Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/216

e-Konsel edisi 216 (15-9-2010)

Mengasihani Diri Sendiri

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 216/15 September 2010

Daftar Isi:
  = Pengantar: Belenggu Mengasihani Diri Sendiri
  = Cakrawala: Mengasihani Diri Sendiri
  = Tips: Mengatasi Rasa Mengasihani Diri Sendiri
  = Bimbingan Alkitabiah: Ketika Mengasihani Diri Sendiri
  = Info: Pembukaan Kelas Natal November 2010: Pendidikan Elektronik
          Studi Teologi Awam (Pesta)

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Shalom,

  Mungkin semua orang percaya tidak asing dengan kisah orang Samaria
  yang baik hati (Lukas 10:30-35). Kisah ini tidak hanya memberikan
  pelajaran mengenai perbuatan baik, tetapi di dalamnya terdapat
  sebuah pelajaran yang sangat dalam dan penting bagi seorang konselor
  Kristen yang sedang membimbing konselinya untuk keluar dari rasa
  mengasihani diri sendiri. Dengan menolong orang lain, orang Samaria
  ini telah memutuskan untuk tidak dibelenggu oleh rasa kasihan
  terhadap diri sendiri sendiri karena dibenci dan kerap dilecehkan
  oleh orang Yahudi.

  Ya, topik yang dibahas dalam e-Konsel edisi ini adalah "Mengasihani
  Diri Sendiri". Anda dapat menyimak sebuah artikel yang telah Redaksi
  siapkan mengenai masalah yang mungkin sedang Anda atau konseli Anda
  hadapi ini. Jangan lupa, sebagai seorang konselor Kristen,
  prinsip-prinsip Alkitab harus selalu menjadi dasar dalam menjalankan
  tugas. Oleh karena itu, simaklah kolom Bimbingan Alkitabiah yang
  dapat menolong Anda ketika sedang mengalami atau membantu mereka
  yang sedang merasa kasihan terhadap dirinya sendiri. Selain itu,
  simak pula tip untuk mengatasi rasa kasihan terhadap diri sendiri.
  Kiranya menjadi berkat.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Davida Welni Dana
  < evie(at)in-christ.net >
  http://c3i.sabda.org
  http://fb.sabda.org/konsel

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                        MENGASIHANI DIRI SENDIRI

       Ketika saya membiarkan diri saya mengasihani diri sendiri,
       saya tidak berguna bagi Tuhan. Saya lumpuh ketika mata saya
       terpaku pada diri sendiri. Tidak ada kuasa Roh Kristus yang
       bekerja dalam diri saya, kecuali saya mengarahkan pikiran
       saya kepada-Nya.

  "Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah
  menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya
  kamu mengikuti jejak-Nya." (1 Petrus 2:21)

  Tidak ada waktu yang lebih saya benci daripada waktu ketika saya
  mengasihani diri sendiri. Mengasihani diri sendiri adalah bukti
  terkuat bahwa pikiran kita jelas-jelas kacau. Allah tidak pernah
  menciptakan pikiran kita untuk diri kita sendiri. Bahkan kita juga
  tidak disuruh untuk menguji diri kita sendiri, apalagi mengasihani
  diri sendiri.

  Mengasihani Diri Sendiri

  Beberapa tahun lalu saya ditangkap. Bagi saya, ini adalah salah satu
  cobaan terbesar untuk mengasihani diri sendiri. Saya sangat terkejut
  ketika para polisi yang tidak berseragam tersebut mengepung,
  memborgol, dan menyeret saya ke penjara. Saya berada di tiga penjara
  yang berbeda dalam 1 minggu. Saya menghadapi maksimum dua tuntutan
  masing-masing 99 tahun penjara. Saya tidak punya uang dan tidak
  punya perlindungan. Sudah tentu saya merasa sangat terancam.

  Walaupun jaksa penuntut umum akhirnya menyarankan kepada hakim agar
  membatalkan tuntutan tersebut (yang langsung dilaksanakan oleh sang
  hakim), peristiwa tersebut memakan waktu 10 minggu yang penuh
  misteri dan ketidakpastian sebelum saya akhirnya mengetahui hasilnya.

  Saya ingat perasaan saya. Saya tidak bisa membayangkan apa yang
  sedang terjadi karena saya hanya seorang diri di penjara. Saya
  berbaring di alas tipis di atas semen; saya menangis, saya berdoa,
  saya memupuk rasa kasihan terhadap diri sendiri. Saya tidak dapat
  tidur di tengah-tengah tangisan dan teriakan yang terdengar dari
  sel-sel lain. Sangat aneh, saya belum pernah merasakan hal ini
  sebelumnya. Rasanya seperti mimpi buruk! Benar-benar tidak nyata.
  Tetapi karena saya harus terus mengusir kecoak-kecoak dari tangan
  saya, saya baru sadar betapa nyatanya semua ini. Ini bukanlah sebuah
  mimpi!

  Dokter yang memeriksa saya sebelum saya masuk ke sel pertama menjadi
  panik setelah dia memeriksa tekanan darah saya. Dia meminta petugas
  menempatkan saya di sel yang dekat dengan posnya agar dia bisa
  menjemput dan memeriksa saya di kantornya sampai malam. Dia sangat
  memerhatikan saya terutama saat dia tahu bahwa saya pernah mendapat
  serangan jantung beberapa tahun sebelumnya.

  Setelah itu saya merasakan untuk kedua kalinya rasa mengasihani diri
  yang terburuk, yaitu ketika saya berada di penjara yang ketiga. Saya
  diberitahu bahwa seorang donatur yang sangat dermawan menyediakan
  uang 0,000 untuk menjadi jaminan bagi saya. Karena saya berpikir
  bahwa ketika mereka menjemput saya dari sel saya saya akan
  dibebaskan, maka saya sangat merasa terpukul ketika saya dipindahkan
  ke kota dan penjara yang lain sebelum uang itu datang.

  Di penjara ketiga inilah saya sangat marah dan kecewa. Saya
  dimasukkan ke sel yang mereka sebut "tangki" bersama sekitar lima
  belas pria lainnya. Sel itu cukup kecil dan semua orang terbaring di
  lantai sehingga untuk berjalan pun sulit. Saya mengambil posisi di
  bangku kecil yang terletak di ujung sel.

  Selama 12 jam saya duduk di ujung sel sambil menggerutu. Bagian
  belakang saya terasa nyeri. Bangku tersebut sangat tinggi sehingga
  kaki saya tidak bisa menyentuh lantai. Sungguh sangat tidak nyaman!
  Walaupun di penjara sebelumnya saya telah menjadi saksi Kristus
  lewat konseling dengan tahanan lainnya, di penjara ini saya terus
  menggerutu mengasihani diri sendiri sampai Tuhan mengubah persepsi
  saya.

  Allah berbicara

  Saat itulah Allah berbicara kepada saya, "Di manakah mahkota
  berduri? Aku tidak melihat darah. Di manakah paku? Aku tidak melihat
  salib. Di manakah hinaan dan cemooh? Aku tidak melihatmu dalam
  kondisi yang tidak nyaman. Kapan mereka mencambukmu? Apakah kamu
  menderita sebanyak yang kamu pikirkan?" Setelah itu, sikap saya
  akhirnya berubah dan saya memfokuskan pikiran saya tentang Dia yang
  menjadi inti dari semuanya. Di dalam sel itu, Dia mengizinkanku
  bersaksi kepada semua orang. Selama lebih dari 2 jam, saya menjawab
  pertanyaan-pertanyaan mereka dan mempersaksikan Kristus. Terkadang
  sel itu sunyi senyap sampai-sampai saya dapat mendengar suara napas
  mereka. Pada waktu lain, sel tersebut meledak dengan tawa.

  Ketika saya membiarkan diri saya mengasihani diri sendiri, saya
  tidak berguna bagi Tuhan. Saya lumpuh ketika mata saya terpaku pada
  DIRI sendiri. Tidak ada kuasa Roh Kristus yang bekerja dalam diri
  saya, kecuali saya mengarahkan pikiran saya kepada DIA. Saat saya
  "memikirkan hal-hal yang dari daging", tidak akan ada kesaksian-Nya
  lewat saya kepada orang-orang ini. Saya adalah satu-satunya orang
  Kristen di sel.

  Ketika saya mengarahkan pikiran pada "hal-hal yang di atas", saya
  mampu melakukan hal-hal yang sebelumnya saya anggap mustahil. Tuhan,
  dengan kemurahan-Nya, mengizinkan saya "menebus waktu" saya. Ketika
  pengacara saya akhirnya tiba dan nama saya dipanggil ke ruang
  konferensi, dan ketika saya melangkahi tubuh orang-orang yang ada di
  antara saya dan pintu sel, setiap dari mereka berkata, "Tuhan
  memberkatimu." Begitu saya tiba di pintu penjara itu, air mata telah
  mengalir di wajah saya. Saya berbalik dan mengangkat tangan saya ke
  langit dan berkata, "Kiranya Tuhan memberkati kalian dan
  mengungkapkan diri-Nya kepada kalian." Setelah saya selesai
  mengucapkan hal itu, sel itu penuh dengan orang yang berkata,
  "Jangan lupa doakan kami." Tangan melambai-lambai di jeruju-jeruji
  besi saat petugas mengantarku menuju kebebasan dengan uang jaminan.
  Aku mendengar mereka satu demi satu berseru, "Doakan saya!"

  Kemarahan Yesus

  Paling tidak tiga kali kemarahan Yesus menyala-nyala terhadap
  hal-hal yang sangat Dia benci: pada peristiwa penyucian Bait Allah,
  kecaman-Nya yang pedas terhadap kemunafikan orang-orang Farisi, dan
  pada peristiwa ketika Petrus berkata kepada-Nya untuk mengasihani
  diri sendiri.

  Iblis mencobai Yesus untuk mengasihani diri sendiri paling tidak
  sebanyak dua kali. "Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan
  dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah
  waktu itu Ia lapar. Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: `Jika Engkau
  Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.`" (Lukas 4:2-3) Yesus
  tidak mau mengasihani diri-Nya sendiri. Mengasihani diri sendiri
  juga tidak dibenarkan untuk kita.

  Ya, Yesus menolak ajakan untuk mengasihani diri sendiri. Yesus
  menegur Petrus dengan keras. "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
  sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
  Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Matius 16:23) Bisa
  Anda bayangkan Yesus menganggap kata-kata Anda berasal dari Iblis?
  Bayangkan bahwa Yesus mengatakan bahwa Anda adalah "batu sandungan"
  bagi Yesus!

  Mengapa Yesus memberikan teguran keras ini kepada Petrus? Apakah hal
  itu tidak terlalu berlebihan? Ketika Anda membaca catatan kaki ayat
  tersebut pada Alkitab King James Version, Anda akan melihat bahwa
  tanggapan Yesus yang keras menunjukkan ketidaksukaannya yang sangat
  mendalam terhadap rasa mengasihani diri sendiri.

  Inilah yang tertulis dalam catatan kaki tersebut: "Sejak waktu itu
  Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi
  ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,
  imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan
  pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor
  Dia, katanya: `Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu
  sekali-kali takkan menimpa Engkau.` (`Kiranya Allah menjauhkan hal
  itu` dalam bahasa Ibrani berarti `Kasihanilah diri-Mu sendiri`)."
  (Catatan kaki King James Version, Matius 16:22) Petrus meminta Yesus
  untuk mengasihani diri-Nya sendiri. Yesus tidak hanya diam saja
  mendengar hal itu, tetapi Ia juga menolaknya dengan teguran yang
  keras. Yesus tidak membiarkan pikiran mengasihani diri sekecil apa
  pun masuk ke dalam pikiran-Nya.

  Sebuah contoh lain atas penolakan Yesus terhadap rasa mengasihani
  diri sendiri adalah saat [para prajurit Romawi] meminta Simon [orang
  Kirene] membawa salib untuk Yesus. "Ketika mereka membawa Yesus,
  mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru
  datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya,
  supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus. Sejumlah besar orang
  mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan
  meratapi Dia.	Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai
  puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan
  tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!`" (Lukas 23:26-28) Yesus
  tidak mau mereka menangisi Dia dan merasa mereka telah berbuat
  sesuatu untuk-Nya. Tanpa Dia sebagai Juru Selamat mereka, mereka dan
  anak-anak mereka akan selamanya dipisahkan dari Allah. Yesus tidak
  mau menerima rasa kasihan mereka dan Dia memberikan perspektif yang
  benar bagi wanita-wanita ini dan bagi kita.

  Yesus dilahirkan untuk tujuan ini. Tidak ada ratapan dan tindakan
  apa pun yang dapat mencegah Yesus dari tekad-Nya mencapai
  tujuan-Nya. Cara kita satu-satunya melawan godaan hebat untuk
  mengasihani diri sendiri adalah dengan melakukan apa yang akhirnya
  saya lakukan di sel itu dengan semua orang di sana: "lihatlah kepada
  Yesus sang `Pencipta` dan `Penuntas` iman kita; yang demi sukacita
  yang ada di hadapan-Nya telah menghadapi salib, dan menanggung
  hinaan" Jika kita bisa mengalihkan pikiran kita dari diri sendiri
  kepada Yesus, hal ini akan membawa kita ke suatu tempat yang dapat
  membuat kita bersama-sama Paulus berkata, "Sebab aku yakin, bahwa
  penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan
  kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." (Roma 8:18)

  Dengan sikap ini, kita akan menjadi serupa dengan Allah. Taati
  Alkitab yang berkata kepada kita, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia
  ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."
  (1 Yohanes 2:6)

  "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala." (5:21) Terutama
  berhala mengasihani diri sendiri yang licik! (t/Uly)

  Diterjemahkan dan disunting dari:
  Judul artikel asli: Self Pity
  Nama situs: SingleVISION Ministries
  Penulis: A. Gene Veal
  Alamat URL: http://www.seegod.org/self_pity.htm

TIPS _________________________________________________________________

                MENGATASI RASA MENGASIHANI DIRI SENDIRI
                    Diringkas oleh: Evie Wisnubroto

  Berikut ini adalah empat tip untuk mengatasi rasa mengasihani diri
  sendiri:

  1. Putuskanlah untuk bangkit dan berjalan lagi dengan kekuatan dari
     Tuhan. (Kisah Para Rasul 3:3-8)
  2. Putuskanlah untuk bersukacita. (Kisah Para Rasul 16:22-26)
  3. Putuskanlah untuk menyerahkan diri dan situasi Anda kepada Tuhan.
     (1 Petrus 2:21-23)
  4. Putuskanlah untuk berbuat baik terhadap orang lain.
     (Lukas 10:30-35)

  Keputusan-keputusan ini tidak dapat diambil dengan sembrono karena
  tidak dapat dilakukan dengan kekuatan sendiri. Anda dapat mengambil
  keputusan tersebut jika Anda bersandar sepenuhnya kepada Tuhan. Jika
  Anda memutuskan untuk keluar dari rasa kasihan terhadap diri
  sendiri, ada sukacita yang tidak dapat diambil oleh siapa pun.

  Kisah Para Rasul 3:3-8

  Kisah Para Rasul 3:3-8 mengisahkan seorang lumpuh yang mengharapkan
  uang dari Petrus dan Yohanes. Namun Petrus dan Yohanes tidak
  memberinya uang, melainkan memintanya berdiri dan berjalan. Orang
  lumpuh itu diberi pilihan, apakah ia mau berdiri dan berjalan atau
  tidak?

  Anda pun dapat memilih untuk tetap mengasihani diri Anda atau
  bangkit serta berjalan lagi dalam iman dan dengan kuasa Roh Kudus.
  Bangkitlah, terimalah uluran tangan Tuhan melalui firman Tuhan,
  yaitu janji-janji penglepasan dan pemulihan. Proses berduka
  merupakan periode yang normal ketika Anda sedang terluka. Namun
  ingatlah, ada waktu untuk berhenti berduka. Anda harus bangkit dan
  berjalan lagi dengan kuasa Tuhan. Berjalanlah dalam iman,
  berjalanlah dalam pengampunan, dan berjalanlah sambil bersandar
  penuh kepada Yesus. Atau, Anda dapat memilih untuk terus mengasihani
  diri sendiri, namun hal itu akan menghalangi sukacita dari Tuhan
  untuk Anda.

  Kisah Para Rasul 16:22-26

  Meskipun Paulus dan Silas harus dilempar ke penjara karena melakukan
  pekerjaan dan perintah Tuhan, mereka tidak meratapi semua itu sambil
  mengasihani diri mereka. Di dalam penjara, mereka tidak memilih
  untuk berbaring dan menunggu kematian mereka. Mereka memilih untuk
  terus berdoa dan menyanyikan puji-pujian bagi Allah. Ya, mereka
  membuat pilihan untuk bersukacita.

  Apakah Anda juga pernah terluka karena kesalahan yang tidak Anda
  lakukan? Atau ketika Anda berbuat baik, orang lain malah menuding
  Anda telah berbuat jahat? Apakah saat ini Anda memilih untuk
  mengurung diri dalam penjara mengasihani diri sendiri karena rasa
  luka tersebut? Sadarilah bahwa pilihan untuk mengasihani diri
  sendiri adalah sebuah bentuk perbudakan yang mengerikan. Saya
  mendorong Anda untuk membuat pilihan untuk bersukacita. Ketika
  Paulus dan Silas menyanyikan pujian, Alkitab mengatakan bahwa
  tiba-tiba gempa mengguncang fondasi penjara itu dan semua orang yang
  terbelenggu pun bebas. Ketika Anda memilih untuk bersukacita, Roh
  Kudus akan menolong Anda karena hanya Dialah yang dapat memberikan
  sukacita itu.

  1 Petrus 2:21-23

  Kalaupun Paulus dan Silas memiliki hak untuk menikmati rasa
  mengasihani diri sendiri, maka terlebih lagi Tuhan kita Yesus
  Kristus. Dia, yang tidak berdosa telah dihina, dikutuk, dikhianati,
  disiksa, dan disalibkan dengan kejam sampai mati. Namun Dia tidak
  pernah berkata akan membalas semua penderitaan yang telah
  dialami-Nya. Yesus menyerahkan diri-Nya kepada Bapa yang menghakimi
  dengan benar. Yesus tidak pernah mengasihani diri-Nya sendiri.

  Ketika kita disakiti, pandanglah kepada Yesus yang merupakan teladan
  hidup. Jangan tinggal diam untuk mengasihani diri sendiri. Jangan
  pula bersumpah untuk membalas dendam pada musuh Anda. Hal tersebut
  hanya akan membuat Anda menjadi sama dengan mereka. Serahkanlah diri
  Anda, rasa sakit Anda, kekecewaan Anda, dan keresahan-keresahan Anda
  kepada Tuhan yang adalah setia dan bersedia bekerja dalam hidup
  Anda. Ketika Anda menyerahkan masalah kepada Tuhan, maka Anda telah
  membawa kepada Tuhan segala sesuatu yang dapat membuat Anda merasa
  kasihan pada diri sendiri. Itu juga berarti Anda telah menyerahkan
  hak Anda untuk menjadi pahit, Anda menyerahkan hak untuk membalas
  dendam, Anda telah mengangkat tangan Anda dan menolak segala bentuk
  upaya kekuatan diri sendiri. Anda menantikan Roh Kudus dan mengikuti
  jalan yang ditunjukkan-Nya.

  Lukas 10:30-35)

  Salah satu cara yang baik untuk melepaskan diri dari perangkap belas
  kasihan kepada diri sendiri adalah dengan membantu orang lain. Orang
  Samaria adalah keturunan campuran dan dibenci oleh orang Yahudi.
  Namun ketika orang Samaria yang murah hati tersebut menemukan orang
  asing yang terluka di tengah jalan, ia meluangkan waktu, tenaga,
  bahkan uang untuk menolong orang asing tersebut. Sebagai orang
  Samaria, mungkin ia sering mengalami pelecehan dan diksriminasi
  karena warisan dari nenek moyangnya. Mungkin dia juga telah dihina
  oleh orang Yahudi. Bahkan, mungkin dia juga pernah dipukuli. Jadi,
  mengapa ia mau repot-repot dengan orang asing ini? Dia sudah cukup
  menderita. Tetapi, orang Samaria ini tidak melewati orang asing yang
  malang itu. Dia mendekati orang asing itu dan meletakkannya di atas
  keledainya. Orang Samaria itu lalu membawa orang asing itu ke
  penginapan dan memberi petugas penginapan itu uang untuk merawat
  orang asing tersebut.

  Saya percaya, peristiwa ini merupakan saat-saat penting dalam hidup
  orang Samaria itu untuk memilih tidak mengasihani diri sendiri.
  Mengapa saya yakin bahwa dia telah memutuskan untuk tidak
  mengasihani dirinya sendiri? Jika seseorang terus-menerus hidup
  dalam rasa kasihan terhadap dirinya sendiri, maka mustahil baginya
  untuk merasakan iba terhadap orang lain. Jika Anda menolong orang
  lain ketika Anda sedang dalam keadaan terluka dan merasa kasihan
  pada diri sendiri, maka hal itu akan menguntungkan Anda. Pertolongan
  yang Anda berikan akan mengalihkan pikiran Anda, rasa sakit Anda,
  dan rasa kasihan Anda pada diri sendiri. Dengan melakukan hal itu
  pula, Anda sedang menyerahkan situasi dan masalah Anda sendiri
  kepada Roh Kudus untuk bergerak bebas dalam hidup Anda.

  Ambillah keputusan

  Apakah Anda pernah disakiti oleh seseorang? Apakah Anda pernah jatuh
  ke dalam perangkap rasa kasihan terhadap diri sendiri? Anda berpikir
  bahwa dengan mengasihani diri sendiri keadaan akan lebih baik? Jika
  demikian, sekarang waktunya untuk membuat beberapa keputusan.
  Putuskanlah untuk bangkit dan berjalan lagi; putuskanlah untuk
  bersukacita; putuskanlah untuk menyerahkan diri dan situasi Anda
  kepada Tuhan; serta putuskanlah untuk melakukan kebaikan kepada
  orang lain. Keputusan-keputusan ini tidak dapat diambil dengan
  sembrono karena tidak dapat dilakukan dengan kekuatan sendiri. Anda
  dapat mengambil keputusan tersebut jika Anda bersandar sepenuhnya
  kepada Tuhan. Jika Anda memutuskan untuk keluar dari rasa kasihan
  terhadap diri sendiri, ada sukacita yang tidak dapat diambil oleh
  siapa pun. (t/Davida)

  Diterjemahkan dan diringkas dari:
  Judul artikel asli: Self Pity
  Nama situs: FaithWriters
  Penulis: Michael Wogoman
  Alamat URL: http://www.faithwriters.com/article-details.php?id=109243
  Tanggal akses: 15 September 2010

BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________

                    KETIKA MENGASIHANI DIRI SENDIRI

       Masalah sesungguhnya yang terdapat dalam rasa mengasihani
       diri sendiri adalah karena kita menggantikan Allah dalam
       hidup kita dengan usaha yang berpusat pada diri sendiri
       untuk menangani rasa sakit itu.

  Beberapa ayat Alkitab yang berbicara tentang mengasihani diri sendiri

  1. Kecenderungan untuk bergantung selain pada Allah.

     Yesaya 31:1: Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta
     pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada
     keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang
     begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang
     Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN.

  2. Hanya Allah saja sumber kekuatan kita.

     Mazmur 57:2: Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab
     kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan
     berlindung, sampai berlalu penghancuran itu.

  3. Panggilan ilahi untuk berserah.

     1 Petrus 5:7: Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab
     Ia yang memelihara kamu.

  4. Suatu keputusan yang harus diambil semua orang.

     Amsal 3:5: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan
     janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

  5. Berkat berasal dari memercayakan diri.

     Mazmur 40:5: Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya
     pada TUHAN.

  6. Bila tidak ada pertobatan, ada kematian rohani.

     2 Korintus 7:10: Sebab dukacita menurut kehendak Allah
     menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak
     akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan
     kematian.

  7. Jalan ke arah pertobatan.

     Yakobus 4:9-10: Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan
     merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan
     sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan,
     dan Ia akan meninggikan kamu.

  8. Pertahankan sikap mementingkan orang lain.

     Filipi 2:4: Janganlah tiap-tiap orang hanya memerhatikan
     kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

  Bahaya Mengasihani Diri Sendiri

  Salah satu bahaya terbesar yang dapat menimpa kita saat dilanda
  kesedihan adalah terperosok dalam sikap mengasihani diri sendiri.
  Dan hal ini sangat mudah terjadi. Mengasihani diri sendiri adalah
  gejala "betapa malangnya aku". Kita merasa kasihan kepada diri
  sendiri dengan harapan agar sakit yang kita alami dapat berkurang.
  Orang yang berperasaan peka mudah sekali mengasihani diri sendiri
  karena mereka mudah terluka.

  Kepekaan adalah kemampuan untuk bersimpati dan merupakan sarana
  Allah agar kita bisa merasakan perasaan orang lain secara mendalam.
  Kepekaan adalah hal yang indah bila digunakan dengan cara demikian.
  Tetapi jika kepekaan itu membuat kita hanya memikirkan diri sendiri,
  ini bertentangan dengan rencana Allah bagi kita dan menjerumuskan
  kita dalam perasaan yang sangat menyedihkan.

  Masalah sesungguhnya yang terdapat dalam rasa mengasihani diri
  sendiri adalah karena kita menggantikan Allah dalam hidup kita
  dengan usaha yang berpusat pada diri sendiri untuk menangani rasa
  sakit itu. Kita tidak berpaling pada Allah dalam kesulitan kita dan
  membawa rasa sakit itu kepada-Nya. Kita lebih memilih pengobatan
  sementara yaitu dengan mengasihani diri sendiri. Kita merasa rendah
  diri, merengek, berkeluh kesah, mengadu, juga menuduh Allah
  melupakan kasih karunia-Nya kepada kita.

  Dalam kerangka berpikir yang berpusatkan pada diri sendiri ini, kita
  menganggap masalah kita yang kecil lebih serius dibandingkan
  malapetaka besar dalam kehidupan orang lain. Rasa kasihan yang kita
  curahkan kepada diri sendiri memang agak mengurangi rasa sakitnya,
  tetapi hal ini dilakukan dengan cara yang tidak melibatkan Allah.
  Mengasihani diri sendiri adalah kepekaan yang berubah menjadi
  egoisme; kita lebih memilih menangani rasa sakit itu dengan cara
  kita sendiri dibandingkan cara Allah.

  Satu-satunya cara untuk mengobati rasa mengasihani diri sendiri
  adalah dengan bertobat. Kita harus berpaling dari sikap keras kepala
  dalam menghadapi masalah hidup dan rasa sakit kita dengan kekuatan
  sendiri dan menyerahkan masalah itu kepada Allah. Setelah bertobat,
  barulah rasa mengasihani diri sendiri itu bisa disingkirkan.

  "Ya Allah, ampuni aku karena aku sering bersandar pada kekuatanku
  sendiri dan bukannya bersandar pada-Mu bila aku sedang mengalami
  masalah. Aku mau bertobat dari kecenderungan yang sangat tertanam di
  dalam diriku ini, dan berpaling kepada-Mu untuk mendapatkan
  penghiburan, kesembuhan dan pembebasan. Dalam nama Yesus aku berdoa.
  Amin."

  Diambil dan disunting dari:
  Nama situs: Indo Lead
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://sabda.org/lead/ketika_mengasihani_diri_sendiri
  Tanggal akses: 15 September 2010

INFO _________________________________________________________________

                 PEMBUKAAN KELAS NATAL NOVEMBER 2010:
           PENDIDIKAN ELEKTRONIK STUDI TEOLOGI AWAM (PESTA)

  Salah satu pelayanan YLSA adalah membuka Sekolah Teologi jarak jauh
  yang disebut Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA).
  Melalui kelas-kelas diskusi di PESTA, YLSA berharap dapat menolong
  memperlengkapi jemaat-Nya dengan pengetahuan teologi yang memadai
  dengan berlandaskan pada kebenaran firman Tuhan (Alkitab) sebagai
  dasar iman kristiani.

  Pada bulan November 2010, PESTA akan membuka kelas diskusi yang
  membahas topik-topik seputar Natal. Kelas Natal ini akan mempelajari
  pokok-pokok penting seputar peristiwa Natal. Para peserta pun dapat
  saling mendiskusikan makna Natal yang sebenarnya dalam kehidupan
  orang percaya. Jika Anda tertarik untuk mengikuti kelas diskusi ini,
  segera daftarkan diri Anda. Untuk keterangan lebih lanjut dan
  pendaftaran kelas PESTA Natal, silakan kirim e-mail ke admin PESTA
  di alamat berikut ini.

  ==>  kusuma(at)in-christ.net

_______________________________e-KONSEL ______________________________
Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan
informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling?
silakan kirim ke:
< konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel
Situs C3I: http://c3i.sabda.org
Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel
Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org