Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/338

e-Konsel edisi 338 (9-4-2013)

Memperkenalkan Anak kepada Allah

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

e-Konsel -- Memperkenalkan Anak kepada Allah
Edisi 338/April 2013

Salam kasih dalam Tuhan,

Anak-anak adalah pribadi yang sangat mudah mengingat apa yang 
diajarkan oleh orang tuanya. Bahkan, hal-hal yang tidak diucapkan 
dengan kata namun terlihat dalam suatu tindakan, dapat mereka ingat 
dengan cepat. Sementara itu, apa yang mereka lihat dan dengar dari 
orang-orang di sekitar belum tentu pantas untuk mereka tiru. Oleh 
karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam mendidik dan memberikan 
pengasuhan kepada anak-anak. Sebagai orang tua Kristen, kebenaran 
Alkitab mutlak menjadi fondasi kita dalam membimbing anak-anak kita 
sehingga mereka terlindung dari pengaruh-pengaruh buruk dari pengaruh 
peradaban dunia zaman sekarang. Dengan mendidik anak-anak mengasihi 
Tuhan dan takut akan Allah, anak akan belajar memilah-milah apa yang 
harus ia lakukan dan apa yang harus dihindari. Selain orang tua, para 
konselor Kristen juga sangat perlu memahami nilai-nilai kebenaran 
dalam mendidik anak sehingga dapat memberikan saran yang membangun 
kepada para orang tua yang dilayani. Untuk memperlengkapi pelayanan 
Anda, e-Konsel bulan April ini menyajikan bahan-bahan bertemakan 
"Pengasuhan Anak" atau "Parenting". Dalam edisi pertama ini, sajian 
yang kami hadirkan adalah mengenai tugas orang tua dalam mengarahkan 
anak kepada Allah. Pastikan Anda terus menyimak artikel-artikel dan 
informasi yang kami siapkan.

Pada kesempatan ini, kami ingin memberitahukan kepada Anda bahwa 
jadwal penerbitan e-Konsel telah berubah. Mulai bulan April 2013, e-
Konsel terbit setiap hari Selasa minggu kedua dan keempat. Demikian 
pemberitahuan kami. Terima kasih atas perhatian Anda.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >


        CAKRAWALA: MEMBIMBING ANAK BERORIENTASI KEPADA ALLAH
                   Diringkas oleh: S. Setyawati

Jika kita amati, arah perahu layar sebenarnya tidak hanya ditentukan 
oleh arah angin, tetapi oleh keseimbangan dari layar. Ibarat memasang 
layar dalam perahu, demikianlah yang terjadi ketika kita 
memperkenalkan anak pada kebenaran Allah. Bagaimanakah respons anak 
terhadap pengaruh-pengaruh yang ada di sekitarnya ditentukan oleh 
orientasi anak kepada Allah.

Amsal 9:7-10 membedakan respons dari pencemooh dan orang bijak 
terhadap kecaman dan didikan, "Siapa mendidik seorang pencemooh, 
mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang 
fasik, mendapat cela. Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya 
engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan 
dikasihinya, berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih 
bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah. 
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus 
adalah pengertian." Ayat 10 menolong kita untuk mengetahui apakah 
seorang anak akan menjadi seorang pencemooh atau seorang bijak. Takut 
kepada Tuhanlah yang membuat orang menjadi bijaksana, dan hikmat yang 
menentukan bagaimana seseorang menanggapi koreksi atau kritikan.

Orientasi kepada Allah

Semua manusia mempunyai orientasi kepada Allah dan setiap orang pada 
dasarnya bersifat religius, termasuk anak-anak. Mereka adalah makhluk 
penyembah. Namun, siapa yang mereka sembah, Tuhan atau berhala?

Seperti orang dewasa, anak-anak tidak pernah bersikap netral. Namun, 
mereka perlu dibimbing agar dapat menyaring pengetahuan dari luar 
dirinya sesuai kebenaran ilahi. Roma 1:18-19 mengatakan, "Sebab murka 
Allah nyata dari surga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, 
yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Karena apa yang dapat mereka 
ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakan 
kepada mereka." Semua orang seharusnya mengerti kebenaran Allah dengan 
jelas, tetapi orang-orang yang tidak peduli akan Tuhan menindas 
kebenaran itu. Mereka tidak mau mengakui dan tunduk pada perkara-
perkara yang dikehendaki Allah. Seperti yang dikatakan Paulus bahwa 
kendati pun mereka mengenal Allah tetapi mereka tidak memuliakan Dia, 
sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan pada akhirnya menyembah 
berhala.

Lalu, bagaimana respons anak-anak Anda? Apakah mereka merespons Allah 
dengan iman atau menindas kebenaran-Nya dengan kejahatan. Jika mereka 
merespons Allah dengan iman, berarti mereka sungguh-sungguh mengenal 
Allah dan melayani-Nya. Jika mereka menindas kebenaran dengan 
kejahatan, maka mereka mungkin akan menyembah dan melayani ciptaan, 
bukan Sang Pencipta. Inilah yang dimaksud "berorientasi kepada Allah".

Memilih Antara Dua Jalan

Dalam kehidupan ini ada dua pilihan. Pilihan pertama adalah menyembah 
Allah yang sejati dan memiliki hati yang berorientasi untuk mengenal 
dan melayani Allah lebih baik. Pilihan kedua adalah menyembah berhala 
-- hal-hal yang bukan Allah dan tidak dapat memuaskan.

Bagaimana dengan keberadaan seseorang jika ia masih kecil atau anak-
anak? Anak-anak barangkali tidak menyadari komitmen keagamaannya, 
tetapi dia juga tidak bersikap netral. Karena Allah menciptakan anak-
anak segambar dengan rupa Allah, maka mereka dirancang dengan suatu 
kecenderungan untuk beribadah. Daud mengingatkan kita akan hal ini 
dalam Mazmur 58:4, "Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, 
sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat." Bandingkan dengan 
Mazmur 51:7, "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam 
dosa aku dikandung ibuku." Kedua ayat di atas menyatakan bahwa anak-
anak sejak dalam kandungan sudah mempunyai sifat suka melawan dan 
penuh dosa. Mungkin ada banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang 
berdosa ketika dia berbuat dosa, tetapi Alkitab menyatakan bahwa orang 
berbuat dosa karena dia adalah manusia berdosa. Hal ini juga terjadi 
pada anak-anak, mereka secara moral tidak pernah netral, bahkan sejak 
dari kandungan.

Jika demikian, apakah memukul pantat sebagai bentuk hukuman kepada 
anak itu benar? Ya, seperti dalam Amsal 22:15, "Kebodohan melekat pada 
hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari 
padanya." Maksudnya, orang tua harus membimbing anak jika ada sesuatu 
yang salah dalam hatinya. Pembimbingan orang tua perlu dilakukan bukan 
semata-mata untuk mengubah struktur rumah tangga, tetapi mengubah hati 
anak.

Hati Tidak Bersifat Netral

Karena hati anak-anak tidak netral, ia akan cenderung menyembah Allah 
atau berhala. Berhala-berhala yang dimaksud bukanlah patung-patung 
kecil, tetapi hal-hal yang mendominasi keinginan hati anak, misalnya 
rasa takut kepada orang, keinginan-keinginan jahat, berbagai nafsu, 
dan kesombongan. Selain itu, berhala zaman sekarang juga mencakup 
kecenderungan untuk berpikiran duniawi dan mencintai perkara-perkara 
yang rendah.

Anak-anak berinteraksi dengan pengalaman masa kanak-kanak berdasarkan 
kecenderungan mereka kepada Allah. Apakah mereka merespons kehidupan 
sebagai anak-anak beriman yang mengenal, mengasihi, dan melayani 
Tuhan, atau sebagai anak-anak yang bodoh, tidak mau percaya, tidak 
mengenal maupun melayani Dia. Yang terpenting adalah mereka memberikan 
respons, mereka tidak netral. Mereka bukan merupakan hasil penjumlahan 
dari semua hal yang kita masukkan ke dalam diri mereka, mereka 
berinteraksi dengan kehidupan. Hasilnya, anak dapat memiliki iman 
sesuai perjanjian yang sejati atau ketidakpercayaan karena ia 
mengikuti perjanjian dengan berhala.

Kepada Siapakah Anak Akan Beribadah?

Membesarkan anak bukan sekadar memberikan masukan-masukan yang baik, 
mengajak anak untuk menciptakan suasana rumah tangga yang konstruktif, 
dan membentuk anak yang memiliki hubungan harmonis dengan orang tua. 
Ada hal penting lainnya yang harus dilakukan, yaitu yang terkait 
dengan interaksi dengan Allah yang hidup.

Dalam perkembangannya, di satu sisi, anak bisa diarahkan untuk 
menyembah dan melayani Allah, serta memiliki pemahaman yang semakin 
berkembang tentang siapakah sebenarnya Allah itu. Namun di sisi lain, 
anak bisa juga mencari kehidupan yang terpisah dari Allah. Ketika anak 
menyakini dalam hatinya bahwa Allah itu tidak ada, dia telah menjadi 
penyembah berhala. Dalam hal ini, orang tua bertugas untuk 
menggembalakan si anak dan memperkenalkannya kepada Allah, satu-
satunya Pribadi yang layak disembah. Pastikan bahwa anak tidak semakin 
jauh tersesat. Segeralah menolongnya untuk kembali ke jalan kebenaran 
Tuhan.

Berbagai Pengertian yang Berguna untuk Membesarkan Anak

Sebagian besar buku "parenting" berusaha membantu kita untuk melakukan 
langkah terbaik dalam memberikan pengaruh positif untuk membangun 
karakter anak. Semua rahasia dan gagasan-gagasan kreatif, dan yang 
paling konsisten dari sudut pandang Alkitab diberikan untuk membentuk 
karakter anak yang lebih baik. Hal itu memang tidak salah, tetapi kita 
juga perlu memberikan pendekatan-pendekatan yang benar dan bijaksana 
terhadap penggembalaan anak dengan menjangkau hatinya (Amsal 4:23). 
Berdasarkan pemikiran ini, kita harus mengajarkan kepada anak-anak 
bahwa mereka dapat menemukan kepuasan dan kebahagiaan hanya jika 
mereka mengenal dan melayani Allah yang hidup.

Pada umumnya, setiap orang ingin memberikan pengaruh-pengaruh yang 
membangun dan yang terbaik kepada anak-anaknya, memiliki rasa 
kekeluargaan yang mampu menciptakan rasa aman dan nyaman bagi seluruh 
anggota keluarga, dan hubungan-hubungan berkualitas dalam keluarga 
yang sehat, sehingga anugerah dan belas kasihan Allah bagi orang-orang 
berdosa dan karakter-Nya dapat ditunjukkan. Hal ini sangat baik. Akan 
tetapi, perlu diingat juga untuk mengajar anak-anak menjaga kebenaran 
sesuai firman Tuhan. Apabila anak membuat kesalahan, kita berhak 
memberikan hukuman-hukuman yang pantas dan wajar kepada anak untuk 
mencerminkan pandangan Allah yang kudus terhadap dosa.

Sayangnya, fakta terkadang tidak terjadi seperti yang kita harapkan. 
Serapi dan sebaik mungkin kita menjaga kerukunan dan keharmonisan 
rumah tangga, ada saja kegagalan-kegagalan yang harus kita alami. 
Karena anak bukanlah sebuah produk dari pengaruh-pengaruh positif dan 
berinteraksi dengan semua hal yang terjadi dalam hidup, maka anak bisa 
saja merespons kebaikan dan belas kasihan Allah dalam bentuk iman atau 
dengan ketidakpercayaan. Bagaimana dengan anak-anak Anda? Apakah 
mereka semakin mengasihi dan percaya kepada Allah yang hidup, atau 
semakin mengamalkan berbagai bentuk penyembahan berhala dan 
mengandalkan dirinya sendiri?

Karena respons anak terhadap kehidupan ditentukan oleh orientasi 
hatinya kepada Allah, maka kita sejak dini harus mengajarkan kepada 
anak untuk memiliki hati yang mengasihi Tuhan dan menaati kehendak-
Nya. Jangan biarkan sifat mementingkan diri sendiri dan suka melawan 
otoritas yang ada dalam diri anak-anak sebagai sesuatu yang remeh dan 
hanya pencerminan dari ketidakdewasaan. Hal itu dapat berkembang ke 
arah yang lebih buruk jika kita tidak mengarahkan anak ke jalan yang 
benar.

Albert yang masih muda adalah anak yang suka mencuri. Dia bahkan 
berbohong pada saat-saat yang sulit. Dia sering mencuri uang orang 
tuanya, namun ayahnya tetap berpendapat bahwa perilakunya hanyalah 
cermin ketidakdewasaan (ketidakmatangan) anak-anak. Albert memang 
belum dewasa, tetapi itu bukan alasan bahwa dia tidak dapat dipercaya. 
Alasan dia tidak dapat dipercaya adalah karena dia adalah orang 
berdosa. Albert berusaha untuk menjadi berarti walaupun kehidupannya 
tanpa Allah. Melalui penyembahan berhala dalam bentuk perlawanannya 
terhadap otoritas atau kekuasaan Allah dan melalui ketetapan hatinya 
untuk menjadi penguasa bagi dirinya sendiri, dia menjadi anak yang 
tidak pantas dipercaya. Ayah Albert tidak dapat menolong anaknya, 
kecuali dia menyadari bahwa perilaku Albert mencerminkan hati yang 
telah menyimpang dari Allah. Hanya dengan pengenalan yang benar akan 
Allahlah yang dapat membuat anak tetap memiliki karakter yang benar, 
bukan sekadar memberikan pengaruh-pengaruh yang positif saja. Contoh 
yang dapat kita gunakan adalah Yusuf (Kejadian 50:19-21) dan gadis 
pelayan istri Naaman (2 Raja-Raja 5:6-7).

Kesimpulan: Hal utama yang perlu diingat orang tua adalah bijaksana 
dalam menata pengaruh-pengaruh yang positif, yang membentuk kehidupan 
anak-anak dan secara aktif menggembalakan hati mereka agar 
berorientasi kepada Allah. Jangan lupa untuk membawa anak-anak kita 
dalam doa agar Allah bekerja di dalam dan di seluruh upaya kita serta 
di dalam respons anak-anak kita, untuk menjadikan mereka orang-orang 
yang mengenal dan menghormati Allah.

Diringkas dari:
Judul buku: Shepherding A Child`s Heart: Menggembalakan Anak Anda
Judul asli artikel: Perkembangan Anak Saudara: Orientasi yang Mengarah kepada Allah
Penulis: Tedd Tripp
Penerbit: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002
Halaman: 47 -- 56


       STOP PRESS: PUBLIKASI E-DOA: MELENGKAPI PENDOA KRISTEN

Apakah Anda seorang pendoa? Anda membutuhkan sumber-sumber bahan untuk 
melengkapi pelayanan doa Anda? Anda membutuhkan pokok-pokok doa setiap 
hari?

Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > menerbitkan Publikasi e-Doa 
< http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip/ > untuk memperlengkapi 
pelayanan doa Anda. Dapatkan berbagai renungan, artikel, kesaksian, 
dan inspirasi dari tokoh-tokoh pendoa dalam e-Doa. Publikasi e-Doa 
rindu untuk memperkaya pendoa Kristen Indonesia dalam kehidupan 
rohani, memberikan memberikan inspirasi, dan penguatan iman.

Cara berlangganan mudah dan GRATIS! Kirimkan alamat e-mail Anda ke: < 
doa(at)sabda.org > atau < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > 
Dengan menjadi pelanggan e-DOA, otomatis Anda telah menjadi pelanggan 
untuk pokok-pokok doa dari Open Doors, 40 Hari Doa bagi Bangsa-Bangsa, 
dan Kalender Doa SABDA (KADOS). Bergabunglah sekarang juga!

Untuk mendapatkan bahan-bahan yang lebih lengkap, kunjungi situs Doa 
di: < http://doa.sabda.org >


Kontak: konsel(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Doni K.
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org