Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/191

e-Konsel edisi 191 (1-9-2009)

Pria Idaman Lain dan Wanita Idaman Lain

______________________________e-KONSEL________________________________

	Milis Publikasi	Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________

EDISI 191/1 September 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Kesetiaan dalam Pernikahan
  = Cakrawala: Pria Idaman Lain dan Wanita Idaman Lain
  = Referensi: Artikel Terkait di Situs C3I
  = TELAGA: Setelah Perselingkuhan
  = Tanya Jawab: Suami Saya Punya Wanita Simpanan

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam dalam kasih Kristus,

  Kesetiaan adalah salah satu faktor terpenting dalam pernikahan. 
  Bahkan janji untuk selalu setia kepada pasangan, diucapkan di altar 
  ketika tali pernikahan mulai dijalin. Walaupun janji telah terucap, 
  mempertahankan janji itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. 
  Buktinya, perceraian sering terjadi dengan alasan hadirnya orang 
  ketiga dalam pernikahan. Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab 
  mengapa pasangan akhirnya berpaling kepada orang lain. Perlu 
  instrospeksi diri dari masing-masing pihak mengapa hal ini bisa 
  terjadi dan perlu usaha keras pula untuk memulihkan relasi yang 
  rusak karena masalah ketidaksetiaan ini.

  Mari simak sajian artikel-artikel dalam edisi kali ini untuk 
  mengetahui bagaimana kedua hal itu bisa dilakukan.

  Selamat membaca.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani
  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  http://c3i.sabda.org/

CAKRAWALA ____________________________________________________________

               PRIA IDAMAN LAIN DAN WANITA IDAMAN LAIN

  A. Pendahuluan

  Keadaan di sekitar kita makin berubah. Hal-hal yang tadinya ditutup
  rapat, sekarang mulai dibuka dan dibicarakan dalam forum terbuka.
  Bahkan masalah harta kekayaan seseorang mulai dibuka. Begitu juga
  dengan keberadaan Pria Idaman Lain (PIL) dan Wanita Idaman Lain
  (WIL). Sesungguhnya gejala tersebut sudah lama diketahui, bahkan
  sejak di Kitab Suci sudah disebut-sebut adanya WIL atau WML (Wanita
  Milik Lain). PIL kadang-kadang terdengar juga dari gosip, dan mulai
  lebih riuh sejak wanita mendapat kebebasan belajar dan bekerja,
  serta berkarya bersama para pria. Selain itu, timbul pula gejala
  yang disebut sebagai WML, yang sering diperlakukan sebagai milik
  sendiri untuk sementara saja. Baiklah gejala ini akan dilihat lebih
  lanjut tanda-tandanya.

  B. Sebab-sebab Mudah Jatuh Hati -- Jatuh Cinta

  1. Mudah Jatuh Cinta -- Tumbuh Cinta

  Wanita dan pria yang sama-sama bekerja di kantor, baik sebagai 
  sesama karyawan, atau sebagai atasan dan karyawan, setiap hari 
  berjumpa dalam keadaan "kemasan" baik. Sebaliknya, dengan pasangan 
  di rumah, biasanya mereka bertemu dalam keadaan lelah, kumal, serba 
  tidak "sedap" dipandang. Bahkan pertemuan bisa disertai 
  "nyanyian-nyanyian" tidak enak. Lama-kelamaan, keduanya lebih senang 
  berkumpul dengan teman sekerja. Setiap pertemuan dengan "teman 
  kerja" menjadi semakin akrab.

  2. Pendapat Naif

  Perasaan tertarik kepada pasangan (istri) sendiri makin memudar jika 
  ia semakin tua. Makin tua pasangan -- misalnya istri sendiri --
  makin ia kurang merangsang. "Rumput di kebun tetangga kelihatan 
  lebih indah daripada rumput di kebun sendiri". Begitu pun 
  sebaliknya, istri juga tidak terangsang lagi oleh berbagai macam 
  keadaan suaminya atau keadaan di rumah yang tidak memungkinkan. 
  Suasana yang tepat sangat penting bagi wanita. Suami atau istri yang 
  bekerja lebih banyak berada di luar rumah, lebih banyak berjumpa 
  dengan orang-orang yang penuh pengertian, selalu siap sedia untuk 
  menolong, akhirnya mereka menganggap orang-orang tersebut lebih 
  mengerti daripada pasangan di rumah.

  3. "Witing Tresna, Jalaran Saka Kulina"

  Karena sering bertemu, biasanya sering bersama, kemudian jadi 
  lengah, lalu timbul cinta. Jam kerja diulur-ulur karena waktu 
  istirahat bertambah panjang, sehingga waktu di tempat kerja juga 
  mengalami perubahan. Jam kerja di luar rumah meliputi jam istirahat 
  yang kadang-kadang termasuk jam "olahraga" pribadi (private) yang 
  tidak boleh dilakukan di muka umum. Masalah di rumah dihadapi dengan 
  sisa waktu yang tinggal diisi dengan istirahat malam, sehingga 
  istri/suami di rumah harus puas dengan pasangannya yang sudah 
  mengantuk dan ingin cepat-cepat tidur.

  4. Sukses Menjadi Godaan

  Ketika seseorang semakin sukses, sudah mencapai kedudukan paling 
  top, dia merasa semua juga harus "ngetop", padahal umur sendiri 
  sudah hampir mencapai "top" karena sebentar lagi akan pensiun. 
  Menjadi bos yang paling top, berarti istrinya juga harus paling 
  "ngetop". Sekarang ini, banyak ibu yang mencari pengganti (nurse, 
  babysitter) bagi anak-anaknya. Apakah ini menjadi jalan keluar (way 
  out) yang baik bagi anak-anak dan bapaknya? Apakah mungkin timbul 
  gejala baru, sehingga "babysitter" berdwifungsi menjadi 
  "fathersitter". Gejala lain bisa timbul bagi mereka yang tidak makan 
  siang di rumah. Sesudah makan siang, agar tidak mengantuk, mereka 
  melakukan olahraga berdua: "sex after lunch!" Bagaimana 
  mempertanggungjawabkan keadaan ini karena hal ini pasti akan 
  berlanjut dan selalu berjumpa lagi dan seterusnya sehingga bisa 
  disebut juga "bobo siang bersama" (BSB) ataupun "seks di siang 
  bolong" (SDSB).

  5. Masalah Pernikahan

  Pernikahan merupakan suatu kebersamaan yang harus dijaga
  kelanggengannya. Pada umumnya, pengalaman yang enak dan menyenangkan
  akan diulang-ulang, maka perlu diusahakan adanya keadaan-keadaan dan
  pengalaman yang enak dan menyenangkan dengan orang yang sama, yaitu
  pasangan sendiri. Jangan mencoba mencari pasangan lain untuk
  mencoba-coba hal, keadaan, atau perbuatan yang menyenangkan. Setiap
  hal dicoba dan dilatih berdua. Makanan yang kita makan sehari-hari
  sebetulnya merupakan bahan yang sama. Makanan yang disajikan dengan
  cara yang lain, akan menarik. Demikian pula makanan dengan bahan
  sajian yang sama tetapi olahan yang berbeda akan terasa lain dan
  tidak membosankan. Selalu harus diingat bahwa:

  I am a one woman man	     --------------     I am a one man woman
  (Saya adalah seorang  			(Saya adalah seorang
  pria dengan satu istri)                       wanita dengan satu
                                                suami)
          |________________________________________________|
                                   |
                        Many ways to one love
                (Banyak jalan menuju satu cinta kasih)

  6. Masalah Setengah Umur: 40 tahun -- 50 tahun (Mid-Life Crisis)

  Masalah ini dihadapi bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah sampai 
  puncak karier berkaitan dengan umur. Bila sudah sampai pada batasan 
  umur yang sudah ditetapkan, mau tidak mau harus mempersiapkan diri 
  untuk turun. Ada beberapa orang yang menyikapinya dengan 
  mempersiapkan tugas-tugas baru yang tidak berkaitan dengan karier, 
  ada juga yang membuat peraturan-peraturan yang aneh-aneh untuk tetap 
  menampilkan "kemampuannya" atau kedudukannya. Sering terlihat adanya 
  pria yang mau menjalin hubungan cinta dengan orang-orang yang muda. 
  Mereka mau membuktikan bahwa kedudukannya masih bisa dipegang. 
  Tetapi bagaimana seandainya sudah melepaskan jabatan? Kedudukannya 
  akan ditinggalkan, begitu juga pacar mudanya akan meninggalkannya. 
  Pada akhirnya ia kembali menjalani tahun-tahun akhir dengan 
  istri/suaminya.

  7. Masalah Kepribadian

  Kepribadian dan perkembangan kepribadian sulit diubah. Begitu juga 
  dengan seseorang yang sejak masa remaja sudah mencari dan mendapat 
  kesempatan untuk mencicipi seks di luar nikah, ia agak sulit untuk 
  mengubah arah dorongan-dorongan yang bersangkutan ke satu arah: satu 
  suami/satu istri. Anak perempuan yang sejak muda sudah menjadi 
  "perek" sulit untuk mengubahnya menjadi "a one man woman". Namun 
  demikian, masih lebih mudah mendidiknya menjadi "a one man woman" 
  bila dibandingkan dengan pria yang harus dididik untuk menjadi "a 
  one woman man" kalau pria tersebut sudah terbiasa sejak muda 
  mencicipi wanita-wanita. Kadang-kadang terlihat juga adanya wanita 
  atau pria yang sudah mengalami perubahan berkaitan dengan kepuasan 
  yang diperoleh dalam bentuk yang tidak wajar, misalnya masokisme 
  atau sadisme.

  C. Upaya Mengatasi Masalah

  Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, kita perlu bersabar dan
  bijaksana dalam bertindak, seperti:
  1. Perlu upaya menjauhkan diri dari godaan dan kesempatan untuk
     berhubungan dengan lain jenis yang bukan milik kita.
  2. Jangan pergi berdua mencari kenikmatan dalam kesempatan yang
     dibuat-buat.
  3. Perlu menjauhkan tindakan ultimatum yang dapat merusak keutuhan
     keluarga.
  4. Jauhkan benda-benda yang berhubungan dengan kenangan-kenangan
     yang terlarang.

  Untuk memahami perilaku menyeleweng yang dilakukan suami, maka kita
  perlu mengetahui penyebab penyelewengan mereka, yaitu:

  a. Pemuasan Dorongan Primitif

  Penyelewengan timbul untuk memuaskan dorongan primitif, yakni 
  dorongan yang mendasar pada sistem kebutuhan manusia yang 
  menitikberatkan semata-mata prinsip kenikmatan dan kepuasan. 
  Penyelewengan memang lebih banyak berkembang dari masalah seks, 
  meskipun pada kasus-kasus tertentu, penyelewengan muncul karena 
  kebutuhan kehangatan dalam hubungan pribadi (companionship). 
  Penyelewengan dalam bentuk petualangan seks muncul dengan tujuan 
  untuk mencari sesuatu yang baru. Rutinitas dalam hubungan intim 
  suami istri dirasakan bagai sayur yang kurang asin dan karenanya 
  suami ingin mencoba dan memperoleh sayur dengan ramuan lain. 
  Penyelewengan seks juga dapat terjadi karena seseorang memunyai 
  dorongan dan intensitas seks yang kuat yang merasa kurang 
  memperolehnya dari istri sendiri. Jadi, pada dasarnya penyelewengan 
  terjadi karena suami merasa tidak memperoleh kepuasan dalam hubungan 
  intim suami istri.

  b. Persepsi yang Keliru

  Penyelewengan muncul karena adanya persepsi yang salah mengenai ciri 
  kejantanan, peran, dan tanggung jawab selaku suami. Ada anggapan 
  bahwa pria memunyai kodrat berpoligami, sehingga boleh berbuat 
  sesuka hatinya. Pria bersifat memberi (buktinya "phallus" dan 
  ejakulasi sebagai simbol memberi sesuatu kepada wanita -- wanita 
  hanyalah tempat menampung, artinya pasif), jadi pria lebih aktif. 
  Wanita harus selalu siap (all weather), sedangkan pria tergantung 
  kemauannya. Pria menganggap kejantanan adalah kehebatan, dan harus 
  selalu diperlihatkan dan dibuktikan. Ini tentu adalah dalih untuk 
  membenarkan diri, menutupi kesalahan, dan menjauhkan diri dari rasa 
  bersalah (guilty conscience).

  c. Masalah Perkawinan

  Dalam kehidupan pernikahan, masalah penyesuaian diri, toleransi, 
  tenggang rasa, dan berbagai masalah yang menimbulkan ketegangan, 
  pada hakikatnya tidak mungkin dihindarkan, karena suami istri 
  merupakan dua pribadi yang berbeda. Keadaan demikian harus diatasi 
  dengan kemauan dari kedua belah pihak dan tidak dibiarkan 
  berlarut-larut atau tidak terselesaikan. Dengan adanya ketegangan, 
  kemarahan, kekecewaan, kemurungan, ini akan memudahkan munculnya 
  keinginan untuk melarikan diri (escape mechanism) dengan tujuan 
  memperoleh keseimbangan.

  d. Kesempatan

  Pertimbangan hasil penalaran dan moral mudah rontok karena adanya
  kemudahan (misalnya keuangan) yang membuahkan nalar sederhana bahwa
  apa saja dapat saya lakukan. Demikian juga kalau kegiatan pokok
  terlalu sedikit, maka waktu untuk melakukan keisengan terbuka lebar
  dan dapat saja menggoda dan mengusik munculnya dorongan-dorongan di
  luar nilai moral, bahkan nilai sosial. Karena kesempatan terbuka
  lebar ketika berada di luar kota, jauh dari bayang-bayang istri,
  maka terusiklah benteng pertahanan diri yang kadang-kadang runtuh
  juga. Demikian pula kalau ada kesempatan atau peluang emas 
  berulang-ulang, karena hubungan akrab seperti antara seorang bos 
  dengan sekretarisnya atau antara mereka yang merupakan mitra kerja 
  dan sering bertemu dalam suasana dekat dan akrab.

  e. Ketegangan dan Substitusi

  Kehidupan yang ditandai oleh kekerasan dan ketegangan dalam upaya 
  meniti karier dan mencapai jenjang jabatan dan status yang lebih 
  tinggi atau materi yang didambakan, mudah menimbulkan ketegangan 
  terus-menerus. Dalam hal seperti ini, orang mudah tercebur dalam 
  kegiatan yang disangkanya akan memberikan ketenangan dan kepuasan 
  batin, namun sering keadaannya justru terbalik, yaitu menciptakan 
  ketegangan baru. Substitusi dalam bentuk upaya untuk menyeimbangkan 
  diri sering kali membawa seseorang pada penyelewengan-penyelewengan 
  yang kadang-kadang alasannya tidak semata-mata karena seksual, namun 
  lebih daripada itu.

  D. Menangkal Keinginan Menyeleweng

  Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
  
  1. Kekuatan Iman

  Kemantapan iman adalah benteng utama pertahanan diri pada seorang
  pria atau wanita untuk menangkal rangsangan dan tantangan negatif
  yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar dirinya.

  2. Membina Hubungan Suami Istri yang Serasi

  Upaya secara aktif dari suami untuk menciptakan hubungan serasi
  dengan istri, sangat diperlukan. Dalam hal ini, perlu keterbukaan
  agar masing-masing memahami kekurangan, kelemahan, dan kesediaan
  untuk berubah dan mengubah diri, sejauh diperlukan, untuk
  menciptakan suasana penuh kedamaian, keakraban, dan kehangatan.

  3. Pemantapan Kepribadian

  Setiap orang yang telah mencapai tingkat kedewasaan, tingkat 
  kematangan, harus mampu mengembangkan fungsi pikiran dan 
  mengendalikan emosi dan mampu menemukan cara untuk mengatasi 
  kelemahan yang ada, termasuk menghadapi tantangan atau rangsangan 
  yang negatif, baik upaya dari diri sendiri maupun bantuan dari orang 
  lain.

  4. Menghindari Kesempatan

  Menjauhkan diri dari godaan dalam bentuk apa pun akan lebih baik dan
  karena itu tidak perlu berdalih bahwa saya pasti kuat dan tidak akan
  tercebur atau terlibat lebih jauh. Kesempatan dan peluang adalah
  momok yang tampaknya sederhana, namun dalam kenyataannya banyak
  menyeret pria ke dunia penyelewengan.

  5. Menemukan Cara Penyaluran

  Karena sulitnya menghindar dari kenyataan yang menggoda 
  (temptation), maka setiap orang harus menemukan dan memunyai 
  cara-cara penyaluran yang tepat, khususnya untuk meredam 
  pikiran-pikiran negatif yang mendorongnya melakukan penyelewengan. 
  Cara penyaluran tentunya disesuaikan dengan minat dan hobi pribadi 
  yang tidak menimbulkan dampak negatif, tetapi menimbukan nilai 
  kepuasan yang cukup.

  Daftar Kepustakaan
  1. Berscheid, E. and B. Campelll. (1981). The Changing Longevity of
     Heterosexual Close Relationships. In M.J. Lerner & S.C. Lerner
     (Eds.). The Justice Motive in Social Behavior. New York Plenum.
  2. Blumstein, P. and P. Schwartz. (1983). American Couples: Money,
     Work, Sex. New York Morrow.
  3. Brecher, E. (1984). Love, Sex and Aging. Boston: Little Brown.
  4. Brubaker, T. (1983). Family Relationship in Later Life. Ca: Sage.
  5. Bruin, O.G. (1977). Theories of The Male Mid-Life Crisis. In N.
     Schlossberg & A. Entine (Eds.). Counseling Adults. Monterey, Ca:
     Brooks/Cole.
  6. Calderone, M.S. and E.W. Johnson. (1981). The Family Book about
     Sexuality. New York: Harper & Row.
  7. Essex, M.J. & S. Nunn. (1987). "Marital Status and Loneliness
     among Older Woman: The Differential Importance of Close Family
     and Friends". Journal of Marriage and The Family, 49, 93 -- 106.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman
  Penulis: Dra. Yulia Singgih D. Gunarsa
  Penerbit: PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta 2000
  Halaman: 30 -- 38

REFERENSI ____________________________________________________________

                     ARTIKEL TERKAIT DI SITUS C3I

  Artikel-artikel ini masih berkaitan dengan topik PIL dan WIL, dan
  bisa disimak di situs C3I, khususnya di Fokus C3I September 2005.

  ==> http://c3i.sabda.org/taxonomy/term/499/9

  Dan judul-judul artikel-artikel yang bisa disimak, yaitu:

  1. Perselingkuhan
     ==> http://c3i.sabda.org/perselingkuhan

  2. Krisis Karena Suatu Hubungan Gelap
     ==> http://c3i.sabda.org/krisis_karena_suatu_hubungan_gelap

  3. Bimbingan untuk Pasangan yang Terlibat Perzinahan
     ==> http://c3i.sabda.org/bimbingan_untuk_pasangan_yang_terlibat_perzinahan

  4. Suamiku Tidak Setia
     ==> http://c3i.sabda.org/suamiku_tidak_setia

  5. Poligami
     ==> http://c3i.sabda.org/poligami

  6. Dicari Suami yang Setia
     ==> http://c3i.sabda.org/dicari_suami_yang_setia

TELAGA _______________________________________________________________

  Perselingkuhan selalu membawa dampak yang besar terhadap relasi 
  pernikahan. Meskipun bisa diselesaikan, sering kali membutuhkan 
  waktu dan proses untuk memulihkan relasi. Berikut ringkasan 
  perbincangan dengan Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. tentang masalah-masalah 
  yang biasa timbul setelah perselingkuhan.

                       SETELAH PERSELINGKUHAN

  T: Ada beberapa pasangan yang setelah melewati masalah
     perselingkuhan ternyata timbul masalah komunikasi suami istri.
     Mengapa bisa demikian?

  J: Pada masa badai selingkuh menerpa, umumnya kita bersatu padu
     melawan sasaran yang sama, yakni si orang ketiga. Setelah ancaman
     itu lenyap, kita kembali melihat ketidakcocokan yang telah
     membuka pintu perselingkuhan. Pernikahan kita bisa tetap utuh,
     tetapi ketidakcocokan masih ada, dia masihlah orang yang egois,
     kalau marah seenaknya, tidak memikirkan perasaan orang lain,
     tidak memedulikan anak-anaknya, dan sebagainya. Inilah yang
     sering kali terjadi, kita melihat kembali masalah yang sama.
-----
  T: Bukankah mereka biasanya bertekad untuk memperbaharui kehidupan
     pernikahan mereka dan melupakan yang di belakang?

  J: Masalahnya adalah sebetulnya mereka mencoba melupakan "problem"
     dengan perempuan atau pria lain tersebut. Ketidakcocokan yang
     sudah ada di antara mereka tidak terselesaikan dengan sendirinya.
     Terkadang pasangan suami istri beranggapan bahwa setelah
     perselingkuhan, maka relasi mereka akan bertambah baik,
     seolah-olah ketidakcocokan yang dari awalnya sudah ada akan
     lenyap dengan sendirinya. Kenyataannya, ketidakcocokan itu tetap
     ada.
-----
  T: Bukankah itu bisa menjadi pemicu untuk berselingkuh kembali 
     dengan orang yang sebelumnya diselingkuhi?

  J: Betul sekali. Itu sebabnya memutuskan relasi selingkuh tidak
     mudah, karena pada umumnya selingkuh itu dipicu oleh masalah
     suami istri itu sendiri, kemudian terlibatlah orang ketiga. Kalau
     ingin diputuskan, pertama, harus putuskan relasi dengan orang
     ketiga tersebut. Kedua, yang sangat berat, adalah mengharmoniskan
     kembali relasi nikah itu sendiri. Adakalanya pasangan suami istri
     gagal melewati ujian yang berat ini dan tergoda untuk kembali
     selingkuh.
-----
  T: Saran apa untuk mengatasi masalah seperti ini?

  J: Kita harus menyadari bahwa ketidakcocokan itu tidak pudar dengan
     berakhirnya perselingkuhan. Inilah masanya membereskan masalah.
     Jangan sampai lari dari masalah atau menutupi masalah. Akui kita
     memunyai masalah ketidakcocokan. Mintalah bantuan pihak konselor
     atau hamba Tuhan untuk menolong menyelesaikan masalah kita.
-----
  T: Biasanya, orang yang berselingkuh itu memunyai rasa bersalah
     yang besar sekali terhadap pasangannya, sehingga dia tidak berani
     mengambil inisiatif ke konselor?

  J: Memang perlu kematangan dari kedua belah pihak untuk mengakui
     bahwa ada masalah yang memicu perselingkuhan. Adakalanya,
     misalkan si suami yang berselingkuh, setelah melepaskan pasangan
     selingkuhnya dan mau membereskan masalah dengan istrinya, si
     istri tidak siap, membutakan mata terhadap masalah yang sudah ada
     dan hanya fokus pada adanya orang ketiga. Jadi, perlu kematangan,
     keterbukaan untuk mengakui masalah. Jangan sampai kita tidak mau
     mengakui bahwa kita berandil dalam masalah rumah tangga kita dan
     hanya melemparkan tanggung jawab pada pihak ketiga.

     Langkah berikutnya adalah mereka harus bertahan. Target pasangan
     adalah menyelamatkan pernikahan. Setelah badai selingkuh itu
     lewat, kita baru menyadari luka dan kebutuhan-kebutuhan yang tak
     dipenuhi oleh pasangan gara-gara berselingkuh dengan orang lain.
     Kita marah sekali karena baru menyadarinya. Sekarang pernikahan
     sudah selamat, pasangan kita tidak lagi bersama selingkuhannya,
     kita merasa lebih aman, lebih bebas mengungkapkan kemarahan.
     Biasanya memakan waktu berbulan-bulan bahkan beberapa tahun untuk
     pasangan yang dilukai mengeluarkan uneg-uneg,
     kemarahan-kemarahannya. Kalau tidak tahan dan bijaksana dalam 
     menghadapi gejolak emosi ini, pernikahan akan mengalami krisis 
     yang kedua, krisis pascaperselingkuhan.
-----
  T: Apakah ada masalah lain yang timbul setelah perselingkuhan itu
     bisa diatasi?

  J: Badai selingkuh acap kali mengobrak-abrik struktur rumah tangga.
     Jika sebelumnya kita berada di bawah kekuasaan pasangan kita,
     mungkin sekali sekarang kita sejajar dengannya, atau
     kebalikannya, mungkin dia dulu berada di bawah kendali kita,
     sekarang dia berada di atas kita. Mengapa? Karena setelah dia
     berselingkuh, kita menyadari bahwa kita salah telah mengabaikan
     kebutuhannya, dan sekarang kita takut kehilangan dia. Perubahan
     struktur ini menuntut penyesuaian peran, perubahan hak, tanggung
     jawab. Dulu bebas berbuat apa saja, berkuasa atas pasangan, tapi
     sekarang tidak lagi memunyai wibawa dan otoritas itu. Sering
     kali kita ingin kembali ke posisi semula. Namun justru ini yang
     tidak bisa lagi dilakukan, kita harus menerima fakta bahwa
     sekarang semuanya telah berubah. Ini adalah proses untuk
     menumbuhkan kembali kepercayaan pasangan. Kadang kala pasangan
     nikah tidak bisa menerima perubahan struktur ini dan akhirnya
     timbul goncangan babak kedua dalam pernikahan mereka.
-----
  T: Setelah mereka bisa mengatasi itu semua, bagaimana seharusnya
     sikap pasangan suami istri ini terhadap pihak ketiga yang
     kadang-kadang masih melintas dalam kehidupan mereka?

  J: Memang tidak semua situasi sama. Misalkan, pasangan selingkuhnya
     itu adalah rekan sekerjanya. Kadang-kadang seseorang tidak
     memunyai banyak pilihan untuk bekerja di tempat lain. Idealnya
     adalah melepaskan pekerjaannya supaya tidak bertemu dengan mitra
     selingkuhnya, tapi hidup tidaklah seideal itu meskipun itu yang
     terbaik. Si korban selingkuh mungkin saja menuntut pasangannya
     untuk lepas dari pekerjaannya karena takut akan terulang lagi.
     Namun semua keputusan harus dipikirkan matang-matang, jangan
     tergesa-gesa, didasari oleh emosi sesaat, perlu melihat apakah
     ada pilihan yang baik. Jangan sampai gara-gara mau melepaskan
     diri dari mitra selingkuh akhirnya malah tidak mendapatkan
     pekerjaan dan menjadi masalah bagi pernikahan.
-----
  T: Bagaimana kalau mitra selingkuh itu masih sering berhubungan?

  J: Dia harus menjaga batas, tidak ada lagi pertemuan di luar jam
     kantor, tidak lagi membicarakan masalah pribadi, keluarga.
     Benar-benar harus menahan diri untuk memutuskan relasi emosional
     itu. Setiap hal yang terjadi di tempat pekerjaan, harus
     dibicarakan dengan pasangannya di rumah, sehingga pasangannya
     tidak usah mencari tahu. Bukankah dia tidak senang kalau 
     diinterogasi oleh pasangannya, jadi sebelum diinterogasi, 
     ceritakan terlebih dahulu sehingga pasangan kita menyadari bahwa 
     kita jujur, terbuka.
-----
  T: Sering kali pasangan yang dikhianati mengungkit-ungkit kembali
     masalah-masalah perselingkuhan itu.

  J: Sampai waktu tertentu, memang diperbolehkan dan memang sehat, 
     karena kemarahannya masih tersisa. Berikan waktu antara setahun 
     sampai dua tahun untuk pasangan kita mengalami gejolak emosi itu. 
     Jangan balas bicara, jangan coba menjelaskan. Saat pasangan kita 
     marah atau menangis, menuduh kita, dengan tenang dengarkan dan 
     mintalah maaf. Selalu katakan begitu. Jangan membela diri, sebab 
     hal itu malah akan semakin memanaskan hatinya.
-----
  T: Apakah ada firman Tuhan untuk masalah ini?

  J: Amsal 22:4, "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah
     kekayaan, kehormatan dan kehidupan." Dua hal dari firman Tuhan
     ini adalah kerendahan hati dan takut akan Tuhan. Kalau kita
     rendah hati dan takut akan Tuhan, maka tidak ada selingkuh. Namun
     kalau sampai kita jatuh ke dalam dosa selingkuh, dosa perzinahan,
     dan kita ingin bereskan kembali, bangun kembali rumah tangga 
     kita, maka kuncinya adalah rendah hati, mau menerima perubahan, 
     peran baru, mengalami keterbatasan, mengakui kesalahan dan minta 
     maaf, dan terus-menerus takut akan Tuhan. Ini panduan kita karena 
     kita tahu Tuhan mengawasi kita, jangan lagi berbuat dosa.

  Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T155A
  yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. Jika Anda ingin
  mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim
  surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org>
  atau < TELAGA(at)sabda.org >. Atau kunjungi situs TELAGA di:
  ==> http://www.telaga.org/audio/setelah_perselingkuhan

TANYA JAWAB __________________________________________________________

                   SUAMI SAYA PUNYA WANITA SIMPANAN

  Tanya:
  ======
  Saya seorang wanita (38 tahun) dengan tiga anak, usia 10 -- 14
  tahun, karier yang sudah mapan, kedudukan lumayan, dan sering kali
  tugas keluar kota bahkan keluar negeri. Walaupun sibuk, namun kalau
  tidak keluar kota, saya selalu berusaha pulang sebelum jam 7 malam.
  Suami saya sejak tahun lalu sering kali terlambat pulang, alasannya
  macam-macam. Kemudian suatu hari (bulan lalu), saya dikejutkan oleh
  telepon dari seorang wanita muda yang mengatakan bahwa ia simpanan
  suami saya. "Shock", marah, benci, dendam yang saya rasakan; apalagi
  ketika saya tanyakan kepada suami dan itu benar (walaupun mulanya ia
  tidak mengaku), ia berjanji tidak akan melakukannya lagi. Sebulan
  ini saya sulit tidur, dada rasanya sesak, kadang-kadang panas
  berkobar-kobar, kemudian mendadak berdebar-debar tidak bisa
  dikontrol dan mau mati saja. Ingin rasanya marah kepada Tuhan dan
  siapa saja termasuk diri sendiri. Apa yang harus saya lakukan?

  Jawab:
  ======
  Betapa pedihnya pengalaman Ibu. Tentu perasaan yang sedang
  berkecamuk sekarang ini adalah antara marah besar, benci karena
  merasa dikhianati, ditolak, bahkan sampai menyempitkan dada Anda
  sehingga mau pecah rasanya. Keadaan stres yang terus-menerus tanpa
  ada jalan keluar yang konkret sebenarnya melelahkan tubuh Anda dan
  melemahkan sistem pertahanan tubuh sehingga akibatnya Anda sulit
  tidur, berdebar-debar, pusing, dan tidak memunyai gairah hidup.

  Sebenarnya malapetaka perkawinan Anda tidak datang mendadak,
  melainkan secara perlahan-lahan. Anda sudah mulai curiga setahun
  lalu pada saat suami sering pulang terlambat, tapi Anda sibuk dan
  lengah sehingga ketika berita itu datang, Anda merasa terkejut dan
  "shock" berat. Memang peristiwa buruk itu sudah terjadi dan tidak
  mungkin untuk dihapuskan begitu saja, tapi paling tidak ada hal-hal
  yang masih bisa Anda benahi untuk masa depan.

  1. Di saat-saat seperti ini, sebenarnya apa yang dapat Anda 
     pelajari? Apakah Anda merasa ada andil dalam hal ini? Mungkin 
     karena kesibukan kalian berdua, kebutuhan primer masing-masing 
     tidak terpenuhi sehingga Anda melampiaskannya dalam pekerjaan dan 
     suami mencari wanita lain yang bisa memuaskannya.

  2. Apakah pernikahan Anda selama ini memang bisa dinikmati? Kalau
     belum, mungkin Anda perlu mencari konselor untuk menolong Anda
     mencari sebab mengapa pertumbuhan tidak terjadi atau terhambat
     sehingga perbaikan dalam pernikahan Anda juga bisa dimulai.

  3. Suami Anda yang sedang terjerumus dalam dosa membutuhkan uluran
     tangan dan pengertian Anda untuk bisa kembali menjadi kepala
     keluarga. Mungkin Anda memang belum siap untuk memaafkan secara
     keseluruhan, tetapi cobalah minta pertolongan Roh Kudus dan
     kebijaksanaan surgawi untuk menuntun langkah-langkah kehidupan
     Anda dari hari ke hari. Jangan sampai api kebencian justru
     menghanguskan diri Anda sendiri sehingga Anda menjadi pemberang 
     dan suami justru tidak betah di rumah. Kiranya Tuhan memberkati.

  Diambil dari:
  Nama buletin: Parakaleo, Vol. VIII/1/Januari-Maret 2001
  Penulis: Esther Susabda, Ph.D.
  Penerbit: Departemen Konseling STTRII, Jakarta 2001
  Halaman: 4
  
_______________________________e-KONSEL	______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis	Yayasan	Lembaga	SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA --	http://www.ylsa.org/
Katalog	-- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan	kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network	Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org