Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/145

e-Konsel edisi 145 (1-10-2007)

Komunikasi dalam Keluarga


                    Edisi (145) -- 01 Oktober 2007

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar  : Pentingnya Komunikasi
  = Cakrawala  : Mengambil Metode-Metode yang Alkitabiah: Kehidupan
                 yang Berkomunikasi
  = TELAGA     : Komunikasi dalam Pernikahan
  = Tips       : Keluarga yang Sehat Memerlukan Komunikasi yang Sehat
  = Info       : Publikasi e-JEMMi dan Situs e-MISI

                ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Salam dalam kasih Kristus,

  Komunikasi merupakan hal terpenting bagi setiap orang yang hidup
  dalam masyarakat. Tanpa komunikasi, mustahil kita bisa menjalin
  hubungan dengan orang lain. Hal demikian berlaku pula dalam
  lingkungan masyarakat yang terkecil, yaitu keluarga. Komunikasi yang
  sehat merupakan kunci utama menuju keluarga bahagia. Komunikasi yang
  demikian tidak dapat terjalin begitu saja dalam keluarga, mengingat
  pada dasarnya suatu keluarga diawali oleh penyatuan dua individu
  yang berbeda. Tidaklah mengherankan bila berbagai benturan akan
  banyak terjadi guna menjalin komunikasi yang sehat.

  Mengawali bulan Oktober ini, Redaksi menghadirkan topik Komunikasi
  dalam Keluarga dengan harapan bisa menjadi bahan evaluasi bagi kita
  sekalian apakah saat ini komunikasi yang terjalin dalam keluarga
  kita merupakan komunikasi yang sehat. Selamat menyimak, kiranya
  menjadi berkat.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani


                   ========== CAKRAWALA ==========

               MENGAMBIL METODE-METODE YANG ALKITABIAH:
                     KEHIDUPAN YANG BERKOMUNIKASI

  Pada tahun 1978, keluarga kami membangun sebuah rumah. Sementara
  bekerja, kami membicarakan hal-hal yang akan kami lakukan jika
  bangunan rumah tersebut telah selesai. Pada tahun-tahun berselang,
  kami mengadakan penambahan, membentuk ulang model kamar mandi dan
  dapur, dan bersiap untuk membuat tambahan. Kami tidak lagi
  membicarakan penyelesaian rumah itu. Kami menyadari bahwa kami akan
  selalu mengubah rancangan rumah kami. Selalu akan ada perbaikan
  tertentu yang harus dilakukan.

  Kegiatan membangun rumah bukan sekadar peristiwa dalam kehidupan
  kami sebagai sebuah kelurga, tetapi telah menjadi gaya hidup!
  Komunikasi adalah seperti itu.

  Suatu kehidupan yang berkomunikasi
  ----------------------------------
  Komunikasi tidak hanya mendisiplinkan, tetapi juga untuk mengajar
  atau memuridkan, menggembalakan atau membimbing anak-anak Saudara
  kepada jalan Allah. Seperti pengajaran dari Ulangan 6, komunikasi
  yang utuh terjadi sementara berbaring, bangun, terjaga dalam
  perjalanan, dan sementara duduk. Para orang tua sering terlalu sibuk
  untuk berkomunikasi, kecuali ada sesuatu yang tidak beres. Suatu
  kebiasaan rutin untuk berbicara bersama menyiapkan jalan untuk
  pembicaraan pada situasi-situasi yang tegang. Saudara tidak akan
  pernah memiliki hati anak-anak Saudara jika Saudara berbicara dengan
  mereka hanya ketika sesuatu berjalan tidak beres.

  Menggembalakan Hati
  -------------------
  Saya telah menggunakan frasa "menggembalakan hati" untuk memberikan
  bentuk yang jelas terhadap proses membimbing anak-anak kita. Itu
  berarti membantu mereka memahami diri mereka sendiri, karya Allah,
  jalan-jalan Allah, bagaimana dosa bekerja dalam hati manusia, dan
  bagaimana Injil sampai kepada mereka pada tingkat paling mendasar
  dari kebutuhan manusia. Menggembalakan hati anak-anak juga mencakup
  membantu mereka mengerti berbagai motivasi, tujuan, keinginan,
  harapan, dan hasrat. Hal itu memaparkan ciri sebenarnya dari
  realitas dan mendorong iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Saudara
  melaksanakan proses penggembalaan melalui komunikasi yang kaya serta
  berdimensi banyak.

  Memperhitungkan Pengorbanan
  ---------------------------
  Komunikasi yang jujur, mendalam, serta benar-benar alkitabiah
  memerlukan pengorbanan. Percakapan yang berwawasan dan tegas
  membutuhkan waktu dan keluwesan. Anak-anak tidak akan mencurahkan
  isi hati atau membuka dirinya menurut jadwal yang diminta. Orang tua
  yang bijaksana berbicara ketika suasana hati anak-anak sedang baik.
  Setiap suasana hatinya demikian, mereka akan sering mengajukan
  pertanyaan, mengemukakan komentar, menyatakan aspek kecil tertentu
  dari hati mereka. Pada saat-saat seperti itu, ketika suara hati
  mereka kacau, Saudara perlu berbicara. Untuk bisa memanfaatkan momen
  yang penting ini, Saudara mungkin harus membatalkan sesuatu.
  Berilah perhatian khusus!

  Saudara harus menjadi pendengar yang baik. Saudara akan kehilangan
  kesempatan berharga jika Saudara hanya mendengarkan anak-anak
  Saudara setengah-setengah. Cara terbaik melatih anak-anak Saudara
  menjadi pendengar aktif ialah mendengarkan mereka dengan penuh
  perhatian.

  Ada yang menganggap bahwa mendengarkan ialah bila melakukan sesuatu
  pada kesempatan-kesempatan yang ada untuk mengatakan sesuatu. Pada
  saat kita berpikir mereka mendengarkan, sebenarnya mereka tidak
  mendengarkan sama sekali. Jangan menetapkan apa yang harus
  dikatakan. Jangan menjadi orang tua seperti itu. Amsal mengingatkan
  Saudara bahwa orang bebal tidak suka pada pengertian, tetapi hanya
  suka membeberkan isi hatinya (Amsal 18:2).

  Tentu sulit untuk membedakan kapan harus diam dan mendengarkan sebab
  tidak seorang pun yang mengatakan mendidik anak itu mudah.
  Kadang-kadang perlu berhenti dan memikirkan apa yang telah Saudara
  katakan. Pikirkan juga mengenai apa yang belum Saudara dengarkan.
  Berhenti dan mendengarkan memberi kesempatan untuk menentukan
  kembali fokus dan menjadikan kreatif dalam percakapan Saudara.

  Komunikasi yang baik membutuhkan pengorbanan-pengorbanan dalam
  bidang-bidang lain. Hal itu menuntut tenaga fisik maupun rohani,
  juga daya tahan mental. Kadang-kadang orang tua kehilangan
  kesempatan-kesempatan berharga karena mereka merasa terlalu lelah
  untuk memerhatikan.

  Kita mulai merasakan dimensi fisik ini dengan nyata ketika anak-anak
  menginjak belasan tahun. Ketika masih kecil, kita biasa mengajak
  mereka tidur sebelum malam tiba. Ini memberi kita kesempatan untuk
  bercakap-cakap. Tetapi ketika anak-anak berusia belasan tahun,
  percakapan berlangsung pada saat-saat yang lebih malam. Saya tidak
  tahu pasti mengapa, tetapi kerap kali kesempatan-kesempatan penting
  untuk komunikasi datang pada malam hari. Orang tua yang bijaksana
  berbicara ketika anak-anak siap untuk diajak berbicara!

  Komunikasi yang tepat menuntut ketahanan mental. Saudara harus
  menjaga pikiran Saudara agar terfokus. Saudara harus menghindari
  godaan-godaan untuk memburu soal-soal yang tidak penting.
  Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab harus diajukan melalui
  cara-cara baru dan segar.

  Saudara harus memiliki integritas untuk menghadapi anak-anak
  Saudara. Saudara membuat model dinamika kehidupan Kristen untuk
  anak-anak Saudara. Saudara harus membiarkan mereka melihat diri
  Saudara, yang memiliki indentitas sebagai anak Allah. Saudara harus
  memperlihatkan pertobatan Saudara kepada mereka. Nyatakanlah
  sukacita, pertobatan, serta rasa syukur Saudara. Hak untuk mencari
  tahu dan pengakuan yang jujur dari anak-anak Saudara tergantung pada
  kesediaan Saudara sendiri melakukan hal yang sama.

  Seorang ayah yang memunyai tiga orang anak menceritakan suatu
  keadaan di mana ia telah berbuat salah terhadap salah seorang
  anaknya. Ia telah berbicara kasar dan memukul anaknya secara kejam.
  Ia kelihatannya sangat menyesali perbuatannya. Ketika saya bertanya
  apakah yang dikatakan anaknya ketika ia akan meminta maaf, ia
  mengaku bahwa ia belum meminta maaf. Ayah ini tidak akan pernah
  membuka komunikasi dengan anaknya kecuali ia bersedia merendahkan
  diri dan mengakui kesalahannya. Jika ia tidak mau melakukan itu,
  usaha untuk berbicara tentang Allah akan merupakan hal yang sulit
  dan pura-pura saja.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku: Shepherding a Child`s Heart (Menggembalakan Anak Anda)
  Penulis   : Tedd Tripp
  Penerbit  : Gandum Mas, Malang 1995
  Halaman   : 145 -- 149


                     ========== TELAGA ==========

                     KOMUNIKASI DALAM PERNIKAHAN

  Meskipun kita sudah menyatukan hati dengan suami atau istri, tidak
  berarti dalam berkomunikasi pun kita bisa selalu klop. Oleh sebab
  itulah, kita harus selalu belajar bagaimana kita bisa menciptakan
  komunikasi yang baik dengan pasangan kita. Ringkasan tanya-jawab
  dengan Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dan Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D.
  berikut ini kiranya bisa menjawab pertanyaan kita di atas. Selamat
  menyimak.

------
  T : Masalah komunikasi dalam pernikahan menjadi suatu masalah yang
      sering kali timbul. Sebenarnya, seberapa penting komunikasi itu
      di dalam hubungan pernikahan?

  J : Sangat penting sekali. Komunikasi adalah denyut pernikahan. Kita
      tahu bahwa dalam pernikahan yang bermasalah, komunikasi menjadi
      bermasalah.
------
  T : Dalam pengertian ini, apakah komunikasi itu hanya apabila kita
      berbicara satu dengan yang lain? Bukankah bertengkar pun bisa
      disebut komunikasi?

  J : Komunikasi terbagi dalam dua jenis. Pertama, komunikasi verbal,
      yakni kata-kata yang kita ucapkan. Yang kedua, komunikasi
      non-verbal, yaitu bukan melalui kata-kata yang kita ucapkan,
      melainkan melalui bahasa tubuh. Komunikasi non-verbal, misalnya,
      kita menunjukkan mimik muka tidak suka sewaktu istri kita
      mengutarakan pendapatnya. Sewaktu kita menunjukkan mimik wajah
      yang berubah itu, ia sudah mendapatkan jawabannya, misalnya,
      kita tidak suka dengan pendapatnya, namun yang keluar dari mulut
      kita adalah: "Ya silakan kalau kamu mau jalani." Mungkin kita
      berpikir dengan berkata seperti itu kita sudah berusaha mencapai
      titik netral. Kita tidak menghalangi istri kita, juga tidak
      mendorong, kita hanya berkata "silakan". Tetapi setelah kita
      berkata "silakan", yang terjadi adalah reaksi keras dari istri
      kita dan ia berkata, "Mengapa kamu tidak suka kalau saya hendak
      melakukan ini dan itu?" Kita mungkin menjawab: "Saya tidak
      bilang tidak suka, saya bilang `silakan`." Yang bisa saja
      langsung direspons istri kita, "Tapi saya tahu kalau kamu tidak
      suka." Yang  terjadi adalah istri membaca bahasa tubuh kita.
      Bahasa tubuh kita sudah mengomunikasikan ketidaksetujuan pada
      pendapatnya itu, meskipun yang muncul dari mulut kita akhirnya
      adalah "silakan". Hal ini cukup memicu terjadinya pertengkaran.
------
  T : Sepertinya bahasa non-verbal lebih besar pengaruhnya; lebih
      kuat memberi makna di dalam komunikasi?

  J : Memang demikian, sebetulnya bahasa non-verbal jauh lebih
      berpengaruh, lebih memunyai dampak dibandingkan bahasa verbal.
      Kita menafsir makna dari apa yang dikatakan oleh orang tidak
      berdasarkan ucapannya, tetapi berdasarkan bahasa tubuhnya.
      Bahasa tubuh bisa berupa sikap kita secara langsung, misalnya
      tidak melihat/menoleh atau kita mengerjakan tugas yang lain
      sewaktu suami sedang berbicara. Itulah yang biasanya menjadi
      pertengkaran di rumah kita.
------
  T : Tetapi bisa saja orang itu salah membaca bahasa tubuh
      partnernya?

  J : Betul, kadang-kadang memang terjadi kesalahan menafsir bahasa
      tubuh. Tapi yang lebih sering terjadi sebetulnya bahasa tubuh
      dan bahasa ucapan tidak sama, tidak klop, seperti contoh di
      atas. Kita melihat dari contoh tadi, si istri mendasari
      kesimpulannya bukan atas bahasa ucapan, melainkan atas bahasa
      tubuh. Jadi memang, yang sering kali menjadi masalah ialah kalau
      bahasa ucapan tidak sinkron dengan bahasa tubuh dan kalau tidak
      sinkron, sering kali kita mendasari kesimpulan kita atas bahasa
      tubuh, bahasa ucapan kita kesampingkan.
------
  T : Bagaimana kalau ada yang lebih pandai lagi di dalam mengemukakan
      pendapatnya sehingga kelihatannya sinkron antara kata-kata dan
      bahasa tubuhnya, tapi sebenarnya dalam lubuk hatinya ada faktor
      yang bertentangan?

  J : Ini salah satu masalah dalam komunikasi. Ada orang yang bisa
      menyatakan setuju dan bahasa tubuhnya juga menunjukkan oke,
      setuju. Masalahnya, ia termasuk orang yang tidak bereaksi
      dengan cepat, apalagi terhadap ketidaksetujuan. Ia perlu waktu
      lebih lama untuk kembali memikirkan apa yang telah ia dengarkan
      tadi. Hal ini juga sering terjadi: sinkron, tapi kesinkronannya
      tidak merefleksikan isi hati.
------
  T : Kalau begitu, bagaimana komunikasi yang baik dan benar itu?

  J : Ada satu istilah yang ditemukan oleh para pakar komunikasi,
      yaitu berkomunikasi secara asertif. Bahasa Inggrisnya
      "assertive" yang muncul dengan arti kata "to assert", artinya
      menyatakan pendapat. Jadi, asertif berarti mengutarakan isi hati
      dengan tepat dan tidak agresif, kira-kira itu definisi umumnya.

      Kira-kira ada lima hal tentang komunikasi asertif, yang pertama
      adalah orang yang mengutarakan perasaannya. Dalam contoh-contoh
      yang telah kita bahas, kita sudah melihat bahwa orang atau
      pasangan kita menafsir tindakan, perbuatan, dan bahasa tubuh
      kita, baru menyimpulkan artinya. Jadi, kata-kata yang kita
      ucapkan itu dinomorduakan. Apa yang ditafsir sewaktu bahasa
      tubuh itu yang ditangkap? Ternyata perasaan. Dengan kata lain,
      perasaan memegang peranan yang besar sekali dalam komunikasi.
      Lawan bicara kita akan ingin tahu perasaan kita saat kita
      mengutarakan pandangan atau pendapat kita. Kalau suami kita
      melihat kita memang sudah punya perasaan tidak suka dengan yang
      ia tuturkan, itu akan cenderung mewarnai komunikasinya. Jadi,
      orang yang berkomunikasi dengan asertif, pertama-tama harus
      jelas dulu dengan perasaan hatinya karena itulah yang ia
      komunikasikan kepada pasangannya.
------
  T : Tapi tidak semua orang bisa menerima keterusterangan kita. Kalau
      mengutarakan kemarahan atau kejengkelan kita apa adanya, belum
      tentu pasangan bisa menerima.

  J : Ini perlu dilatih sebab kita memang tidak dikondisikan untuk
      mengutarakan (perasaan pada) pasangan kita dengan jelas. Kita
      menjadi orang yang sering kali bingung dengan perasaan kita.
      Kalau kita saja bingung dengan perasaan kita, apalagi orang
      lain. Contoh klasik yang sering kali terjadi, misalnya, seorang
      istri menunggu suaminya yang berjanji pulang pukul 18.00, tapi
      ternyata baru pulang pukul 21.00 dan tidak menelepon dulu.
      Begitu pulang, apa yang akan terlontar dari mulut si istri?
      Kemarahan. Sebetulnya, dalam waktu tiga jam sembari menantikan
      si suami itu. Ia cemas, takut kalau-kalau suaminya mengalami
      kecelakaan. Tapi begitu suaminya pulang yang muncul adalah
      perasaan marah. Yang terjadi di sini kadang-kadang kita enggan
      mengatakan "Saya takut kehilangan kamu"; lebih nyaman bila
      langsung memaki-maki pasangan kita. Sekali lagi inilah yang akan
      menjadikan komunikasi kita bermasalah -- kita tidak jelas dengan
      perasaan kita. Kita bisa bayangkan betapa mulusnya komunikasi
      itu kalau si istri, misalnya, langsung berkata: "Tiga jam kamu
      tidak memberikan kabar kepada saya, saya menunggu dalam
      ketegangan dan ketakutan, saya khawatir kamu mengalami
      kecelakaan." Ketegangan itu pun bisa langsung diselesaikan.
------
  T : Selain perasaan, apa yang penting di dalam komunikasi?

  J : Menyampaikan permintaan atau harapan kita. Hindarilah peluang
      bagi pasangan kita untuk mereka-reka maksud kita. Misalnya,
      kalau kita mengharapkan pasangan kita berubah dalam hal
      tertentu, sampaikanlah dengan jelas, jangan bicara
      berputar-putar. Kalau kita memang tidak mau mengkritiknya secara
      kasar, tapi tidak tahu bagaimana memilih kata-katanya, kita bisa
      berkata, "Mungkin yang saya sampaikan ini tidak tepat karena
      saya tidak tahu memilih kata-kata yang pas, jadi maaf kalau
      kata-kata saya terlampau menyakiti hati kamu." Jelaskan tujuan
      kita. Sering kali masalah dalam komunikasi timbul karena
      pasangan kita harus mereka-reka maksud kita. Padahal
      maksud-maksud yang ditangkap itu belum tentu benar dan orang
      akan bereaksi sewaktu membaca maksud-maksud tersebut.
------
  T : Adakah unsur lain dalam berkomunikasi?

  J : Unsur lain adalah membagikan pengamatan kita. Waktu kita
      berbicara, apalagi dalam hubungan suami-istri, jangan menuduh
      orang dengan cepat dan hindarkan penggunaan kata-kata "kamu".
      Sebaiknya katakan, "Saya merasa kecewa karena ...." Cobalah
      memaparkan peristiwa dan faktanya secara objektif; kesampingkan
      kesimpulan dan jangan tergesa-gesa menyimpulkan tindakan orang.
------
  T : Kadang-kadang di dalam komunikasi itu kita melihat bahwa
      pasangan kita meragukan apa yang kita katakan. Apakah bisa kita
      balik bertanya, "Kamu mengerti yang saya katakan?"

  J : Itu saran yang baik sekali. Ini membawa kita kepada butir
      berikutnya dalam komunikasi dengan asertif, yaitu silakan atau
      bersedialah mengecek ulang pengamatan kita. Sebab yang kita
      katakan belum tentu memang dilakukan dengan sengaja oleh
      pasangan kita dan maksudnya pun mungkin sekali berbeda dari yang
      kita sudah duga. Jadi bersedialah mengecek ulang: benar atau
      tidak yang kita katakan, yang kita amati, dan yang kita lihat.
      Biarkan pasangan kita memberikan masukan.
-----
  T : Bagaimana kita berusaha sebaik mungkin menguasai diri, baik di
      dalam kata-kata maupun di dalam bahasa tubuh, waktu kita
      bertengkar?

  J : Salah satu prinsipnya membawa kita kepada butir terakhir.
      Meskipun kita telah melakukan keempat butir di atas, tidak
      tertutup kemungkinan kita akan bertengkar. Kalau sampai terjadi,
      jangan gunakan kata-kata yang kasar. Apa yang harus kita lakukan
      setelah pertengkaran? Setelah pertengkaran jangan lupa untuk
      menyampaikan penghargaan. Mengapa? Orang memang berkata
      pertengkaran adalah bumbu, tapi bumbu yang kebanyakan selalu
      membuat sakit perut. Jadi, pertengkaran yang kebanyakan juga
      akan merusak pernikahan. Meskipun pertengkaran tidak banyak,
      semua orang akan bisa setuju bila satu pertengkaran cukup berat
      untuk kita tanggung, pertengkaran itu seolah-olah mengikis
      kemesraan atau perasaan positif pada pasangan kita. Kalau sering
      terjadi pertengkaran, lama-lama perasaan mesra atau yang positif
      itu akhirnya punah. Jadi, kita perlu memikirkan hal-hal yang
      baik, yang positif, kata-kata yang membangun atau menghargai
      disampaikan setelah pertengkaran itu reda. Kita perlu menambal
      lubang-lubang yang telah kita ciptakan karena pertengkaran itu.
------
  T : Bagaimana dengan orang yang temperamental, kalau marah
      memaki-maki sesudah itu meminta maaf, tetapi ia lupa bahwa
      makiannya tadi sebenarnya lebih menyakitkan daripada permintaan
      maaf yang ia sampaikan?

  J : Lama-lama memang tidak dihiraukan lagi. Tapi permintaan maaf
      tidaklah identik dengan penghargaan. Permintaan maaf karena kita
      bersalah adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan dan sebetulnya
      tidak ada nilai tambah. Tapi mengucapkan kata-kata yang
      menghargai itu memunyai nilai positif. Itu adalah tambalan, dan
      memang kalau lubangnya terlalu besar, menambalnya pun lebih
      susah.
------
  T : Dalam hal ini firman Tuhan berbicara apa?

  J : Efesus 4:29, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu,
      tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana
      perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."
      Kata-kata yang membangun, bukan kata-kata yang kotor; itulah
      permintaan Tuhan pada kita semua. Mengapa kata-kata yang
      membangun? Karena firman Tuhan berkata bahwa orang yang
      mendengar beroleh kasih karunia. Itulah yang harus kita ingat.
      Kita adalah pemberi kasih karunia Tuhan kepada pasangan kita.
      Jangan sampai pasangan kita tidak menerima kasih karunia, tapi
      (malah menerima) kutukan-kutukan kita. Gunakan kata-kata
      membangun, hindarkan kata-kata kasar apalagi kotor.

  Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T100B
  yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
  Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
  e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org>
                            atau: < TELAGA(at)sabda.org >
  atau kunjungi situs TELAGA di:
  ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?komunikasi_dalam_pernikahan.htm


                      ========== TIPS ==========

         KELUARGA YANG SEHAT MEMERLUKAN KOMUNIKASI YANG SEHAT

  Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak merupakan akibat dari
  berbagai faktor dalam kehidupannya. Seorang anak dipengaruhi oleh
  urutan kelahirannya dalam keluarga, struktur syarafnya, hubungannya
  dengan anggota keluarga yang lain, kekuatan dan kelemahannya secara
  biologi, dan lain sebagainya. Tetapi suasana di rumah, termasuk
  komunikasi melalui perkataan maupun sikap orang tua, memainkan peran
  penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.

  Kehidupan emosi seorang anak sebenarnya dimulai pada waktu kehamilan
  ibunya berusia enam bulan. Dalam bukunya, "The Secret Life of the
  Unborn Child", Dr. Thomas Verny meringkas data yang terbaru mengenai
  sifat janin yang mudah dipengaruhi.

  Pertama, janin yang masih berada di dalam rahim dapat mendengar,
  mengalami, menikmati, bahkan belajar dan merasakan sampai tingkat
  tertentu.

  Kedua, apa yang dirasakan dan diketahui oleh janin mulai membentuk
  sikap dan pengharapannya atas dirinya. Sikap ini dikembangkan dari
  pesan yang ia terima dari ibunya.

  Ketiga, faktor yang terpenting dalam perkembangan emosi janin adalah
  sikap ibunya. Seorang ibu yang selalu gelisah atau tidak stabil
  emosinya karena akan menjadi seorang ibu, dapat meninggalkan bekas
  luka secara emosional pada kepribadian anak yang belum lahir.
  Sebaliknya, sukacita, kebanggaan, dan pengharapan dapat menunjang
  perkembangan emosi seorang anak secara positif.

  Keempat, jangan sampai kita mengabaikan peran seorang ayah dalam
  proses ini. Perasaan seorang suami tentang istri dan anaknya yang
  belum lahir sangat penting dalam menentukan kehamilan yang
  berlangsung dengan baik dan sehat.

  Setelah lahir, seorang anak sangat bergantung pada orang tuanya atas
  kesehatan dan perkembangan emosinya. Pikirkan sejenak ciri-ciri
  khusus dari sebuah keluarga yang sehat. Perhatikan bagaimana
  komunikasi yang positif dan membangun merupakan bagian yang utuh
  dari masing-masing unsur berikut.
  1. Suasana yang positif di rumah. Suasana di rumah pada dasarnya
     tidak menghakimi.
  2. Setiap anggota keluarga dihargai dan diterima apa adanya. Sifat
     seseorang dihargai.
  3. Setiap orang dibolehkan bertindak sewajarnya. Seorang anak
     berkelakuan seperti seorang anak dan orang yang dewasa
     berkelakuan seperti orang dewasa.
  4. Anggota keluarga saling memerhatikan dan mereka mengungkapkan
     perhatian dan kasih sayang melalui perkataan.
  5. Komunikasi berjalan secara langsung, sehat, dan terbuka. Tidak
     ada pesan yang bertentangan.
  6. Anak-anak dibesarkan supaya mereka menjadi dewasa dan menjadi
     pribadi sesuai dengan hak mereka. Mereka dapat berdiri sendiri,
     tidak bergantung pada ibu dan ayah, dengan cara yang sehat.
  7. Keluarga menikmati kebersamaan. Mereka tidak berkumpul karena
     kewajiban.
  8. Anggota keluarga dapat tertawa bersama, dan mereka menikmati
     kehidupan bersama.
  9. Anggota keluarga dapat saling membagikan harapan, impian,
     ketakutan, kecemasan mereka dan tetap diterima. Keakraban yang
     sehat dapat dirasakan di rumah.

  Bagaimanakah keadaan keluarga di mana Anda dibesarkan sekarang?
  Apakah ciri-ciri di atas menggambarkan keluarga asal Anda?

  Diambil dari:
  Judul buku: Menjadi Orang Tua yang Bijaksana
  Penulis   : H. Norman Wright
  Penerbit  : Yayasan ANDI, Yogyakarta 1991
  Halaman   : 25 -- 27


                      ========== INFO ==========

                  PUBLIKASI e-JEMMI DAN SITUS e-MISI

  Inginkah Anda mendapat beragam informasi tentang dunia misi? Kami
  ajak Anda untuk berlangganan Milis Publikasi e-JEMMi! Publikasi yang
  diterbitkan Yayasan Lembaga SABDA ini akan memberikan informasi
  berupa berita-berita atau kesaksian seputar pelayanan misi dan
  mobilisasi misi di seluruh dunia. Anda juga bisa berpartisipasi
  untuk dunia misi melalui e-JEMMi dengan mengirimkan informasi
  seputar misi.
  ==>   < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >          [berlangganan]
  ==>   < jemmi(at)sabda.org >                                [kontak]
  ==>   http://www.sabda.org/publikasi/misi/                   [arsip]

  Selain e-JEMMi, terdapat juga Situs e-MISI yang menyediakan sumber
  informasi dan referensi terlengkap tentang misi, baik di Indonesia
  maupun di seluruh dunia. Situs ini akan menolong Anda untuk melihat
  pekerjaan tangan Tuhan yang luar biasa di berbagai tempat di dunia
  dan sekaligus diharapkan akan mendorong kita terjun dan ikut ambil
  bagian dalam pekerjaan misi di mana pun kita berada. Kunjungi situs
  ini dan dapatkan berkatnya!
  ==>  http://misi.sabda.org/

============================== e-KONSEL ==============================
              PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2007 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
                Anda punya masalah/perlu konseling?
         atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/
           sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
               silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org
               atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org

  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org