Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/112

e-Konsel edisi 112 (16-5-2006)

Kesetiaan dalam Pernikahan

 
<=>                    Edisi (112) -- 15 Mei 2006                  <=>

                               e-KONSEL
<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>

Daftar Isi:
  = Pengantar            : Kesetiaan
  = Cakrawala            : Dicari: Suami yang Setia
  = TELAGA               : Jika Kita Selingkuh
  = Tips                 : Resep Keharmonisan Rumah Tangga
  = Tanya Jawab Konseling: Saya Bosan dengan Istri Saya

<=> PENGANTAR REDAKSI -------------------------------------------- <=>

  Pembaca terkasih,

  Jika saat ini Anda sudah menikah, masih ingatkah dengan janji
  pernikahan Anda? Janji untuk selalu setia dan mengasihi pasangan
  Anda baik dalam suka dan duka, dalam sakit dan sehat sampai maut
  memisahkan? Janji setia itu memang mudah untuk diucapkan dan indah
  didengarkan, namun tidak mudah untuk dijalankan. Sajian kami berikut
  ini menjelaskan betapa berharganya sebuah kesetiaan dalam
  pernikahan. Kiranya menjadi berkat bagi pembaca terkasih!

  Redaksi e-Konsel,
  Ratri

<=> CAKRAWALA ---------------------------------------------------- <=>

                   <=> DICARI: SUAMI YANG SETIA <=>

  Sebut saja namanya Lina. Wajahnya tegang dan suaranya menunjukkan
  bahwa ia sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan. Usianya 40 tahun
  dan ia hidup bersama dengan dua putranya, usia 12 dan 14 tahun.
  Sudah 4 tahun terakhir ini, Lina berpisah dengan suaminya yang
  memutuskan untuk hidup dengan seorang wanita lain dan jarang sekali
  menjenguk Lina serta anak-anaknya. Sekarang ia harus bekerja
  mencari nafkah untuk keluarganya. Ia mengeluh betapa sepi hidupnya
  sekarang dan betapa ia membutuhkan seorang rekan yang dapat membantu
  dia mengasuh anak-anaknya yang sudah remaja ini. Makin hari ia
  merasa makin lemah, seakan-akan semua energinya sudah terkuras
  habis. Ia pernah berpikir--hanya berpikir--untuk mengakhiri
  hidupnya, tetapi ia merasa kasihan kepada putra-putranya yang masih
  membutuhkannya. Mungkin ia akan berpikir lain saat mereka sudah
  akil baliq nanti. Mungkin ia akan melakukannya jika pertolongan
  tidak kunjung datang. Mungkin!

  Meskipun Lina hanyalah suatu kasus imajiner dalam benak saya, tetapi
  cerita hidup seperti itu tidak jarang terjadi. Ada suami yang
  meninggalkan istrinya karena "sudah jenuh". Ada yang pergi untuk
  "mencari kebebasan". Ada juga yang beralasan, "sudah tidak cocok,
  buat apa berpura-pura lagi". Malah ada yang lebih berani lagi. Dalam
  suatu ceramah keluarga, seseorang pernah menanyakan, apa yang harus
  ia perbuat dalam menghadapi suami yang sering berhubungan dengan
  wanita lain dan berkata kepadanya, "Hidup hanya sekali, dan saya
  ingin bersenang-senang!"

  Acap kali wanita menjadi korban pernikahan karena lebih banyak pria 
  yang meninggalkan pernikahan dari pada sebaliknya. Adakah yang dapat 
  dilakukan kaum wanita untuk melindungi pernikahannya dari perpisahan 
  seperti ini? Jawabannya tidak sesederhana pertanyaannya, bahkan 
  kompleks. Namun demikian, ada beberapa tindakan yang dapat wanita 
  lakukan meskipun itu tidak selalu menjamin rumah tangga akan selalu 
  utuh.

  Bagi yang belum menikah, pilihlah suami yang mencintai Tuhan Yesus
  dan memberi tempat terutama bagi Kristus dalam hidupnya. Saya
  menyadari ada anak-anak Tuhan yang tetap menyeleweng setelah
  menikah, namun umumnya ia akan lebih takut akan Tuhan karena telah
  menempatkan Dia sebagai pusat hidupnya.

  Bagi yang sudah menikah, dorong dan kuatkanlah suami Anda di dalam
  Tuhan. Suami seyogianya menjadi pemimpin rohani keluarga dan
  mengambil inisiatif membina kerohanian keluarganya. Tetapi kenyataan
  memerlihatkan bahwa tidak semua anak Tuhan yang menjadi suami
  menjalankan apa yang Tuhan kehendaki. Dalam keadaan seperti ini
  wanita jangan terus bergantung pada kepemimpinan rohani suami; ia
  sekarang harus mengambil inisiatif untuk membina kehidupan rohani
  keluarganya.

  Misalnya, seminggu sekali ia dapat mengajak keluarganya untuk
  beribadah bersama di gereja dan juga di rumah. Setiap malam ia dapat
  berdoa bersama dengan anak-anak serta suaminya. Sebelum berdoa
  dengan suaminya, ia dapat membacakan beberapa ayat Alkitab sebagai
  bahan renungan. Dalam doanya ia menyebut semua nama anggota
  keluarganya termasuk suaminya, memohon kepada Tuhan untuk selalu
  melindungi dan memimpin mereka.

  Saya percaya suasana rohani seperti ini akan memberi nafas rohani ke
  dalam keluarga dan lebih dari itu, Tuhan pun akan terus bekerja
  dalam hati suami melalui Firman dan doa yang ia dengar setiap hari
  melalui mulut istrinya. Firman Allah yang hidup dan doa yang ia
  dengar akan terus menggaung dalam hati suami sepanjang hari, sebagai
  penunjuk jalan dan penguasa hidupnya. Seorang istri harus dapat
  mengambil inisiatif membina kerohanian keluarga tatkala ia melihat
  suami sudah mulai jauh dari Tuhan atau memang tidak pernah dekat
  dengan Tuhan.

  Suami membutuhkan dorongan dan doa istrinya karena pria memiliki
  kelemahan-kelemahan tertentu. Seringkali pria harus menghadapi
  berbagai tekanan dalam pekerjaannya dan ia membutuhkan kelegaan atau
  pelepasan setelah hidup dalam ketegangan. Sesungguhnya ini suatu
  siklus yang wajar sebab kita tidak dapat selalu berada dalam keadaan
  penuh tekanan. Setelah mencurahkan tenaga dan pikiran secara penuh,
  kita memerlukan celah-celah waktu santai untuk menyegarkan jiwa dan
  raga. Di mana dan bagaimana kita mencari penyegaran ini menjadi
  sangat penting karena tanpa pimpinan dan firman Tuhan, kita dapat
  terperosok ke tempat dan cara yang penuh jebakan dosa.

  Dibandingkan dengan wanita, pria pada umumnya lebih lemah dalam hal-
  hal seperti ini. Pria yang secara natur alami lebih bersifat fisik
  biasanya membutuhkan penyegaran yang bersifat fisik pula. Wanita
  cenderung merindukan kelegaan yang melibatkan sentuhan kasih dan
  pengertian. Akibatnya, suami lebih rawan merangkul godaan fisik yang
  dapat memberi "penyegaran sementara" kepadanya, misalnya hubungan
  seksual.

  Saya minta maaf jika saya memberi beban tambahan kepada istri yang
  sebenarnya sudah banyak menanggung beban keluarga. Bukan maksud saya
  memanjakan suami dan melemparkan semua tanggung jawab kepada istri.
  Saya hanya ingin menawarkan satu cara pencegahan yang dapat
  dilakukan seorang istri.

  Sudah tentu suami tetap harus berperan serta dalam membina keutuhan
  keluarga dan sayapun menyadari banyak suami yang telah menunaikan
  tanggung jawab dan menjaga kesetiaan mereka. Namun, saya tidak
  membicarakan keluarga yang sehat yang tidak terganggu oleh masalah
  rumah tangga. Saya sedang berfokus pada rumah tangga yang goyah dan
  istri yang merasa frustasi serta putus asa karena suami yang
  seharusnya terlibat dalam pembinaan rumah tangga, sekarang bersikap
  masa bodoh terhadap kebutuhan keluarganya. Saya ingin mengatakan
  kepada para istri, bahwa membawa keluarga kepada kepada Kristus
  melalui doa dan perenungan firman Tuhan adalah langkah pencegahan
  yang efektif. Kita semua dapat mulai dari sini karena Tuhan kita,
  Yesus Kristus, telah membuka pintu lebar-lebar bagi kita untuk masuk
  ke dalam kehadirat-Nya.

  <=>Sumber diambil dan diedit dari:<=>
  Judul buletin : Parakaleo, Edisi Jan-Mar 1994/Vol. 1/No. 1
  Penulis       : Dr. Paul Soetopo
  Penerbit      : Departemen Konseling STTRI, Jakarta
  Halaman       : 1 - 2

<=> TELAGA ------------------------------------------------------- <=>

  Perselingkuhan mungkin bukan lagi berita asing di telinga kita.
  Sudah banyak pernikahan yang hancur karena salah satu pasangannya
  tidak berhasil dalam mengatasi godaan ini. Apa yang bisa dilakukan
  jika perselingkuhan sudah terlanjur terjadi? Simak ringkasan
  perbincangan dengan Pdt. Paul Gunadi, Ph.D berikut ini!

                     <=> JIKA KITA SELINGKUH <=>
------
  T : Ada orang-orang yang terjerumus di dalam perselingkuhan tetapi
      tidak menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang salah. Apa yang
      bisa dia lakukan ketika dia sadar bahwa perbuatannya itu keliru?

  J : Yang akan kita bahas bukan saja untuk orang yang merasa
      bersalah, tapi untuk orang yang belum merasa bersalah. Ada
      sepuluh hal yang bisa dibagikan.

      PERTAMA, JANGAN MENIPU DIRI SENDIRI dan berkata: "Ah ... ini
      hanya persahabatan." Ini adalah salah satu ungkapan yang sering
      dikatakan oleh orang yang berselingkuh atau memulai sebuah
      relasi di luar nikah dengan orang lain. Perselingkuhan berawal
      dari persahabatan dan berlangsung dalam kedok persahabatan untuk
      melanggengkannya.
------
  T : Yang seringkali terjadi awalnya adalah curhat, rasanya ada orang
      yang mendengarkan dan mengerti, kemudian itu menjadi pintu
      masuk. Benarkah demikian?

  J : Sering kali memang begitu. Sudah tentu biasanya adalah dari
      persahabatan, akhirnya makin banyak hal-hal pribadi yang
      diceritakan, termasuk problem-problem rumah tangga. Dan yang
      satunya itu sudah tentu menjadi pendengar yang baik, yang
      sungguh-sungguh mengerti penderitaan orang ini sehingga makin
      hari makin dekat. Jadi, kita mesti berhati-hati, jangan
      sembarangan menjalin persahabatan dengan lawan jenis.
------
  T : Apa poin yang kedua?

  J : KEDUA, JANGAN BERSANDAR PADA KEMAUAN KERAS KITA DAN BERKATA
      BAHWA JIKA INGIN MENGAKHIRINYA, PASTI BISA. Ini juga salah satu
      bentuk penipuan terhadap diri sendiri. Seolah-olah kita masih
      bisa menguasai keadaan, mengendalikan perasaan kita. Tidak
      demikian, begitu kita terjerumus ke dalam kancah perselingkuhan,
      susah sekali keluar. Meskipun mau keluar tetap tidak bisa,
      karena kita sendiri ingin menikmati relasi itu. Jadi, untuk
      melawan atau menyangkal diri sendiri sangatlah susah.
------
  T : Masalahnya, kadang-kadang ada orang yang menganggap hubungan itu
      bukan sebagai perselingkuhan tapi hanya selingan. Bagaimana jika
      demikian?

  J : Ini adalah salah satu bentuk penipuan diri sendiri juga. Dan ini
      membawa kita ke poin KETIGA, yaitu JANGAN MEMBERI NAMA LAIN
      UNTUK MENGURANGI MAKNA PELANGGARAN ITU. Jangan memberi nama lain
      untuk suatu dosa yang serius di mata Tuhan. Ini perbuatan yang
      menghancurkan pernikahan, menghancurkan bukan hanya satu orang,
      yaitu istri atau suami kita saja, tapi juga anak-anak kita.
      Anak-anak bertumbuh besar dan dalam benaknya selalu mengingat
      bahwa ayah atau ibu itu berselingkuh, tidur dengan perempuan
      atau laki-laki lain, berzinah dengan orang lain dan sampai tua
      pun dia akan selalu mengingat bahwa orang tuanya itu pernah
      berzinah. Itu ingatan yang menghancurkan diri orang, jadi jangan
      menganggap ringan. Dan kalau kita masih ada keluarga dekat,
      mereka pun turut hancur oleh perbuatan kita.
------
  T : Bagaimana jika yang terlibat tidak merasa bahwa hubungan itu
      adalah perselingkuhan dan ketika orang di sekelilingnya
      mengamati mereka serta menegur, mereka berkata bahwa ini hanya
      persahabatan?

  J : Ini membawa kita ke poin yang KEEMPAT, yaitu JANGAN BERSANDAR
      PADA PERASAAN MELAINKAN PADA KEBENARAN. Ini memang sering kita
      lakukan. Kita tidak merasa apa-apa, orang sudah melihatnya, kita
      tetap saja seolah-olah melangsungkan relasi ini tanpa rasa
      bersalah dan seolah-olah orang pun tidak melihat hal itu.
      Faktanya adalah perasaan cenderung membenarkan perbuatan sebab
      selingkuh memang membuat kita merasa lebih hidup, lebih senang,
      lebih terpenuhi. Perasaan kita yang tadinya gundah gulana,
      kacau, sekarang tiba-tiba tenang. Tadinya tidak mengharapkan
      hari esok sekarang mengharapkan hari esok, esoknya, dan esoknya
      lagi. Mengapa? Sebab perasaan kita makin membaik, makin enak.
      Namun, jangan bersandar pada perasaan, jangan mengambil
      keputusan atas dasar perasaan, tapi atas dasar kebenaran. Dan
      kebenaran adalah firman Tuhan; firman Tuhan berkata ini
      perzinahan, meskipun rasanya enak, rasanya benar tetapi tetap
      salah. Jadi, lakukan apa yang benar, jangan hanya yang terasa
      benar; dan itu firman Tuhan, yaitu perselingkuhan adalah dosa.
------
  T : Biasanya orang juga beralasan, karena curhat kemudian kita
      merasa kasihan, jadi kita itu sebenarnya mengasihi sesama.

  J : Betul, sering kali ini yang dikeluhkan oleh orang yang menjadi
      korban selingkuh, yang biasanya adalah istri. Maka ini nasihat
      yang KELIMA, JANGAN MENGASIHI DIRI ATAU REKAN SELINGKUH, justru
      kasihilah pasangan dan anak kita. Merekalah yang terluka,
      merekalah yang sekarang benar-benar perlu perhatian kita.
------
  T : Bagaimana jika mereka merasa sulit mengasihi pasangan karena
      pasangan itulah penyebab mereka berselingkuh?

  J : Ini adalah salah satu alasan klasik. Maka poin KEENAM yaitu
      JANGAN MENYALAHKAN ORANG LAIN ATAU PASANGAN SEBAGAI PENYEBAB
      SELINGKUH. Ini tidak berarti bahwa relasi yang buruk itu tidak
      bersumbangsih terhadap kemungkinan atau kerentanan kita
      berselingkuh, sudah tentu bersumbangsih. Tetapi keputusan
      selingkuh merupakan keputusan pribadi. Tidak ada orang yang
      mendorong kita sehingga masuk ke kolam selingkuh. Kitalah yang
      memutuskan terjun ke kolam selingkuh, dan untuk keputusan itu
      kita harus memikul tanggung jawab. Kecenderungan kita adalah
      menyalahkan orang lain. Orang lain mungkin salah, pasangan kita
      mungkin salah, dan ini memang memberikan sumbangsih, tapi tetap
      keputusan itu keputusan pribadi dan itu yang harus kita pikul.
------
  T : Bagaimana dengan yang memberikan alasan, dulu salah pilih dan
      sekarang ini baru pilihan yang tepat?

  J : Kadang-kadang itu betul, kita memang salah pilih. Namun, resep
      terhadap salah pilih adalah sesuaikan. Bekerja keraslah untuk
      bisa saling cocok, untuk bisa menyelamatkan pernikahan yang kita
      akui salah pilih. Usahakan sedapatnya untuk membereskan masalah.
      Nasihat KETUJUH adalah BERSABARLAH UNTUK MEMBANGUN ULANG RELASI
      DENGAN PASANGAN. Sewaktu hendak putus hubungan dengan rekan
      selingkuh, kita mesti mempunyai kesadaran bahwa putusnya
      hubungan dengan rekan selingkuh tidak berarti secara otomatis
      akan membuat pernikahan membaik. Ada orang yang mengharapkan itu
      dengan otomatis, dengan segera, cepat. Tidak demikian. Itu
      adalah dua hal yang terpisah. Relasi selingkuh putus, tapi
      masalah dalam pernikahan tetap ada dan harus kita bereskan. Dan
      ini akan memakan waktu dan kerja keras. Ada orang yang seolah-
      olah beranggapan bahwa dengan memutuskan hubungan relasi
      selingkuh berarti harus ada imbalannya, yaitu pasangan harus
      baik dan pengertian. Kalau tidak, buat apa memutus hubungan
      dengan relasi selingkuh jika tetap harus mencucurkan keringat
      membereskan masalah pernikahan ini.
------
  T : Ada kasus seorang suami yang berselingkuh dan kemudian mengakui
      perbuatannya kepada istri, jadi rencananya mau mengadakan
      pemulihan. Tapi setelah melihat suaminya berani berbesar hati
      untuk mengaku, istri pun akhirnya mengakui kalau dia juga pernah
      mengkhianati suami. Jadi pihak suaminya itu merasa seolah-olah
      pengakuannya sia-sia karena sudah ditipu juga. Apakah ini
      prosesnya lebih sulit lagi?

  J : Memang akan lebih rumit, kedua orang yang pernah berselingkuh
      ini justru tidak memudahkan proses pemulihan tapi seringkali
      lebih memperumit. Ada orang yang beranggapan karena pernah
      ditipu, dikhianati, maka sekarang mau balas mengkhianati. Dengan
      dia membalas justru makin memperparah masalah dan lebih berat
      lagi. Tapi pengakuan dosa ini memang penting. Ini membawa kita
      pada poin berikutnya, yaitu poin KEDELAPAN, ambillah langkah
      pertama jika kita berselingkuh, yaitu MENGAKU DOSA KEPADA
      PASANGAN, JANGAN BERSEMBUNYI ATAU MENYANGKAL. Hidup dalam
      kebohongan berujung pada kehancuran, tinggal tunggu waktu untuk
      hancur. Jadi, kita mesti membuang jauh-jauh kebohongan itu
      dengan mengakui dosa kita kepada pasangan kita.
------
  T : Bagaimana jika orang itu merasa bersalah terus, karena tidak
      bisa mengampuni dirinya sendiri yang telah berselingkuh?

  J : Itu bisa saja terjadi. Oleh sebab itu, dia harus belajar
      mengampuni sebab dia tahu Tuhan sudah mengampuni. Ini berkaitan
      dengan poin KESEMBILAN, yaitu MINTALAH MAAF BUKAN SEKALI
      MELAINKAN BERULANG KALI sebab tidak cukup sekali kita meminta
      ampun kepada pasangan. Mengapa hal ini harus dilakukan? Karena
      luka yang ditimbulkan akibat perselingkuhan terlalu dalam, jadi
      untuk sembuh perlu minta maaf yang disampaikan berulang kali dan
      dilakukan dengan tulus. Jangan sampai kita minta maaf tapi
      dengan nada marah seolah-olah kita lebih galak dari orang yang
      kita lukai. Itu tidak bisa tidak akan membuat pasangan kita
      beranggapan bahwa kita tidak sungguh-sungguh menyesali perbuatan
      kita.
------
  T : Bagaimana jika relasi pernikahan itu sudah begitu buruknya
      sehingga terjadi perselingkuhan?

  J : Dalam semua kasus perselingkuhan nasihat KESEPULUH ini harus
      dicamkan baik-baik, apapun alasannya, yaitu BERHENTILAH
      SELINGKUH DEMI TUHAN BUKAN DEMI ORANG LAIN. Orang bisa berkata
      relasi nikahnya sudah hambar, tidak ada lagi kasih, dia tidak
      lagi seperti pasangan saya, dia seperti teman biasa saja, atau
      alasan lainnya. Mungkin sekali alasan-alasan itu benar, ada
      dasarnya, namun ingat Tuhan. Meskipun pasangan kita tidak tahu
      tetapi Tuhan tahu dan kita telah berdosa kepada Tuhan. Ibrani
      10:26, "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh
      pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk
      menghapus dosa itu." Jadi, firman Tuhan tegas sekali dalam hal
      dosa; firman Tuhan tidak kompromi. Jangan sengaja berbuat dosa,
      tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Kalau sudah tahu
      salah, sudah tahu dosa jangan lakukan. Tuhan tidak suka.
      Meskipun kita kehilangan alasan untuk berhenti, hanya satu
      alasan yang tertinggal, yaitu demi Tuhan jangan berdosa kepada
      Tuhan.

  <=> Sumber: <=>
  [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #170B
    yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
   -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
      e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org>
                                atau: < TELAGA(at)sabda.org >      ]]
   ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?jika_kita_berselingkuh.htm

<=> TIPS --------------------------------------------------------- <=>

               <=> RESEP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA <=>

  Mungkin persoalan dalam perkawinan akan dapat diselesaikan kalau
  saja setiap pasangan mengetahui kiat-kiat yang bisa dilakukan.
  berikut kami sajikan beberapa petunjuk yang baik untuk diikuti.

  1. Hindari percakapan yang menimbulkan perdebatan.
  --------------------------------------------------
  Bila kira-kira Anda tidak mampu mengontrol perbedaan pendapat yang
  muncul, lebih bijaksana tidak mendiskusikannya sama sekali. Apalagi
  kalau hanya soal sepele. Kalaupun perlu dibicarakan, tunggu sampai
  Anda atau pasangan Anda sudah memiliki kepala dingin, atau dapat
  mengontrol diri dengan berbicara tidak dengan nada tinggi.

  2. Berusaha mengerti kondisi psikologis lawan jenis.
  ----------------------------------------------------
  Ada sifat tertentu dari pria dan wanita yang dapat ditangani sejak
  awal. Misalnya, kaum pria umumnya merasa dirinya penting. Suka
  dipuji dan diberi semangat. Dalam hal ini banyak wanita melakukan
  kesalahan dengan menyepelekan suami, bukannya membiarkan mereka
  merasa paling penting dalam keluarga. Umumnya wanita tidak ingin
  mendominasi pria. Kebanyakan justru lebih suka memperlakukan suami
  sebagai pelindung.

  3. Ada beberapa hal tentang wanita yang menjadi misteri bagi pria.
  ------------------------------------------------------------------
  Umumnya kaum hawa ingin diperlakukan sebagai kekasih dan sekali
  waktu ingin dipuji. Memberikan perlindungan tidak cukup hanya dalam
  hal materi. Isteri juga ingin dicintai dan dianggap berperan dalam
  kesuksesan suami.

  4. Lakukan suatu tindakan bila sampai terjadi ketidakcocokan dalam
     kehidupan seksual.
  ------------------------------------------------------------------
  Bukan zamannya lagi pasangan dalam perkawinan menganggap tabu
  membicarakan masalah seks. Pasangan yang tidak mau atau jarang
  melakukan kontak fisik biasanya sering mengalami cekcok. Tentu tidak
  mudah hidup dengan istri yang frigid. Seorang suami yang terkena
  gangguan pun akan menjadi rewel, selalu mengeluh bahwa kesehatannya
  kurang beres. Orang yang mulai terkena gangguan neurotik biasanya
  kurang toleran dan tidak melakukan usaha apa pun saat menghadapi
  masa frustasi seksual. Padahal soal seperti itu tidak perlu
  dirisaukan. Banyak buku yang bisa dibaca untuk menanggulangi masalah
  itu. Bisa juga berkonsultasi pada pakar yang dianggap membantu.

  5. Lakukan kerja sama.
  ----------------------
  Perkawinan merupakan kerja sama antara suami-istri, bukan persaingan
  untuk menunjukkan siapa yang lebih unggul. Pribadi pasangan Anda
  tidak dapat diubah sesuai dengan keinginan Anda. Dalam kenyataannya,
  masing-masing tetap merupakan individu unik yang memiliki pikiran
  bebas dan mempunyai hak atas dirinya.

  6. Jangan banyak mengeluh.
  --------------------------
  Usahakan untuk sesedikit mungkin mengutarakan keluhan. Rata-rata
  kita tidak suka pada orang yang selalu mencari-cari kesalahan orang
  lain, terus-menerus mengeluh tidak sehat, beralih dari seorang
  dokter ke dokter lain, atau selalu mengeluh soal pekerjaan di kantor
  atau kewajiban di rumah. Orang yang kondisi kejiwaannya sehat akan
  merencanakan segala sesuatu dengan diam-diam dan berusaha mengatasi
  sendiri hal-hal yang kurang berkenan. Lebih baik melakukan sesuatu
  daripada hanya mengeluh tanpa berbuat apa-apa.

  7. Cari cara terbaik dalam pembinaan hubungan.
  ----------------------------------------------
  Cari sendiri cara terbaik untuk membina hubungan baik dengan
  pasangan maupun dengan orang lain di sekitar Anda. Jangan
  menggantungkan kebahagiaan diri pada orang lain. Berusahalah untuk
  mencari variasi hidup atau menggali minat yang menyenangkan agar
  hidup tidak membosankan dan perkawinan tetap harmonis. Misalnya
  dengan membaca buku, mendengarkan musik khususnya musik gereja,
  mengembangkan hobi, masuk klub, atau mengikuti kursus yang dapat
  meningkatkan kemampuan.

  Orang yang merasa tidak bahagia pada umumnya malas berinisiatif.
  Mereka lebih suka mencari-cari alasan ketidakbahagiaannya, misalnya
  dengan mengatakan, "Seandainya aku menikah dengan orang lain, tidak
  akan seperti ini nasibku.", 8. Jangan berdalih.
  -------------------
  Banyak suami atau istri neurosis mudah sekali menyalahkan
  pasangannya atas ketidakbahagiaan yang dialaminya. "Ini semua gara-
  gara dia yang tak mau berubah," tudingnya. Padahal sebenarnya ia
  harus mengubah diri sendiri sebelum mengharapkan pasangannya
  berubah. Kalau ingin memperbaiki kehidupan perkawinan, patutlah
  bertanya pada diri sendiri apakah sudah melakukan yang terbaik agar
  perkawinan sukses.

  Kalau langkah yang terbaik telah dilakukan, namun belum juga
  berhasil, cobalah mencari penyelesaian lewat orang ketiga, misalnya
  psikolog atau penasihat perkawinan yang dinilai dapat ikut membantu.
  Banyak perceraian dapat dicegah asalkan masing-masing pihak (suami
  atau istri) mampu menghadapi masalahnya secara realistis dan mau
  melakukan konsesi yang dirasakan perlu.

  Di atas segalanya, yang paling penting adalah kemauan kedua belah
  pihak untuk menerima tanggung jawab masing-masing dalam menghadapi
  hubungan yang dirasakan mulai kurang serasi agar perkawinan tetap
  utuh.

  9. Nakhoda kapal sebagai pengendali.
  ------------------------------------
  Selaku umat Tuhan, jangan lupa menempatkan Tuhan Yesus selaku
  "Nakhoda" kapal kehidupan dan bahtera rumah tangga kita. Jika Dia
  yang mengemudikan kapal kita, niscaya segala sesuatu dapat diatasi
  sehingga bahtera rumah tangga kita tidak sampai tenggelam.

  <=> Sumber diambil dan diedit dari: <=>
  Judul buku   : Sahabat Gembala, Mei 2003
  Judul artikel: Resep Keharmonisan Rumah Tangga
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
  Halaman      : 38 - 40

<=> TANYA JAWAB KONSELING ---------------------------------------- <=>

                 <=> SAYA BOSAN DENGAN ISTRI SAYA <=>

  PERTANYAAN:
  ===========
  Apakah yang dapat dilakukan supaya tidak bosan terhadap istri? Saya
  sudah menikah selama sepuluh tahun. Terus terang saja istri saya
  membosankan.

  JAWABAN:
  ========
  Sebelum menjawab pertanyaan Anda, jawablah pertanyaan-pertanyaan
  ini. Apakah Anda sendiri tidak membosankan? Apakah Anda selalu
  menyenangkan orang yang hidup seatap dengan Anda? Pernahkah Anda
  berpikir, mungkin Anda juga membosankan?

  Sebagai seorang suami, Anda dapat membuat istri Anda membosankan
  atau menarik, mengomel atau memesona. Sebetulnya Andalah yang
  menentukannya karena ini bergantung pada bagaimana Anda
  memperlakukan istri Anda. Cobalah mengambil keputusan untuk mau
  membantu istri Anda menjadi orang yang menarik seperti semula dan
  memesona lagi. Lakukanlah melalui kasih Anda kepadanya.

  Terimalah istri Anda sebagaimana ia adanya tanpa mencoba untuk
  mengubah dia. Bayangkan saat-saat ketika Anda jatuh cinta kepadanya,
  saat-saat ketika Anda menikahinya. Pasti ketika itu Anda melihat ada
  sesuatu yang istimewa di dalam dirinya, bukan? Sekarang, setelah
  sepuluh tahun berlalu, mengapa Anda mendapati dirinya membosankan?
  Mungkin saja Andalah yang telah berubah, bukan istri Anda. Maka dari
  itu terimalah istri Anda sebagai orang yang istimewa seperti
  dahulu.

  Lalu perhatikanlah bagaimana Anda seharusnya memperlakukan istri
  Anda. Dari waktu ke waktu, apakah Anda pernah mengadakan kejutan
  dengan memberinya hadiah-hadiah kecil? Apakah Anda memperlihatkan
  bahwa Anda masih mencintainya, dan bahwa Anda ingin membuatnya
  bahagia? Kalau Anda sudah berhenti melakukan hal-hal istimewa itu,
  ini menandakan bahwa Anda sudah bosan terhadap diri Anda sendiri,
  bukan terhadap istri Anda. Jadi, sekaranglah waktunya Anda berubah!

  Berilah perhatian pada kegiatan-kegiatan istri Anda; jangan hanya
  memerhatikan kegiatan-kegiatan Anda sendiri saja. Ketahuilah apa
  kebutuhannya dan bertindaklah untuk memenuhinya. Jangan datang ke
  rumah sore hari dengan membawa segudang omelan tentang apa yang
  telah Anda alami di kantor. Sebaliknya, tanyakanlah bagaimana
  keadaan istri Anda sepanjang hari itu. Juga janganlah Anda selalu
  meninggalkan istri Anda sepanjang hari di rumah. Sesekali ajaklah ia
  makan malam keluar. Buatlah rencana untuk berlibur berdua dengannya
  ke tempat yang mengasyikkan. Pergilah ke tempat yang disukai istri
  Anda. Jadilah kreatif! Dengan demikian, tidak ada alasan lagi untuk
  merasa bosan atau menjadi orang yang membosankan.

  Bila semuanya dirangkum dengan kata-kata dari firman Tuhan, "Hai
  suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat
  dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (Efesus 5:25). Kalau Anda
  melakukan hal itu dengan pertolongan Tuhan, Anda sedang menuju
  kepada pernikahan yang bahagia dan menyenangkan.

  Kehidupan pernikahan yang paling mengasyikkan terbentuk di antara
  tiga orang yakni Anda, istri Anda, dan Tuhan.

  <=> Sumber diambil dan diedit dari: <=>
  Judul buku   : Pertanyaan yang Sulit
  Judul artikel: Saya Bosan Dengan Istri Saya
  Penulis      : Luis Palau
  Penerbit     : Lembaga Literatur Baptis, Bandung, 1984
  Halaman      : 7 - 10

<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> e-KONSEL <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                           Ratri, Evie, Raka
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>
Anda punya masalah/perlu konseling?   < masalah-konsel(at)sabda.org >
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:          < owner-i-kan-konsel(at)xc.org >
=====================================================================
  Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org >
  Berhenti    : < unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org >
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://www.sabda.org/c3i/
<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org