Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/195

e-Konsel edisi 195 (1-11-2009)

Pengangguran

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 195/1 November 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Pengangguran Sebagai Dampak dari Krisis Ekonomi
  = Cakrawala: Pengangguran
  = Bimbingan Alkitabiah: Ketika Di-PHK atau Menjadi Pengangguran
  = Tips: Bila Pengangguran Meningkat
  = Info: 1. Dapatkan Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org
          2. Semiloka Nasional "Profesionalitas dan Karakter Pendidik"
  
PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam dalam kasih Kristus,

  Salah satu dampak dari krisis ekonomi adalah PHK besar-besaran. 
  Kenyataan ini membuat kita harus menemukan atau menciptakan lapangan 
  pekerjaan baru yang belum dilakoni banyak orang. Memang, untuk 
  melakukannya tidaklah mudah, khususnya karena masalah ini juga 
  berimbas pada kondisi ekonomi keluarga. Di kala tidak ada pekerjaan, 
  pendapatan berkurang, bahkan tidak ada. Di sisi lain, kebutuhan 
  hidup terus berjalan dan harus dipenuhi.

  Meski demikian, sebenarnya ada banyak hal yang dapat kita lakukan 
  untuk menyiasati keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak 
  menjanjikan ini. Jangan menyerah sebelum mencoba apa yang bisa kita 
  lakukan. Allah akan selalu turut campur tangan dalam segala hal 
  untuk mendatangkan kebaikan serta hari depan yang penuh harapan. 
  Topik Pengangguran yang Redaksi angkat kali ini, kiranya menjadi 
  berkat bagi Anda. Selamat menyimak.

  Redaksi Tamu e-Konsel,
  Desi Rianto
  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  http://c3i.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/konsel

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                             PENGANGGURAN

  Istilah pengangguran memunculkan banyak citra: anak-anak telantar, 
  dapur umum, majikan yang kaya, kelambanan pemerintah, dan film 
  tentang "Great Depression" (Masa Depresi Hebat) ketika orang-orang 
  berjalan selama berjam-jam mencari pekerjaan. Dalam 
  gambaran-gambaran itu, tergantung pada nilai dan kepercayaan   
  seseorang, kecenderungannya adalah ingin menyalahkan seseorang atau   
  sesuatu -- bisnis, seseorang, atau politikus. Faktanya adalah banyak 
  negara terganggu dengan masalah tingkat pengangguran yang cukup 
  tinggi. Pada beberapa negara, tingkat pengangguran mencapai 12 
  persen, dan dalam kelompok umur tertentu, misalnya pemuda, mencapai 
  20 persen. Itu tidak termasuk orang-orang yang berjuang untuk 
  mencukupi kebutuhan pokok di banyak negara di benua Afrika. 

  Pada awal 1960, beberapa orang berpendapat bahwa sudah tiba saatnya 
  untuk sebagian besar orang tidak akan bekerja; sebagian kecil orang 
  akan diberdayakan dan menyediakan kebutuhan orang lain. Apa yang 
  sedang terjadi? Adakah batasan terhadap potensi atau kebutuhan untuk 
  bekerja di dunia ini? Apakah implikasinya sebagian dari penduduk 
  akan menjadi pengangguran dalam waktu yang lama? 

  Menjadi pengangguran tidak sekadar berarti "tidak memiliki 
  pekerjaan". Ketika suatu perusahaan melakukan pemutusan hubungan 
  kerja, pemecatan atau perampingan, orang yang terkena dampaknya bisa 
  terus melakukan pekerjaan rumah, menjadi sukarelawan di gereja dan 
  komunitas, dan mencari pekerjaan baru. Menganggur adalah keadaan 
  ketika seorang pekerja tidak mendapatkan gaji walaupun keinginan dan 
  kebutuhan terus ada. Bagi orang-orang di negara Barat, yang 
  identitasnya terikat erat dengan pekerjaan, pengalaman ini biasanya 
  menghancurkan; mereka merasa tidak berguna. Namun, pada tingkat 
  pribadi, menganggur adalah saat untuk meninjau dan mengenal secara 
  lebih dalam pekerjaan spiritual. Pada level sosial dan nasional, 
  menganggur merupakan masalah pelayanan, karena masalah ini 
  mencerminkan dosa sistematis dan kurangnya kreativitas sosial dalam 
  menyediakan kesempatan untuk semua penduduk menggunakan karunia dan 
  talenta mereka untuk kepentingan umum.

  Kenyataan Sekarang

  Dulu, pengangguran dianggap sebagai dosa besar. Sekarang 
  pengangguran sering dianggap tak terelakkan. Banyak pekerjaan kasar 
  hilang atau dialihkan ke pasar pekerjaan yang berbeda. Sementara, 
  dalam bidang pekerjaan halus yang dulunya nyaman, tiba-tiba terjadi 
  perampingan dan penyusunan ulang struktur suatu perusahaan. Istilah 
  baru seperti "kekurangan pekerjaan" kini masuk dalam perbendaharaan 
  kata. Apa artinya? Apa pengaruhnya? Apakah Alkitab mengatakan 
  sesuatu tentang hal ini?

  Pada beberapa bagian di dunia ini, pengangguran mencapai tingkat 
  yang tinggi, misalnya tingkat pengangguran di Nairobi yang mencapai 
  30 persen. Di kota-kota Dunia Ketiga, orang-orang bisa menghabiskan 
  waktu selama 7 tahun untuk mencari pekerjaan pertama mereka ketika 
  mereka pindah ke kota, karena daerah pertanian sekarang berkurang 
  menjadi jauh lebih sempit; sesuatu yang tidak produktif dan tidak 
  dapat lagi menopang suatu keluarga. Pengangguran di daerah seperti 
  ini lebih sulit diukur karena sebagian besar orang bisa mencukupi 
  beberapa kebutuhan sehari-hari mereka, seperti makanan dan tempat 
  tinggal, dari hasil pertanian mereka bila tidak terjadi kekeringan, 
  kelaparan, atau perang. Hidup di lingkungan global seperti kita ini, 
  masalah itu bukan hanya "masalah mereka" tetapi masalah kita juga. 
  Robert Kaplan mengungkapkan suatu gambaran pahit perbedaan 
  antarnegara:

    Bayangkan sebuah mobil limosin panjang di jalanan berlubang kota 
    New York, tempat para pengemis tunawisma tinggal. Di dalam limosin 
    itu adalah daerah-daerah pascaindustri berudara sejuk di Amerika 
    Utara, Eropa, negara-negara di Pesisir Pasifik, dan beberapa 
    tempat terpencil lainnya, dengan perdagangannya yang selaras dan 
    jalanan berteknologi komputer. Di luar limosin itu adalah sisanya; 
    umat manusia yang berjalan ke arah yang sangat berlawanan. (hal. 
    60)

  Di negara-negara industri dan pascaindustri, pengangguran memiliki 
  wajah baru. Bukannya mendapatkan kedudukan tetap selama hidup dengan 
  suatu perusahaan, sistem sekolah, atau kantor pemerintahan, sebagian 
  besar orang terus menghadapi perjuangan seumur hidup dari satu 
  pekerjaan ke pekerjaan lain. Perubahan dalam dunia kerja berjalan 
  lebih cepat daripada yang bisa ditanggung oleh banyak orang. Para 
  pekerja saat ini menghadapi tren yang tidak tentu: dari produksi ke 
  pelayanan, dari generalis ke spesialis, dari tugas-tugas yang 
  berulang-ulang ke intervensi (khususnya melalui komputer), dari 
  pendidikan usia khusus ke pembelajaran seumur hidup, dari pekerjaan 
  nyata ke pekerjaan yang tidak nyata, dan dari pekerjaan yang sulit 
  ke pekerjaan yang menyebabkan stres. Tetapi salah satu tren yang 
  paling mengancam adalah perubahan dari karier seumur hidup ke 
  beragam pekerjaan jangka pendek. Ini berarti bahwa sebagian besar 
  orang akan mengalami beberapa bentuk pengangguran dalam hidup 
  mereka, meskipun periode peralihannya singkat.

  Industri perbankan adalah studi kasus klasik. Pemberhentian kerja 
  dalam industri ini, khususnya melalui pengurangan tenaga kerja, 
  sepertinya tidak mengarahkan para tenaga kerja dalam bidang yang 
  sama, namun lebih kepada penggunaan pengalaman seseorang dalam 
  menangani keuangan dan orang-orang di bidang terkait, biasanya 
  dengan gaji yang lebih rendah. Dulu, dalam bimbingan kejuruan, ada 
  dilema "akan jadi apa saya nanti saat dewasa" di antara anak-anak 
  muda. Kini, hal itu menjadi disiplin seumur hidup. Kita juga harus 
  belajar melihat pengangguran itu sendiri sebagai disiplin rohani.

  Pengangguran dan Kemalasan

  Bagaimana seharusnya kita memandang pengangguran? Pengangguran ada 
  dalam Alkitab. Yesus menggambarkan para pekerja yang menunggu disewa 
  sebagai pekerja harian tanpa menguraikan moralitas orang yang 
  menunggu disewa atau mereka yang tidak disewa (Matius 20:1). Kita 
  bisa mendapatkan banyak referensi tentang orang-orang yang sengaja 
  tidak bekerja atau malas di dalam Alkitab. Jelas ini adalah dosa (2 
  Tes. 3:10-13). Meskipun sudah pensiun, orang-orang akan terus 
  bekerja melakukan pekerjaan rumah tangga dan menjadi sukarelawan 
  selama mereka mampu. Untuk orang kaya atau yang baru-baru ini 
  pensiun, menuruti kemalasan dan waktu luang yang terus-menerus itu 
  berbahaya bagi kehidupan rohani (Amsal 6:9-11, 10:5, 19:15, 24, 20:4).

  Ayat-ayat tersebut memang sudah jelas maksudnya, namun tentunya ada 
  perbedaan antara kemalasan belaka dan menganggur karena terpaksa. 
  Bila demikian, mengapa ayat-ayat tersebut tidak menyebutkannya? 
  Sebuah asumsi mengatakan bahwa pada zaman Alkitab, tidak ada 
  pengangguran struktural. Asumsi lain adalah bahwa pada masa itu, 
  selalu ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Dalam masyarakat agraris 
  yang terdiri dari beberapa petani, kedua asumsi tersebut tidak 
  diragukan lagi kebenarannya. Sebagian besar orang bekerja sendiri 
  (wiraswasta) dalam perdagangan atau bekerja sebagai petani dalam 
  konteks struktur keluarga besar tempat handai taulan dan sanak 
  saudara saling memelihara, khususnya selama masa paceklik, 
  kekeringan, dan kesulitan ekonomi. Alasan lain adalah tidak ada 
  definisi mengenai "pekerjaan" yang dirumuskan dengan saksama seperti 
  kita mendefinisikannya -- terpisah dari seluruh kehidupan. Pekerjaan 
  pada masa itu didefinisikan sebagai berbagai macam "pekerjaan" di 
  mana semua orang terlibat, sebagian besar dilakukan di rumah dan 
  oleh seluruh keluarga.
  
  Memang benar bahwa beberapa orang menjadi pengangguran karena 
  performa yang buruk dan kegagalan untuk terus belajar dalam 
  pekerjaan mereka. Orang-orang ini bisa jadi merasa bahwa menganggur 
  merupakan tantangan dari Tuhan untuk bekerja, mencari pekerjaan 
  penuh waktu, memeriksa alasan mengapa mereka benar-benar tidak bisa 
  "menyatu" dengan pekerjaan mereka atau bahkan penolakan mereka untuk 
  melakukan lebih dari yang diminta. Mereka yang menganggur perlu 
  berusaha mengolah suatu pekerjaan sebagai suatu perilaku. Kunci 
  prinsipnya adalah menuntut orang yang menganggur menganggap hal 
  mencari pekerjaan itu sebagai pekerjaan.

  Seseorang seharusnya memiliki disiplin yang sama dalam mencari 
  pekerjaan seperti memiliki pekerjaan yang rutin -- waktu mulai 
  bekerja, selesai bekerja, bersiap-siap bekerja, dan seterusnya. 
  Menjaga kerangka pikir bekerja secara aktif untuk memenuhi kebutuhan 
  yang terpenting -- bekerja -- merupakan hal yang penting. Selalu ada 
  alternatif dan pilihan. Ayah saya (Stevens), seorang eksekutif 
  bisnis, bekerja di divisi pengiriman pada saat perusahaan tempat dia 
  bekerja sedang dalam masa sulit. Ayah saya (Mestre) bekerja di suatu 
  perusahaan yang sedang berada pada masa-masa kejatuhan. Pekerjaannya 
  adalah mendesain, tetapi selama beberapa minggu dia ditugaskan untuk 
  membersihkan pabrik, karena itu adalah satu-satunya pekerjaan yang 
  ada. Usaha, tingkat kemampuan, dan perilaku adalah faktor kunci. 
  "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu 
  seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kolose 3:23). Ini 
  adalah ayat yang baik bagi mereka yang mencari pekerjaan dengan 
  bayaran yang tinggi dan bagi mereka yang merasa bahwa mereka 
  menganggur. Namun, bagi beberapa orang, penyebab pengangguran lebih 
  kompleks lagi. Bagaimana kita berpikir dan bertindak ketika seluruh 
  ekonomi kacau, ketika pengangguran jelas bukan hasil dari usaha, 
  perilaku, atau kemampuan seseorang?

  Pengangguran sebagai Sebuah Struktur Kejahatan

  Ketika suatu perusahaan bangkrut, ketika persediaan yang berlebihan 
  memaksa pemerintah mengurangi produksi hingga keadaan kembali 
  normal, ketika pasar bursa di Jepang turun dan seluruh ekonomi dunia 
  mengalami kemunduran besar, ketika ekonomi suatu negara membutuhkan 
  pengangguran struktural supaya dapat mempertahankan gaji yang 
  tinggi, kita menghadapi kenyataan yang jauh lebih kompleks.

  Menyuarakan pandangan dari banyak pakar ekonomi dan sosiologi, P.G. 
  Schervitch berpendapat bahwa statistik pengangguran "mengelakkan 
  berbagai interpretasi sederhana -- fakta sederhananya adalah bahwa 
  pengangguran bukanlah fakta yang satu dimensi" (Schervitch, hal. 2). 
  Sebenarnya orang yang kehilangan pekerjaannya karena tempat kerjanya 
  tutup mewakili kira-kira hanya seperempat dari jumlah pengangguran. 
  Para pekerja secara mengejutkan ternyata cepat mendapatkan pekerjaan 
  pertama mereka segera setelah diberhentikan. Sepertiga dari mereka 
  mendapatkan pekerjaan sebelum menjadi pengangguran (Daniel, hal. 3). 
  Para pekerja yang dipecat karena pengurangan pekerja secara 
  besar-besaran cenderung lebih mampu dan terampil, dengan catatan 
  kerja yang baik dan masa bakti kerja yang lama. Mereka terus melaju 
  ke posisi puncak. Mereka yang paling menderita adalah para pencari 
  kerja yang kurang menarik, misalnya mereka yang sudah lama terdaftar 
  sebagai pengangguran, orang-orang muda yang baru pertama kalinya 
  masuk ke dunia kerja, dan orang-orang yang kembali masuk ke pasar 
  kerja setelah menganggur selama beberapa waktu karena alasan 
  tertentu (Daniel, hal. 4)

  Bagaimana kita merespons hal ini? Bagian dari pelayanan Kristen kita 
  tidak hanya kepada orang-orang secara individu, tetapi juga kepada 
  struktur, organisasi, bangsa, serta pemerintahan dan otoritas. Kita 
  yang bekerja seharusnya membantu mereka yang belum bekerja agar 
  berinisiatif secara kreatif untuk mencari pekerjaan, berlatih 
  kembali, dan menjadi produktif lagi. Kita juga harus menegur 
  faktor-faktor sistematis yang menjadikan pengangguran masalah 
  sosial. Seperti yang seseorang pernah katakan, "Jadi, singkirkanlah 
  segala hal yang tidak menyenangkan Allah." Kehendak Allah adalah 
  bahwa suatu bangsa maju dalam menyediakan kesempatan bagi seluruh 
  warga negaranya untuk menggunakan karunia dan talenta mereka bagi 
  kepentingan umum.

  Naskah-naskah awal Kristen yang masih ada berisi teguran untuk 
  masyarakat Kristen supaya menyediakan pekerjaan bagi para petobat 
  baru. Thomas Aquinas lebih lanjut membahas masalah ini dengan 
  menunjukkan usaha-usaha para pengusaha untuk membuka lapangan kerja 
  dalam skala besar sebagai suatu tindakan yang sangat mulia (Goss_, 
  hal. 8). William Droel, aktivis pada masa itu, mengharapkan adanya 
  pemuridan publik:

     Semua pekerja -- yang bekerja, pengangguran, ibu rumah tangga,
     sukarelawan, pemimpin bisnis, dan para pelajar -- dipanggil untuk
     mempraktikkan hak suara mereka, kemampuan mereka untuk 
     memengaruhi, kekuatan mereka bersama dalam persatuan dan asosiasi 
     profesional, dan kesaksian mereka dalam pekerjaan untuk 
     memengaruhi kebijakan perusahaan, untuk memajukan 
     perundang-undangan, dan untuk mengatur mekanisme lain yang 
     bertujuan untuk membangun suatu ekonomi di mana semua orang yang 
     mau bekerja mendapatkan pekerjaan. Struktur ekonomi tidak muncul 
     dengan sendirinya. Orang-orang yang mendirikannya, 
     menggerakannya, dan mengaturnya. Oleh sebab itu, orang-orang yang 
     berpikir dan bertindak dengan tepat dapat membentuk dan 
     mengembangkannya. (Goss_, hal. 8-9).

  Kerohanian Para Pengangguran

  Tidak diragukan lagi, bagi para pengangguran, ada godaan yang harus 
  diatasi: jatuh dalam keadaan mengasihani diri sendiri, tenggelam 
  dalam anggapan bahwa ia adalah korban dari "sistem", menyimpulkan 
  bahwa mereka telah kehilangan harga diri mereka, malu di hadapan 
  keluarga, teman, tetangga, dan gereja. Seperti kebanyakan lainnya, 
  krisis ini merupakan bahaya dan kesempatan. Ada kesempatan untuk 
  menegaskan kembali identitas kita dalam konteks milik siapakah kita 
  ini daripada apa yang kita lakukan. Ada undangan untuk menemukan 
  kembali bagaimana Tuhan telah membentuk kita dengan talenta dan 
  kepribadian, yang cocok untuk berbagai pekerjaan, mungkin beberapa. 
  Ada disiplin bimbingan kejuruan dan pertumbuhan yang bisa muncul 
  dari mengeksplorasi apa yang bisa dipelajari dari diri kita sendiri 
  dari masa "menganggur" yang menyakitkan.

  Menjadi pengangguran bisa memberi pengaruh pada keluarga kita, 
  hubungan kita dengan gereja dan komunitas, karena orang yang terluka 
  melepaskan kemarahan dan frustrasi pada orang lain, atau merasa 
  tidak mampu bertemu dengan orang lain. Menjadi pengangguran bisa 
  menjadi kesempatan bagi kepahitan untuk tumbuh dalam hubungan kita 
  dengan Tuhan karena menyangkali bahwa kita adalah pekerja yang 
  berguna dan dibayar tinggi. Tetapi menjadi pengangguran bisa juga 
  menjadi alat untuk menguatkan relasi kita dengan Tuhan dan orang 
  lain ketika berusaha berdoa, menolong, dan menasihati orang-orang 
  yang terdekat dengan kita. Pekerjaan interior ini, bersama dengan 
  pekerjaan eksterior, yaitu mencari pekerjaan, bisa menyenangkan 
  Tuhan dan berkenan bagi-Nya (Kolose 3:23).

  Ada pilihan-pilihan sulit yang tak terelakan yang harus dibuat bila 
  kita diharuskan mendapatkan pekerjaan. Haruskah seseorang pindah ke 
  tempat lain di mana lapangan pekerjaan terus berkembang, atau apakah 
  bantuan bagi pengangguran itu merupakan hal yang mereka perlukan? 
  Apakah memberikan bantuan secara terus-menerus kepada seseorang 
  adalah lebih penting daripada membuat mereka dapat bekerja? Haruskah 
  kita mengerjakan apa yang ada, meskipun kita merasa tidak cocok atau 
  tidak termotivasi untuk melakukannya? Ini adalah 
  pertanyaan-pertanyaan lain yang perlu dipertimbangkan dalam konteks 
  komunitas Kristen yang peduli, misalnya sebuah kelompok kecil di 
  gereja. Hanya ada sedikit orang yang bisa mendapatkan pandangan 
  tentang kondisi mereka yang menganggur tanpa mendapatkan dukungan 
  dari masyarakat sekitar. Beberapa gereja dan komunitas memberikan 
  dukungan biaya bagi para pengangguran untuk bertemu dan membagikan 
  perjalanan kehidupan rohani mereka. Buku-buku, khususnya yang 
  berhubungan dengan kesedihan dan pengangguran, bisa menjadi bantuan 
  penting, begitu pula dengan retret sehari untuk berdoa dan refleksi 
  (Goss_, hal. 37-41). Sambil kita mencari pekerjaan, kita bekerja 
  dan melakukan beberapa pekerjaan internal yang bisa memutarbalikkan 
  tragedi pengangguran menjadi penemuan kecukupan di dalam anugerah 
  Tuhan. Sementara itu orang yang sudah mendapatkan pekerjaan bisa 
  berdoa mohon pengampunan atas dosa-dosa masyarakat dan dalam konteks 
  yang Tuhan telah tetapkan untuk kita -- guru, tetangga, warga 
  negara, pelaku bisnis, pegawai pemerintahan -- untuk melakukan tugas 
  kita dengan cara-cara yang tidak hanya mengembangkan diri kita 
  sendiri tetapi juga melengkapi orang lain. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: www.urbana.org
  Judul asli artikel: Unemployment
  Penulis: Michel Mestre and R. Paul Stevens
  Alamat URL: http://www.urbana.org/complete-book-of-everyday-christianity/unemployment
  

BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________

               KETIKA DI-PHK ATAU MENJADI PENGANGGURAN

  Referensi Alkitab:

  1. Kristus mengetahui dan merasakan setiap penderitaan kita (Ibrani
     4:15).
  2. Kemurahan akan mengalir memenuhi setiap kebutuhan (2 Korintus    
     12).
  3. Harga diri bukanlah sesuatu yang kita hasilkan, melainkan sesuatu
     yang dianugerahkan (Efesus 1:5-6).
  4. Rencana yang kekal sedang dinyatakan di dalam kita (2 Korintus
     3:18).
  5. Mengerti apa artinya menjadi Anak Allah (Roma 8:17).
  6. Identitas kita menjadi sempurna hanya di dalam Kristus (Kolose
     2:10).
  7. Tidak ada PHK atau pengangguran dalam gereja Tuhan (1 Korintus
     12:27).

  Tidak ada yang dapat lebih efektif menjerumuskan jiwa ke dalam
  keadaan tertekan atau putus asa daripada ketika di-PHK atau menjadi
  pengangguran. Pada waktu-waktu demikian, seseorang akan merasa putus
  asa, tidak berharga, tidak berguna, dan tidak penting. Seberapa
  besarnya perasaan-perasaan semacam ini akan berbeda-beda, tergantung
  dari mana kita menarik rasa harga diri kita, dari apa yang kita
  kerjakan atau dari siapa kita. Jika kita menariknya dari hal-hal
  yang kita lakukan (pekerjaan kita, profesi, penampilan, dan 
  lain-lain) ketika keadaan menghalangi kita untuk melakukan apa yang
  biasanya kita kerjakan, maka tanggapan emosi yang biasanya muncul
  adalah serasa hancur berkeping-keping. Mereka yang menarik rasa
  harga diri dari siapa diri mereka menyadari bahwa walaupun mereka
  tidak dapat lagi melakukan apa yang biasanya mereka lakukan (untuk
  sementara maupun untuk seterusnya), rasa harga diri mereka sebagai
  seorang pribadi tetap utuh dengan tanggapan emosional yang berbeda.
  Mereka akan merasa terguncang, namun tak akan hancur.

  Sejauh apa reaksi emosi kita berhubungan langsung dengan bagaimana 
  kita menerima dan mengevaluasi apa yang telah terjadi pada kita. 
  Inilah mengapa satu dari masalah yang paling sulit untuk diatasi 
  dalam hidup adalah pengertian dari mana sebenarnya harga diri kita 
  terletak -- di dalam siapa kita atau di dalam apa yang kita 
  kerjakan. Apa yang kita lakukan pada saat pekerjaan memang penting, 
  tetapi bukan segala-galanya. Hal yang paling penting dalam hidup, 
  dan yang menjadi faktor keseimbangan dari semua masalah dalam hidup, 
  adalah mengetahui dengan tepat siapa sebenarnya diri kita dan di 
  mana harga diri kita yang sebenarnya terletak. Sebagai seorang 
  Kristen, harga diri kita terletak pada fakta yang menyatakan bahwa 
  kita adalah milik Allah, bahwa kita adalah pewaris Allah yang akan 
  memerintah bersama Kristus (Roma 8:17). Memegang satu kebenaran ini 
  tidak akan menghentikan kita dari merasa tersakiti ketika kehidupan 
  menjadi sulit, tetapi dapat memberikan perbedaan antara merasa 
  terguncang dan hancur berkeping-keping.

  Doa:
  Bapa, aku bersyukur atas semua keahlian dan kemampuan yang telah
  Engkau berikan, tapi semua itu bukanlah segalanya. Engkaulah
  segalanya. Tolong aku untuk mulai sekarang mendapatkan sesuatu yang
  berharga dari-Mu saja dan bukan dari apa yang dapat kulakukan. Dalam
  nama Yesus. Amin.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Buku Pintar Konseling Krisis
  Judul asli buku: Your Personal Encourager
  Penulis: Selwyn Hughes
  Penerjemah: Genesis Team
  Penerbit: Bethlehem Publisher, 2002

TIPS _________________________________________________________________

                        BILA PENGANGGURAN MENINGKAT

  Apakah Anda pernah menganggur?

  Saya menjadi pengangguran ketika saya masih harus membiayai ibu saya 
  yang sudah janda dan lima adik perempuan di Argentina. Pada waktu 
  itu, goncangan besar menghantam negara saya. Saya tidak punya 
  pekerjaan, tidak mendapat pertolongan; saya tidak punya apa-apa!

  Apa yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen bila dia tidak
  bekerja?

  Pertama, terima keadaan Anda sebagai pengangguran, meskipun sulit, 
  dan percaya bahwa Tuhan menggunakan keadaan ini untuk kebaikan. 
  Alkitab mengatakan, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu yang 
  mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi 
  mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

  Kedua, dengan teliti, buatlah rencana bagaimana Anda akan 
  menggunakan waktu luang Anda. Di Efesus 5:16, kita diperintahkan 
  untuk menggunakan setiap kesempatan. Saya sarankan supaya Anda 
  menghabiskan dua jam pertama setiap harinya untuk mempelajari 
  Alkitab dan berdoa. Gunakan tiga atau empat jam berikutnya untuk 
  mencari pekerjaan dengan serius dan sistematis.

  Ketiga, layanilah orang lain. Gunakan waktu sore hari untuk gereja. 
  Bantulah mereka yang membutuhkan, kunjungi orang-orang yang sudah 
  lanjut usia, penginjil, orang-orang Kristen baru. Firman Tuhan 
  berkata, "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila 
  sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi 
  lemah." (Galatia 6:9)

  Keempat, bekerjasamalah bersama-sama sebagai keluarga untuk 
  menggunakan dengan kreatif apa yang sudah Anda miliki untuk 
  mencukupi kebutuhan Anda dan bahkan menolong orang lain. Bila Anda 
  memiliki tanah kosong, tanamilah. Bila Anda punya talenta tertentu 
  yang bisa digunakan untuk mendapatkan uang, gunakanlah. Bila kita 
  menghormati Tuhan dalam setiap bagian kehidupan kita, kita boleh 
  yakin bahwa Dia akan mencukupi semua yang kita perlukan. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: ChristianityToday.com
  Judul asli artikel: If Unemployment Strikes
  Penulis: Luis Palau
  Alamat URL: http://www.christianitytoday.com/moi/2001/004/august/18.18.html
         
INFO__________________________________________________________________

          DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG

  Bulan November telah tiba. Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan 
  pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah, 
  dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA 
  telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap 
  pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam 
  bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti 
  Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, 
  Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi 
  Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal, 
  Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal. 

  Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai 
  situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri 
  untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis 
  blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada 
  rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs 
  "natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari 
  kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi 
  berkat bagi kemuliaan nama-Nya.

  ==> http://natal.sabda.org/


      SEMILOKA NASIONAL "PROFESIONALITAS DAN KARAKTER PENDIDIK"

  Pendidik sebagai unsur pokok dalam dunia pendidikan menjadi kunci 
  utama untuk mencapai kemajuan dan pembaharuan dalam upaya 
  terciptanya generasi yang tinggi iman, ilmu, dan moral pada era 
  mendatang. Untuk itu, Yayasan Sekolah Kristen Indonesia (YSKI) dan 
  Yayasan Peduli Konseling Indonesia (Pelikan) mengundang para guru, 
  jemaat, dan pemerhati pendidikan untuk mengikuti semiloka nasional 
  pada:

  Hari, Tanggal: Jumat -- Sabtu, 13 -- 14 November 2009
  Tempat: Grand Candi Hotel, Jl. Sisingamangaraja No.16, Semarang
  Pembicara:
  1. Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, MEng. (Rektor UPH Jakarta)
  2. Rm. DR. Wiryono, SJ (Rektor Univ. Sanata Dharma Yogyakarta)
  3. Pdt. Julianto Simanjuntak, MDiv., MSi. (Konselor, Ketua LK3, dan
     Pendiri Yayasan Pelikan)
  4. Drs. Thomas Indradjaja, MM. (Manager YSKI Semarang)
  5. Dra. Soekarmini (Staff Teacher&s College UPH Jakarta)
  6. Rev. Tabita Kartika Ch., Ph.D. (Ass. Dekan Fak. Teologi UKDW
     Yogyakarta)
  7. Prof. J.T. Lobby Loekmono, Ph.D. (Dekan FKIP UKSW Salatiga)
  8. Siswanto, MSi., Psi. (YSKI Semarang)

  Tema-tema pleno dan kapita selekta, biaya kontribusi, dan informasi
  lainnya dapat dilihat di:
  ==> http://www.yski.or.id/
  ==> http://www.pedulikonseling.or.id/


_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org