Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/160

e-Konsel edisi 160 (15-5-2008)

Konseling bagi Korban Bencana

_______________________________e-KONSEL_______________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________

EDISI 160/15 Mei 2008

Daftar Isi:
  = Pengantar: Menolong Korban Bencana
  = Cakrawala: Konseling Trauma untuk Korban Tsunami
  = TELAGA: Pertolongan dan Bimbingan Rohani bagi Korban Bencana
  = Tanya Jawab: Tsunami, Peringatan dari Tuhan?
  = Ulasan Situs: Membangun Komunitas Peduli Konseling dan Parenting:
    Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3)
  = Info: Lowongan Pekerjaan Programmer dan Web Programmer

PENGANTAR REDAKSI ____________________________________________________

  Salam sejahtera,

  Gempa bumi, gelombang pasang, banjir, gunung meletus, dan angin
  ribut, sejak kurang lebih dua tahun ini silih berganti "mengunjungi"
  Indonesia. Ribuan jiwa menjadi korban dan mereka yang selamat harus
  rela kehilangan orang-orang yang mereka kasihi, juga harta benda
  yang selama ini mereka miliki. Berbagai bantuan untuk menolong
  mereka pun tak henti-hentinya diberikan, dari bantuan untuk
  keperluan sehari-hari hingga bantuan dana untuk memerbaiki tempat
  tinggal, serta modal untuk mereka kembali bangkit dari keterpurukan.
  Harapannya, melalui bantuan tersebut keadaan mereka perlahan-lahan
  membaik dan kehidupan dapat berjalan seperti semula.

  Apakah hanya bantuan seperti itu saja yang mereka perlukan? Tentu
  saja tidak. Keadaan yang berubah drastis dalam sekejap tentu membuat
  kondisi kejiwaan mereka turut terguncang dan tidak menutup
  kemungkinan menimbulkan trauma pada diri mereka. Menolong mereka
  dalam mengatasi trauma atas peristiwa ini juga merupakan langkah
  yang bisa diambil untuk meringankan beban mereka. Namun ingat, ada
  hal-hal tertentu yang harus diperhatikan dalam melakukannya.

  Dalam edisi "Konseling bagi Korban Bencana" ini, e-Konsel mengajak
  Pembaca untuk bersama-sama menimba pengetahuan dari artikel,
  ringkasan artikel, dan tanya jawab yang tersaji. Selamat menyimak,
  Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                KONSELING TRAUMA UNTUK KORBAN TSUNAMI

  Bencana yang melanda Aceh membalikkan kehidupan yang damai dan
  bahagia menjadi kehidupan yang sangat menakutkan, bahkan nyaris
  tanpa harapan. Tayangan TV yang menampilkan wajah depresi para
  korban yang berhasil selamat dan kebingungan mencari anggota
  keluarga di antara reruntuhan bangunan dan ribuan mayat yang
  bergelimpangan, sungguh mozaik kehidupan yang sangat menyedihkan.

  Bencana, di mana pun itu, selalu menebarkan kesedihan,
  ketidakpastian, dan keputusasaan yang mendalam. Untungnya, dalam
  kondisi seperti itu, rasa humanisme seluruh anak bangsa sontak
  diwujudkan dalam bentuk uluran tangan untuk segera memberikan
  bantuan pangan, obat-obatan, baju, dan sumbangan tenaga untuk
  mengevakuasi korban dan menguburkan jenazah. Bahkan dari seluruh
  penjuru dunia memusatkan perhatian pada saudara kita di Aceh.

  Bantuan yang datang dari seluruh penjuru dunia menandakan ciri
  kemanusiaan warga dunia yang masih menghargai rasa kasih sayang
  antarsesama manusia. Dalam konteks itu, tidak ada lagi sekat budaya,
  agama, serta status sosial ekonomi; yang ada tinggallah rasa saling
  peduli dan rasa saling menyayangi tanpa syarat.

  Jika dicermati, berbagai bentuk bantuan yang diberikan ke Aceh masih
  sebatas pemenuhan kebutuhan dasar, utamanya kebutuhan fisik: makan,
  minum, pakaian, dan kesehatan. Padahal kita tahu bahwa pascabencana,
  warga yang selamat banyak yang mengalami guncangan berat, stres,
  depresi, dan trauma.

  Pemerintah memang sudah tanggap terhadap masalah ini, namun
  sayangnya baru bisa mengirim sepuluh orang dalam tim psikologi.
  Saat-saat seperti ini, yang dibutuhkan korban Tsunami bukan hanya
  kecukupan makan, minum, dan kesehatan, lebih dari itu, mereka juga
  membutuhkan kesehatan mental, stabilitas emosional, dan optimisme
  untuk memulai kehidupan baru pascakehilangan semua yang berarti
  dalam hidupnya. Karena itu, bantuan berupa layanan konseling trauma
  merupakan kebutuhan yang tidak kalah penting untuk diprioritaskan.

  Guncangan Psikologis

  Bencana gempa dan Tsunami telah merenggut kehidupan indah warga Aceh
  menjadi reruntuhan puing dan rasa kehilangan yang mendalam.
  Wajah-wajah sedih dan putus asa yang ditampilkan di TV adalah
  ekspresi emosional yang paling otentik atas kondisi traumatik dan
  ketidakberdayaan menghadapi dahsyatnya bencana.

  Hal itu wajar dialami oleh siapa pun dan di mana pun ketika manusia
  berhadapan dengan bencana yang berada di luar kendalinya. Kondisi
  seperti itu bisa berakibat pada terguncangnya kestabilan jiwa
  seseorang; ada yang tabah dan pasrah, namun tidak sedikit pula yang
  rapuh dan tak mampu bertahan dalam kegalauan hidup, kesendirian, dan
  ketidakpastian.

  Ada dua kondisi psikologis yang sangat berat yang saat ini dialami
  oleh para korban bencana yang berhasil lolos dari maut yang
  menjemput.

  Pertama, mereka yang selamat memang bisa dikatakan beruntung, tapi
  di balik keberuntungan itu, masing-masing menanggung beban
  psikologis yang tidak ringan karena mereka kini harus hidup dengan
  trauma kehilangan sanak keluarga dan orang-orang yang dicintainya.

  Kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya bisa dirasakan
  sebagai pukulan psikologis yang berat. Tidak semua orang sanggup
  mengatasi penderitaan dipisahkan secara paksa dari orang-orang yang
  dicintainya. Di sisi lain, mereka kini juga kehilangan pekerjaan dan
  akses usaha serta modal untuk melanjutkan hidup.

  Kota yang seluruh bangunannya hancur rata dengan tanah jelas tidak
  menyisakan apa pun untuk memulai usaha baru atau mendapatkan
  pekerjaan baru, sementara itu modal untuk usaha juga sudah musnah
  ditelan gelombang.

  Kedua, dalam kondisi yang serba sulit itu, mereka harus mampu segera
  bangkit dan melakukan penguatan diri sendiri, mengambil hikmah dari
  seluruh musibah itu untuk modal dasar memulai kehidupan baru dari
  titik nol, bahkan bisa jadi mereka harus memulai dari kondisi minus.
  Membangun kehidupan yang bermakna, butuh ketegaran jiwa dan
  keyakinan kuat atas kebesaran Allah dibarengi dengan usaha yang tak
  kenal lelah. Sekali lagi, meminjam istilah Stoltz (2002), hanya
  orang yang memiliki ketahanan tinggi yang sanggup segera bangkit.

  Konseling Trauma

  Konseling trauma merupakan kebutuhan mendesak untuk membantu para
  korban mengatasi beban psikologis yang diderita akibat bencana gempa
  dan Tsunami. Guncangan psikologis yang dahsyat akibat kehilangan
  orang-orang yang dicintai, kehilangan sanak keluarga, dan kehilangan
  pekerjaan, bisa memengaruhi kestabilan emosi para korban gempa.
  Mereka yang tidak kuat mentalnya dan tidak tabah dalam menghadapi
  petaka, bisa mengalami guncangan jiwa yang dahsyat dan berujung pada
  stres berat yang sewaktu-waktu bisa menjadikan mereka lupa ingatan
  atau gila.

  Konseling trauma dapat membantu para korban bencana menata
  kestabilan emosinya sehingga mereka bisa menerima kenyataan hidup
  sebagaimana adanya meskipun dalam kondisi yang sulit. Konseling
  trauma juga sangat bermanfaat untuk membantu para korban untuk lebih
  mampu mengelola emosinya secara benar dan berpikir realistik.

  Dengan modal emosi yang stabil dan keterampilan mengelola kehidupan
  emosionalnya, maka konseling trauma dapat dilanjutkan untuk membantu
  para korban untuk menemukan kembali rasa percaya diri yang sempat
  terkoyak tak berdaya dirampas bencana. Tidak mudah bagi setiap orang
  untuk bisa menerima kenyataan kehilangan istri, anak, atau pun
  suami. Bahkan ketika perasaan kehilangan yang amat dalam itu muncul,
  seseorang akan merasa hidupnya tidak berarti lagi. Keadaan inilah
  yang memicu munculnya kondisi putus asa (hopeless) dan tak berarti
  (meaningless) (Fromm, 1999). Hidup tanpa arti dan tanpa harapan akan
  sulit.

  Oleh karena itu, membangun rasa percaya diri ditopang kestabilan
  emosional menjadi awal untuk berkembangnya kemampuan berpikir
  rasional dan realistik. Kestabilan emosional dan kemampuan berpikir
  rasional dan realistik merupakan dua tonggak utama yang sangat
  menentukan rekonstruksi Aceh masa depan. Berbagai bentuk perbaikan
  infrastruktur, pasokan uang, dan barang modal tidak akan berguna
  jika warga masyarakatnya belum mampu keluar dari trauma dan tidak
  mampu berpikir realistik untuk mengembangkan semangat hidup yang
  kuat.

  Semangat hidup menjadi modal utama bagi para korban untuk sanggup
  bertahan dan menatap masa depan dari balik kehancuran hidup dan
  kesendirian. Dengan semangat hidup yang kuat, para korban akan
  terbebas dari belenggu keputusasaan dan ketidakberdayaan. Konseling
  trauma juga sangat bermanfaat dalam membantu para korban untuk mampu
  memecahkan masalah secara kreatif melalui hubungan timbal balik dan
  dukungan lingkungan.

  Target dan Metode

  Layanan konseling trauma pada prinsipnya dibutuhkan oleh semua
  korban selamat yang mengalami stres dan depresi berat, baik itu
  orang tua maupun anak-anak. Anak-anak perlu dibantu untuk bisa
  menatap masa depan dan membangun harapan baru dengan kondisi yang
  baru pula. Bagi orang tua, layanan konseling trauma diharapkan dapat
  membantu mereka memahami dan menerima kenyataan hidup saat ini;
  untuk selanjutnya mampu "melupakan" semua tragedi dan memulai
  kehidupan baru.

  Di samping untuk menstabilkan kondisi emosional, layanan konseling
  trauma bagi orang tua idealnya juga memberikan keterampilan yang
  dapat dijadikan modal awal memulai kehidupan baru dengan
  pekerjaan-pekerjaan baru sesuai kapasitas yang dimiliki dan daya
  dukung lingkungan. Dengan demikian, mereka bisa sesegera mungkin
  menjalani hidup secara mandiri sehingga tidak terus-menerus
  menyandarkan pada donasi pihak lain.

  Untuk mencapai efektivitas layanan, maka konseling trauma dapat
  dilakukan dengan dua pendekatan, yakni yang bersifat individual,
  khususnya untuk korban yang tingkat stres dan depresinya berat,
  sementara itu bagi mereka yang beban psikologisnya masih pada
  derajat sedang, dapat dilakukan dengan pendekatan kelompok.

  Layanan konseling kelompok akan menjadi lebih efektif bila mereka
  juga difasilitasi untuk membentuk forum di antara sesama korban
  bencana. Lewat forum-forum yang mereka bentuk secara swadaya itulah
  nantinya mereka menemukan "keluarga baru" yang bisa dijadikan tempat
  untuk saling membantu keluar dari kesulitan yang memilukan.

  Menyembuhkan luka psikologis memang butuh waktu yang panjang dengan
  serangkaian proses psikologis yang konsisten. Oleh karena itu,
  seyogianya pemerintah sesegera mungkin menerjunkan relawan yang
  bertugas memberikan layanan konseling trauma. Seiring dengan semakin
  lancarnya bantuan logistik, layanan konseling seharusnya sudah mulai
  diberikan. Memang bisa dipahami adanya kesulitan pemerintah untuk
  menurunkan tim konseling trauma karena tidak mudah mencari relawan
  yang memiliki basis ilmu pengetahuan dan pengalaman di bidang ini.
  Tapi bagaimanapun, layanan konseling trauma harus bisa diwujudkan
  untuk membantu para korban bencana. Perlu dicatat bahwa manusia
  tidak hidup hanya dengan makan dan minum saja, melainkan butuh
  sentuhan psikologis yang mampu menyalakan api kehidupan dalam
  dirinya. Pemerintah, lewat layanan konseling trauma, juga diharapkan
  memfasilitasi terwujudnya pengembangan komunitas di daerah bencana
  yang bisa menjadi forum silaturahmi antarwarga korban gempa. Jika
  hal ini dapat diwujudkan, maka rekonstruksi Aceh akan lebih cepat
  berhasil dan warga korban bencana mampu membangun ketahanan sosial
  atas prakarsa sendiri.

  (Nugroho, doktor psikologi, Dosen Unnes, Sekretaris Dewan Riset
  Daerah Jawa Tengah).

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Suara Merdeka.com
  Penulis: Nugroho
  Alamat URL: http://www.suaramerdeka.com/harian/0501/18/opi03.htm

TELAGA _______________________________________________________________

         PERTOLONGAN DAN BIMBINGAN ROHANI BAGI KORBAN BENCANA

  1. Sikap melayani.

     Datanglah dengan penuh kerendahan hati dan kelembutan. Jangan
     menyuruh-nyuruh atau memerintahnya, apalagi bersikap kasar
     terhadapnya. Ingatlah, ia telah kehilangan mungkin hampir
     segalanya dan yang tersisa hanyalah dirinya. Perlakukan dia
     dengan penuh hormat sebagai seorang manusia -- sesama kita
     manusia!

  2. Kebutuhan fisik.

     Langkah pertolongan pertama terpusat pada aspek fisik, misalkan
     penampungan sementara, penyediaan air bersih, makanan, serta
     aspek kesehatan dan kebersihan lainnya.

  3. Informasi yang jelas, konsisten, dan berkala.

     Sedapatnya, berikanlah gambaran akan apa yang tengah
     direncanakan, misalkan upaya pencarian dan penyelamatan korban
     dan berapa lama ia akan ditampung di tempat itu. Sudah tentu
     semua ini tidak pasti dan kita harus mengatakannya apa adanya.
     Lebih baik menentukan batas waktu yang lebih panjang daripada
     terlalu pendek untuk menghindari kekecewaan dan ledakan
     kemarahan.

     Sampaikan informasi perkembangan situasi secara berkala dan
     konsisten. Korban perlu informasi sebab dalam keadaan darurat,
     informasi menjadi kebutuhan yang penting. Informasi juga menjadi
     alat komunikasi antara pihak pemberi bantuan dan korban. Ini
     penting diterima korban. Tanpa informasi, komunikasi terputus.
     Dan dengan terputusnya komunikasi, korban mudah limbung dan
     terpengaruh oleh bujukan negatif.

  4. Aktivitas yang terapeutik.

     Isilah hari-hari dalam penampungan dengan aktivitas yang
     menyegarkan sekaligus terapeutik. Aktivitas yang ringan dan
     menyegarkan akan menolong korban untuk sejenak lepas dari
     penderitaan dan membangun sikap positif. Hal ini dapat dilakukan
     lewat permainan kelompok. Namun, diperlukan pula aktivitas yang
     terapeutik guna menolong korban melewati fase kehilangan dan
     kesedihan. Ini dilakukan lewat terapi kelompok maupun individual,
     bila memungkinkan. Sebaiknya daftar kegiatan diberitahukan sejak
     awal dan dengan jelas sehingga korban tahu aktivitas apa saja
     yang ditawarkan pihak penolong.

  5. Perencanaan hidup.

     Selain konseling psikologis, diperlukan pula konseling karier.
     Korban kehilangan mata pencaharian dan mungkin tidak dapat
     kembali ke karier semula. Lewat konseling karier, korban mulai
     dapat memikirkan dan merencanakan alternatif lainnya.

  6. Berdamai dengan dan bersandar pada Tuhan.

     Dalam bimbingan rohani, sebagai langkah awal, penting bagi kita
     untuk memastikan kondisi rohani korban sebelum bencana datang.
     Apakah korban hidup akrab dengan Tuhan? Apakah korban matang
     secara rohani? Semakin hidup dekat dengan Tuhan dan matang
     rohani, semakin mudah korban berserah kepada Tuhan dan
     memercayakan hidupnya (termasuk bencana ini) kepada kebaikan dan
     pemeliharaan Tuhan yang sempurna. Sebaliknya, semakin tidak akrab
     dengan Tuhan dan tidak dewasa secara rohani, semakin cepat dan
     mudah korban menyalahkan Tuhan dan mempertanyakan kebaikan maupun
     pemeliharaan Tuhan.

     Kepada yang dewasa secara rohani, bimbingan rohani lebih
     merupakan dukungan doa dan penguatan lewat janji Tuhan yang
     tersurat di firman-Nya. Kepada yang kurang dewasa, bimbingan
     rohani untuk sementara ditangguhkan. Bimbingan rohani pada tahap
     ini cenderung berdampak negatif sebab akan lebih memercikkan api
     kemarahan kepada Tuhan. Sebaiknya kita hanya mendengarkan
     kemarahan korban dan memberinya kesempatan melampiaskan
     keluhannya tanpa mencoba untuk memberinya penjelasan rohani,
     mengapa Tuhan mengizinkan semua ini terjadi. Setelah reda
     kemarahannya dan sampai pada tahap menerima, barulah bimbingan
     rohani dapat dimulai.

     Kuncinya di sini adalah:
     - jangan mengaitkan malapetaka dengan kemarahan atau hukuman
       Tuhan karena memang belum tentu demikian, dan
     - jangan menyalahkan korban sebagai penyebab datangnya bencana
       ini sehingga korban terus mencari-cari kesalahan atau dosanya.

  7. Dua pertanyaan yang menuntut pergumulan adalah:
     - mengapakah Tuhan membiarkan malapetaka ini terjadi, dan
     - apakah maksud Tuhan di belakang malapetaka ini?

     Sebagai pembimbing, kita perlu menuntunnya untuk:
     - Melihat dan memahami karakter Allah, yakni baik dan penuh
       kasih;
     - Meyakini bahwa karakter Allah tidak pernah berubah, apa pun
       yang terjadi; dan
     - Menyerahkan ketidakmengertian ini kepada pemeliharaan-Nya.

  Dengan kata lain, pada akhirnya kita harus memandu korban untuk
  kembali memercayai Tuhan. Ini adalah kuncinya. Berilah kepada korban
  waktu untuk sembuh sebab bagaimanapun juga, malapetaka sebesar ini
  telah mencederai rasa percaya korban kepada karakter dan
  pemeliharaan Tuhan. Sebab sebagai insan, kita cenderung mengaitkan
  kebaikan Tuhan dengan hal-hal baik yang diberikan-Nya.

  Firman Tuhan: "Dibuat-Nya padang gurun menjadi kolam air dan tanah
  kering menjadi pancaran-pancaran air." (Mazmur 107:35)

  Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. 206A
  yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
  -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
  e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
                            atau: < TELAGA(at)sabda.org >
  atau kunjungi situs TELAGA di:
  ==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?pertolongan_dan_bimbingan_rohani_bagi_korban_bencana_i.htm

TANYA JAWAB __________________________________________________________

                   TSUNAMI, PERINGATAN DARI TUHAN?

  TANYA

  Pak Pdt. Yth.,

  Pada 26 Desember 2004 yang lalu, di wilayah negara kita, tepatnya di
  Aceh dan Sumut, diterpa bencana Tsunami. Bahkan bencana tersebut
  juga terjadi di negara-negara lain. Melihat tayangan di televisi,
  betapa mengerikan sekali.

  Sebagai orang Kristen, kita seperti diingatkan dengan peristiwa Nabi
  Nuh karena air yang menjadi teman kita justru menyerang tak kenal
  ampun. Ironis memang kalau tragedi itu disamakan dengan peristiwa
  Nabi Nuh. Karena begitu banyaknya pendapat mengenai peristiwa
  tersebut, maka dengan ini saya menanyakan:
  1. Apakah benar peristiwa seperti itu bentuk hukuman Allah kepada
     umat?
  2. Atau itu hanya peringatan saja?
  3. Atau tidak kedua-duanya? Mohon penjelasan bagaimana kita sebagai
     orang Kristen memandang dengan persepsi yang benar?
  Atas kesediaan Bapak menjawab pertanyaan, saya ucapkan terima kasih.

  Salam,
  RP di Rempoa

  JAWAB

  Pdt. Rudianto Djajakartika:

  Sdr. RP yang sedang prihatin,
  Kita memang patut prihatin atas bencana Tsunami yang melanda negara
  kita dan beberapa negara yang lain. Sebagai orang beriman, kita juga
  perlu merenungkan hal ini dan belajar dari peristiwa ini. Saya
  sendiri dalam perenungan saya, merasakan betapa kecil dan rapuhnya
  kita. Kita yang sering sombong dan merasa dapat mengatur segalanya,
  ternyata begitu mudah dilibas oleh kekuatan alam yang mahadahsyat.

  Selain prihatin atas terjadinya bencana Tsunami, ada satu
  keprihatinan saya yang lain. Keprihatinan dan kesedihan mendalam
  yang saya tujukan kepada saudara-saudara saya sesama umat kristiani.
  Saya sungguh prihatin atas sikap sombong sebagian umat kristiani
  yang berdiri di atas derita sesamanya dengan mengatakan bahwa
  bencana ini adalah bentuk hukuman Tuhan atas mereka yang terkena
  musibah. Bahkan ada yang lebih sombong lagi mengatakan, ini hadiah
  Natal dari Tuhan buat umat kristiani. Mana mungkin Tuhan memberi
  kado dalam wujud ratusan ribu mayat dan keluarga yang
  tercerai-berai?

  Tetapi jika bukan demikian, lalu apa? Bukankah Tuhan Mahakuasa dan
  semua yang terjadi di bawah kendali-Nya? Bukankah Alkitab
  menyaksikan bahwa Tuhan menguasai alam raya ini, termasuk juga gempa
  dan Tsunami?

  Saya katakan ya! Tuhan memang berkuasa juga atas gempa dan Tsunami.
  Mengingkari kemahakuasaan Tuhan ini sama saja dengan mengingkari
  pengakuan iman kita bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi
  dengan segala isinya.

  Tetapi ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan berkaitan dengan
  keberadaan Allah sebagai pencipta. Pada waktu Allah menciptakan alam
  semesta ini, Ia bukan hanya mencipta, tetapi juga mengatur dan
  menetapkan hukum-hukum alam yang mengatur alam raya ini! Misalnya,
  Allah mengatur matahari sebagai penerang pada siang hari dan bulan
  bintang sebagai penerang pada malam hari (Kej. 1:16 bdk. Yer.
  31:35). Masih banyak bagian Alkitab lain yang menyatakan bagaimana
  alam raya ini sungguh diatur oleh Tuhan melalui hukum alam yang
  ditetapkan-Nya.

  Nah, yang harus kita sadari adalah bahwa sejak Tuhan menetapkan
  hukum-hukum alam ini, maka Allah Yang Mahakuasa secara sengaja
  menahan kuasanya sehingga alam semesta ini berjalan sesuai dengan
  hukum yang sudah ditetapkan-Nya (bdk. Yer. 31:36). Tuhan tidak
  mengintervensi semua yang sudah ditetapkan-Nya. Dia tetap Allah yang
  Mahakuasa, yang juga berkuasa terhadap alam, misalnya meneduhkan
  badai yang menimpa kapal murid-murid-Nya. Tapi, bukan berarti bahwa
  segala peristiwa alam lalu dilempar kepada Allah.

  Bagian-bagian Alkitab yang spesifik dan menunjukkan kemahakuasaan
  Allah atas alam, tidak bisa menggantikan bagian-bagian Alkitab yang
  lebih universal seperti kisah penciptaan di mana Allah secara
  sengaja menahan kuasa-Nya dan menyerahkan kelangsungan alam semesta
  berdasar hukum alam yang sudah ditetapkan-Nya.

  Lalu bagaimana dengan peristiwa bencana gempa dan Tsunami? Bagi
  saya, gempa ya gempa, ada pergeseran patahan bumi yang kebetulan ada
  di dasar laut. Akibatnya muncul Tsunami. Pergeseran patahan itu
  sendiri juga merupakan siklus tertentu yang akan muncul entah berapa
  tahunan. Jadi, ya semata peristiwa alam biasa.

  Tentu sebagai orang beriman, kita perlu merenung dari sisi iman.
  Saya pun merenung dan mendapatkan betapa kecil dan rapuhnya manusia.
  Mungkin orang lain mendapatkan hasil perenungannya berbeda dari
  saya. Itu sah-sah saja! Tetapi, mengaitkan Tsunami kemarin dengan
  hukuman Tuhan rasanya kok terlalu jauh. Kasihan Tuhan kalau dalam
  setiap peristiwa alam yang membawa bencana, Dia kemudian menjadi
  sasaran tembak kita. Bukannya menghukum, saya justru melihat Tuhan
  menolong dengan cara menggerakkan manusia dari segala penjuru dunia
  untuk menolong para korban bencana Tsunami.

  Di tengah keprihatinan dan kesedihan saya, ada sedikit rasa syukur,
  bukan atas musibah yang terjadi, tetapi atas bersatunya umat manusia
  untuk menolong sesamanya yang menderita. Ternyata manusia yang
  katanya adalah serigala bagi sesamanya bisa bersatu atas nama
  kemanusiaan! Nah, semoga jawaban ini bisa mengurai keprihatinan
  Anda.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Gereja Kristen Indonesia Pondok Indah Jakarta
  Alamat URL: http://www.gkipi.org/files/pastoralia/050311.htm

ULASAN SITUS _________________________________________________________

        MEMBANGUN KOMUNITAS PEDULI KONSELING DAN PARENTING:
           LAYANAN KONSELING KELUARGA DAN KARIR (LK3)

  Sekilas, situs ini hanya seperti "company profile" dari LK3 (Layanan
  Konseling Keluarga dan Karir) saja. Tetapi saat ditelusuri lebih
  dalam, situs ini menyimpan banyak bahan-bahan konseling dan juga
  kesaksian-kesaksian yang menguatkan. Selain berisi bahan-bahan
  seputar konseling, situs ini juga menampilkan berita-berita
  pelayanan LK3, tulisan pribadi Pdt. Julianto Simanjuntak yang adalah
  pendiri LK3 ini, dan masih banyak lagi. Fasilitas forum juga
  disediakan bagi para pengunjung yang ingin memberikan komentar
  mengenai topik-topik yang ada dalam situs ini. Visi "Membangun
  individu dan keluarga yang cinta Tuhan, saling memedulikan, dan
  menjadi berkat (Mazmur 112)" benar-benar tertanam dalam situs ini
  sehingga siapa saja yang berkunjung bisa mendapat berkat.

  ==>  http://www.lk3web.info/news.php

INFO _________________________________________________________________

           LOWONGAN PEKERJAAN PROGRAMMER DAN WEB PROGRAMMER

  Dunia teknologi terus berinovasi ....

  - Pernahkah Anda berpikir, apa peran teknologi bagi Kerajaan Allah?
  - Maukah Anda mengambil bagian dalam misi Allah di era teknologi
    ini?

  Bergabunglah bersama kami!

  Yayasan Lembaga SABDA dibangun atas kerinduan untuk mengambil bagian
  dalam visi misi Allah dengan memakai teknologi komputer dan internet
  untuk menjadi alat bagi pembangunan Kerajaan-Nya di dunia.
  ==> http://www.ylsa.org/

  Yayasan Lembaga SABDA mengajak Anda yang memiliki kualifikasi
  berikut ini untuk bergabung:

  1. Lowongan Programmer/Database Designer:
     a. Tingkat pendidikan tidak dibatasi (Spesialisasi Teknik
        Komputer/Informatika/Matematika)
     b. Menguasai minimal 1 bahasa pemrograman modern (C+, C#,
        Scripting, Java, PHP, Python, Perl, Ruby, dll.)
     c. Memiliki kemampuan logika dan matematika.
     d. Menguasai Bahasa Inggris.
     e. Memiliki pengalaman di bidangnya.

  2. Lowongan Web Programmer/Web Designer:
     a. Tingkat pendidikan tidak dibatasi (Spesialisasi Teknik
        Komputer/Informatika/Matematika)
     b. Menguasai HTML, PHP, dan MYSQL (terutama untuk Web Programmer)
     c. Memiliki kemampuan design dan menguasai minimal 1 tool untuk
        grafis (khusus untuk web designer).
     d. Diutamakan bagi yang sudah pernah membuat website.

  Kualifikasi umum:
  1. Sudah lahir baru dan hidup baru dalam Kristus, dan sudah
     dibaptis.
  2. Pria atau Wanita; diutamakan yang belum menikah.
  3. Mampu bekerja dalam tim dan memiliki kemampuan adaptasi yang
     tinggi.
  4. Dapat bekerja dengan deadline yang ketat dan memiliki ketelitian
     yang tinggi.
  5. Memunyai semangat tinggi untuk terus belajar dan melayani di
     bidang teknologi informasi.
  6. Bersedia ditempatkan di Solo - Jawa Tengah, minimal untuk 2
     tahun.

  Bagi yang berminat bergabung, kirimkan surat lamaran resmi dan CV
  lewat email ke: ==> rekrutmen-ylsa(at)sabda.org

  Atau kirim secepatnya lewat pos ke:

                         YLSA/SABDA
                         KOTAK POS 25
                         SLONS 57135

  Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi: ylsa(at)sabda.org

_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Evie Wisnubroto
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2008
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________ 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org