Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/89

e-Konsel edisi 89 (29-6-2005)

Kejujuran

><>                  Edisi (089) -- 15 Juni 2005                  <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Penurunan Penghargaan terhadap Nilai
                             Kejujuran
    - Renungan             : Harga Kejujuran
    - Cakrawala            : Kejujuran
    - TELAGA               : Keterbukaan dalam Pernikahan
    - Bimbingan Alkitabiah : Janji Allah bagi Hidup Kita -- Kejujuran
    - Stop Press           : Permohonan Maaf
    - Tanya Jawab Konseling: Ketidakjujuran dalam Menjalin Hubungan

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Dalam era kehidupan modern sekarang ini, termasuk dalam lingkungan
  kehidupan orang Kristen, nilai-nilai kejujuran sering tidak lagi
  menjadi hal yang dianggap penting. Penurunan penghargaan terhadap
  nilai kejujuran mengakibatkan semakin terkikisnya moral kekristenan
  generasi masa kini. Padahal, ketika kejujuran tidak lagi dihargai,
  maka hampir bisa dijamin segala macam masalah, baik dalam keluarga,
  dunia kerja, masyarakat, maupun seluruh aspek kehidupan, akan mulai
  bermunculan. Saat ini masyarakat Kristen, terutama di Indonesia,
  sangat membutuhkan teladan figur dari seorang yang memiliki
  integritas untuk dengan berani menegakkan kembali nilai-nilai
  kebenaran yang sudah dibengkokkan oleh standar kebenaran dunia.
  Andakah orang yang akan berdiri tegak dan mengikrarkan keyakinan
  yang kokoh bahwa: "Wrong is wrong even if everyone is doing it, and
  right is right even if no one is doing it?"

  e-Konsel edisi kali ini akan membahas topik tentang nilai-nilai
  kejujuran dan bagaimana kita mempraktikkannya dalam kehidupan nyata
  kita sehari-hari. Kami percaya Tuhan akan berbicara kepada Anda
  melalui tulisan-tulisan yang kami sajikan dan bahkan membekali Anda
  menjadi seorang yang penuh integritas yang dimampukan Tuhan untuk
  menjawab kebutuhan dunia sekitar Anda saat ini. Selamat menyaksikan
  nilai iman Kristen Anda! (Sil)

  Redaksi


*RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN*

                       -*- HARGA KEJUJURAN -*-

  Bacaan : Amsal 11:1-6
  ---------------------

  Saya selalu ingat akan peristiwa di masa kecil saat saya menemukan
  dua keping uang logam di halaman sekolah. Saya membawa kedua keping
  uang logam itu pulang, dan berpikir bahwa tak seorang pun kehilangan
  uang itu. Namun, ibu menyuruh saya mengembalikannya kepada guru
  saya. "Uang itu milik orang lain," kata ibu. Sejak itu, Allah sering
  mengingatkan saya akan pelajaran awal mengenai kejujuran ini.

  Sebagai contoh, ketika saya sedang meletakkan tas belanjaan ke dalam
  mobil, saya menemukan kartu ucapan yang belum saya bayar di bawah
  kereta belanja. Saya segera kembali ke toko, mengantri, meminta maaf
  pada kasir, dan membayar dengan kartu kredit. Seorang laki-laki di
  belakang saya melihat dengan tercengang. Ia berkata, "Itu kan hanya
  kartu ucapan! Siapa yang akan tahu? Sungguh konyol Anda mau
  kembali!"

  Selama beberapa saat saya merasa bodoh. Namun, kemudian saya
  menemukan jawaban yang tepat untuknya. "Seandainya Anda kehilangan
  dompet," kata saya sambil tersenyum, "saya kira Anda akan berharap
  dompet itu ditemukan oleh orang bodoh seperti saya!"

  Amsal 11 mengingatkan kita bahwa Allah senang dengan kejujuran (ayat
  1), dan memberkati siapa saja yang melakukan perbuatan benar (ayat
  6). Jadi, meskipun apa yang kita lakukan tampak sepele, Allah
  berkenan akan hal itu. Ini jauh lebih berharga dari segala kekayaan
  di dunia ini. Kejujuran sangatlah berharga! –- Joanie Yoder

               KEJUJURAN MENGHASILKAN KEUNTUNGAN BESAR
           PERKENAN DARI ALLAH DAN HATI NURANI YANG BERSIH

-*- Sumber: -*-
  Arsip Publikasi e-RH (Renungan Harian), Edisi 22 Oktober 2002
  ==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2002/10/22/


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

                          -*- KEJUJURAN -*-

  A. Definisi Kejujuran
  ---------------------
  Sinonim (persamaan kata) membantu kita dalam menjelaskan kejujuran.
  Berikut ini beberapa di antaranya:
  1. Dapat dipercaya dalam melakukan sesuatu:
        Seseorang yang jujur dapat dipercaya ketika atasannya tidak
        berada di tempat, ketika orangtuanya pergi berakhir pekan, 2. Berkredibilitas:
        Anda dapat mempercayai ceritanya/omongannya karena dia selalu
        mengatakan kebenaran, 3. Keterusterangan:
        Anda dapat merasakan bahwa dia tidak sedang membohongi Anda
        (dia tidak berbelit-belit dalam berbicara);
  4. Mengatakan yang sebenarnya:
        Orang jujur tidak hanya berdasar pada fakta, dia juga
        memegang kebenaran meskipun kebenaran itu merugikannya, 5. Terbuka:
        Orang yang jujur tidak menutup-nutupi kepribadiannya, dia
        tidak memanipulasi perkataan atau tindakannya.

  Jadi, kejujuran adalah memegang kebenaran sehingga dapat dipercaya
  meskipun dengan melakukan hal ini akan dipermalukan, didiskreditkan,
  atau dirugikan. Definisi ini bukanlah definisi dari kamus. Kita
  sedang mendefinisikan kualitas-kualitas Kristen yang ingin kita
  terapkan dalam hidup kita. Oleh sebab itu, kami menambahkan sebagian
  definisi yang terakhir sebagai penekanan khusus dari apa yang kita
  cari.

  Orang Kristen yang ingin jujur tidak boleh membenarkan perbuatan-
  perbuatan yang tidak jujur hanya untuk mendapatkan keuntungan.

  Kita mungkin "membenarkan diri" saat memotong jumlah pendapatan yang
  kita laporkan karena lebih baik bagi kita untuk memberikan uang kita
  kepada gereja daripada kepada pemerintah yang tidak percaya kepada
  Tuhan.

  Kita mungkin menyembunyikan sebagian kebenaran dengan maksud untuk
  membohongi seseorang, dan berpikir bahwa kita membohonginya karena
  kita tidak mengatakannya. Kita bisa tidak jujur hanya dengan
  memberikan kesan yang salah; kita tidak perlu berbohong agar kita
  menjadi pembohong. Kebenaran melibatkan lebih dari sekadar fakta.
  Kebenaran ada di dalam Yesus. Oleh sebab itu, kebenaran meliputi
  integritas pribadi, tidak hanya objektivitas.

  B. Sebuah Contoh Positif dari Alkitab:
  --------------------------------------
  Kejujuran seringkali sulit karena bisa membuat kita berkorban secara
  pribadi. Tetapi, kita tidak bisa menarik diri dari berbuat jujur
  karena Tuhan (bukan kita) yang memegang konsekuensi dari ketaatan
  kita. Kejujuran telah membuat Yakub harus berkorban, demikian juga
  dengan Yesus.

  Nama Yakub, secara literal berarti tumit. Nama itu sesuai dengan apa
  yang terjadi padanya selama masa pertumbuhannya -- seorang pembohong
  dan penghujat Tuhan. Tuhan harus berjuang keras dalam mengubah Yakub
  menjadi Israel (Tuhan mengubah nama Yakub setelah Dia mengubah
  karakternya). Ketika Yakub bekerja selama empat belas tahun untuk
  Laban, dia mendapatkan obatnya sendiri. Laban adalah pembohong dan
  tidak jujur; dia mengubah upah Yakub sepuluh kali. Akan tetapi,
  Yakub tetap jujur meskipun dia memiliki kesempatan untuk mencuri
  ternak dari Laban. Tuhan menghargai kejujurannya dan memberkati dia.

  Yesus adalah domba Allah yang menutup mulut saat Dia menghadapi
  pemeriksaan pengadilan-Nya. Akan tetapi, ketika Dia ditanya apakah
  Dia Kristus, Dia mengambil kesempatan itu untuk mengatakan
  kebenaran. Hal ini membuat Dia harus mengorbankan hidup-Nya.

  C. Sebuah Contoh Negatif dari Alkitab:
  --------------------------------------
  Sejak zaman Adam, manusia selalu lari dari kebenaran. Terang dari
  kebenaran itu membutakan, dan sebagai orang Kristen kita tidak
  kebal. Namun, kita bisa saja menunjukkan ketidakjujuran dengan cara
  yang berbeda. Kita merasa bahwa rasa ketidakutuhan dan kesendirian
  yang tidak ada hentinya merupakan tanda kelemahan yang perlu
  ditutupi. Kita mungkin merasa bahwa hal ini mencerminkan kurangnya
  komitmen sebagai orang Kristen. Kita tidak ingin orang lain
  mempertanyakan komitmen kita, sehingga kita berpura-pura mengalami
  hidup yang berkelimpahan. Di sisi luar, kita bisa menjadi "tonggak
  yang cemerlang" dan mengalami kemenangan, akan tetapi di dalam diri
  kita, kita semakin tenggelam dalam kegelisahan.

  Ketidakkonsistenan seperti ini hanya dapat dikalahkan dengan
  berjalan menuju terang. Kegelisahan tersebut bisa jadi merupakan
  suatu tahap yang diperlukan untuk belajar bagaimana hidup dengan
  Tuhan sebagai Bapa kita. Kita harus memindahkan kesetiaan kita
  kepada diri sendiri menjadi kesetiaan kepada Tuhan. Banyak perubahan
  yang terjadi -- suasana baru, tantangan baru, rasa takut yang baru,
  kemakmuran baru. Dapatkah kita jujur di tengah-tengah perubahan ini?

  Ishak melakukan ketidakjujuran yang sama seperti ayahnya (Kejadian
  12:13, 20:2, 26:7). Ketika dia jauh dari rumah, dia memilih untuk
  berbohong tentang istrinya daripada menanggung risiko pribadi. Dia
  menunjukkan kepengecutan dan ketidakjujurannya. Kita terlalu sering
  menarik diri dari ketaatan karena kita lebih memperhitungkan
  konsekuensi-konsekuensi yang akan kita hadapi daripada menaati Tuhan
  dengan sungguh-sungguh.

  Dosa Daud dengan Batsyeba menjadi penyebab yang kompleks ketika Daud
  menyebabkan Uria terbunuh dengan cara licik. Akhirnya, karena merasa
  hancur akibat dosa yang dilakukannya, Daud berdoa, "Sesungguhnya,
  Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam
  Engkau memberitahukan hikmat kepadaku." (Mazmur 51:6)

  Catatan:
  --------

  Untuk mendapatkan kemenangan atas dosa, kita harus belajar "berjalan
  dalam terang" bersama orang lain. Selama sisi "gelap" dari hidup
  kita tetap tersembunyi, setan akan menggunakannya untuk tujuannya.
  1Yohanes 1:5-10 mengatakan tentang akibat dari berjalan dalam
  kegelapan. Yohanes juga menyatakan keuntungan-keuntungan jika
  berjalan di dalam terang, yaitu persekutuan dan pengampunan.
  Komunitas yang mendorong adanya relasi yang jujur akan memiliki
  kedua keuntungan tersebut secara berlimpah.

  Setan merupakan bapa kebohongan, penipu. Dia mencoba untuk membuat
  kita tetap berada dalam kegelapan. Semakin kita hidup dalam terang,
  mengakui kelemahan dan juga kemenangan yang kita alami, maka kita
  akan semakin melihat setan dikalahkan di tengah-tengah kita.

  Kita harus mendorong para pemuda, khususnya mereka yang datang untuk
  meminta konseling, agar dapat menemukan seseorang yang dapat menjadi
  teman mereka untuk "berjalan di dalam terang". Melalui jalinan
  relasi pribadi yang dibangun, mereka bisa mengungkapkan kebutuhan
  dan luka-luka pribadi yang mereka alami -- yang biasanya tidak bisa
  terungkap di depan umum. Seseorang yang menjadi tempat curahan isi
  hati tersebut seharusnya orang yang bisa dipercaya, dihormati, dan
  mempunyai kedewasaan rohani. Dengan cara tersebut, kita bisa melihat
  para pemuda mendapatkan kemenangan atas dosa-dosa yang telah mereka
  pergumulkan secara sembunyi-sembunyi selama bertahun-tahun.

  Menceritakan sisi gelap dari kehidupan akan membantu kita untuk
  menjadi orang yang memiliki integritas. Kita tidak lagi
  menyembunyikan sesuatu, membela kepentingan sendiri, merasa takut,
  ataupun merasa dihakimi. KEBENARAN AKAN MEMBEBASKAN KITA.    (T/Jok)

                 "dan kamu akan mengetahui kebenaran,
              dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
                             Yohanes 8:32

           "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran,
         Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;..."
                             Yohanes 16:13

           "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran,
          Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;"
                             Efesus 4:25

-*- Sumber diterjemahkan dan diedit dari: -*-
  Judul buku    : Building Christian Writer
  Judul artikel : Honesty
  Penulis       : Paul Anderson
  Penerbit      : Bethany House Publishers, Minnesota, USA, 1980
  Halaman       : 14 - 15


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

                 -*- KETERBUKAAN DALAM PERNIKAHAN -*-

  Pernikahan tidak hanya menyatukan dua pribadi dalam satu ikatan yang
  kudus, namun pernikahan juga menyatukan segala perbedaan yang ada di
  dalam diri kedua pribadi tersebut. Untuk itulah keterbukaan dari
  masing-masing pribadi memegang peranan penting dalam perjalanan
  pernikahan itu. Perbincangan dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi
  Ph.D. berikut ini akan memberikan gambaran kepada kita tentang
  bagaimana keterbukaan itu mempengaruhi suatu pernikahan. Silakan
  menyimaknya!

------
  T : Sebenarnya apakah makna dari sebuah keterbukaan atau
      transparansi dalam pernikahan itu?

  J : Keterbukaan sangat berkaitan dengan dua hal:
      PERTAMA, berkaitan erat dengan KEPERCAYAAN, jadi kalau kita tahu
      pasangan kita terbuka kepada kita, level kepercayaan juga akan
      meningkat.

      KEDUA, keterbukaan sangat berkaitan dengan KEDEWASAAN atau
      matangnya hubungan kita. Maksudnya, hubungan yang dangkal sering
      kali diikuti dengan ketertutupan, tetapi keterbukaan yang tuntas
      menunjukkan hubungan ini adalah hubungan yang matang karena
      masing-masing pihak bisa menerima pasangannya dengan baik.
------
  T : Keterbukaan di dalam sisi keuangan, sejauh mana pasangan suami-
      istri harus terbuka di dalam mengelola keuangannya?

  J : 100% harus terbuka, kalau sampai seseorang tidak berani terbuka,
      berarti masalahnya bukan terletak pada keuangan, melainkan pada
      hubungan itu sendiri yang nampaknya belum dewasa.
------
  T : Kalau pasangan itu level imannya tidak sama, misalnya salah satu
      memiliki kerinduan untuk memberikan persembahan, tetapi yang
      satu tidak. Apakah itu juga harus ada keterbukaan?

  J : Harus ada keterbukaan, karena prinsip Alkitab memang berkata
      keduanya akan bersatu dan menjadi satu daging, tidak mungkin
      tangan kanan berbuat sesuatu yang tidak diketahui oleh tangan
      kiri. Jadi, keterbukaan itu memang haruslah ada secara tuntas
      dalam pernikahan.
-----
  T : Bagaimana kalau pada saat awal keterbukaan sering terjadi
      kesalahpahaman?

  J : Keterbukaan tidak berarti kemulusan hubungan, justru hubungan
      yang terbuka pada awal-awal pernikahan akan mengalami gejolak-
      gejolak. Maka, idealnya keterbukaan ini terjadi bukan setelah
      kita menikah, melainkan tatkala masih berpacaran sehingga
      hubungan kita menjadi hubungan yang bertumbuh.
-----
  T : Di samping mengatasnamakan keterbukaan, seringkali orang
      mengatasnamakan kejujuran. Tapi, kejujuran itu bisa menyakiti
      hati pasangan kita. Dalam hal ini apakah yang disampaikan
      firman Tuhan kepada kita?

  J : Firman Tuhan di Efesus 4:25 berkata, "Karena itu buanglah dusta
      dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita
      adalah sesama anggota." Jadi, Alkitab meminta kita jujur,
      terbuka, berkata yang benar, dan tidak ada alasan untuk kejam
      atau untuk sengaja menyakiti. Kejujuran mungkin akan melukai,
      tapi jangan sampai sengaja melukai dengan berkata hal-hal yang
      jujur itu. Adakalanya, untuk atau dengan tujuan menyakiti hati,
      kita mengatakan hal itu, itu sudah salah. Kalau kita ingin
      mengatakan yang benar, namun akhirnya harus melukai pasangan
      kita itu tidak apa-apa. Jangan kita balik, karena kita mau
      menyakiti maka kita mengatakan sesuatu dengan mengatasnamakan
      kejujuran. Alkitab mengatakan kita sesama anggota, istri dan
      suami juga adalah suatu kesatuan.
------
  T : Firman Tuhan dengan tegas mengatakan buanglah dusta, tetapi
      walaupun kita sudah membuangnya dan bertekad untuk tidak lagi
      mendustai, namun dusta itu muncul lagi. Apakah itu harus
      dilakukan berulang-ulang?

  J : Setiap kali kita berdusta dan kita menyadari bahwa kita telah
      berdusta, kita harus mengakui itu di depan pasangan kita bahwa
      saya telah berdusta lagi, sebab dusta yang tidak kita akui
      cenderung akhirnya mengundang dusta-dusta yang lebih banyak,
      tapi kalau kita harus membayar harga kita harus akui, kita lebih
      kapok untuk berdusta.

-*- Sumber: -*-
  [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #049B
    yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
    ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?keterbukaan_dalam_pernikahan.htm
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
                                 atau: < TELAGA@sabda.org >        ]]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

           -*- JANJI ALLAH BAGI HIDUP KITA -- KEJUJURAN -*-

  Dalam dunia yang sudah serba modern ini, tidak jarang kita temui
  praktik-praktik ketidakjujuran dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun
  demikian, sebagai umat Allah kita senantiasa dituntut untuk tidak
  serupa dengan dunia ini. Berikut ini janji-janji yang Allah berikan
  kepada kita jikalau kita menerapkan kejujuran dalam hidup kita.

          Imamat 19:11                Amsal 11:1
          Imamat 19:35                Amsal 16:8
          Imamat 25:14                Amsal 3:27
          Imamat 25:17                Yesaya 33:15,16
          Ulangan 25:15,16            Mikha 6:10-12
          Mazmur 37:21                Kolose 3:9,10
                                      1Tesalonika 4:6,7

-*- Sumber diedit dari: -*-
  Indeks Janji-janji Alkitab untuk Hidup Kita (CD SABDA)
  Nomor Topik: 09132
  Copyright  : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)]


*STOP PRESS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* STOP PRESS*

                       -*- PERMOHONAN MAAF -*-

  !!SPAM BOMB!!

  Senin siang, 13 Juni 2005, telah terjadi kesalahan fatal -- human
  error -- yang dilakukan oleh pihak kami karena tanpa sengaja meng-
  APPROVE kumpulan surat SPAM yang seharusnya kami REJECT dalam proses
  membersihkan/moderasi publikasi ICW (Indonesian Christian WebWatch).
  Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan ingin mohon maaf sebesar-
  besarnya kepada semua pihak, khususnya para pelanggan Publikasi ICW,
  yang telah dirugikan dan dikecewakan karena menerima SPAM BOM --
  puluhan surat SPAM/junk mail.

  Hal itu juga sempat menyebabkan mail server kami mengalami crash
  akibat SPAM BOM ini. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Milis-milis
  Publikasi I-KAN yang seharusnya dikirim pada 13 - 17 Juni 2005 akan
  diundur pada minggu berikutnya. Dan, pada minggu ini (20 - 24 Juni
  2005) kami akan mengirimkan edisi publikasi yang seharusnya terbit
  pada minggu lalu dan juga edisi publikasi untuk minggu ini.

  Sekali lagi, kami mohon maaf karena keterlambatan edisi publikasi
  tersebut. Dan, kami mengucapkan terima kasih banyak untuk pengertian
  Anda. Kiranya, kepercayaan Anda pada pelayanan kami bisa dipulihkan,
  bahkan ditingkatkan di masa mendatang.

  Koordinator Publikasi YLSA
  Tesa


*TANYA JAWAB*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*KONSELING*

               -*- KEJUJURAN DALAM MEMBINA HUBUNGAN -*-

  Pepatah yang berbunyi "Senjata Makan Tuan" nampaknya sangat sesuai
  dengan kasus berikut ini. Silakan simak!

  T : Pacar saya dulunya bukan orang Kristen, tetapi sekarang ia sudah
      memeluk agama Kristen. Rencananya, dalam waktu dekat, kami akan
      menikah. Tapi, saya bingung karena sebenarnya saya tidak ingin
      menikah dengannya. Semua ini mungkin karena salah saya juga.
      Awalnya, saya menolak menjadi pacarnya karena alasan agama.
      Dengan begitu, saya pikir dia akan menjauhi saya. Tapi dia
      ternyata tidak menyerah, sampai akhirnya dia benar-benar menjadi
      orang Kristen dan menjadi pacar saya. Apakah tindakan saya
      salah? Saya sekarang tidak tega dan kasihan kalau saya harus
      meninggalkannya. Tapi, saya juga tidak berani melanjutkan
      hubungan kami, karena kalau menikah, hanya karena kasihan
      padanya. Saya sudah mencoba menjelaskan, tetapi selalu berakhir
      dengan pertengkaran, sehingga masalah ini tidak pernah
      dibicarakan lagi. Apakah saya harus tetap melangkah ke
      perkawinan?

  J : Dari apa yang Anda ceritakan, kami menangkap bahwa sepertinya
      sejak awal Anda telah bersikap tidak jujur, baik kepada pacar
      Anda maupun kepada diri Anda sendiri. Sebagai contoh, Anda
      memakai alasan perbedaan agama dengan tujuan agar dia
      mengurungkan maksudnya untuk menjadi pacar Anda. Padahal,
      sebenarnya Anda memang tidak berniat untuk menjadi pacarnya.
      Ketidakjujuran memang selalu memhasilkan buah yang pahit. Nah,
      sekarang Anda kena batunya, karena ternyata pacar Anda lebih
      jujur dari Anda dan berhasil membuktikannya kepada Anda.
      Usahanya pindah agama paling tidak menjadi bukti bahwa ia
      sungguh-sungguh menginginkan Anda untuk menjadi suaminya.

      Saran kami adalah kembalilah bersikap jujur, baik kepada diri
      Anda sendiri atau juga kepada pacar Anda, karena inilah yang
      mangawali masalah Anda.

      Untuk jujur kepada diri sendiri, tanyakan kepada diri sendiri
      mengapa Anda tidak berani melangkah untuk mulai mengasihinya?
      Jika Anda takut bahwa pernikahan Anda hanya akan didasari oleh
      rasa kasihan, mengapa Anda tidak mengubah keadaan itu dan mulai
      belajar mengasihinya, tapi kali ini dengan jujur. Jika pacar
      Anda memang sudah menjadi pengikut Kristus, bukalah komunikasi
      dengan bersama-sama berdoa dan membawa masalah ini kepada Tuhan.

      Kemudian jujurlah dengan pacar Anda. Katakan masalah Anda kepada
      pacar Anda dan mintalah maaf, dan juga mintalah kesempatan kedua
      untuk Anda membuka lembaran baru, yaitu memulai hubungan yang
      jujur dengan pacar Anda dan dengan Tuhan. Mintalah hikmat Tuhan
      agar Anda bisa mengatakannya dengan kasih sebagai saudara
      seiman, dan tidak untuk melukai hati pacar Anda.

      Mintalah hikmat Tuhan agar kejujuran antara Anda berdua akan
      membuahkan rasa percaya satu dengan lain dan keterbukaan untuk
      berani mengambil risiko jika akhirnya kalian harus setuju
      mengambil keputusan untuk berpisah. Jika ternyata ada titik
      terang bahwa Anda bisa membuka hati untuk mengasihinya, Anda
      tidak perlu ragu. Cinta sejati tidak selalu harus dimulai dengan
      cinta romantis, atau jatuh cinta pada pandangan pertama. Cinta
      sejati hanya datang dari Yesus Kristus, yang tumbuh karena
      kejujuran untuk saling berbagi hati dan hidup dengan saling
      mengasihi sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita dan hidup
      sesuai dengan kehendak-Nya.

      Tapi, jika ternyata akhirnya Anda tahu bahwa hubungan dengan
      pacar Anda tidak akan dapat berakhir dalam pernikahan. Bicarakan
      dengan kasih, jujur dan terbuka. Memang, hal ini pasti akan
      melukai hatinya, karena dia mungkin merasa telah dipermainkan
      oleh Anda yang tidak pernah berniat untuk serius menikahinya.
      Akuilah bahwa Anda telah bersalah selama ini dengan bersikap
      tidak jujur kepadanya. Setelah itu, Anda bisa menjelaskan dan
      meminta maaf juga kepada keluarganya. Apakah risikonya besar?
      Ya, tapi Anda harus berani menanggungnya. Kasihilah dia dan
      keluarganya. Jangan melarikan diri, kecuali jika pacar Anda dan
      keluarganya benar-benar marah dan tidak menginginkan melihat
      Anda lagi.

      Sebagai pelajaran untuk Anda, lain kali jangan menjalin
      hubungan/pacaran dengan seseorang bila Anda memang tidak berniat
      untuk menikahinya. Pacaran bagi anak Tuhan bukanlah sekadar
      hubungan main-main/tidak serius. Pacaran orang Kristen
      seharusnya menjadi masa persiapan diri menjelang pernikahan
      kudus. Cobalah untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan
      kepada orang lain, kalau Anda tidak ingin menimbulkan masalah
      lagi. Jika Anda memang belum siap untuk membina hubungan serius
      dalam sebuah pernikahan, lebih baik Anda belajar untuk menjalin
      persahabatan yang sehat dengan sebanyak mungkin orang. Belajar
      juga untuk hidup memuliakan Tuhan.

-*- Sumber: -*-
  Tim Konselor


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                        STAF REDAKSI e-Konsel
                         Ratri, Silvie, Evie
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                        Yayasan Lembaga SABDA
                    INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                         Sistem Network I-KAN
                     Copyright(c) 2005 oleh YLSA
                     http://www.sabda.org/ylsa/
                    http://www.sabda.org/katalog/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org