Be
  Judul bab : Why Some Leaders Excel
  Penulis   : LeRoy Eims
  Penerbit  : SP Publications, Inc., Illinois 1975
  Halaman   : 52 -- 56

==================================**==================================
ARTIKEL 2

        -*- INISIATIF: TANPANYA, ANDA TAKKAN KE MANA-MANA  -*-

  Dalam buku 21 Hukum Kepemimpinan Sejati, saya tunjukkan bahwa para
  pemimpin itu bertanggung jawab untuk menginisiatifkan hubungan
  dengan para pengikutnya. Namun, bukan hanya dalam bidang itu saja
  para pemimpin harus memperlihatkan inisiatif. Mereka harus selalu
  mencari peluang dan siap mengambil tindakan.

  Kualitas apakah yang dimiliki para pemimpin, yang memungkinkan
  mereka membuat segalanya menjadi kenyataan? Setidaknya, saya lihat
  ada empat.

  1. Mereka Tahu Apa yang Mereka Inginkan

  Pemain piano yang senang humor, yaitu Oscar Levant, pernah bergurau,
  "Begitu sudah mengambil keputusan, saya malah tidak tahu apa
  keputusannya." Sayangnya, demikianlah keadaan sesungguhnya dari
  banyak orang. Namun, tak seorang pun bisa efektif jika sulit
  mengambil keputusan. Seperti yang dikatakan oleh Napoleon Hill,
  "Titik awal dari setiap prestasi adalah keinginan yang besar." Jika
  Anda ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, Anda harus
  mengetahui apa yang Anda inginkan. Itulah satu-satunya cara bagi
  Anda untuk mengenali peluang yang datang.

  2. Mereka Mendorong Diri Sendiri untuk Bertindak

  Ada pepatah lama yang mengatakan: "Anda bisa jika Anda mau". Para
  inisiator tidak menunggu orang lain untuk memotivasinya. Mereka tahu
  bahwa tanggung jawab mereka sendirilah untuk mendorong diri sendiri
  ke luar dari wilayah nyamannya. Dan mereka membiasakan diri
  melakukannya. Itulah sebabnya, mengapa seseorang seperti Presiden
  Theodore Roosevelt, salah seorang pemimpin besar yang berinisiatif
  di abad kedua puluh, dapat mengatakan, "Tak ada yang brilian atau
  menonjol dalam rekor saya, kecuali mungkin satu hal: saya melakukan
  hal-hal yang saya percaya harus dilakukan .... Dan setelah mengambil
  keputusan untuk melakukan sesuatu, saya pun bertindak.", 3. Mereka Lebih Berani Mengambil Risiko

  Jika para pemimpin mengetahui apa yang mereka inginkan dan dapat
  mendorong diri sendiri untuk bertindak, mereka masih memiliki satu
  hambatan, yaitu kesediaan mengambil risiko. Orang-orang proaktif
  selalu mengambil risiko. Namun, salah satu alasan mengapa para
  pemimpin yang baik bersedia mengambil risiko adalah karena mereka
  sadar bahwa tidak mengambil inisiatif juga ada harganya. Presiden
  John F. Kennedy menyatakan, "Setiap program tindakan itu ada resiko
  dan harganya, namun jauh lebih kecil daripada risiko dan harga
  jangka panjang jika kita tidak mengambil tindakan apa-apa, walaupun
  terasa nyaman.", 4. Mereka Membuat Lebih Banyak Kekeliruan

  Kabar baiknya bagi para inisiator adalah bahwa mereka membuat
  segalanya menjadi kenyataan. Kabar buruknya adalah bahwa mereka
  membuat banyak kekeliruan. Pendiri IBM, Thomas J. Watson menyadari
  hal ini ketika ia berkomentar, "Cara meraih sukses adalah
  melipatgandakan tingkat kegagalan Anda."

  Sekalipun para pemimpin yang berinisiatif mengalami lebih banyak
  kegagalan, mereka tidak merasa terganggu karenanya. Semakin besar
  potensinya, semakin besar kemungkinan gagalnya. Senator Robert
  Kennedy merangkumnya begini: "Hanya mereka yang berani gagal
  besarlah yang dapat mencapai sukses besar". Jika Anda ingin mencapai
  hal-hal besar sebagai pemimpin, Anda harus bersedia mengambil
  inisiatif dan mengambil risiko.

  MERENUNGKANNYA

  Anda seorang inisiator? Apakah Anda selalu mencari peluang ataukah
  Anda menunggu hingga peluang datang kepada Anda? Apakah Anda
  bersedia mengambil langkah-langkah menurut naluri Anda yang terbaik?
  Atau apakah Anda tiada habis-habisnya menganalisa segalanya? Mantan
  pimpinan puncak Chrysler, Lee Iacocca, mengatakan, "Bahkan keputusan
  yang benar pun menjadi keliru jika terlambat". Kapankah terakhir
  kalinya Anda menginisiatifkan sesuatu yang penting dalam hidup Anda?
  Jika sudah lama Anda tidak mendorong diri sendiri dan keluar dari
  wilayah nyaman Anda, mungkin Anda perlu memicu inisiatif Anda.

  MENERAPKANNYA

  Untuk meningkatkan inisiatif Anda, lakukanlah yang berikut ini.

  - Ubahlah cara berpikir Anda. Jika Anda kurang inisiatif, sadarilah
    bahwa persoalannya adalah dari dalam, bukannya dari orang lain.
    Tentukanlah mengapa Anda ragu-ragu mengambil tindakan. Apakah Anda
    takut pada resiko? Apakah Anda berkecil hati karena banyaknya
    kegagalan pada masa lalu? Tidakkah Anda melihat potensi peluang
    yang ada? Carilah sumber keraguan Anda dan atasilah itu. Anda
    takkan dapat maju jika tidak mulai maju dari dalam diri sendiri.

  - Jangan menunggu hingga peluang mengetok pintu Anda. Peluang tidak
    datang mengetok pintu. Anda harus mencarinya. Inventarisasikanlah
    aset Anda, talenta Anda, dan sumber daya Anda. Dengan melakukan
    itu, Anda akan mendapatkan gagasan tentang potensi Anda. Nah,
    lewatkanlah setiap harinya selama satu minggu untuk mencari
    peluang. Di manakah Anda melihat adanya kebutuhan? Siapakah yang
    sedang mencari keterampilan yang Anda miliki? Kelompok manakah
    yang mati-matian membutuhkan apa yang dapat Anda tawarkan? Peluang
    itu ada di mana-mana.

  - Ambillah langkah berikutnya. Melihat peluang itu satu hal.
    Melakukan sesuatu karenanya adalah hal lain lagi. Seperti yang
    pernah disindir oleh seseorang, semua orang memiliki gagasan besar
    jika sedang mandi. Namun, hanya sedikit yang keluar, mengeringkan
    tubuhnya, dan melakukan sesuatu untuk menindaklanjutinya. Pilihlah
    peluang terbaik yang Anda lihat dan tindak lanjutilah semampu
    Anda. Jangan berhenti hingga Anda telah melakukan segalanya untuk
    membuatnya menjadi kenyataan.

  MELATIHNYA SETIAP HARI

  Pada tahun 1947, Lester Wunderman dipecat begitu saja dari
  pekerjaannya di sebuah agen periklanan di New York. Namun, pemuda
  ini tahu bahwa ia dapat belajar banyak dari pemimpin agen tersebut,
  yaitu Max Sackheim. Keesokan harinya, Wunderman kembali ke kantornya
  dan bekerja seperti biasanya -- tanpa dibayar.

  Sackheim tidak menggubrisnya selama satu bulan, namun akhirnya
  menghampiri Wunderman dan berkata, "Baiklah kamu menang. Saya tidak
  pernah melihat seseorang yang begitu menginginkan pekerjaannya
  ketimbang uangnya."

  Wunderman akhirnya menjadi salah seorang paling sukses dalam sejarah
  periklanan. Ia dikenal sebagai bapa pemasaran langsung. Dibutuhkan
  langkah berani dari Anda hari ini untuk mencapai potensi Anda besok.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: 21 Kualitas Kepemimpinan Sejati
  Judul bab : Inisiatif: Tanpanya, Anda Takkan ke Mana-mana
  Penulis   : John C. Maxwell
  Penerbit  : Interaksara, Batam Centre 2001
  Halaman   : 101 -- 106

==================================**==================================
INSPIRASI

               -*- TUHAN, JADIKAN AKU SEPERTI PETRUS -*-

  Kitab Suci memuat aspek yang baik dan yang buruk dari kepemimpinan
  Petrus. Walaupun ada banyak hal di dalam diri Petrus yang perlu
  dihindari oleh kita para pemimpin, namun banyak juga yang patut
  dikagumi. Saat saya sedang memikirkan kesediaan Petrus untuk maju
  dan bertindak, saya berdoa, "Tuhan, jadikan aku tipe pemimpin yang
  tahu betapa pentingnya mengambil inisiatif."

  Meskipun Petrus lalu ketakutan dan tenggelam ketika ia mencoba
  berjalan di atas air, tidaklah paling sedikit ia layak menerima
  pujian karena hanya dialah satu-satunya murid yang melangkah keluar
  dari perahu? Untuk itu dibutuhkan inisiatif.

  Dan tentu saja, kita semua tahu bahwa ia sedikit keterlaluan di
  Getsemani dan menebas telinga seseorang. Tetapi Petrus tidak bisa
  hanya duduk-duduk dan tidak melakukan apa-apa sementara Juru Selamat
  dan sahabatnya ditangkap. Ia harus melakukan sesuatu!

  Sebagai seorang aktivis, saya masih tetap menolak mengambil
  Inisiatif dari waktu ke waktu. Dan saya mengamati para pemimpin
  gereja lain melakukan hal yang sama. Kami bersembunyi di ruang kerja
  kami saat gereja menyimpang atau kondisinya memburuk. Atau kami
  duduk-duduk di kafe menganalisa dan mengkritik para pemimpin lain
  yang berani mengambil resiko. Tentu, mungkin mereka sesekali
  melakukan kesalahan, tetapi paling tidak mereka berusaha membuat
  perbedaan. Betapa lebih baiknya kita jika kita, seperti Petrus,
  bergabung dengan mereka yang mengambil inisiatif untuk bertindak,
  mencoba melakukan sesuatu yang baru, dan mencari cara-cara baru
  untuk menghentikan musuh.

  Betapa baiknya jika kita semua berdoa meminta keberanian untuk
  mengambil inisiatif seperti Petrus.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Kepemimpinan yang Berani
  Judul bab : Doa Seorang Pemimpin
  Penulis   : Bill Hybells
  Penerbit  : Gospel Press, Batam Centre 2004
  Halaman   : 256 -- 257

==================================**==================================
STOP PRESS

      -*- UNDANGAN UNTUK MERAYAKAN ULANG TAHUN E-LEADERSHIP -*-

  Tak terasa sudah hampir dua tahun publikasi e-Leadership masuk
  secara rutin ke e-mail Anda setiap bulannya. Dalam kurun waktu
  tersebut, pastilah Anda, para pelanggan publikasi e-Leadership,
  memiliki kesan terhadap publikasi ini.

  Oleh karena itu, dalam rangka memperingati hari ulang tahun
  e-Leadership yang kedua pada bulan Januari nanti, redaksi
  mengharapkan kesediaan Anda untuk memberikan kesan selama
  berlangganan publikasi ini, atau bahkan pesan yang pasti berguna
  bagi perkembangan dan kemajuan publikasi e-Leadership.

  Kami sangat menantikan kesan dan pesan Anda sebelum 3 Januari 2008
  ke:

  < leadership(at)sabda.org >

  Kiriman Anda itu akan kami sunting seperlunya dan akan kami muat
  dalam edisi khusus Januari 2008 yang akan terbit terpisah dari edisi
  pembuka tahun 2008 yang bertema "Mempersiapkan Seorang Pemimpin".

  Partisipasi Anda, tanda kasih Anda kepada e-Leadership.

  Tuhan memberkati!

==================================**==================================
Berlangganan       : subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti           : unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead    : http://lead.sabda.org/
----------------------------------------------------------------------
                   Redaksi e-Leadership: Dian Pradana
                       Redaksi Tamu: R.S. Kurnia
    e-Leadership merupakan kerja sama antara Indo Lead, YLSA, dll.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
           Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs:
             http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
                      Copyright(c) 2007 oleh YLSA
         http://ylsa.sabda.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org