Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/142

e-Konsel edisi 142 (15-8-2007)

Harta Kekayaan

                    Edisi (142) -- 15 Agustus 2007

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar           : Gaya Hidup Mewah
  = Renungan            : Biarlah yang Miskin Berkata, "Aku Kaya!"
  = Cakrawala           : Uang dan Materialisme
  = Bimbingan Alkitabiah: Kekayaan (Riches)
  = Info                : Seminar Konseling di Solo


                ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Bila kita cermati dengan saksama, saat ini banyak sekali program
  hiburan di televisi yang menampilkan sinetron-sinetron dengan latar
  belakang kemewahan. Tidak hanya itu, beberapa program kuis pun
  berlomba-lomba memberikan iming-iming hadiah dengan nilai yang
  besar. Tentu saja kemewahan dan iming-iming hadiah yang menggiurkan
  ini sangat menarik perhatian pemirsanya, terlebih lagi saat ini
  kondisi perekonomian kita sedang labil.

  Banyaknya tayangan televisi yang menampilkan gaya hidup mewah dengan
  segala kemudahannya, lambat-laun memberikan dampak negatif pada diri
  pemirsanya. Materi kekayaan menjadi fokus tujuan yang harus diraih
  oleh seseorang supaya hidupnya menjadi nyaman dan tenang. Memiliki
  kekayaan memang bukan hal yang salah. Namun, hal kekayaan ini jelas
  berbahaya bila sampai menjadi pemegang kendali atas diri kita.

  Alkitab berkata, "Akar dari segala kejahatan adalah cinta uang." Ini
  berarti uang atau kekayaan yang kita miliki memiliki dua sifat yang
  sangat bertolak belakang. Ia bisa mempermudah hidup kita, membuat
  hidup kita berkecukupan, tetapi di sisi lain, uang juga bisa menjadi
  sumber kejahatan. Nah, sebagai pelengkap edisi lalu, kini Redaksi
  menghadirkan topik Kekayaan. Kiranya edisi ini bisa mendorong kita
  menjadi lebih bijak lagi dalam mengelola harta yang telah Tuhan
  titipkan kepada kita. Tuhan memberkati.

  Pimpinan redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

                    ========== RENUNGAN ==========

               BIARLAH YANG MISKIN BERKATA, "AKU KAYA!"

  Suatu hari, ayah dari suatu keluarga yang sangat sejahtera membawa
  anaknya bepergian ke suatu negara yang sebagian besar penduduknya
  hidup dari hasil pertanian. Semua itu dilakukan dengan maksud untuk
  menunjukkan bagaimana kehidupan orang-orang yang miskin.

  Mereka menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah tanah pertanian
  milik keluarga yang terlihat sangat miskin.

  Sepulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada
  anaknya, "Bagaimana perjalanan tadi?"

  "Sungguh luar biasa, Pa."

  "Kamu lihat `kan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?" tanya sang
  ayah.

  "Iya, Pa," jawabnya.

  "Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?" tanya
  ayahnya lagi.

  Si anak menjawab, "Saya melihat kenyataan bahwa kita memunyai
  seekor anjing, sedangkan mereka memiliki empat ekor. Kita punya
  sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ke tengah-tengah taman,
  sedangkan mereka memiliki sungai kecil yang tak terhingga
  panjangnya. Kita memasang lampu taman yang dibeli dari luar negeri
  dan mereka memiliki bintang-bintang di langit untuk menerangi taman
  mereka. Beranda rumah kita begitu lebar mencapai halaman depan dan
  milik mereka seluas horizon. Kita tinggal dan hidup di tanah yang
  sempit sedangkan mereka memunyai tanah sejauh mata memandang. Kita
  memiliki pelayan yang melayani setiap kebutuhan kita, tetapi mereka
  melayani diri mereka sendiri. Kita membeli makanan yang akan kita
  makan, tetapi mereka menanam sendiri. Kita memunyai dinding indah
  yang melindungi diri kita dan mereka memiliki teman-teman untuk
  menjaga kehidupan mereka."

  Dengan cerita tersebut, sang ayah tidak dapat berkata apa-apa.

  Kemudian si anak menambahkan, "Terima kasih, Pa, akhirnya aku tahu
  betapa miskinnya diri kita."

  Terlalu sering kita melupakan apa yang kita miliki dan hanya
  berkonsentrasi terhadap apa yang tidak kita miliki. Kadang
  kekurangan yang dimiliki seseorang merupakan anugerah bagi orang
  lain.

  Semua berdasar pada perspektif setiap pribadi. Pikirkanlah apa
  yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan atas
  anugerah yang telah disediakan oleh-Nya bagi kita daripada khawatir
  untuk meminta lebih lagi.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Nama situs      : Heart `n Souls in Indonesia: Collection of
                    Inspirational and Motivational Stories
  Penulis         : Tidak dicantumkan
  Diceritakan oleh: Joe Gatuslao Phillipines
  Alamat URL      : http://indonesia.heartnsouls.com/cerita/b/c171.shtml

                    ========== CAKRAWALA ==========

                         UANG DAN MATERIALISME

  Hukum terakhir dari Dasa Titah tertulis, "Jangan mengingini rumah
  sesamamu; jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki, atau
  hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang
  dipunyai sesamamu" (Kel. 20:17). Perintah ini masih tetap relevan
  dengan dunia kehidupan modern, di mana perolehan uang dianggap
  sangat penting. Uang diinginkan karena dianggap dapat memberikan
  kekuasaan: untuk memengaruhi orang lain; mengumpulkan harta milik,
  memperoleh gaya hidup yang enak, dan untuk menikmati
  pengalaman-pengalaman baru.

  Alkitab banyak berbicara tentang cinta akan uang. Alkitab memanggil
  kita kepada suatu gaya hidup yang sama sekali berbeda di mana uang
  dan materi ditempatkan pada posisi yang tepat. Kita perlu mengetahui
  dan menyelidiki tuntunan Alkitab tentang uang dan penggunaannya.
  Perlunya menaati pengajaran Alkitab dalam bidang ini dapat menjadi
  suatu batu ujian yang tajam bagi kehidupan pemuridan kristiani kita
  dalam masyarakat yang cenderung mengejar materialisme.

  Pemilik Segala Sesuatu
  ----------------------
  Dalam 1Taw. 29:10-20 dicatat tentang apa yang didoakan Raja Daud
  setelah orang Israel membawa pemberian-pemberian untuk pembangunan
  Bait Allah. Daud mengakui bahwa segala sesuatu yang ada di bumi
  adalah milik Allah, baik kebesaran, kejayaan, kehormatan,
  kemasyhuran, maupun keagungan. Kekayaan dan kemuliaan berasal dari
  Allah dan Ia yang berkuasa atas segala-galanya. Daud mengakui bahwa
  semua persembahan yang diberikan rakyatnya berasal dari Allah juga.
  Oleh karena itu, ia mempersembahkannya dengan penuh kerelaan.
  "Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta
  yang diam di dalamnya" (Mzm. 24:1).

  Jika Allah adalah pemilik dari segala sesuatu, bagaimana kenyataan
  ini memengaruhi sikap kita terhadap uang dan harta mllik?

  Bahaya yang Serius
  ------------------
  Alkitab banyak berbicara tentang sikap kita terhadap uang dan harta
  materi. Bagi kebanyakan orang, pengumpulan kekayaan dan harta milik
  dapat menjadi motivasi yang dominan dalam hidup.

  Kekayaan bukanlah segala-galanya dan hidup seseorang tidak
  tergantung pada kekayaannya. Itulah sebabnya Yesus dalam Luk.
  12:13-21 mengingatkan kita supaya jangan jatuh dalam ketamakan
  melalui suatu perumpamaan. Ada seorang kaya yang ingin menimbun
  hartanya karena dengan berbuat demikian ia pikir hidupnya akan
  tenteram.

  Ketamakan merupakan keinginan yang tak pernah terpuaskan untuk
  mempero1eh lebih dan lebih lagi untuk mencapai kepuasan. Seseorang
  mungkin haus akan uang atau benda lain yang dapat dibeli dengan
  uang, atau bahkan kehausan akan posisi dan kekuasaaan. Yesus
  menegaskan bahwa hidup yang benar itu tidak tergantung pada
  banyaknya harta. Ia tidak menyangkal keperluan kita akan beberapa
  keperluan dasar. Ia hanya menegaskan bahwa kita tidak akan merasa
  lebih bahagia dengan memperoleh lebih banyak.

  Mark Twain pernah mendefinisikan "peradaban" sebagai `suatu
  pelipatgandaan yang tak terbatas dari kebutuhan yang tidak
  diperlukan`. Dan ia memang benar. Sesungguhnya, banyak orang Kristen
  ditulari dengan ketamakan dan tidak menyadarinya. Mereka berpikir
  bahwa nasihat Paulus yang ditulis dalam 1Tim. 6 hanya diterapkan
  pada "orang kaya dan terkenal".

  Yesus menyampaikan perumpamaan ini untuk mengungkapkan bahaya-bahaya
  yang masuk ke dalam suatu hati yang penuh dengan ketamakan.
  Bagaimana respons Anda terhadap beberapa pengalaman orang kaya
  tersebut?

  - Bagaimana respons Anda terhadap dilemanya?

    Ia adalah seorang yang terlalu kaya! Kalau kita berkata, "Saya
    ingin seperti dia", kita mungkin menunjukkan ketamakan kita. Jika
    Anda tiba-tiba memperoleh warisan kekayaan, apakah hal itu akan
    menimbulkan masalah atau apakah Anda akan memuji Tuhan dan meminta
    hikmat-Nya untuk mengetahui apa yang harus Anda lakukan dengan
    uang itu? Orang kaya ini melihat hartanya sebagai suatu kesempatan
    untuk menyenangkan diri sendiri. Ia tidak pernah memikirkan orang
    lain atau Allah.

  - Bagaimana respons Anda terhadap keputusan yang diambilnya?

    Apakah Anda mengatakan, "Ini adalah bisnis. Simpanlah dan siapkan
    untuk kehidupan di masa depan!" Tetapi Yesus melihat apa yang
    dilakukan orang kaya itu adalah hal mementingkan diri sendiri dan
    Ia mengatakan bahwa orang kaya itu adalah seorang yang bodoh.
    Filsafat hidup dunia mengatakan, "Jadilah nomor satu!" Tetapi
    Yesus tidak menyokong filsafat seperti itu.

  - Bagaimana respons Anda terhadap keinginan orang kaya itu?

    Apakah Anda berkata, "Inilah hidup! Orang itu hidup berhasil,
    mendapatkan kepuasan dan rasa aman! Apalagi yang diinginkannya?"
    Tetapi Yesus tidak melihat orang kaya itu sedang menikmati hidup;
    Ia melihatnya sedang menghadapi maut! Kekayaan tidak dapat
    melepaskan kita dari kematian.

    Yesus menjelaskan bahwa hidup yang benar itu tidak berasal dari
    banyaknya harta, kesuksesan, dan rasa aman. Orang ini memiliki
    pandangan yang salah terhadap hidup dan kematian.

  - Akhirnya, bagaimanakah respons Anda terhadap kematian yang dialami
    oleh orang kaya yang sombong itu?

    Kita cenderung untuk berkata, "Sayang orang ini harus mati,
    padahal saat itu hartanya begitu banyak! Betapa tragisnya hal itu
    karena ia tidak dapat melaksanakan rencananya!" Tetapi tragedi
    yang terbesar bukanlah apa yang ditinggalkan olehnya, melainkan
    apa yang ada di hadapannya: kekekalan tanpa kehadiran Allah. Allah
    tidak tertarik dengan uang kita.

  Kita seharusnya mengucapkan terima kasih atas segala sesuatu yang
  asalnya dari Allah dan kemudian berusaha menggunakannya demi
  kebaikan orang lain dan kemuliaan Allah. Kekayaan dapat dinikmati
  dan dimanfaatkan pada saat yang sama jika tujuan kita ialah untuk
  menghormati Allah. Menjadi kaya di hadapan Allah berarti kaya secara
  rohani, bukan hanya kenikmatan pribadi. Betapa tragisnya bila orang
  menjadi kaya di dunia ini, tetapi menjadi miskin dalam kehidupannya
  setelah kematian!

  James Broad dalam artikelnya yang berjudul "Gaya Hidup Kristiani",
  yang dimuat dalam majalah British Navigator Log, berkata, "Saya
  percaya Yesus meminta kita untuk memberikan apa yang tidak kita
  butuhkan -- seperti uang, harta milik, atau makanan -- kepada mereka
  yang membutuhkan." Jadi, doakanlah terlebih dahulu ketiga hal ini.
  Apakah kita menabung dengan tujuan yang benar, atau sekadar sebagai
  suatu penyangga bagi iman kita? Apakah kita memiliki banyak harta
  berlebihan yang dapat digunakan orang lain? Apakah kita makan
  terlalu banyak?

  Dalam A Christian Critique of Capitalism, Donald Hay menegaskan,
  "Orang Kristen seharusnya tidak boleh menerima asumsi kapitalis yang
  mengatakan bahwa kecakapan yang hebat atau pemilikan sumber-sumber
  membuat seseorang menghabiskan uang yang sepadan ....
  Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pemakaian uang seharusnya
  dimulai dengan suatu pertimbangan akan kebutuhan, bukan dengan
  jumlah penghasilan yang harus dibelanjakan."

  Manager yang Bertanggung Jawab
  ------------------------------
  Walaupun materialisme merupakan suatu bahaya yang serius, tidaklah
  salah untuk menikmati "hal-hal baik" yang diberikan Allah kepada
  kita. Akan tetapi karena Allah adalah Pemilik segala sesuatu, kita
  harus bertanggung jawab kepada-Nya dalam cara kita mengelola
  keuangan dan harta milik yang dipercayakan kepada kita.

  Dalam perumpamaan tentang talenta (Mat. 25:14-30) disebutkan bahwa
  orang yang memiliki banyak kecakapan diberi lima talenta; orang yang
  memiliki kecakapan yang biasa-biasa saja memperoleh dua talenta;
  sedangkan orang yang memiliki sedikit kecakapan hanya memperoleh
  satu talenta. Talenta dapat diibaratkan dengan kesempatan-kesempatan
  untuk menggunakan kecakapan kita. Jika lima talenta diberikan kepada
  seseorang yang memiliki sedikit kecakapan, hidupnya akan hancur
  karena tanggung jawab yang terlalu besar. Tetapi jika satu talenta
  diberikan kepada seseorang yang memiliki banyak kecakapan, ia akan
  dipermalukan dan direndahkan. Allah memberikan tugas dan kesempatan
  menurut kecakapan kita. Kita telah ditugaskan untuk melaksanakan
  pelayanan kita menurut kecakapan dan pemberian yang telah diberikan
  kepada kita. Adalah menjadi hak istimewa bagi kita untuk melayani
  Tuhan dan melipatgandakan modal yang telah diberikan kepada kita.

  Perumpamaan ini mendorong kita untuk bekerja dengan giat dan setia
  sampai Ia datang kembali. Kita harus selalu mengamati, bersaksi, dan
  bekerja. Kita mungkin tidak begitu berhasil secara manusia atau
  bahkan tidak begitu populer, tetapi jika kita setia dan berguna,
  kita akan memeroleh pahala.

  Adalah penting supaya kita tidak memisahkan manajemen keuangan kita
  dari tanggung jawab lain. Memang baik untuk menggunakan uang supaya
  menghasilkan lebih banyak uang, tetapi janganlah hal ini menjadi
  satu-satunya tujuan kita. Prinsip yang terutama ialah kita harus
  melayani bawahan kita. Sebagai orang Kristen, kita harus selalu
  waspada dan siap sedia. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan
  kita. Kita mungkin tidak memiliki banyak kecakapan, tetapi kita
  tetap masih bisa setia dalam panggilan yang telah diberikan-Nya
  kepada kita.

  "The Wall Street Journal" pernah mengutip kata-kata seorang
  berhikmat yang mendefinisikan uang sebagai "suatu benda yang dapat
  digunakan sebagai paspor universal untuk pergi ke mana pun juga,
  kecuali ke surga, dan sebagai penyedia universal bagi segala
  sesuatu, kecuali kebahagiaan". Uang juga menjadi pemicu provokasi
  untuk ketamakan dan kompetisi, dapat menjadi hamba yang luar biasa,
  tetapi dapat juga menjadi majikan yang kejam. Cinta akan uang
  merupakan akar segala jenis kejahatan dan kenyataan tersebut telah
  memenuhi dunia dengan kebobrokan dan hawa nafsu.

  Bila Anda membaca khotbah-khotbah dan perumpamaan Tuhan Yesus, kita
  terkejut melihat kenyataan bahwa Ia banyak berbicara tentang
  kekayaan materi. Ia melayani orang-orang yang sebagian besar adalah
  miskin dan yang berpendapat bahwa dengan memiliki lebih banyak uang,
  segala persoalan mereka akan terselesaikan. Yesus tidak menutup mata
  terhadap kebutuhan orang miskin, dan melalui teladan dan
  pengajaran-Nya, Ia mendorong para pengikut-Nya untuk membagikan apa
  yang mereka miliki kepada orang lain. Gereja mula-mula merupakan
  suatu persekutuan yang dengan rela membagikan milik mereka kepada
  orang-orang yang kurang beruntung.

  Gambaran Yesus tentang anak yang hilang dan kakaknya menunjukkan
  dua filsafat hidup yang bertolak belakang. Sebelum ia bertobat, anak
  yang hilang menyia-nyiakah hidupnya, tetapi kakaknya menghabiskan
  masa tersebut dengan melakukan hal yang membosankan. Kedua sikap ini
  salah karena pendekatan kristiani terhadap kehidupan ialah agar kita
  menginvestasikan hidup kita demi kebaikan orang lain dan kemuliaan
  Allah. Hidup merupakan penatalayanan dan kita harus menggunakan
  kesempatan yang diberikan Allah dengan setia. Pada suatu hari kelak,
  kita harus memberikan pertanggungjawaban kepada Tuhan atas apa yang
  telah kita lakukan dengan segala talenta yang diberikan-Nya kepada
  kita.

  Salah satu tindakan penting dalam manajemen uang yang bertanggung
  jawab ialah mengetahui ke mana perginya uang kita. Komisi Lausanne
  untuk Penginjilan Dunia dalam makalahnya yang berjudul "An
  Evangelical Commitment to a Simple Lifestyle" mencanangkan: "Kami
  tidak menetapkan aturan, baik bagi diri kami sendiri, maupun orang
  lain. Namun, kami memutuskan untuk menyangkal kesia-siaan dan
  menentang pemborosan dalam kehidupan pribadi, pakaian, perumahan,
  perjalanan, dan gedung-gedung gereja. Kami juga menerima perbedaan
  antara kebutuhan dan kemewahan, hobi yang kreatif dan status simbol
  yang kosong, kesederhanaan dan kesombongan, perayaan berkala dan
  rutinitas yang normal, dan antara pelayanan kepada Allah dan
  perhambaan pada mode. Untuk menarik garis yang tegas diperlukan
  pengukiran dengan hati nurani yang jernih dan keputusan oleh kita
  sendiri bersama dengan anggota keluarga kita."

  Mengapa Tuhan kita begitu prihatin dengan cara kita menggunakan
  uang? Karena uang tidaklah netral; pada dasarnya malahan jahat dan
  hanya Allah yang dapat menguduskannya dan menggunakannya demi
  kebaikan. Adalah menarik bahwa baik Paulus maupun Petrus menyebut
  uang sebagai sesuatu yang kotor. Memang pada dasarnya uang itu
  mengotorkan dan merendahkan derajat, terutama terhadap mereka yang
  mencintainya dan membiarkan uang menguasai kehidupan mereka. Richard
  Foster dalam "Uang, Seks, dan Kekuasaan" menulis, "Kita tidak dapat
  dengan aman menggunakan mammon; sebelum kita memperoleh kejelasan
  bahwa kita sedang berurusan bukan saja dengan mammon, tetapi juga
  dengan mammon yang tidak benar."

  Orang yang tidak setia dalam cara menggunakan uangnya, juga tidak
  setia dalam cara ia menggunakan "kekayaan yang benar" dari Kerajaan
  Allah. Kita tidak dapat bersikap ortodoks dalam teologi kita dan
  pada saat yang sama bersikap bidat dalam cara menggunakan uang.
  Allah tidak akan menyerahkan kekayaan-Nya kepada individu-individu
  atau pelayanan yang membuang-buang uang dan tidak mau memberikan
  laporan yang jujur kepada orang-orang yang mendukung mereka. Ketika
  berbicara tentang uang, Paulus sangat menjaga supaya segala sesuatu
  dilakukan dengan jujur, bukan hanya di hadapan Tuhan tetapi juga
  di hadapan manusia" (2Kor. 8:21).

  Tuhan Yesus menasihati kita agar menyerahkan diri seutuhnya kepada
  Allah dan memiliki pikiran yang mantap. Kita tidak dapat mengasihi
  atau melayani dua majikan sekaligus, sama seperti kita juga tidak
  dapat berjalan ke dua arah yang berbeda. Jika kita memilih untuk
  melayani uang, kita tidak dapat melayani Allah. Jika kita memilih
  untuk melayani Allah, kita tidak akan melayani uang. Yesus menuntut
  integritas dan pengabdian total kepada Allah yang menomorsatukan
  diri-Nya.

  Jika Allah adalah majikan kita, uang akan menjadi pelayan kita, dan
  kita akan menggunakan sumber-sumber kita dalam kehendak Allah.
  Tetapi jika Allah bukanlah majikan kita, kita akan menjadi hamba
  uang dan uang merupakan majikan yang mengerikan. Kita akan mulai
  menyia-nyiakan hidup kita dan bukan menginvestasikannya, dan pada
  suatu hari kelak, kita akan mendapati bahwa kita tak memiliki teman
  ketika kita memasuki gerbang kemuliaan.

  Henry Fielding menulis, "Jadikanlah uang menjadi allah Anda dan ia
  akan menyerang Anda seperti setan!" Yesus berkata, "Jadikanlah uang
  menjadi hambamu ... dan manfaatkan kesempatan-kesempatan saat ini
  sebagai investasi dalam dividen di masa mendatang." Jadilah
  penatalayan yang berhikmat! Ada banyak jiwa yang masih harus
  diselamatkan dan uang kita dapat dipakai untuk melaksanakannya.

  Sumber bacaan:
  "Living in the World". 1987. Colorado Spring: Navpress.

  Wiersbe, Warren W. 1989. "The Bible Exposition Commentary",
    Volume 1. Wheaton: Victor Books.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buletin: Sahabat Gembala, Edisi Oktober 1992
  Penulis      : TEA
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
  Halaman      : 14 -- 21

                 ========== BIMBINGAN ALKITAB ==========

                            KEKAYAAN (RICHES)

  Tidak ada salahnya bila kita ingin hidup yang berkecukupan. Dan
  tidak ada salahnya pula bila kita bekerja keras untuk mendapatkan
  harta kekayaan. Tetapi satu hal yang harus selalu kita ingat adalah
  jangan menjadikan harta kekayaan kita sebagai tuan atau allah bagi
  diri kita. Alkitab menegaskan hal ini dalam ayat-ayat berikut ini.

  Perjanjian Lama
  ---------------
  1. Kej. 13:2, 24:35
  2. Ul. 6:10-12, 8:10-18, 31:20, 32:15
  3. 1Sam. 2:7
  4. 1Raj. 10:23
  5. 2Raj. 20:12-18
  6. Neh. 5:1-13
  7. Ayb. 1:3, 21:7-15, 27:13-23, 31:24-25,28
  8. Mzm. 37:16, 49:16-18, 52:1-7, 73:3-22
  9. Ams. 10:2,22, 11:4,28, 13:7-8, 14:20,24, 15:6,16-17, 16:8
  10. Ams. 18:11,23, 19:4, 21:6, 23:4-5, 27:23-24, 28:8,11,20,22
      30:8-9
  11. Pkh. 5:9-20, 6:1-2, 7:11-12, 10:19
  12. Yes. 5:8
  13. Yer. 5:7-9,27-29, 9:23, 17:11, 22:13-19, 48:36
  14. Yeh. 7:19, 28:5
  15. Hos. 12:8
  16. Amo. 6:1-6
  17. Mi. 6:12
  18. Zef. 1:18

  Perjanjian Baru
  ---------------
  1. Mat. 6:19-21, 13:22, 19:16-29, 27:57
  2. Mrk. 4:19, 10:17-27
  3. Luk. 6:24, 12:15-21, 16:13-14,20-26, 19:2
  4. 1Tim. 6:4-11,17-19
  5. Yak. 1:9-11, 2:6-7, 5:1-5
  6. 1Yoh. 3:17

  Diambil dari:
  Indeks 200 Topik Penting (CD SABDA 2.0)
  Nomor Topik: 09285
  Copyright  : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)]

                      ========== INFO ==========

  PeKA (Pelayanan Keluarga dan Anak) mengundang Anda untuk mengikuti
  seminar dengan tema "LIVING TOGETHER BUT FEELING LONELY" pada:

  Hari, tanggal: Sabtu, 25 Agustus 2007
  Pukul        : 17:00 WIB
  Tempat       : Laboratorium Budi Sehat Lt. 2,
                 Pasar Legi 137, Solo
  Pembicara    : Pdt. Gideon Ang (konselor marriage Majalah GetLife
                 dan Radio Maestro Bandung)

  Acara ini GRATIS, namun peserta diharapkan mendaftar terlebih dahulu
  untuk mendapatkan undangan sebagai tanda peserta. Untuk informasi
  lebih lanjut silakan menghubungi Sdr. Rosmei, tlp. 0813 2932 8723.

============================== e-KONSEL ==============================
              PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2007 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
                Anda punya masalah/perlu konseling?
         atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/
           sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
               silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org
               atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org

  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================        

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org