Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/185

e-Konsel edisi 185 (3-6-2009)

Hidup dalam Sukacita

_______________________________e-KONSEL_______________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________

EDISI 185/1 Juni 2009

Daftar Isi:
  = Pengantar: Bahagia Beda dengan Sukacita
  = Cakrawala 1: Buatlah Hidup Anda Bersukacita
  = Cakrawala 2: Sukacita dan Kehidupan Kristen
  = TELAGA: Hidup Bersukacita
  = Info: Baru! Situs Doa: Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia
  
PENGANTAR ____________________________________________________________

  Shalom,

  Jika Anda mengganggap bahwa sukacita itu sama dengan apa yang
  disebut kebahagiaan, Anda salah besar. Kebahagiaan berbicara tentang
  apa yang kita rasakan di bawah pengaruh keadaan diri dan lingkungan
  kita. Jika keadaan diri dan lingkungan baik, maka kita akan merasa
  bahagia. Dan sebaliknya. Namun, tidak demikian halnya dengan
  sukacita. Sukacita berbicara tentang damai dalam diri, yang tetap
  bertahan dan tidak akan hilang, bagaimana pun keadaan diri dan
  lingkungan kita.

  Sukacita, itulah yang akan menjadi topik sajian e-Konsel bulan ini.
  Dalam edisi ini, kita akan belajar lebih mendalam tentang apakah
  sukacita itu, bagaimana kita mendapatkan sukacita, serta manfaat
  dari sukacita itu. Silakan simak bahasan-bahasan yang telah kami
  sediakan. Semoga semua itu dapat menjawab kebutuhan Anda dan
  menolong Anda ketika berhadapan dengan konseli yang merindukan
  sukacita dalam hidup mereka. Tuhan memberkati.

  Mari bersukacita!

  Staf Redaksi e-Konsel,
  Dian Pradana
  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  http://c3i.sabda.org/

CAKRAWALA 1 __________________________________________________________

                    BUATLAH HIDUP ANDA BERSUKACITA

  Penginjil D.L. Moody mendorong kita untuk memiliki sukacita Kristen.
  Dalam satu kebaktian, dia berkata, "Masih terlalu banyak kebaktian
  rohani yang lebih sedih dari perkabungan penguburan. Hal itu
  merupakan halangan bagi tujuan kita. Hal ini menumbuhkan
  orang-orang dengan wajah yang menggambarkan kedinginan seperti angin
  timur dari danau." (Tiap orang yang bertempat tinggal di Chicago,
  seperti D.L. Moody, mengerti apa yang dimaksudkan dengan angin timur
  yang dingin dari daerah danau!) Apa yang dikatakan D.L. Moody adalah
  benar -- penghalang yang terbesar bagi orang-orang berdosa untuk
  datang pada Kristus adalah sikap tanpa sukacita dari banyak orang
  yang menamakan diri Kristen.

  Ada suatu perbedaan antara sikap sungguh-sungguh dan tampak
  sungguh-sungguh. Allah meminta kita bersikap sungguh-sungguh, tetapi
  saya tidak tahu apakah ada tempat dalam Alkitab di mana Dia
  memerintahkan kita untuk bersedih hati, memunyai wajah murung, dan
  tampak susah yang berarti kematian buat semua orang yang senang dan
  bersukacita di sekeliling kita. Seorang eksekutif misionaris pernah
  berkata pada saya bahwa dia tidak akan mengirim utusan Injil ke
  ladang misi bila laki-laki atau wanita itu tidak memiliki selera
  humor. Untuk dapat menertawakan diri sendiri dan dunia sekitar kita
  dan untuk dapat tertawa dengan orang lain adalah satu tanda
  kedewasaan. Seorang pemain sandiwara pernah berkata: "Anda bertumbuh
  bila dapat menertawakan diri sendiri untuk pertama kali."

  Orang yang tidak mengetahui bagaimana tertawa biasanya adalah orang
  pahit hati dan penuh kritik dan sukar untuk hidup bersama. Orang
  yang tidak dapat tertawa karena kesalahannya sendiri memunyai
  kesukaran untuk mengampuni kesalahan orang lain. Dia menyimpannya di
  dalam dirinya dan itu menjadi seperti luka yang terbuka. Tidak ada
  satu hal yang dapat membersihkan hawa suasana dalam rumah atau
  kebaktian gereja daripada tertawa yang baik dan sehat. Saya tidak
  bicara tentang satu lelucon yang bodoh; yang saya maksudkan adalah
  suatu lelucon yang baik, sehat, dan kudus.

  Tuhan Yesus ingin supaya kita memiliki sukacita. Dia memiliki
  sukacita. Dia berkata kepada para murid-Nya, "Semuanya itu Kukatakan
  kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu
  menjadi penuh." Bila para murid belum pernah melihat Yesus tersenyum
  atau tertawa, mereka akan bertanya sukacita macam apa yang Dia
  katakan. Memang Dia orang yang menderita, tetapi Dia juga seorang
  yang penuh sukacita. Dan jalan satu-satunya untuk memperoleh
  sukacita adalah menerimanya dari Tuhan Yesus. Anda dapat pergi ke
  toko dan membeli apa yang disenangi, tetapi Anda tidak dapat membeli
  sukacita. Tuhan Yesus telah membelinya untuk Anda waktu Dia mati di
  kayu salib.

  Mungkin bagian yang paling besar mengenai sukacita dalam firman
  Tuhan adalah yang terdapat dalam Lukas 15. Di situ seorang perempuan
  menemukan kembali uang yang telah hilang sehingga dia bersukacita.
  Seorang gembala menemukan kembali dombanya yang hilang dan
  bersukacita; seorang ayah menyambut kembali anaknya yang terhilang
  dan bersukacita. Mereka semua mengundang teman-teman dan tetangganya
  untuk bersukacita. Tuhan Yesus berkata bahwa para malaikat di surga
  juga bersukacita bila seorang berdosa pulang, kembali, dan telah
  diampuni. Sudah tentu orang berdosa itu bersukacita. Langkah pertama
  menuju sukacita adalah menerima Kristus sebagai Juru Selamat
  pribadi. Bila Anda berbuat demikian, Roh Allah masuk ke dalam hidup
  Anda dan "buah roh adalah kasih sukacita dan damai sejahtera".

  Orang Kristen adalah orang yang bersukacita. Dosa-dosa mereka telah
  diampuni. Bapa mereka di surga memelihara mereka. Mereka memunyai
  rumah, menunggu bila hidup ini berlalu. Kita tidak selalu dapat
  bersukacita atas keadaan kita, tetapi kita dapat bersukacita dalam
  keadaan kita walaupun itu sama sekali tidak memberi penghiburan.
  "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:
  Bersukacitalah!"

  Sukacita adalah hak dari tiap orang percaya. Ketahuilah bahwa Anda
  diselamatkan, menjadi salah satu anak Tuhan, diampuni, dan menuju ke
  surga adalah sumber dari sukacita yang tiada habisnya. Tetapi ada
  orang Kristen yang kelihatannya kehilangan sukacitanya. Mungkin ini?
  Kalau demikian, bagaimana sukacita ini dapat dikembalikan?

  Salah satu sebab yang pokok dari kehilangan sukacita adalah dosa,
  tidak dengar-dengaran pada Allah. Pada waktu Daud mengaku
  dosa-dosanya terhadap Allah, dia berkata: "Kembalikan padaku
  sukacita dari keselamatanku." Daud kehilangan sukacitanya, dan untuk
  satu tahun atau lebih, dia hidup dalam awan gelap keputusasaan yang
  suram. Dalam Mazmur 32, dia berkata pada kita bahwa dia sampai
  menderita badani sebab dosa yang tidak diakui. Dia menjadi seorang
  tua yang sakit sebab angan-angan hatinya memukuli dia. Sebab itu
  bila Anda kehilangan sukacita Anda dalam Kristus, periksa diri Anda,
  mungkin ada dosa yang belum diakui di dalam hidup Anda.

  Pencuri kedua yang dapat mencuri sukacita adalah tidak memerhatikan
  firman Allah. Tuhan Yesus berkata, "Tetapi sekarang, Aku datang
  kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di
  dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka" (Yoh.
  17:13). Nabi Yeremia dapat memperoleh sukacita dalam firman Allah.
  Dia berkata: "Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu,
  maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan
  menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya
  TUHAN, Allah semesta alam" (Yer. 15:16). Tiap pagi saya menyendiri
  dengan firman Tuhan dan membacanya. Saya minta Tuhan berbicara pada
  saya dan Dia berbuat demikian. Bagaimana pun sukarnya keadaan saya,
  Allah selalu memunyai satu janji atau perintah yang memberikan
  sukacita pada saya. Bacalah firman Tuhan bila Anda ingin memperbesar
  sukacita Anda.

  Pencuri ketiga yang dapat mencuri sukacita adalah bila kita lupa
  berdoa. Yesus berkata, "Sampai sekarang kamu belum meminta
  sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya
  penuhlah sukacitamu" (Yoh. 16:24). Bila Anda dan saya tergantung
  pada sumber-sumber kita sendiri, kita akan celaka, sebab
  sumber-sumber kita adalah lemah dan terbatas. Sumber-sumber tersebut
  habis justru pada waktu kita mengira kita sudah melewati puncak.
  Tetapi sumber-sumber Allah tidak akan pernah bisa habis. Allah
  adalah pemberi setiap anugerah yang baik dan sempurna dan
  kekayaan-Nya tidak pernah meninggalkan kita. Doa membuka
  barang-barang berharga dari Allah untuk Anda. "Sesungguhnya segala
  sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu
  dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam
  nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah
  sukacitamu." (Yoh. 16:23-24). Bila sesuatu persoalan menjadi beban
  Anda sekarang ini, ambillah waktu untuk mendoakan hal itu, dan
  sukacita Tuhan akan memenuhi hati Anda kembali.

  Jangan biarkan dosa, jangan melalaikan firman Allah dan kurang
  berdoa mencuri sukacita dari Anda, Allah ingin Anda memiliki
  sukacita. "Sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" (Neh.
  8:11). Sukacita memberi minyak pada roda kehidupan dan membuat semua
  berjalan lebih sempurna. Seorang Kristen yang bersukacita adalah
  orang Kristen yang kuat. Iblis menemui kesukaran untuk mencoba orang
  yang memiliki sukacita dalam hatinya. Orang Kristen yang penuh
  sukacita adalah Kristen yang bersaksi, sebab dia memiliki sesuatu
  yang menarik untuk dibagikan kepada orang lain, dan mereka dapat
  melihat perbedaannya.

  Sekarang mari kita bicarakan bagaimana membagi sukacita Anda. Bila
  ada dua orang yang kekurangan dalam dunia kita ini, itulah kasih dan
  sukacita. Sebagian besar dari orang bertitel yang saya temui,
  sepanjang hari lapar akan kasih dan sukacita. Bila Anda dan saya
  penuh dengan Roh Allah dan berjalan dalam kuasa-Nya, maka orang lain
  akan melihat kasih dan sukacita dalam hidup kita. Kita tidak perlu
  membuat kejadian itu; itu adalah buah yang senantiasa bertumbuh dan
  menghasilkan kembali dalam hidup kita.

  Bagaimana kita dapat membagi sukacita kita? Melalui sikap kita. Kita
  tidak dapat menyembunyikan sukacita dalam hati kita dan meluap ke
  luar. Kita tidak perlu memakai tanda untuk memberitahukan orang
  bahwa kita bersukacita. Mereka dapat melihatnya dari sikap dan
  perbuatan kita. Orang-orang memandang kita sebab kita adalah orang
  Kristen, dan ini memberikan pada kita kesempatan indah untuk
  menunjukkan pada mereka perbedaan apa yang telah dilakukan oleh
  Kristus dalam hidup kita. Sebenarnya, orang yang belum diselamatkan
  mungkin akan membuat persoalan pada kita hanya untuk melihat apa
  yang akan kita perbuat.

  Orang Kristen yang bersukacita juga membagi sukacitanya dengan
  melakukan tugasnya dengan senang hati, dan tidak mengeluh tentang
  itu. Dia mencoba sebaik-baiknya untuk tidak menambah persoalan pada
  orang lain. Dia merupakan bagian dari jawabannya dan bukan bagian
  dari persoalannya. Dia menghindar dari mengecam orang lain. Dia
  berbicara kebenaran dengan kasih. Orang Kristen yang bersukacita
  membagi sukacitanya dengan menerima beban-beban hidup tanpa
  mengeluh. Dia bersedia melakukan tugas yang kecil yang tidak
  dianggap oleh orang lain, dan bila dia melakukan pekerjaan yang
  besar, dia bersedia membagi pujiannya dengan orang lain.

  Di sekeliling kita, ada orang-orang yang merasa kesepian dan dalam
  kepahitan, dan mereka memerlukan satu bagian yang besar dari kasih
  dan sukacita Kristen. Mereka mungkin bukan orang yang paling mudah
  untuk diajak bekerja dalam dunia ini, atau diajak makan atau bicara,
  tetapi mereka membutuhkan apa yang kita dapat berikan. Biarlah Allah
  memimpin Anda kepada mereka. Mohon Allah menolong Anda supaya dapat
  mengerti kebutuhan mereka. Dengarlah apa yang mereka katakan,
  walaupun Anda tidak setuju dengan beberapa hal. Ingat, Anda tidak
  berusaha untuk memenangkan satu perdebatan; Anda berusaha untuk
  memenangkan satu jiwa bagi Kristus. Sikap Anda dalam kasih dan
  sukacita tidak lama akan menangkap hatinya dan ini akan memberikan
  pada Anda satu waktu untuk membagi Kristus dengan teman Anda.

  Tiap jam, ada satu hal di mana kita dapat bersukacita; sebab itu
  mulailah menumbuhkan sikap sukacita. Pelihara hati Anda dalam
  kekudusan; ambil waktu untuk firman Tuhan dan berdoa; carilah
  jalan-jalan untuk membuat hidup lebih mudah dan senang bagi orang
  lain. Saat Anda melakukannya, suatu hal heran akan terjadi pada
  Anda. Kasih dan sukacita dari Allah akan memenuhi hati Anda.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Kekuatan untuk Menghadapi Masa Sukar
  Judul asli buku: The Bumps are What You Climb On
  Penulis: Warren W. Wiersbe
  Penerjemah: Andreas Haryanto
  Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1986
  Halaman: 189 -- 196

CAKRAWALA 2 __________________________________________________________

                    SUKACITA DAN KEHIDUPAN KRISTEN

  Sukacita adalah istilah Alkitab yang asli dan unik. Banyak orang
  yang mengacaukan sukacita dengan kebahagiaan, tetapi ada perbedaan
  yang besar di antara keduanya. Kebahagiaan bergantung pada keadaan
  sekitar, sedangkan sukacita tidak demikian. Kebahagiaan merupakan
  tanggapan yang dangkal terhadap hal-hal yang baik; sukacita
  merupakan tanggapan yang jauh mendalam, yang tetap bertahan apakah
  yang terjadi di sekitarnya itu buruk atau baik.

  Pandangan dunia tentang kebahagiaan adalah mengutamakan kepentingan
  diri sendiri serta merencanakan kebaikan perseorangan dalam segala
  sesuatu yang Saudara lakukan. Kebaikan yang paling besar itulah
  kebahagiaan diri sendiri. Ironisnya, sikap seperti itu jarang
  membawa kita kepada kebahagiaan yang dijanjikan itu.

  Pandangan Kristen tentang kebahagiaan sama sekali berlawanan. Jika
  Kristus tinggal di dalam diri Saudara, maka Saudara tidak memasuki
  hubungan dengan orang lain dengan tujuan untuk membahagiakan diri
  sendiri, melainkan untuk memberi diri Saudara sendiri. Kasih yang
  berkorban ini tumbuh dari roh agape Kristus. Hal inilah yang tidak
  dapat dilakukan atau pun dibayangkan oleh orang di luar Kristus.
  Kebaikan orang lain, bukan kebahagiaan Saudara sendiri, merupakan
  patokan untuk menilai perbuatan Saudara. Jika Saudara mengorbankan
  diri, Saudara menerima sukacita yang ingin Tuhan berikan kepada
  Saudara. Jadi, kebahagiaan dan sukacita sama sekali berbeda.

  Dalam autobiografinya, "Surprised by Joy", C.S. Lewis memerikan
  usahanya untuk memperoleh sukacita. Ia berusaha untuk mendapatkannya
  di dalam humanisme, komunisme, erotisme, dan filsafat serta
  pencarian manusia lainnya. Akan tetapi, semuanya itu hanya
  memperlihatkan bekas-bekas sukacita. Ia tidak menemukan sukacita
  bagi dirinya sendiri sebelum ia menyadari bahwa sukacita hanya akan
  datang bila mengutamakan Kristus di dalam hidupnya.

  Sukacita sendiri tidak pernah menjadi tujuan akhir. Hanya ketika
  Saudara menjadikan Kristus prioritas utama, maka hampir tanpa
  disadari sukacita itu datang. Bila Saudara mencari sukacita, Saudara
  akan kehilangan, sebab sukacita tidak dapat ditangkap.

  Orang duniawi tidaklah mencari sukacita, melainkan kebahagiaan.
  Sukacita adalah sesuatu yang diberikan oleh Kristus. Ibrani 12:2
  berbunyi, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada
  Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu
  kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan, tekun memikul
  salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk
  di sebelah kanan takhta Allah." Dengan tabah, Yesus menanggung semua
  penderitaan dan kesakitan sebab Ia mengingat akan tujuan akhirnya.
  Ia telah meneguhkan tujuan-Nya untuk penebusan dunia, jadi Ia tidak
  pernah mengabaikan sukacita yang menantikan diri-Nya. Dari
  penderitaan itu akan terbit sukacita bagi-Nya sebab Ia telah
  memberikan diri-Nya bagi penebusan manusia.

  Yesus berdoa agar para murid-Nya memiliki sukacita-Nya, "Aku
  mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia,
  supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka" (Yohanes 17:13).
  Sukacita Kristus disalurkan kepada kita sementara kita melakukan
  tugas untuk memberitakan kepada dunia tentang Dia.

  Kadang-kadang kita tidak merasakan sukacita sama sekali. Jikalau
  kita mulai bertanya di dalam hati apakah kita telah kehilangan
  sukacita dalam hidup sebagai orang Kristen, kita perlu
  bertanya-tanya apakah kita sedang mengacaukan cara dan tujuannya.
  Jikalau sukacita itu menjadi tujuan kita, maka kita akan kehilangan
  sukacita. Jika kita kehilangan sukacita hidup kekristenan, kita
  perlu kembali pada segi pandangan yang benar tentang panggilan Allah
  dalam kehidupan kita dan mempertimbangkan apakah Kristus benar-benar
  sudah kita nomor satukan dalam kehidupan kita. Sukacita itu tidak
  "hilang", tetapi bisa "salah letak" bila prioritas-prioritas kita
  yang lain sudah menyimpang.

  Kita tidak bekerja untuk memperoleh sukacita. Sukacita juga bukan
  suatu sasaran atau tujuan yang harus kita capai. Sebaliknya,
  sukacita merupakan hasil spontan dari hubungan kita dengan Kristus.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Pola Hidup Kristen
  Penulis: David Mckenna
  Penerjemah: Tidak dicantumkan
  Penerbit: Gandum Mas, YAKIN, Kalam Hidup, LLB (Lembaga Literatur Babtis), 2002
  Halaman: 719 -- 721

TELAGA _______________________________________________________________

  Semua orang ingin hidup bersukacita dan bergembira, tapi sering kali
  harus menjumpai situasi dalam hidup yang tidak membawa sukacita. Dan
  pertanyaannya adalah bagaimanakah kita dapat hidup bersukacita?
  Kiranya ringkasan tanya jawab dengan Pdt. Paul Gunadi berikut bisa
  menjawab pertanyaan tersebut.

                          HIDUP BERSUKACITA

  T : Alkitab kerap kali mengingatkan kita untuk hidup bersukacita.
      Tapi pada kenyataan kehidupan sehari-hari sukar sekali
      mewujudkan sukacita di dalam diri kita?

  J : Betul sekali, kita tahu bahwa hidup yang sehat adalah hidup yang
      bersukacita. Tapi masalahnya adalah kita harus benar-benar
      berjuang keras untuk menjadi sukacita karena sering kali kita
      harus menjumpai situasi hidup yang tidak membawa sukacita, yang
      menurunkan kadar sukacita dalam hidup kita. Sebagai orang
      Kristen, kita tahu bahwa Tuhan juga menyuruh kita untuk
      bersukacita, tapi waktu kita mencoba untuk hidup sesuai firman
      Tuhan, kita tidak selalu berhasil. Itu sebabnya kita perlu
      mengambil waktu dan melihat apa yang firman Tuhan katakan,
      Filipi 4:4-7, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! sekali
      lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu
      diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya
      kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala
      hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
      ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala
      akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."
      Paulus meminta kita untuk bersukacita. Pertanyaannya,
      bagaimanakah kita dapat hidup bersukacita. Bagaimanakah kita
      tetap mempertahankan sukacita di tengah-tengah situasi kehidupan
      yang tidak membawa sukacita? Yang ingin ditekankan adalah bahwa
      sukacita kristiani bukanlah bersumber dari situasi yang kita
      hadapi, melainkan dari Kristus sendiri.
------
  T : Berarti yang diajarkan oleh firman Tuhan itu bahwa sukacita
      bukan sekadar emosi atau menyangkut seluruh kehidupan kita?

  J : Tepat sekali, sudah tentu sukacita memang berkaitan dengan
      emosi. Alkitab tekankan kepada kita bahwa sumber sukacita
      bukanlah emosi itu sendiri. Sebetulnya emosi hanyalah kendaraan
      yang kita gunakan untuk menggetarkan diri kita dan untuk
      menyalurkan sukacita itu keluar sehingga dapat kita rasakan.
      Sering kali yang kita katakan sumber sukacita adalah situasi
      yang menggembirakan. Justru Alkitab tekankan, sukacita itu bukan
      bersumber pada situasi, situasi bisa berubah-ubah. Sumber
      sukacita adalah Kristus sendiri. Bagaimanakah Kristus
      menyalurkan sukacita kepada kita kendati situasi yang kita
      hadapi tidaklah menggembirakan? Sukacita dari Kristus adalah
      sukacita hidup bersama Kristus, yang berarti kita tidak
      sendirian. Kristus mendampingi dan akan memberi kekuatan kepada
      kita untuk menghadapi segala tantangan hidup.
------
  T : Berarti sumbernya bukan emosi, tetapi pribadi yaitu, Tuhan Yesus
      sendiri yang harus kita terima sebagai pribadi yang selalu
      beserta dengan kita. Jadi, alasan ini harus kokoh?

  J : Betul sekali, misalnya saat kita itu harus melewati perjalanan
      yang panjang dan bersama seseorang selama berhari-hari. Faktor
      yang paling menentukan untuk membuat kita gembira atau tidak
      adalah dengan siapakah kita melakukan perjalanan ini. Kalau kita
      bersama dengan seseorang yang nyaman, yang membuat kita bahagia,
      mendorong, menguatkan kita, maka perjalanan yang panjang itu
      menjadi sebuah perjalanan yang membawa sukacita. Tapi
      kebalikannya, kalau kita melewati perjalanan yang singkat, tapi
      bersama seseorang yang menyusahkan, memarahi, mengkritik,
      menghakimi kita; maka perjalanan itu benar-benar tidak
      membuahkan sukacita, justru menambah kesusahan hati kita. Kita
      terapkan contoh itu ke dalam kehidupan kita dengan Kristus.
      Situasi kadang-kadang memang akan berubah, tapi Alkitab tekankan
      kita harus mengingat dengan siapakah kita akan melewati situasi
      tersebut. Kalau kita tahu kita bersama Kristus Tuhan Juru
      Selamat kita, yang mengasihi kita, Dia yang perkasa, yang bisa
      menolong, menghibur hati kita; seyogianyalah itu cukup untuk
      membuat kita bersukacita.
------
  T : Sering kali, dengan kawan seperjalanan kita, dalam hal ini
      Tuhan Yesus Kristus, kita merasa bosan, ingin mencari yang lain.
      Seperti pergi dengan istri kita, pada awalnya menyenangkan,
      lama-lama kita merasa jenuh, kita ingin jalan sendiri dan
      akibatnya kita kehilangan sukacita itu.

  J : Kalau mata kita lepas dari memandang Kristus, kita akan bisa
      bosan atau jenuh. Tapi kalau kita tidak melepaskan pandangan
      dari Kristus, terus membaca firman-Nya, datang kepada-Nya dalam
      persekutuan, kita tidak akan bosan. Paulus menyuruh kita untuk
      bersukacita, membawa kekhawatiran kita dalam doa. Artinya kita
      mesti terus-menerus bercakap-cakap mengeluarkan isi hati kita
      kepada Tuhan. Mengapa? Sebab sesungguhnyalah kita bisa
      mengetahui bahwa kekhawatiran merupakan pembunuh sukacita dan
      kekhawatiran itu berhulu dari ketidakpastian. Memang kehidupan
      sarat dengan ketidakpastian, namun justru di sinilah seorang
      Kristen dapat hidup bersukacita. Ia tahu bahwa dalam hidup hanya
      satu yang pasti, yaitu Kristus dan firman-Nya. Jadi jangan
      sampai kita berhenti atau luput melihat Kristus dan memelihara
      persekutuan dengan-Nya.
------
  T : Itu berarti kita juga dituntut untuk mau hidup di dalam sukacita
      itu sendiri, kalau kita menolak untuk hidup di dalam sukacita
      itu, kita tidak akan mengalami sukacita itu?

  J : Betul, setiap saat kita diperhadapkan dengan dua pilihan, yaitu
      tetap memandang Kristus atau tidak lagi memandang Kristus. Kalau
      kita memilih tidak memandang Kristus, dengan cepat sekali kita
      akan merasa jenuh datang kepada-Nya, berdoa kepada-Nya, berbakti
      kepada-Nya. Kita merasakan ini tidak ada gunanya, membuang waktu
      dan sebagainya.

      Tapi waktu kita tetap datang kepada-Nya, bergumul kepada-Nya
      dalam doa; maka kita tidak akan merasa jenuh, kita makin lekat
      dengan Dia. Sukacita itu perlu dipelihara. Bagaimana kita
      memelihara sukacita itu? Paulus menegaskan bahwa kita membawa
      segala kekhawatiran kita dalam doa dan pengucapan syukur. Kata
      ini merupakan kata yang luar biasa pentingnya, yaitu bersyukur.
      Paulus menekankan bahwa kita bisa memelihara sukacita dengan
      cara hidup bersyukur. Bersyukur berarti melihat apa yang telah
      Tuhan berikan atau lakukan. Masalahnya adalah kita hanya ingin
      melihat apa yang seharusnya Tuhan berikan atau lakukan. Kita
      gagal melihat apa yang Tuhan telah perbuat dalam hidup kita,
      kita hanya memfokuskan pada apa yang seharusnya Tuhan lakukan
      dalam hidup kita.
------
  T : Sebenarnya, kalau kita hidup sendirian mungkin cepat bisa
      mensyukuri, tapi karena dengan banyak orang di sekeliling kita,
      maka kita menengok sana sini dan melihat sana lebih enak dan
      sebagainya?

  J : Betul sekali, akhirnya kita tidak melihat apa yang Tuhan telah
      berikan kepada kita; kita melihat pada apa yang Tuhan telah
      berikan kepada orang lain. Kita bertanya-tanya mengapakah Tuhan
      tidak memberikan hal yang sama kepada kita. Tuhan tidak
      memberikan kepada semua orang hal yang sama karena kalau semua
      mendapatkan yang sama, kita tidak akan pernah belajar bermurah
      hati, berlapang dada; bersukacita dengan orang yang bersukacita,
      sebab semuanya sama. Justru Tuhan membiarkan ketidaksamaan ini
      agar kita semua bisa bertumbuh lebih mirip, lebih serupa dengan
      Kristus. Misalkan kita menjadi lebih murah hati, bersyukur akan
      apa yang Tuhan telah berikan kepada kita.
------
  T : Bagaimana kita mengubah pandangan kita, supaya kita bisa
      mensyukuri segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita?

  J : Hidup bersyukur berarti memfokuskan apa yang Tuhan telah
      berikan. Pertanyaannya, mengapa kita harus bersyukur, sebab
      kenyataannya memang Tuhan telah memberikan kita banyak berkat.
      Tuhan tidak meminta kita untuk hidup berbohong, artinya
      mensyukuri apa yang tidak pernah kita terima. Tuhan meminta kita
      riil, dan kalau kita melihat apa yang telah kita terima, kita
      harus bersyukur dan Tuhan senang pada orang yang bersyukur.
      Sebetulnya orang yang bersyukur adalah orang yang melihat bahwa
      Tuhan itu baik dan sesungguhnya Dia itu baik. Tuhan tidak senang
      dengan orang yang bersungut-sungut, sebab sesungguhnya orang
      yang bersungut-sungut tidak memunyai penilaian yang tepat akan
      Allah. Dia melihat Allah sebagai Allah yang jahat, tidak
      memberikan seperti yang diminta. Orang yang bersyukur berkata
      Tuhan baik, Dia pasti tahu apa yang paling baik untuknya.

------
  T : Sebenarnya keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita merupakan
      alasan yang paling kuat untuk kita bersyukur. Katakan kita tidak
      diberikan yang lain pun, dengan keselamatan itu, kita sudah
      punya alasan yang kuat untuk bersyukur.

  J : Itu poin yang bagus sekali, sebab keselamatan yang kita terima
      identik dengan surga yang nanti boleh kita tempati. Hidup ini
      tidak bisa dibandingkan dengan surga yang nanti akan menjadi
      rumah kita yang abadi. Jadi meskipun di dunia kita tidak
      memiliki banyak, tapi janji kepastian, jaminan bahwa nanti kita
      akan bersama Tuhan di surga benar-benar alasan yang paling kuat
      untuk bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan karena Dia sudah
      menjanjikan surga.
------
  T : Bagaimana kita mengekspresikan rasa syukur itu, apakah kalau
      kita berkali-kali mengucapkan "Puji Tuhan", "Tuhan baik", itu
      sudah merupakan ungkapan rasa syukur atau tanpa bicara seperti
      itu pun kita melihat hidupnya penuh syukur?

  J : Salah satu cara terjelas untuk merefleksikan bahwa kita ini
      hidup bersyukur adalah memunyai wawasan hidup yang positif. Jadi
      orang yang bersyukur itu cenderung positif, tidak melihat hidup
      itu sepertinya gelap, suram. Dia menantikan hari esok, tahu
      bahwa ada berkat Tuhan untuk hari esok, bersedia membantu orang,
      memercayai orang karena dia tahu bahwa masih ada kesempatan
      untuk orang bisa berubah dengan dia menolongnya. Ini wujud nyata
      dari orang yang hidup bersyukur. Karena hatinya penuh sukacita,,
      maka dia melihat hidup itu dengan lebih cerah. Makin seseorang
      bersyukur, makin dia bersukacita. Makin dia bersukacita, makin
      positif dia melihat hidup ini. Dan yang kita tahu pasti adalah
      Tuhan pun akan bersukacita melihat anak-anak-Nya hidup
      bersyukur.

  Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T167A
  yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
  Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
  e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org>
  atau < TELAGA(at)sabda.org >. Atau kunjungi situs TELAGA di:
  ==> http://www.telaga.org/audio/hidup_bersukacita

INFO _________________________________________________________________

                           BARU! SITUS DOA:
                  KOMUNITAS PENDOA SYAFAAT INDONESIA
                       < http://doa.sabda.org >

  Anda rindu melihat pemulihan terjadi atas keluarga, gereja, kota,
  dan bangsa Anda?

  Anda ingin belajar lebih banyak tentang doa?

  Anda ingin memiliki partner untuk berdoa dan berbagi?

  Situs Doa, yang diluncurkan oleh Yayasan Lembaga SABDA
  <http://www.ylsa.org>, adalah tempat yang tepat untuk menjawab
  kerinduan dan keinginan Anda.

  Kami percaya situs Doa, yang dilengkapi dengan Artikel, Renungan,
  Ilustrasi, Kesaksian, serta Riwayat Tokoh-Tokoh Doa, akan memperluas
  wawasan dan pengetahuan Anda tentang doa.

  Istimewanya, situs ini menyediakan beberapa kalender doa yang
  bisa Anda pakai sebagai panduan Anda berdoa, baik secara pribadi
  maupun kelompok. Bagi Anda yang ingin berbagi beban doa, situs Doa
  juga menyediakan fasilitas untuk mengirimkan permohonan doa agar
  Anda mendapatkan dukungan doa dari saudara-saudara seiman yang lain.

  Khusus bagi Anda yang dilengkapi Tuhan dengan karunia berdoa, situs
  ini menyediakan fasilitas forum yang mengundang Anda bergabung dalam
  "Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia" untuk berdoa bersama bagi
  Indonesia. Forum ini disediakan bukan untuk berdiskusi atau berdebat
  tentang doa, namun untuk menyatukan hati kita dalam berdoa bagi
  bangsa kita yang tercinta, yaitu Indonesia. Untuk mendaftarkan diri,
  silakan menghubungi < doa(at)sabda.org >.

  Segera kunjungi situs DOA <http://doa.sabda.org>! Ingatlah selalu
  untuk memberitahukan informasi ini kepada rekan-rekan pendoa yang
  lain, sehingga kita semua mendapat berkat dan menjadi berkat bagi
  orang lain. Tuhan memberkati.

_______________________________e-KONSEL ______________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org