Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/351

e-Konsel edisi 351 (22-10-2013)

Istri dan Pelayanan

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

e-Konsel -- Istri dan Pelayanan
Edisi 351/Oktober 2013

Salam,

Sejak awal penciptaan, kehadiran seorang wanita memang memegang peranan penting 
di dunia. Sebagai seorang istri, wanita tidak hanya menjadi penolong suami, 
tetapi juga menjadi mitra kerja dalam melayani Tuhan. Akan tetapi, seorang istri 
harus memiliki pengertian yang benar tentang statusnya agar dapat menempatkan 
diri dengan tepat dalam memainkan perannya sebagai istri dan pelayan Tuhan. 
Sajian yang kami hadirkan bagi Anda dalam edisi ini, kiranya dapat menolong Anda 
dalam mendampingi para istri yang rindu melayani Tuhan tanpa menelantarkan 
keluarganya. Selamat menyimak dan membagikannya kepada sesama.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >


CAKRAWALA: MELAYANI TUHAN DI SAMPING SUAMI ANDA

Entah membagikan buletin gereja setiap hari Minggu atau bergabung dalam 
pelayanan internasional yang sangat besar, semua orang Kristen memang dipanggil 
untuk melayani Allah dan gereja-Nya sesuai dengan kapasitas masing-masing. Akan 
tetapi, kehidupan pernikahan memunculkan pertimbangan dan kesulitan lebih banyak 
ketika harus membedakan bagaimana dan di mana kita melayani. Dalam sebuah 
kutipan dari bukunya, "A Wife After God`s Own Heart", Elizabeth George 
memberikan nasihat kepada para istri untuk melayani Allah bersama pasangan.

Bagaimana seorang istri menolong suaminya dalam melayani Tuhan? Bagaimana 
seorang istri melayani Tuhan jika suaminya tertinggal di belakang? Dan, 
bagaimana seorang wanita melayani Tuhan jika suaminya bukan orang Kristen?

1. Mulailah melayani orang-orang yang ada di rumah terlebih dahulu.

Selama bertahun-tahun, saya memiliki moto pribadi yang saya pegang setiap kali 
saya mendapat kesempatan untuk melayani orang lain dan gereja saya. Moto 
tersebut berbunyi, "Jangan berikan sesuatu kepada orang lain sebelum Anda 
memberikannya terlebih dahulu kepada orang-orang di rumah Anda." Ungkapan ini 
mengingatkan saya pada prioritas yang diberikan Allah setiap hari. Saya harus 
melayani suami dan anak-anak saya, yaitu memberikan kasih sayang saya kepada 
mereka yang ada di rumah terlebih dahulu. Setelah itu, baru membagikannya kepada 
orang lain -- bukan sebaliknya. Saya tahu, mudah sekali membalikkan urutannya. 
Demikian juga dengan wanita-wanita lain seperti Anda dan saya. Sebagai contoh, 
akhir-akhir ini, saya berbicara dengan seorang wanita yang telah mengundurkan 
diri dari posisi ketua komisi kaum wanita di gerejanya. Mengapa? Dia mengatakan 
bahwa dia mengundurkan diri dari posisinya karena prioritasnya tidak jelas. Dia 
memberi tahu saya bahwa baginya lebih mudah dan lebih berguna melayani wanita-
wanita di gereja daripada memenuhi semua kebutuhan kedua anaknya yang sudah 
masuk pendidikan prasekolah dan suaminya yang ada di rumah.

Wanita lain yang melayani sebagai pemimpin musik dan pujian, serta penyanyi solo 
di salah satu persekutuan saya, meninggalkan persekutuan karena ia merasa 
bersalah akibat prioritasnya yang salah (bahkan, dia sudah berjalan ke telepon 
umum untuk menelepon suaminya dan meminta maaf kepadanya!). Lalu, ia memberi 
tahu saya bahwa tadi pagi, ketika dia berpamitan kepada suaminya sebelum 
meninggalkan rumah untuk menghadiri seminar "A Woman After God`s Own Heart", dia 
benar-benar ingin mengucapkan kata "berpisah". Dia memberi tahu suaminya bahwa 
dia tidak akan kembali, selamanya. Syukurlah, dia pulang ke rumah sepulang dari 
seminar "A Woman After God`s Own Heart"!

Dalam kedua kasus tersebut, wanita-wanita di atas memberikan apa yang jelas-
jelas tidak mereka berikan kepada keluarganya kepada orang lain. Namun, saya 
menyebut dua orang ini, "luar biasa!" karena mereka menyadari prioritas mereka 
yang salah. "Puji Tuhan!" mereka mau melakukan hal yang benar. Sebagai istri, 
Anda harus melayani suami Anda lebih dahulu sebelum melayani orang lain. Hal 
yang penting di sini bukan apa yang dipikirkan jemaat tentang Anda, tetapi apa 
yang dipikirkan keluarga Anda tentang Anda. Bukan apa yang dibutuhkan orang-
orang di gereja, tetapi apa yang diperlukan keluarga Anda di rumah. Itulah 
tugas, prioritas, dan hak istimewa istri!

Istri-istri yang terkasih, ketika orang-orang dan segala hal yang ada di rumah 
dirawat, dikasihi, dilayani, dan diurus baik-baik, hal itu juga akan terbawa 
ketika kita melayani di gereja, serta merawat dan memedulikan orang lain. Itulah 
yang dimaksud dengan istri yang berkenan di hati Allah.

2. Melayanilah dengan restu dan dukungan suami Anda.

Jika dan ketika Anda benar-benar ingin mendaftarkan diri dalam sebuah pelayanan 
atau menjadi sukarelawan untuk menolong beberapa urusan di gereja, tolong --
saya tekankan lagi, tolonglah -- mintalah izin kepada suami Anda terlebih 
dahulu. Hubungan Anda dengan suami Anda, kepatuhan Anda pada keinginannya dalam 
pernikahan Anda dan dalam kepemimpinannya atas Anda berdua sebagai pasangan, 
serta pelayanan Anda kepadanya harus "seperti kepada Tuhan" (Efesus 5:22) dan 
harus dilakukan "dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk 
manusia" (Kolose 3:23).

Saya secara pribadi membuat kebijakan untuk tidak pernah melakukan apa pun atau 
mengambil proyek apa pun tanpa meminta masukan, pendapat, ide, dan persetujuan 
suami saya, Jim. Ini bukan karena saya takut kepada Jim atau memandangnya 
seperti figur orang tua. Bukan. Saya melakukannya karena saya lebih menghargai 
hubungan dan persahabatan yang kami miliki sebagai pasangan daripada keinginan 
saya untuk melakukan apa yang saya inginkan. Jadi, jika waktu saya digunakan 
untuk pelayanan, demikian juga waktu Jim. Jika uang saya digunakan untuk 
pelayanan, demikian juga uang Jim. Jika stres saya memengaruhi (seperti stres 
yang saya alami ketika pertama kali mendaftarkan diri untuk mengajar di kelas 
Alkitab bagi kaum wanita), stres tersebut tertular terhadap hidup Jim juga.

Anugerah Allah mengalir seiring ketaatan saya terhadap standar Allah bagi saya 
sebagai seorang istri, yaitu untuk menghormati suami saya dengan menghormatinya 
terlebih dahulu (Roma 12:10), menganggapnya lebih utama daripada diri saya 
sendiri (Filipi 2:3), dan sedapat mungkin hidup dengan damai bersama suami saya 
(Roma 12:18). Oleh karena itu, saya meminta pendapat dan persetujuan Jim untuk 
segala sesuatu, termasuk kesempatan-kesempatan dalam pelayanan. Saya tidak 
pernah menginginkan diri saya berada pada posisi penting dalam pelayanan (dalam 
segala hal) tanpa dukungan suami saya. Maka dari itu, saya hanya melayani dengan 
restu dan dukungan suami saya. Dengan begitu, saya dapat melayani dengan hati 
yang lega. Mengapa? Karena saya tahu Jim memimpin, dan berdoa untuk saya. Kami 
bersama-sama menyediakan dan menetapkan sebagian waktu dan energi kami yang 
berharga untuk pelayanan, yang artinya ini merupakan pelayanan bersama. Tentu 
saja, setelah itu kami mengevaluasinya. Namun, saya lebih sering membuat 
komitmen pelayanan hanya jika di dalam hati saya tahu bahwa saya mendapatkan 
dukungan suami.

Apa yang harus dilakukan istri jika suaminya mengatakan tidak (percayalah kepada 
saya, Jim pun sering kali berkata tidak)? Jika Anda menjadi istri dari suami 
yang seperti itu, saya katakan Anda harus bersyukur kepada Allah. Suami Anda 
adalah kunci yang membantu Anda untuk tetap memegang prioritas karena masukannya 
dapat menjadi alarm ketika ada hal-hal yang tidak seimbang. Arahannya adalah 
cara Allah menuntun Anda. Jadi, ketika Jim mengatakan tidak, saya pribadi 
bersyukur kepada Allah untuk suami yang mau memimpin dan memberi tanggapan. 
Setelah itu, saya menolak kesempatan pelayanan tanpa sakit hati. Mengikuti 
kehendak Allah dengan mengikuti kepemimpinan suami membuat saya, dan pelayanan 
saya, tetap berada di tengah kehendak Allah. Pernyataan "tidak" dan "ya" dalam 
area pelayanan sama-sama merupakan kehendak dan arahan Allah.

3. Melayanilah sebisa Anda.

Ketika Jim dan saya mulai ke gereja sebagai pasangan Kristen, kami tidak tahu 
apa pun tentang bagaimana kami melayani Tuhan, tentang Alkitab, atau tentang 
karunia rohani. Namun, dengan hati yang bersyukur kepada Juru Selamat, kami tahu 
kami ingin melakukan sesuatu. Jadi, kami melakukan segala sesuatu yang dapat 
kami lakukan! Kami mencuci piring setelah beramah-tamah dengan orang banyak. 
Kami menata kursi, melipat kursi, menumpuk kursi, dan memindahkan kursi ke 
tempat ibadah. Kami meletakkan lagu-lagu himne di bangku gereja dan membersihkan 
debu di ruang ibadah. Kami mencuci cerek dan panci saat pertemuan berlangsung. 
Kami menyapa orang yang datang untuk beribadah, memimpin kelompok Pemahaman 
Alkitab di rumah kami, mengantar jemaat-jemaat yang sudah lanjut usia ke gereja, 
membangun stan-stan yang longgar untuk pekan raya anak-anak, mengecat dan 
membersihkan taman, dan membantu memasang langit-langit kantor ketika ada 
penataan ulang di gereja kami. Satu per satu, daftar pelayanan berbagai bidang 
terus ditambahkan. Kami tidak perlu memiliki keahlian khusus untuk mengerjakan 
pelayanan-pelayanan yang luar biasa ini. Kami hanya perlu melakukannya dengan 
hati yang melayani.

Berikutnya, setelah kami bertumbuh dalam pengetahuan akan firman Allah, 
pelayanan kami pun ikut berkembang. Kami mengikuti kursus pelatihan untuk 
menjadi konselor dan mulai melayani di ruang doa setelah ibadah. Kami mengikuti 
kelas penjangkauan penginjilan dan bergabung dengan pelayanan perkunjungan. Kami 
mengikuti kursus pelatihan untuk guru sekolah minggu dan mulai membantu melayani 
anak-anak di kelas-kelas. Kami mengikuti kelas pelatihan pemuridan dan mulai 
melayani orang lain satu per satu. Kami mengikuti beberapa kursus pemahaman 
Alkitab dan mulai membagikannya di kelompok-kelompok kecil. Dan, selama 
mengikuti semua pelayanan dan kelas-kelas serta mengalami pertumbuhan rohani, 
kami menggunakan rumah kami. Setiap orang, siapa pun mereka, akan disambut di 
rumah kami, baik orang-orang yang berasal dari tempat-tempat di sekitar kami 
atau dari daerah lain di seluruh dunia!

Akan tetapi, bagaimana jika suami Anda tidak menginginkan Anda untuk melayani 
dengan cara-cara seperti ini? Pertimbangkanlah apa yang dapat Anda lakukan dalam 
situasi Anda. Saya tidak dapat menyebutkan bagi Anda, berapa banyak wanita yang 
saya kenal, yang membuat kue untuk pelayanan ... dari rumah. Wanita-wanita yang 
menyiapkan makanan untuk orang lain ... dari rumah, yang menelepon untuk 
mengatur beberapa pelayanan atau mengecek orang-orang yang bertugas ... dari 
rumah, yang menulis surat-surat dan catatan-catatan yang menguatkan ... dari 
rumah, yang mengetik daftar informasi gereja ... dari rumah, dan tentunya yang 
berdoa untuk orang lain di gereja dan orang-orang di seluruh dunia ... dari 
rumah. Cara-cara untuk menolong dan melayani dari rumah benar-benar tidak 
terbatas -- apabila Anda memiliki hati untuk melayani Tuhan!

Akhir kata, melayanilah sebisa Anda! (t/S. Setyawati)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Crosswalk
Alamat URL: http://www.crosswalk.com/family/marriage/serving-the-lord-next-to-your-husband-1329676.html
Judul asli artikel: Serving the Lord Next to Your Husband
Penulis: Elizabeth George
Tanggal akses: 18 September 2013


TELAGA: PERAN WANITA DALAM PELAYANAN

Semua murid Tuhan Yesus adalah pria, tetapi sebenarnya, banyak pelayanan yang Ia 
lakukan bersama murid-murid-Nya ditopang oleh pelayanan para wanita.

Mari kita lihat secara spesifik beberapa tokoh Alkitab berikut ini.

a. Miriam, kakak perempuan Musa.

Miriam memainkan peranan yang sangat penting, kesuksesan Musa karena andil 
Miriam yang sangat besar. Seandainya kita tidak menghitung kuasa Tuhan, 
barangkali kalau tidak ada Miriam, Musa sudah hanyut di sungai. Namun, karena 
ada Miriam, Musa terhanyut masuk ke dalam istana Firaun.

b. Debora, barisan hakim-hakim.

Melalui tokoh ini, sangat kelihatan bahwa Tuhan tidak melihat jenis kelamin 
untuk mencari seorang pemimpin. Padahal, budaya pada waktu itu mengutamakan pria 
untuk memegang peranan, tetapi Tuhan memakai Debora untuk menjadi seorang hakim 
dan nabiah.

c. Ester, seorang ratu.

Dia bisa menjadi alat atau saluran untuk bisa menghubungi suaminya, sang raja, 
kemudian bisa mengubah berbagai peristiwa yang tadinya direncanakan dengan jahat 
oleh Haman. Akhirnya, karena keberanian Ester, ditambah dengan dukungan dari 
rakyatnya, dia bisa melakukan hal tersebut. Peranan Ester sangat penting 
sehingga satu bangsa terselamatkan. Kalau Ester tidak bertindak, kemungkinan 
besar keadaan bangsa Israel pada saat itu sangat-sangat terancam, bahkan bisa 
punah.

d. Yang lainnya lagi adalah peranan wanita-wanita seperti Maria Magdalena, 
Susana, dan Yohana dalam pelayanan Tuhan Yesus.

Bagi saya, yang menarik adalah mereka begitu setia melayani Tuhan Yesus, 
memberikan dukungan keuangan, dan sebagainya. Bahkan, Alkitab mencatat bahwa 
saat Tuhan Yesus berada di kayu salib, yang bersama dengan-Nya adalah para 
wanita tersebut. Merekalah yang pertama menjenguk kubur Tuhan Yesus dan yang 
pertama melihat Tuhan Yesus bangkit. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan begitu 
spesial memperhatikan wanita yang dianggap lemah, yang dianggap tidak ada apa-
apanya, khususnya pada zaman itu. Mereka diangkat ke posisi yang begitu tinggi, 
dihargai, dan dikenang oleh Tuhan sendiri. Itu adalah anugerah semata.

Sebagai kaum wanita yang memang terdesak dan dibatasi (meskipun seharusnya tidak 
seperti itu), yang perlu dilakukan untuk menghadapi hal ini adalah:

- Pakailah kesempatan yang sudah ada semaksimal mungkin.

- Jangan pasif, tetapi lebih aktif menciptakan kesempatan dan memakai 
  kesempatan.

- Jangan mengada-ada, tetapi tunjukkanlah bahwa apa yang Tuhan berikan dan apa 
  yang Tuhan bebankan dalam hati para wanita direalisasikan menurut kehendak-Nya.

- Bersandarlah pada kekuatan dari Tuhan dan tunjukkan kesetiaan kita di dalam 
  pelayanan sehingga orang dapat melihat bahwa wanita dapat melayani dengan bagus 
  dan konsisten.

Dalam Filipi 3:17, Rasul Paulus berkata, "Saudara-saudara ikutilah teladanku dan 
perhatikanlah mereka yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu." 
Sebagai wanita, kita perlu memberikan teladan yang indah sehingga orang di luar 
akan melihat kesaksian hidup kita, kesetiaan kita, dan kesanggupan kita. 
Akhirnya, mereka mau tidak mau harus mengakui sumbangsih yang telah diberikan 
oleh para wanita dalam pelayanan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: TELAGA.org
Alamat URL: http://www.telaga.org/audio/peran_wanita_dalam_pelayanan
Judul transkrip: Peran Wanita dalam Pelayanan (T069B)
Penulis: Esther Tjahja, S.Psi. & Pdt. Dr. Netty Lintang
Tanggal akses: 25 September 2013


Kontak: konsel(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Adiana
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
        

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org