Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/397

e-Konsel edisi 397 (13-6-2017)

Tanggung Jawab Konselor Kristen

e-Konsel -- Tanggung Jawab Konselor Kristen -- Edisi 397/Juni 2017
 
Gambar: Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I)

Publikasi Elektronik Konseling Kristen
Tanggung Jawab Konselor Kristen

Edisi 397/Juni 2017
 

Salam konseling,

Salah satu tanggung jawab yang diemban para konselor Kristen adalah memberi nasihat dalam terang pengajaran Alkitab. Meski sepertinya terlihat sederhana, tetapi kenyataannya tidaklah semudah itu. Jika para konselor tidak memiliki hikmat yang mendalam berdasarkan Alkitab, proses konseling justru akan menjadi serangkaian proses legalisme yang hanya bertujuan untuk melakukan peraturan-peraturan dalam Alkitab. Tidak ada proses yang mengubahkan hidup, hati, dan pikiran di dalamnya, dan konseli tidak akan mengalami perubahan mendasar yang sesungguhnya menjadi kebutuhannya. Untuk mengetahui salah satu sisi dari tanggung jawab konselor Kristen dalam proses konseling, edisi e-Konsel bulan ini menyajikan kolom Bimbingan Alkitabiah yang berisi tulisan tentang bagaimana memberi nasihat secara benar dalam proses konseling Kristen, serta kolom Tip yang memberi pengetahuan bagi para konselor tentang cara menangani pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Melalui kedua artikel tersebut, kiranya kita akan semakin diperlengkapi dalam pelayanan konseling Kristen, terutama untuk konseli yang benar-benar membutuhkan perubahan dan jawaban dalam pergumulan mereka. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati!

N. Risanti

Staf Redaksi e-Konsel,
N. Risanti


BIMBINGAN ALKITABIAH Nasihat Berdasarkan Alkitab

Seorang pria muda bergumul dalam depresi karena tidak bisa menolak melihat gambar porno dan dosa seksual lainnya. Sebanyak ia telah berusaha sendiri, dia tidak bisa melawan dan mengakui bahwa ia ketagihan. Konselornya mengatakan kepadanya untuk menggunakan filter pada komputer, dan dia melakukannya. Ketika tergoda untuk melihat gambar porno, dia diberi tahu untuk mengganti pikiran penuh nafsunya dengan pikiran yang saleh dengan merenungkan Filipi 4:8. Selanjutnya, untuk mengetahui pentingnya pengendalian diri, dia menghafal 1 Tesalonika 4:3-5. Yang terakhir, ia diminta untuk membuat jurnal setiap hari, mencatat keadaan yang membawanya ke dalam pencobaan dan bagaimana dia menanggapinya.

Sepasang suami istri berjuang dalam pernikahan, mereka ingin mengatasi perbedaan mereka dan memulihkan pernikahan mereka. Namun, pelanggaran telah menyebabkan kepahitan yang mendalam dan ketidakpercayaan satu sama lain. Mereka terbiasa menghakimi dan argumentatif satu sama lain. Kebiasaan lama susah hilang. Mereka saling menyalahkan. Konselor mereka mengajarkan bahwa sebagai orang Kristen, mereka harus mengampuni karena mereka telah diampuni. Langkah pertama adalah mempelajari bagian Alkitab tentang pengampunan dari Lukas 17:1-10. Selain itu, konselor mereka memandang perlu untuk membantu mereka belajar berkomunikasi secara alkitabiah, itu akan mencegah lebih banyak pelanggaran. Yang terakhir, konselor berencana untuk membimbing pasangan melalui studi dari Efesus 5:22-31 untuk menyampaikan peran-peran sebagai suami dan istri saat mereka belajar untuk saling percaya.

Elemen yang Hilang

Apakah Anda mengidentifikasi ada elemen yang hilang dalam nasihat tersebut?

Anda mungkin mengamati bahwa konselor-konselor itu mengajak konseli mereka kembali ke Alkitab saat membantu mereka untuk mendapatkan pengharapan atas pencobaan mereka. Anda juga mungkin mengenali konseli-konseli yang diperintahkan untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Mereka diberi pekerjaan rumah yang akan berguna dalam proses perubahannya.

Namun, bagaimana berhala diidentifikasi? Jika konselor gagal untuk mengekspos berhala dari hati dan motivasi berdosa, konseling menjadi legalisme, perubahan dengan melakukan hukum Taurat (Galatia 3:2-6). Konseli akan terus menyembah berhala mereka dalam satu perilaku atau lainnya, mengubah hanya cukup dengan melakukan aturan, atau dengan menunjukkan penampilan dari luarnya, sedangkan masih hidup untuk keinginan mereka sendiri.

Penyembahan: Inti dari Konseling

Mengapa penyembahan adalah inti dari konseling?

Apa pun yang kita sembah adalah tuan kita, dan kita menjadi budaknya. Namun, itu tidak akan tampak seperti perbudakan jika Anda menyukai apa yang mengendalikan Anda. Ambil contoh pemuda tadi. Dia awalnya tidak melihat bahwa keinginan sensual akan memperbudak dirinya, melainkan berharap bahwa itu akan membuat hidupnya lebih baik. Baginya, sensualitas menjanjikan vitalitas, kemampuan untuk memiliki kehidupan yang baik. Sensualitas dan kenikmatan menjadi tuhannya, yang pada gilirannya memperbudak dia (Yohanes 8:34).

Konselor-konselor di atas bisa lebih membantu konseli jika mereka menekankan arti menyembah dengan cara yang jelas dan praktis. Konselor cenderung menghabiskan banyak waktu dengan mengungkap masalah (Amsal 18:15; 20:5) dan mengajar konseli cara hidup yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab seperti yang ditemukan di Kolose 3:5, 12-15 dan Yakobus 1:22-25. Memang, ini diperlukan dan baik, tetapi masalah yang sebenarnya dalam hati manusia adalah penyembahan berhala (Yehezkiel 14:3; Ulangan 11:16). Konselor harus mendorong konseli untuk menyembah hanya Allah yang benar (Yesaya 45:5-7, 18-19). Diperlukan pergeseran paradigma secara utuh dari penyembahan berhala kepada hidup bagi Kristus saja jika menghendaki adanya perubahan sejati dan abadi.

Menjadi Penyembah yang Benar

Bagaimana kita membantu konseli untuk menjadi penyembah yang benar?

Pertama, identitas kita ditemukan dalam apa yang kita sembah (Mazmur 95:6-7) dan kita menyandang atribut apa yang kita sembah (Matius 25:31-46). Mereka yang menyembah Kristus (domba) memiliki atribut Yesus, memperhatikan kebutuhan orang lain. Mereka yang tidak menyembah Kristus (kambing), tidak memiliki atribut-Nya. Mereka mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi tertipu. Kita diciptakan menurut gambar Allah untuk mengenal dan melayani Dia (Kejadian 1-2). Pemuda tadi mengidentifikasi dirinya sebagai pecandu pornografi karena ia menyembah kesenangan. Pasangan tadi mengidentifikasi diri mereka sebagai korban satu sama lain karena mereka tidak pernah merasa aman di hadapan masing-masing. Mereka tidak melihat diri mereka, pertama dan terutama, sebagai penyembah Kristus yang mengikuti langkah-Nya dan bertumbuh dalam pengudusan.

Kedua, menyembah membantu orang untuk mencapai tujuan mereka. Penyembahan berhala pemuda itu membuatnya percaya bahwa hidup adalah tentang merasa enak. Pasangan ini meyakini bahwa tujuan mereka adalah untuk merasa aman dari kritik orang lain. Namun, tujuan kita sebagai orang percaya adalah untuk melayani Tuhan dengan ucapan syukur bersukacita, mengetahui bahwa Dia adalah Allah dan bahwa Dia baik (Mazmur 100). Hidup kita adalah tentang tujuan-Nya, bukan tujuan kita!

Ketiga, apa yang kita lakukan adalah refleksi dari apa yang disembah. Misalnya, Yesus mengatakan dalam Yohanes 14:15 bahwa kasih kita (penyembahan) kepada-Nya ditunjukkan melalui ketaatan kita. Apa yang Tuhan tuntut? Untuk bertindak adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Tuhan (Mikha 6:6-8). Pemuda dan pasangan itu semua berusaha untuk memperbaiki masalah mereka dengan mencari konseling, yang adalah baik (Mazmur 1). Namun, mereka harus memilih siapa yang akan mereka layani setiap hari, setiap saat ketika mereka tergoda untuk kembali ke kebiasaan-penyembahan berhala mereka.

Menyembah itu lebih dari sekadar ritual hari Minggu. Kita menyembah sepanjang hari, setiap hari. Untuk benar-benar membantu mereka yang datang untuk konseling alkitabiah, kita harus membimbing mereka untuk menanggapi cobaan dan godaan mereka dengan menyembah (Yakobus 1:2-4). Inilah sebabnya, mengapa Paulus mengatakan untuk melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31), yang merupakan ekspresi menyembah (Kolose 3:15-24). Ini adalah perubahan alkitabiah yang terbaik!

Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." (Mazmur 91:1-2) (t/Jing-Jing)

Audio: Nasihat Berdasarkan Alkitab

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Biblical Counseling Coalition
Alamat situs : https://biblicalcounselingcoalition.org/2011/12/01/true-biblical-counsel/
Judul asli artikel : True Biblical Counsel
Penulis artikel : Jeff Temple
Tanggal akses : 17 Mei 2017

 

TIP Menangani Pertanyaan yang Anda Tidak Tahu Bagaimana Menjawabnya

"Bagaimana Anda menangani situasi dengan rendah hati ketika konseli menyodorkan masalah yang Anda, sebagai konselor, tidak tahu bagaimana menjawabnya, tanpa merusak kepercayaan konseli dalam nasihat Anda?"

Ini adalah pertanyaan besar. Ini adalah sebuah pertanyaan besar karena menunjukkan ketegangan yang dihadapi konselor.

Bagaimanapun, bukanlah "nasihat Anda" yang paling penting. Anda adalah seorang utusan, bukan orang yang menulis pesan.

Pada satu sisi, ketegangannya adalah ketidaktahuan atau kurangnya pelatihan. Saya pikir, kita semua memahami bahwa kita tidak mengetahui segala sesuatu tentang Alkitab. Saya pikir, kita semua memahami bahwa kita tidak tahu bagaimana menjawab semua pertanyaan. Ketika kita bersikap rendah hati secara benar, kita tidak akan mengalami kesulitan mengakui bahwa kita adalah orang-orang yang bergantung pada Roh Allah dan firman Allah.

Pada sisi lain, ketegangannya adalah bahwa kita tidak ingin membuat konseli kita menolak konseling secara alkitabiah, dan yang lebih penting menolak Tuhan karena kegagalan kita. Dengan kata lain, kita tidak ingin kegagalan kita membuat orang berpikir bahwa Allah adalah kegagalan.

Jadi, apa yang kita lakukan?

Berikut adalah beberapa pemikiran, tanpa urutan tertentu yang mungkin bisa membantu.

  1. Berdoalah. Berdoa untuk Anda, untuk mereka, untuk kejelasan, dan untuk bantuan. Kadang-kadang, kita kehilangan ketergantungan kita dalam konseling kita. Tuhan terkadang mendatangkan kasus yang benar-benar menantang supaya kita mengingat bahwa Yesuslah Juru Selamat dan Tuhan, bukan Anda.
  2. Dalam kasus-kasus sulit ini, sering ada banyak hal yang Anda ketahui untuk dilakukan. Sebelum Anda berbicara tentang semua hal yang tidak Anda ketahui, bicarakan tentang hal-hal yang Anda tahu.
  3. Jadilah seorang yang terus belajar. Bacalah Alkitab, buku-buku konseling yang baik, buku-buku teologi yang baik, dan buku-buku bagus tentang PL dan PB. Dengan kata lain, teruslah berusaha untuk mengembangkan keterampilan Anda.
  4. Bertemanlah dengan seseorang yang dapat menawarkan bantuan kepada Anda sesekali. Dengan iman, kita menikmati hubungan satu dengan yang lain. Sesekali, kita mencari nasihat satu sama lain. Kadang-kadang, kita tahu apa yang harus dilakukan, tetapi kita ingin kepastian dari seorang mentor. Kadang-kadang, kita benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan dan kita membutuhkan saran untuk memulai.
  5. Kadang-kadang, Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan karena Anda tidak mendengarkan dengan cukup baik. Kami punya saran untuk itu, "ketika hal-hal menjadi tidak dimengerti, ajukan pertanyaan lain". Maksud saya adalah bahwa kadang kita tidak tahu apa yang harus dilakukan atau katakan karena kita tidak memahami konseli kita dengan cukup baik.
  6. Akuilah bahwa Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bagaimanapun, yang paling penting bukanlah "nasihat Anda". Anda adalah seorang utusan, bukan orang yang menulis pesan. Mungkin Anda harus meminta konseli Anda bicara kepada seseorang yang lebih rohani dan lebih berpengalaman daripada Anda. Menjadi rendah hati, terkadang, berarti mengenali batas-batas kemampuan Anda sendiri. Mungkin Tuhan akan menggunakan orang lain dalam hidup mereka.

Saya harap itu bisa membantu dan semoga Tuhan memberikan peluang besar untuk melayani-Nya pada hari-hari mendatang. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Faith Lafayette
Alamat situs : http://blogs.faithlafayette.org/counseling/2011/10/how-do-you-humbly-handle-a-situation-when-a-counselee-presents-a-problem-that-you-as-the-counselor-do-not-know-how-to-answer-without-undermining-the-counselees-confidence-in-your-counsel/
Judul asli artikel: : Handling the Question That You Don’t Know How To Answer
Penulis artikel : Rob Green
Tanggal akses : 13 Januari 2016

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Konsel.
konsel@sabda.org
e-Konsel
@sabdakonsel
Redaksi: Davida, N. Risanti, Elly, dan Odysius
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org