Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/149

e-Konsel edisi 149 (1-12-2007)

Kesaksian Natal

                    Edisi (149) -- 01 Desember 2007

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar           : Bersaksi di Tengah Rutinitas
  = Renungan            : Betlehem di Hatiku
  = Cakrawala           : Terlalu Gembira untuk Merenung
  = Kesaksian 1         : Natal, Masa untuk Menggali Kenangan
  = Kesaksian 2         : Bintang Masa Lampau
  = Tips                : Buat Catatan Harian Adven
  = Info 1              : Kirim Ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru
  = Info 2              : SOTeRI

                   ======= PENGANTAR REDAKSI ==========

  Memasuki Minggu Adven pertama, suasana Natal tentu sudah mulai
  terasa di berbagai tempat. Di gereja-gereja, liturgi khusus
  menyambut dan merayakan Natal pun telah dan mulai disusun. Mungkin
  panitia perayaan pun semakin giat mempersiapkan segala sesuatunya.
  Selain di gereja, suasana Natal juga bisa kita rasakan di sekitar
  kita. Lihat saja atribut Natal yang sudah mulai dipajang di berbagai
  tempat, mulai dari pusat perbelanjaan, hotel, dan rumah makan. Malah
  Anda sendiri mungkin tengah mempersiapkan ornamen-ornamen Natal di
  rumah Anda.

  Ciri lain yang biasa muncul di saat menjelang Natal adalah lagu-lagu
  Natal yang mulai membahana di berbagai tempat. Sementara kisah-kisah
  Natal dan kesaksian Natal mulai dituturkan dan disaksikan. Memang
  demikianlah nuansa Natal, yang memberikan suasana tersendiri bagi
  kita dalam merayakan kelahiran Yesus Kristus, Sang Juru Selamat.

  Kesibukan mempersiapkan Natal memang selalu menguras waktu dan
  tenaga kita. Tapi ingat, jangan sampai kesibukan ini hanya menjadi
  rutinitas yang kita lakukan menjelang natal. Cobalah renungkan
  kembali kasih Allah kepada kita saat mempersiapkan Natal tahun ini.
  Lakukan sesuatu yang juga bisa membuat orang-orang di sekitar kita
  merasakan kasih Allah melalui Natal kali ini, misalnya dengan
  menceritakan kasih Allah yang sudah Anda rasakan hingga saat ini.
  Jadikan kesaksian Anda ini sebagai alat untuk menyemarakkan Natal,
  seperti beberapa kesaksian dalam edisi kali ini.

  Mari terus menyaksikan kasih Allah supaya Natal kita menjadi lebih
  bermakna dan menjadi berkat bagi keluarga, sahabat, teman, atau
  siapa saja yang mendengarnya. Selamat menyiapkan Natal!

  Pemimpin Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

                    ========== RENUNGAN ==========

                          BETLEHEM DI HATIKU

  Bacaan: Yesaya 6:1-7

  "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah
  diberikan untuk kita; ... dan namanya disebutkan orang: Penasihat
  Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yesaya
  9:5).

  Aku dilahirkan di Rhodes, Yunani, dalam keluarga Kristen Ortodoks
  Yunani. Meskipun sejak kecil aku tinggal di Argentina, aku sering
  berpikir tentang kakekku, seorang pendeta Gereja Ortodoks di Yunani.

  Kenangan yang paling berkesan bagiku adalah tentang perayaan Natal.
  Orang-orang Kristen Ortodoks berusaha menyucikan tubuh dan
  pikirannya di masa Adven. Di Yunani, kami melambangkan penyucian
  ini dengan mengecat putih semua tembok rumah. Masa Adven sangat
  istimewa dan menyimpan kenangan bagi kami.

  Ketika kami mengenang ini, aku mendengar lagi nyanyian para
  malaikat, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai
  sejahtera di bumi" (lihat Lukas 2:14). Kata-kata itu mengingatkan
  aku akan bayi Yesus yang kuasa kasih-Nya telah mengubah sejarah.
  Hadiah luar biasa ini memberi kita sukacita yang penuh. Yesus adalah
  Terang, Jalan, dan Kebenaran, serta jaminan kita akan hidup yang
  kekal.

  Pokok pikiran: Bagaimana menyiapkan hatiku untuk menyambut Kristus
  dalam Minggu Adven ini?

  Doa syafaat: Mereka yang mencari pembaruan rohani dalam masa Adven.

  Diambil dari:
  Majalah : Kalam Hidup, Edisi Desember 2003, Tahun ke-73, No.696
  Penulis : Nn. Virginia Rhodas (Buenos Aires, Argentina)
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup -- Gereja Kemah Injil Indonesia,
            Bandung 2003
  Halaman : 21

                   ========== CAKRAWALA ==========

                    TERLALU GEMBIRA UNTUK MERENUNG

  "Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah
  dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang
  mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu
  kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam
  hatinya dan merenungkannya." (Lukas 2:17-19)

  Natal adalah kesempatan untuk pesta, itulah yang terjadi sekarang.
  Rasanya Natal jadi kurang greget kalau tidak disertai dengan
  gemerlap lampu, pelbagai dekorasi Natal, berlimpahnya makanan, dan
  indahnya pakaian.

  Natal juga kesempatan untuk memeragakan seluruh keterampilan warga
  gereja. Pelbagai pertunjukkan bertemakan Natal dipersiapkan sampai
  berbulan-bulan. Akhirnya, terselenggaralah ibadah dan perayaan Natal
  yang sangat meriah, panjang, penuh atraksi, dan tentunya ...
  meletihkan.

  Dengan semua itu, Natal diharapkan menjadi kesempatan bagi orang
  Kristen untuk mengekspresikan segenap sukacita dan kegembiraan
  mereka atas kelahiran Sang Juru Selamat!

  Saya belum menikah, apalagi punya anak. Jadi, saya belum bisa
  menghayati sepenuhnya kegembiraan menantikan dan menyaksikan
  kelahiran seorang anak. Namun, saya yakin bahwa ketika Tuhan Yesus
  lahir, Bunda Maria pasti sangat gembira. Begitu juga Yusuf.

  Surga pun bergembira. Para malaikat memuji Allah (Luk. 2:13).

  Para gembala, yang termasuk masyarakat kelas bawah dalam tatanan
  sosial Yahudi, tentu turut bergembira ketika menerima kabar baik
  untuk mereka: "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu
  Kristus, Tuhan, di kota Daud" (ay. 11). Karena itu, tanpa
  menunda-nunda, mereka segera ke kota Daud untuk mencari Sang Bayi
  yang "dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan".

  Saya bayangkan, sesampai di kota kecil Betlehem, para gembala itu
  menyapa orang-orang yang mereka temui di sana. Mereka bertanya, "Di
  mana kami bisa menjumpai seorang bayi yang baru lahir dan
  dibaringkan di palungan?" Tentunya semangat mereka menimbulkan minat
  dalam hati beberapa penduduk Betlehem untuk ikut mencari Sang Bayi
  misterius.

  Akhirnya, rombongan itu menemukan apa yang mereka cari. Mereka
  "menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di
  dalam palungan" (ay. 16). Pasti mereka begitu gembira. Lalu dengan
  penuh semangat, "mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan
  kepada mereka tentang Anak itu" (ay. 17). Bayangkan "serunya" mereka
  bercerita tentang perjumpaan mereka dengan malaikat pembawa kabar
  baik di padang Efrata! Juga tentang kabar baik itu sendiri!

  Di sisi lain, saya melihat ekspresi yang lain dari para penduduk
  Betlehem yang mengikuti para gembala. Kitab Suci mencatat, "Dan
  semua orang yang mendengarkannya heran tentang apa yang dikatakan
  gembala-gembala itu kepada mereka" (ay. 18). Ekspresi mereka adalah
  heran. Penginjil Lukas tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang
  mereka perbuat. Cuma heran. Titik.

  Mari kita kembali kepada ekspresi para gembala. Setelah menjumpai
  bayi Yesus dan bercerita tentang apa yang mereka alami dan dengar,
  kembalilah mereka kepada aktivitas mereka dengan sukacita, sambil
  memuji dan memuliakan Allah (ay. 20). Mengapa? "Karena segala
  sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan
  apa yang telah dikatakan kepada mereka" (ay. 20). Setelah itu,
  tokoh-tokoh ini menghilang begitu saja.

  Gambaran mengenai ekspresi kegembiraan para gembala hanyalah satu
  sisi dari gambaran kegembiraan Natal. Kegembiraan karena apa? Karena
  apa yang dapat didengar dan dilihat. Kalau mau ditambahkan ..., yang
  dapat diraba!

  Apakah kegembiraan Natal hanya berhenti pada peristiwa Natal itu
  sendiri, tanpa kelanjutan?

  Sekarang mari kita perhatikan ekspresi Maria. Seperti telah saya
  sampaikan tadi, Maria pasti bergembira atas kelahiran Putranya.
  Namun, mendengar apa yang dikatakan para gembala tentang Sang Bayi,
  ia menunjukkan ekspresi kegembiraan yang berbeda: "Tetapi Maria
  menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya"
  (ay. 19).

  Malam itu, Maria harus melahirkan Putranya di tempat yang sangat
  tidak layak -- di kandang binatang. Ia harus membaringkan Putranya
  di "ranjang" yang sangat kotor -- palungan. Lalu, ia dan suaminya
  mendapat kunjungan dari orang-orang kalangan bawah, para gembala,
  yang mengatakan hal-hal yang luar biasa tentang Bayi mereka.
  Pastilah muncul banyak tanda tanya besar di hati Maria. Mungkin,
  sempat ia berkata dalam hati, "Kalau Bayi ini Sang Juru Selamat,
  mengapa Ia harus lahir seperti ini?" Sungguh, Maria tidak mampu
  mencerna makna dari semua kejadian itu. Ia hanya bisa menyimpannya
  dalam hati, lalu merenungkannya. Dalam hal ini, Maria menunjukkan
  kerendahan hati seorang hamba. Dia menurut saja pada kehendak
  Tuhannya.

  Apa saja yang direnungkan sang bunda? Saya yakin ia mencoba
  merangkai potongan-potongan kejadian dalam perjalanan hidupnya,
  peristiwa demi peristiwa, mencoba memahami makna di balik semua itu,
  dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan.

  Saat ini, kala memperingati Natal, apakah kita hanya akan heran
  seperti orang-orang yang mengikuti para gembala? Atau kita hanya
  akan berusaha bergembira karena segala yang dapat dilihat, didengar,
  dan diraba pada kesempatan Natal, seperti para gembala? Atau seperti
  Maria, kita juga akan menerima dan menyimpan segala anugerah-Nya
  dalam hati kita, dan terus-menerus merenungkannya di sepanjang hidup
  kita? Mencoba merangkai semua hal yang telah kita alami supaya kita
  lebih memahami maksud Allah bagi kita dan tanggung jawab yang
  dipercayakan-Nya kepada kita? Semoga!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Harta Karun Natal: Kumpulan Paparan Inspiratif
              Alkitabiah tentang Natal
  Penulis   : Satya Hedipuspita
  Penerbit  : Mitra Pustaka dan Literatur Perkantas Jawa Barat,
              Bandung 2005
  Halaman   : 125 -- 130

                  ========== KESAKSIAN 1 ==========

                 NATAL, MASA UNTUK MENGGALI KENANGAN

  Pada suatu musim panas, keluarga saya memberi pekerjaan kepada
  seorang pengembara meskipun kami menduga orang itu peminum. Pada
  musim gugur, ia meninggalkan kami, tetapi pada hari Natal, sebuah
  kartu Natal dikirim dari tempat yang ratusan mil jauhnya -- tak ada
  pesan yang tertulis, hanya ada tanda tangan. Lalu pada musim semi,
  ia datang menemui kami.

  "Saya sudah berhenti minum-minum," katanya. "Saya akan mendapat
  pekerjaan tetap." Waktu kami mengucapkan terima kasih atas kartu
  yang dikirimnya, ia mengatakan itu satu-satunya kartu yang
  dikirimnya. "Saya ingin berterima kasih melalui kartu itu, bukan
  karena pekerjaan yang kalian berikan, tetapi karena kalian
  menghargai saya. Itu membantu saya memasuki kehidupan yang baru."

  Kemudian ada seorang ibu di sebuah rumah sakit. Ia membawa-bawa
  kartu yang diterimanya dari seorang teman kami di dalam tasnya yang
  kecil. Dan selama masa Natal, ia akan menghentikan orang dan
  berkata, "Lihat kartu Natal ini. Majikan saya yang mengirimkannya.
  Saya tidak dilupakannya." Tidak lama sesudah itu, kami mendengar
  kabar bahwa kartu itu, satu-satunya kartu yang diterimanya,
  merupakan awal kesembuhannya.

  Sekarang, menjelang Natal, saya mengingat kedua kartu Natal itu.
  Masing-masing menggambarkan kelahiran baru pada hari Natal dan
  kedua-duanya mengingatkan saya bahwa Natal adalah masa yang tepat
  untuk menggali kenangan.

  Diambil dari:
  Judul buku   : Kisah-kisah Nyata Seputar Natal
  Judul artikel: Natal, Masa untuk Menggali Kenangan
  Penulis      : Reamer Kline
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989
  Halaman      : 163

                   ========== KESAKSIAN 2 ==========

                         BINTANG MASA LAMPAU

  Natal membangkitkan berbagai kenangan. Sebagai seorang anak
  laki-laki, aku masih ingat ketika aku berada di tengah-tengah
  kegembiraan yang tak dapat dilukiskan antara kereta api listrik,
  sepeda-sepeda, sarung tangan baseball, dan sepatu roda. Sebagai
  seorang ayah muda, aku ingat ketika mata anak-anakku yang kecil
  bercahaya. Mereka melihat keajaiban pada hari itu. Tetapi di antara
  itu semua, ada sebuah Natal yang tak dapat kulupakan.

  Pada Natal tahun 1945, aku bekerja sebagai tentara yang ditugaskan
  di daerah yang ditaklukkan, yaitu di Frankfurt, Jerman. Aku harus
  menjaga keamanan dan ketertiban di tempat itu. Perang telah berakhir
  kira-kira tujuh bulan sebelumnya dan meninggalkan puing-puing yang
  merupakan reruntuhan sebagian besar kota. Banyak di antara
  rumah-rumah yang ditinggalkan dalam keadaan utuh kemudian diambil
  alih untuk perumahan tentara AS. Di antara para perwira angkatan
  bersenjata, kami bertiga tinggal di sebuah rumah bertingkat tiga.
  Rumah itu cukup untuk menampung kami. Setiap hari kerja, kami pergi
  ke kantor dan pulang malam hari. Ketika kami pulang, tempat tidur
  sudah dibereskan oleh seorang wanita tua dengan sangat rapi. Rumah
  kami pun sudah dibersihkan olehnya. Ia berkebangsaan Jerman dan
  dipekerjakan oleh angkatan bersenjata AS sebagai pengurus rumah
  tangga untuk beberapa rumah di daerah itu. Karena ia sangat sibuk,
  kami hanya sesekali melihat wanita yang lemah itu. Percakapan kami
  terbatas karena ia tidak dapat berbahasa Inggris dan bahasa Jerman
  kami pun buruk. Melalui bahasa isyarat dan senyuman, kami
  menunjukkan kepuasan kami atas pekerjaannya.

  Seminggu sekali, aku pergi ke kantin tentara untuk mengambil ransum
  gula-gula yang berbentuk batangan, sabun, dan keperluan-keperluan
  tambahan. Kadang-kadang aku mengomel karena tidak ada banyak pilihan
  di tempat itu. Tetapi aku selalu membeli semua yang boleh kubeli.
  Aku menyimpan kelebihannya di dalam lemari kecilku yang dapat
  dikunci. Ketika Natal sudah dekat, aku sepantasnya memberi sedikit
  hadiah kepada pengurus rumah tangga itu. Aku memberinya beberapa
  barang dari kelebihan barang yang kusimpan. Aku mengisi sebuah kotak
  kardus yang besar dengan gula-gula yang berbentuk batangan, sabun,
  dan beberapa kaleng jus buah. Dalam sistem barter di antara
  orang-orang Jerman, hadiahku kepadanya bernilai banyak dan jumlah
  dolarnya pun banyak. Tetapi bagiku, harganya tak berarti.

  Aku tahu bahwa wanita itu tak akan bekerja pada hari Natal. Ketika
  aku berangkat ke kantor pada 24 Desember, aku taruh kotak hadiahku
  dan sebuah kartu ucapan selamat Natal di atas meja yang bisa
  dilihatnya. Sepanjang hari, aku merasa agak bangga bila mengingat
  banyaknya hadiah yang kuberikan kepadanya. Dia seperti seorang ahli
  waris wanita di daerahnya yang miskin.

  Ketika aku pulang dalam kegelapan di malam hari pada bulan Desember,
  aku melihat dari jendela sebuah cahaya lampu yang temaram. Rumah itu
  sepi. Hadiahku dan si penerima hadiah tidak kelihatan. Tetapi di
  bawah cahaya lampu, aku melihat ada kartu Natal dan hadiah dari
  wanita itu untukku. Aku tak mengharapkan hadiah, tetapi ternyata itu
  ada. Ia memberikan hadiah sesuai kemampuannya, dan itu diberikannya
  dengan semangat Natal yang sesungguhnya.

  Ada sepuluh lembar kartu pos bergambar yang sudah tua dan
  ujung-ujungnya sudah terlipat. Kartu pos itu menggambarkan kota
  Frankfurt, dan diletakkan di atas meja yang diterangi lampu temaram
  itu. Selain itu, ada selembar kertas dan tulisan rapi yang berbunyi,
  "Selamat Natal". Kartu-kartu ini adalah harta yang sangat berarti
  baginya. Kartu-kartu ini memunyai makna tersendiri di samping
  gambar-gambar yang memesona di dalamnya. Ia menaruh setiap kartu
  pada ujungnya dan menyatukannya sehingga setiap dua kartu membentuk
  suatu titik dan kesepuluh kartu itu membentuk sebuah bintang Natal.

  Aku melihat hadiah itu dan memikirkan wanita ini. Saat itu, aku
  dapat membayangkannya sedang berada di Frankfurt pada tahun-tahun
  yang lalu. Toko-tokonya terang dan penduduknya larut dalam
  kegembiraan. Aku dapat membayangkan gedung opera yang megah,
  gedung-gedung pemerintah, taman-taman, dan jembatan-jembatan di kota
  itu. Aku pun dapat membayangkan hari-hari penuh keceriaan sebelum
  semuanya diporak-porandakan oleh perang. Itu terjadi ketika kota
  yang dicintainya, Frankfurt, masih penuh kehidupan.

  Sekarang, kondisi Frankfurt amat menyedihkan dan hancur. Pengurus
  rumah tangga yang kecil ini pun sudah tua dan lemah. Apa yang dapat
  diberikan oleh seorang wanita kecil yang tua dan miskin? Ia hanya
  bisa memberi dari kemiskinannya dan dari hatinya. Tetapi, aku tahu
  bahwa ia telah memberikan sesuatu dari harta bendanya yang paling
  berharga. Barang itu ialah kenangan yang paling disayanginya dari
  kota cantik yang dicintainya.

  Hanya sedikit yang dapat ia berikan, tetapi hanya itulah yang
  dimilikinya. Lima puluh tahun kemudian, bila aku sesekali membelai
  gambar-gambar yang pudar pada kartu-kartu pos yang tersimpan di
  dalam kotak, aku diingatkan kembali pada rasa cinta dan cara memberi
  yang sejati pada masa Natal. Setiap tahun, kadang-kadang kami
  menyusun kartu-kartu itu di atas meja untuk membentuk bintang Natal
  seperti yang dilakukannya di Jerman malam itu. Sekali lagi, aku
  menyadari bahwa ada kebajikan yang jauh lebih banyak di dalam
  hadiahnya yang sederhana. Ini lebih daripada apa yang kuberikan
  kepadanya. Mudah bagiku untuk mendapatkan barang-barang yang
  kuberikan kepadanya. Aku mungkin bangga karena bisa memberikan semua
  itu untuknya. Itulah pelajaran yang diberikan kepadaku.

  Mukjizat sebenarnya yang memengaruhi hatiku pada malam itu adalah
  pengetahuan yang kuperoleh secara tiba-tiba. Bintang yang diberikan
  wanita itu kepadaku ternyata mewakili sebuah bintang lain yang
  muncul sembilan belas abad yang lalu (pada saat cerita ini
  ditulis -- Red). Cinta yang lahir dari bintang itu dapat mengatasi
  segala hambatan bahasa, ras, dan agama di seluruh dunia. Bahkan di
  sebuah negara dan di dunia yang tercabik-cabik oleh perang, pengaruh
  dan cinta Natal yang pertama itu telah membuat kami semua
  bersaudara.

  (Kesaksian dari John B. Matheson, JR., Salt Lake City, Utah)

  Bahan diambil dari:
  Judul buku     : The Magic of Christmas Miracle
  Dituliskan oleh: Jamie C. Miller, Laura Lewis, dan Jennifer Basye
                   Sander
  Penerbit       : PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2002
  Halaman        : 159 -- 163

                      ========== TIPS ==========

                      BUAT CATATAN HARIAN ADVEN

  O datanglah, Immanuel,
  Tebus umatmu Israel
  Yang dalam berkeluh kesah,
  Menantikan Penolongnya,
  Bersoraklah, hai Israel,
  Menyambut sang Imanuel!

  (Kidung Jemaat 81:1)

  Catatan harian Adven adalah cara yang sangat baik untuk merekam
  perenungan, harapan, dan doa-doa Anda sepanjang masa Adven.

  - Mungkin Anda ingin memunyai catatan harian dari tahun ke tahun
    dengan hanya menulis sedikit setiap masa Adven.

  - Mungkin Anda ingin memunyai catatan harian hanya untuk satu tahun
    saja. Anda bisa menambah catatan untuk masa perayaan Natal dan
    Epifania untuk mendapatkan sudut pandang yang utuh sepanjang masa
    Natal.

  - Mungkin Anda ingin membuat catatan harian Adven keluarga dengan
    mengajak tiap anggota keluarga mengisinya.

  - Mungkin Anda ingin menghiasi catatan harian Anda dengan potongan
    dari kartu-kartu Natal kesayangan Anda.

  - Mungkin Anda ingin mengajak tiap anak Anda untuk membuat catatan
    harian Natal. Doronglah anak Anda untuk mencatat kenangan favorit
    mereka, daftar doa Natal mereka, bahkan mungkin surat untuk Bayi
    Yesus.

  - Mungkin Anda ingin menyisipkan benda pengingat dari musim Natal
    dalam catatan harian Adven Anda -- setangkai daun holly kering,
    daftar acara kejadian istimewa, foto, atau lukisan Natal dan
    lukisan musim dingin.

  Pribadi
  -------
  Jaga agar catatan harian Anda bersifat pribadi. Jadikan ini sebagai
  cara bagi Anda untuk menyatakan diri dengan cara yang pribadi dan
  akrab. Gunakan catatan harian Anda sebagai cara merekam:
  - hasil perenungan Anda pada kisah-kisah Natal dan masa Adven;
  - kerinduan dan keinginan spiritual Anda;
  - harapan dan penantian Anda tentang apa yang akan dilakukan Kristus
    dalam dan melalui hidup Anda; dan
  - perenungan Anda akan simbol-simbol musim Natal ini.

  Berpusat pada Kristus
  ---------------------
  Jaga agar catatan harian Anda berpusat pada Kristus. Mungkin Anda
  merasa kurang setuju dengan materialisme dan komersialisme di
  sekeliling Anda. Mungkin Anda merasa kesepian dan kecewa pada impian
  dan harapan yang tidak terpenuhi, atau mungkin Anda merasa agak
  sedih saat mengalami hari-hari kelabu yang dingin. Nyatakan perasaan
  Anda dengan memikirkan apa maksud Kristus bagi Anda dalam perasaan
  seperti itu. Apa artinya bagi Yesus untuk lahir di tengah kandang
  kesunyian Anda? Apa artinya bagi Yesus untuk hadir di tengah
  kesibukan Natal Anda yang tidak terkendali?

  Catatan Anda dalam catatan harian Adven tidak perlu panjang. Mungkin
  hanya beberapa kata. Catatan Anda tidak perlu seperti prosa atau
  puisi kelas wahid. Yang penting itu adalah pernyataan yang tulus
  dari hati Anda. Sebenarnya memang Adven adalah masa untuk membiarkan
  hati Anda merasakan debar jantung Tuhan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: 52 Cara Sederhana Membuat Natal Menjadi Istimewa
  Penulis   : Jan Dargatz
  Penerbit  : Interaksara, Batam 1999
  Halaman   : 19 -- 21

                      ========== INFO 1 ==========

              KIRIM UCAPAN SELAMAT NATAL DAN TAHUN BARU

  Untuk menyambut dan memeriahkan Natal 2007 dan Tahun Baru 2008,
  Redaksi e-Konsel memberi kesempatan kepada para pelanggan setia dan
  pembaca e-Konsel untuk memberikan ucapan selamat Natal dan Tahun
  Baru, baik kepada sesama pelanggan atau pun pembaca e-Konsel
  lainnya. Kirimkan ucapan Anda melalui e-mail ke: konsel(at)sabda.org

  Silakan kirimkan ucapan Natal dan Tahun Baru Anda (dalam bentuk teks 
  karena Redaksi tidak bisa menampilkan dalam bentuk gambar) sebelum 
  24 Desember 2007. Redaksi akan menampilkan kiriman ucapan Anda di 
  Edisi 150 (15 Desember 2007) dan 151 (1 Januari 2008). Jadi, kirim 
  sebanyak-banyaknya ya ..., Redaksi tunggu :)

                     ========== INFO 2 ==========

                                SOTeRI

  SOTeRI adalah singkatan dari Situs Online Teologi Reformed Injili
  yang merupakan pengembangan (upgrade) dari situs e-Reformed yang
  sudah dibangun sejak tahun 2001. SOTeRI bertujuan untuk menjadi
  sarana memperkenalkan sistem teologia Reformed dan
  kegiatan-kegiatannya kepada masyarakat Kristen Indonesia. Selain
  menyajikan arsip dari semua publikasi e-Reformed, situs ini juga
  memuat artikel-artikel teologia lain yang juga memiliki corak
  pengajaran teologi Reformed yang Injili. Informasi situs-situs lain
  yang serupa (sealiran), baik yang berbahasa Indonesia maupun
  berbahasa Inggris, juga dapat Anda temui di situs ini.

  Melalui SOTeRI ini, Anda juga bisa mendaftar untuk berlangganan
  publikasi e-Reformed. Selain itu, situs ini juga menyediakan
  fasilitas untuk mengirimkan komentar. Dengan demikian, pengunjung
  berinteraksi dengan mengirimkan komentar-komentar sehubungan dengan
  pembahasan artikel-artikel yang ada di dalamnya. Nah, fasilitas ini
  tentu sangat menarik karena kita semua bisa ikut terlibat menjadi
  bagian dari situs ini. Kami berharap kehadiran SOTeRI ini dapat
  menjadi berkat bagi Anda.

  ==>  http://reformed.sabda.org/

============================== e-KONSEL ==============================
              PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2007 oleh YLSA
                        http://ylsa.sabda.org/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
                Anda punya masalah/perlu konseling?
         atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/
           sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
               silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org
               atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org

  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org