Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/416

e-Konsel edisi 416 (11-12-2018)

Merayakan Natal dalam Kebersamaan

e-Konsel -- Merayakan Natal dalam Kebersamaan -- Edisi 416/Desember 2018
 

Publikasi Elektronik Konseling Kristen
Merayakan Natal dalam Kebersamaan

Edisi 416/Desember 2018
Staf YLSA

Salam konseling,

Ketika Natal tiba, tentu saja kita rindu merayakannya bersama dengan orang-orang yang kita kasihi. Namun, apakah kebersamaan itu sekadar untuk berkumpul dan bergembira bersama? Saat ini, makna Natal itu sendiri seakan-akan hilang dalam hiruk pikuk kemeriahan "kumpul-kumpul" keluarga atau reuni. Meski dilakukan dalam rangka Natal, pertemuan itu tidak ada hubungannya dengan Natal. Bagaimana dengan keluarga kita? Tidak ada kata terlambat untuk mengembalikan makna Natal yang sejati dalam pertemuan keluarga kita. Mari kita simak bersama program TELAGA yang membahas mengenai Natal dan Keluarga. Dalam program radio tersebut, kita dapat belajar bagaimana kita dapat merayakan Natal dalam keluarga kita.

Jangan lewatkan pula Renungan Natal yang mengisahkan tentang Yusuf yang menjaga kebersamaannya dengan Maria demi ketaatannya kepada Allah. Yusuf merayakan Natalnya bersama dengan Maria dalam keadaan yang tidak biasa. Kiranya menjadi berkat istimewa bagi kita semua dalam masa Natal ini.

Segenap redaksi e-Konsel mengucapkan: "Selamat Natal 2018 dan selamat menyambut Tahun Baru 2019. Selamat merayakan Natal bersama sesama, dan jangan lupa untuk menempatkan Sang Raja sebagai pusat Natal." Tuhan Yesus memberkati!

Davida

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Davida


CAKRAWALA Natal dan Keluarga

Mengajak anak bersyukur

Keluarga didesain Tuhan agar manusia dapat hidup dan dibesarkan dalam kasih. Puncak kasih adalah penyatuan, bukan hanya keintiman. Dalam keluarga, kasih antara dua individu mengecap titik tertingginya. Dalam keluarga, anak bertumbuh dalam kasih dan belajar mengasihi. Secara alamiah, kita mengasihi anak, sebab anak adalah darah dan daging -- perpanjangan diri -- kita. Kasih adalah gizi mutlak yang diperlukan anak untuk dapat bertumbuh dengan sehat. Bahkan, dalam keluarga pula, anak belajar mengasihi. Setelah menerima kasih, anak belajar membalas kasih orang tua, dan pada akhirnya, ia pun belajar mengasihi kakak, adik, teman, dan orang-orang di sekitarnya. Inilah rencana Tuhan untuk keluarga. Itulah sebabnya, dari semua ciptaan-Nya, hanya manusialah yang didesain untuk berkeluarga.

Keluarga juga merupakan miniatur relasi Tuhan dengan manusia. Allah adalah Bapa, dan kita adalah anak-anak-Nya. Kita diciptakan Tuhan dan menerima napas kehidupan dari Tuhan. Kita dikasihi Tuhan, sebab Ia adalah kasih, dan Ia telah menetapkan kita untuk menjadi penerima kasih-Nya. Surga pun merupakan sebuah keluarga, Allah adalah Bapa, dan Kristus adalah Putra Allah. Namun, Allah Bapa rela melepaskan Putra-Nya untuk meninggalkan surga, turun ke dunia, dan akhirnya mati untuk menggantikan kita, anak-anak Allah.

Jadi, Natal adalah kisah sedih seorang Bapa yang merelakan kematian Putra-Nya demi menyelamatkan anak-anak-Nya yang lain. Sesungguhnya, kita, anak-anak-Nya, bukanlah anak-anak-Nya yang baik. Kita melawan-Nya, meninggalkan-Nya, bahkan menolak mengakui-Nya sebagai Bapa. Namun, Ia tetap mengasihi kita; Ia mengundang kita kembali ke rumah-Nya untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Kendati untuk melakukan semua itu, Ia harus mengorbankan Putra-Nya, Yesus Kristus. Natal adalah kisah kasih antara Bapa dan anak-anak-Nya. Natal adalah bukti kasih Bapa kepada anak-anak-Nya.

Apakah yang seharusnya menjadi respons kita selaku orang tua kepada Tuhan sewaktu kita memperingati Natal?

Keluarga Nazaret

Pertama, ajaklah anak Anda untuk berterima kasih kepada Tuhan atas kasih-Nya yang begitu besar. Bacalah kisah Natal (Matius 1:18-2:1-12; Lukas 2:1-20), kemudian bacalah Filipi 2:5-11 untuk menjelaskan makna pengorbanan kedatangan Kristus ke dunia. Berilah kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk menyatakan syukur kepada Allah Bapa, yang telah rela melepaskan Kristus untuk datang ke dunia untuk mati bagi kita.

Kedua, bagikanlah perasaan kita sebagai orang tua, jika kita harus merelakan kepergian seorang anak, agar dapat membawa pulang anak yang lain. Tanyakanlah kepada anak, bagaimana perasaannya bila itu harus terjadi pada keluarganya ini. Jelaskanlah kepadanya bahwa inilah yang terjadi pada waktu Natal. Allah Bapa harus melepaskan Putra-Nya, Kristus, supaya kita bisa pulang kembali ke rumah Bapa.

Ketiga, ceritakan kepada anak Anda bahwa Tuhan mengasihi kita, anak-anak-Nya, kendati kita melawan-Nya dan tidak mau mendengarkan-Nya. Bagikanlah pengalaman pribadi kita kepada anak, bagaimana dahulu kita pun melawan Tuhan dan menolak mendengarkan-Nya. Kemudian, tanyakanlah kepada anak, bagaimana ia telah melawan Tuhan dan menolak mendengarkan-Nya.

Keempat, karena Natal adalah bukti kasih Allah, ajaklah anak untuk menyatakan bukti kasih kepada Allah. Selain dari dorongan untuk memberi dan berkorban bagi yang lain, tekankanlah bahwa kedatangan Kristus pada hari Natal adalah untuk mengajak anak-anak-Nya yang telah meninggalkan-Nya untuk kembali kepada-Nya. Tanyakanlah kepada anak, siapakah yang ingin ia doakan dan ajak untuk mengenal Kristus. Setelah itu, doakanlah bersama.

Audio: Natal dan Keluarga

Diambil dari:
Nama situs : TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga)
Alamat situs : http://telaga.org/audio/natal_dan_keluarga
Judul transkrip : Natal dan Keluarga (T258A)
Penulis artikel : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses : 11 Oktober 2018

 

RENUNGAN Hati bagi Allah dan Belas Kasihan bagi Sesama

Baca: Matius 1:18-25

Yusuf adalah salah seorang tokoh Alkitab yang mempunyai karakter mengagumkan. Mengikuti tradisi orang Yahudi, ia telah bertunangan yang akan mengikatnya menuju pernikahan. Banyak ahli Alkitab mengasumsikan bahwa Yusuf adalah seorang yang sudah cukup umur.

Yusuf dan Maria

Sesudah bertunangan, Maria tinggal bersama orang tuanya sampai cukup usia untuk menikah, kemudian pindah ke rumah Yusuf. Ketika Yusuf mengetahui Maria hamil, ia memperlihatkan belas kasihan yang luar biasa. Ia tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum. Meskipun hatinya sakit dan merasa dikhianati, ia bermaksud menceraikan istrinya diam-diam. Matius menyebut Yusuf sebagai orang yang benar (terjemahan yang lebih tepat daripada tulus hati). Mengapa? Menurut hukum Taurat, hukuman untuk perzinaan adalah dilempari batu hingga mati. Apakah tindakan Yusuf terhadap Maria dapat dikatakan benar? Tidakkah ia benar jika menuntut Maria dihukum sesuai dengan hukum Taurat? Jawabannya terletak pada fakta bahwa "benar" dalam Perjanjian Lama adalah sesuai dengan hati Allah dan hukum-Nya. Bahkan, Saul pun menyadari bahwa kemurahan hati lebih mendemonstrasikan kebenaran daripada kaku mengikuti hukum yang berlaku ketika ia menangis kepada Daud, "Engkau lebih benar daripada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu" (1 Samuel 24:18). Yusuf menerapkan prinsip ini. Meskipun ia menganggap Maria sudah memperlakukan dia secara tidak baik, ia tetap akan memperlakukan Maria dengan baik. Karena itu, secara rohani dan jasmani, Yusuf adalah anak Daud yang sejati Matius 1:20).

Perjanjian Baru tidak banyak berbicara tentang Yusuf kecuali yang tercatat dalam kitab ini. Yusuf adalah seorang manusia seperti nenek moyangnya -- yaitu Daud -- yang mempunyai hati untuk Allah dan belas kasihan yang besar untuk sesamanya.

Renungkan: Tidak menjadi masalah seberapa tenar Anda di lingkungan keluarga dan masyarakat, tetapi jika kata-kata Matius tentang Yusuf dapat diterapkan dalam hidup kita, secara rohani, kita sudah menjadi "orang benar". Pada hari Natal ini, apa yang akan Anda lakukan untuk mengekspresikan bahwa Anda mempunyai hati untuk Allah dan belas kasihan yang dalam bagi sesama?

Diambil dari:
Nama situs : Situs Natal Indonesia
Alamat situs : http://natal.sabda.org/hati_bagi_allah_dan_belas_kasihan_bagi_sesama
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Tanggal Akses : 12 Oktober 2018

 
Stop Press! Aplikasi Renungan Oswald Chambers (ROC)

Aplikasi Renungan Oswald Chambers (ROC)

My Utmost For His Highest adalah karya besar Oswald Chambers yang sangat disukai oleh banyak orang Kristen dari seluruh dunia, dan termasuk dalam sepuluh besar buku Kristen terlaris sepanjang masa. Sekarang, Anda bisa menikmati renungan harian ini secara langsung dari perangkat Android atau iOS Anda dengan aplikasi Renungan Oswald Chambers (ROC) dari SABDA.

Bukalah hati Anda untuk dibentuk melalui uraian firman Tuhan yang Anda renungkan bersama Oswald Chambers. Mari, unduh aplikasi Renungan Oswald Chambers (ROC) dan nikmati saat teduh Anda setiap saat melalui gawai Anda!

Temukan di App Store
Temukan di Google Play
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Konsel.
logo e-Konsel logo surel konsel@sabda.org
Facebook e-Konsel
Twitter @sabdakonsel
Redaksi: Davida, Lena, dan Markus
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org