Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/101

e-Konsel edisi 101 (1-12-2005)

Keseimbangan dalam Bekerja


><>              Edisi (101) -- 01 Desember 2005                  <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar   : Bekerja untuk Hidup atau Hidup untuk Bekerja?
    - Cakrawala   : Tempatkan Pekerjaan pada Porsi yang Sebenarnya
    - TELAGA      : Mengatasi Kejenuhan dalam Pekerjaan [T126B]
    - Tanya Jawab : Stres Karena Pekerjaan

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Kejenuhan di tempat kerja dan stres dalam pekerjaan bisa dialami
  siapa saja. Mungkin Anda pun pernah mengalaminya. Belum lagi
  ditambah dengan masalah pribadi, masalah keluarga, kehidupan
  bergereja, dan juga kehidupan bermasyarakat. Saat kejenuhan dan
  beragam masalah itu datang, apa yang biasa Anda lakukan?

  Nah, e-Konsel kali ini mengambil topik "Keseimbangan dalam Bekerja",
  yang kami harap dapat menolong Anda untuk menguraikan masalah
  kejenuhan yang kita bicarakan di atas. Kurt De Haan dalam artikelnya
  mengatakan bahwa salah satu cara mengatasi kejenuhan dalam pekerjaan
  adalah dengan menempatkan pekerjaan pada porsi yang benar. Bagaimana
  caranya? Temukan jawabannya di Kolom Cakrawala. Sedangkan di Kolom
  TELAGA kali ini, Anda akan kembali menemui Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.
  yang akan mengajak Anda untuk memahami bagaimana kejenuhan dapat
  terjadi dalam pekerjaan dan bagaimana cara mengatasinya. Simak juga
  jawaban atas pertanyaan dari seorang karyawan yang mengalami stres
  dalam pekerjaan di Rubrik Tanya Jawab. Kiranya edisi ini bisa
  menjadi berkat. Selamat bekerja!

  Staf Redaksi e-Konsel,
  (Kristian)

*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

        -*- TEMPATKAN PEKERJAAN PADA PORSI YANG SEBENARNYA -*-

  Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk bekerja? Jika Anda
  rata-rata bekerja 8 jam sehari, itu berarti Anda telah menggunakan
  sepertiga dari seluruh waktu Anda setiap hari. Jika Anda tidur
  selama 8 jam, berarti pekerjaan telah menyita separuh dari waktu
  yang Anda miliki selama terjaga. Dan, jika Anda juga menghitung
  waktu yang diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja, maka Anda
  perlu menambahkan satu jam/lebih setiap harinya dalam perhitungan
  waktu Anda. Lalu, bagaimana dengan waktu persiapan dan waktu
  istirahat sesudah bekerja? Hal itu memperbesar porsi waktu yang Anda
  pakai untuk bekerja, bukan? Porsi itu bertambah besar lagi bila kita
  memasukkan waktu untuk memikirkan pekerjaan dalam perhitungan waktu
  kita. Jika Anda seorang ibu rumah tangga atau orangtua tunggal, akan
  tampak seolah-olah seluruh hari-hari Anda habis untuk pekerjaan.

  Ketika semua itu ditambahkan dalam perhitungan waktu, banyak di
  antara kita yang menganggap pekerjaan adalah hidup kita -- minimal
  jika dilihat dari waktu dan perhatian yang tercurah untuk pekerjaan
  itu.

  Apakah hal itu buruk? Jawaban untuk ini tergantung pada kebutuhan
  dan sikap kita terhadap pekerjaan itu sendiri. Sekalipun jumlah jam
  kerja mencerminkan baik-buruknya sikap kita terhadap pekerjaan,
  masalah yang sebenarnya tidak terletak pada jam kerja, tetapi
  motivasi yang melatarbelakangi segala tindakan kita dan orang macam
  apa sebenarnya kita dalam bekerja.

  Kapan suatu pekerjaan keluar dari porsi yang sebenarnya?
  --------------------------------------------------------
  Ketika kita memandang pekerjaan sebagai sumber kepuasan utama dan
  mengabaikan segala perhatian terhadap aspek lain dalam hidup --
  menempatkan kehidupan pribadi, keluarga, teman-teman, gereja, dan
  masyarakat dalam prioritas terakhir -- dan membiarkan pekerjaan
  menjadi allah kita.

  Penulis kitab Pengkhotbah tahu bagaimana sia-sianya pola hidup
  seperti itu. Ia berkata, "Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang
  telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk
  itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan
  dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah
  matahari" (2:11). Mencoba mendapat kepuasan pribadi dalam bekerja
  adalah seperti mengejar bayangan belaka. Sekali Anda berhasil
  mencapai sasaran, Anda akan menyadari bahwa harapan akan rasa puas
  itu hanyalah sebuah ilusi. Banyak hal lain dalam hidup ini yang
  lebih penting daripada sekadar mengejar gaji, status pekerjaan yang
  lebih tinggi, atau rencana masa pensiun yang indah.

  Salomo menulis:
  "Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih
  payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-
  anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu
  indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati
  mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang
  dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Aku tahu bahwa untuk mereka
  tak ada yang lebih baik daripada bersuka-suka dan menikmati
  kesenangan dalam hidup mereka. Dan bahwa setiap orang dapat makan,
  minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga
  adalah pemberian Allah." (Pengkhotbah 3:9-13)

  Apa inti dari ayat-ayat tersebut? Untuk satu hal, sekalipun Allah
  memberikan kekekalan dalam hati kita (ayat 11), kita akan mengalami
  kemandegan dari waktu ke waktu dalam aktivitas hidup. Hal ini dapat
  membawa kita pada keputusasaan. Sebaliknya, kepuasan dialami oleh
  mereka yang menaruh kepercayaannya pada kontrol kuasa Allah dan
  hidup bertanggung jawab. Penulis kitab Pengkhotbah tidak
  menganjurkan sikap "apa yang terjadi terjadilah," pesimistis dan
  pasrah yang pasif dalam menghadapi hidup. Kita tidak hanya sekadar
  menghabiskan waktu. Lagipula, kita perlu menyadari bahwa kepuasan
  dalam pekerjaan merupakan "pemberian Allah". Seseorang yang hidup
  bagi Tuhan tahu bahwa sekalipun hidup ini jauh dari kesempurnaan,
  Allah turut berpartisipasi aktif dalam pekerjaan kita. Dan, jika
  kita percaya pada-Nya, Dia akan memberikan kepuasan sampai hal
  sekecil apa pun dalam hidup kita.

  Apakah kita tidak sedang mengelabui diri sendiri?
  -------------------------------------------------
  Jika Anda seperti saya, Anda mungkin tidak menyadari bahwa Anda
  mengharapkan pekerjaan yang dapat memberikan kebahagiaan.
  Berdasarkan hasil survei di Amerika tentang hal terpenting dalam
  hidup, 40% responden mengatakan bahwa mereka menghargai hubungan
  dengan Allah di atas segala-galanya. Sebaliknya, secara mencolok,
  hanya 5% yang mengatakan bahwa hal terpenting dalam hidup adalah
  memiliki pekerjaan yang mereka nikmati sepenuhnya. Beberapa pengamat
  membanggakan hasil survei tersebut sebagai indikasi bahwa orang
  Amerika ternyata tidak begitu materialistis dan lebih religius
  daripada dugaan mereka selama ini.

  Namun saya mempertanyakan keakuratan hasil survei tersebut. Siapa
  yang dalam benaknya pernah berkata bahwa pekerjaan lebih penting
  dari Allah? Saya tahu bahwa saya tidak akan pernah melakukannya.
  Namun apa yang sesungguhnya dinyatakan oleh tindakan saya dan Anda
  tentang hal terpenting dalam hidup? Tidakkah kita cenderung hanya
  memberikan kata-kata manis pada Allah sementara kita hidup untuk
  ilah lain -- berharap lebih dari pekerjaan kita daripada apa yang
  layak kita terima?

  Pikirkanlah tentang sikap Anda. Kapan Anda merasa bahagia? Apa yang
  menguasai pikiran Anda? Apa tujuan hidup yang terpenting bagi Anda?

  Apakah saya workaholic?
  -----------------------
  Seorang workaholic, tak ubahnya seperti alkoholik, tidak mudah
  menangkap masalah yang sebenarnya. Biasanya ia menyangkal bahwa ia
  memiliki masalah. Seorang workaholic berpikir bahwa ia memiliki
  kontrol atas pekerjaannya. "Saya dapat berhenti dari pekerjaan saya
  setiap saat," pikirnya. Namun dalam kenyataan, ia dikendalikan oleh
  pekerjaannya. Ia dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh lebih
  banyak uang, menambah kekuasaan, memperoleh pujian dari pimpinan dan
  rekan kerja, atau keinginan untuk tak terkalahkan oleh siapa pun.

  Kitab Amsal memberitahu kita, "Jangan bersusah payah untuk menjadi
  kaya, tinggalkan niatmu ini" (23:4). Jika kita gagal melakukannya,
  kita akan "terbakar" -- lalu, untuk apa semua itu? Penulis kitab
  Pengkhotbah mengingatkan bahwa hidup itu singkat, kekayaan akan
  segera berlalu, dan persekutuan pribadi dengan Allah dan sesama itu
  lebih penting dari segala konsep tentang kesuksesan.

  Apa alternatif yang lebih bijak?
  --------------------------------
  Kita perlu melihat nilai dari pekerjaan yang dipercayakan Allah
  kepada kita, dan menjaga agar hidup tetap seimbang. Kita harus
  melihat bahwa pekerjaan hanyalah salah satu dari banyak hal penting
  dalam hidup kita. Jangan mendewakan pekerjaan, tetapi jangan pula
  mengabaikannya. Bekerja merupakan suatu kebutuhan dan dasar agar
  kita dapat bertahan serta menjalani hidup sesuai dengan rencana
  Allah. Bekerja memberi kesempatan pada kita untuk menunaikan
  panggilan hidup dalam mengasihi Allah dan sesama (Matius 22:37-40).

  Apakah kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan?
  ---------------------------------------------
  Jika kita terbelit dalam pekerjaan, kita mungkin akan lupa bahwa
  pada akhirnya Tuhanlah yang memenuhi kebutuhan kita. Semua itu
  bukanlah usaha kita. Kerja keras tidak selalu memberikan kesuksesan
  yang sama. Pada kenyataannya, sekalipun ada tempat untuk bekerja
  keras, hanya Tuhanlah satu-satunya yang memberkati segala usaha kita
  (Amsal 10:4-5,26; Ulangan 6:10-12).

  Dalam Matius 6, Yesus berkata kepada para pengikutnya agar tidak
  khawatir akan apa yang hendak dimakan atau diminum, tetapi carilah
  kerajaan Allah terlebih dahulu; maka Allah akan mencukupi segala
  kebutuhan mereka. Terlalu sering kita menempatkannya secara
  terbalik. Kita mengejar hal-hal duniawi terlebih dulu, berpikir
  bahwa kita adalah tuan atas hidup kita, dan satu-satunya pemberi
  nafkah atas apa yang kita butuhkan agar dapat tetap hidup. Dan,
  sekalipun kita bersyukur atas pemeliharaan Allah pada waktu makan,
  tetapi sangatlah mudah bagi kita untuk mengambil alih rasa percaya
  itu.

  Hal ini tidak berarti bahwa kita hanya duduk saja dan menunggu Allah
  mengirimkan apa yang kita butuhkan ke pangkuan kita. Allah
  menginginkan kita bekerja. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di
  Tesalonika bahwa siapa yang tidak mau bekerja, janganlah diberi
  makan. Paulus menggambarkan sikapnya terhadap pekerjaan sebagai
  berikut:
     "Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan
     kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak
     makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan
     berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi
     siapa pun di antara kamu. Bukan karena kami tidak berhak untuk
     itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi
     kamu, supaya kamu ikuti. Sebab, juga waktu kami berada di antara
     kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: Jika seorang tidak
     mau bekerja, janganlah ia makan." (2Tesalonika 3:7-10)

  Segi apa dalam hidup kita yang memerlukan perhatian?
  ----------------------------------------------------
  Jika kita menghindar untuk memberi perhatian lebih atau sedikit pada
  pekerjaan, kita perlu memperhatikan unsur lain dalam hidup yang
  layak mendapat perhatian. Dalam buku "Your Work Matters to God"
  (NavPress), Doug Sherman dan William Hendricks menyebut lima hal
  dalam hidup yang memerlukan perhatian kita. Mereka menggunakan
  analogi suatu peristiwa olahraga yang dikenal dengan nama
  pancalomba. Syarat agar seorang atlet berhasil, ia harus betul-betul
  menguasai olahraga lari, renang, berkuda, menembak, dan anggar.
  Lawannya tidak akan berhasil bila hanya memusatkan perhatian pada
  satu bidang dan mengabaikan yang lain atau sama sekali meremehkan
  semuanya. Demikian pula dengan kita. Kita harus mencurahkan tenaga
  pada kelima dasar segi kehidupan bila ingin berhasil hidup menurut
  kehendak Allah. Kelima bidang tersebut adalah: 1) Kehidupan pribadi
  kita, 2) Keluarga kita, 3) Kehidupan bergereja kita, 4) Pekerjaan
  kita, 5) Kehidupan bermasyarakat kita.

  Bagaimana kita dapat menjaga agar semua bidang kehidupan ini tetap
  seimbang?
  ------------------------------------------------------------------
  Sherman dan Hendricks juga menawarkan strategi untuk mengatur
  pekerjaan tetap berada dalam perspektif yang benar:

  1. "Mengatur kehidupan doa seperti dalam pancalomba". Hal ini
     menolong kita untuk tetap sadar akan kelima bidang tersebut dan
     meminta pertolongan Allah agar kita dapat menjaganya tetap
     seimbang.

  2. "Menentukan berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk
     bekerja". Kita harus mengatur batas waktu dalam bekerja agar
     energi kita tidak terkuras habis.

  3. "Menentukan waktu pulang ke rumah". Pekerjaan cenderung menyita
     waktu melebihi batas yang telah kita tetapkan.

  4. "Mengatur jadwal untuk hal-hal di luar pekerjaan kita. Dalam
     agenda, kita perlu menambahkan jadwal waktu untuk keluarga,
     gereja, pelayanan, terlibat dalam aktivitas masyarakat, dan
     rencana pribadi".

  5. "Mengendalikan keterlibatan perasaan. Allah tidak pernah
     memaksudkan pekerjaan menjadi perbudakan psikologis".

  6. "Mengatur Sabat". Kita perlu mengatur waktu khusus dalam satu
     minggu (sehari atau jam-jam khusus setiap harinya) agar kita
     dapat beristirahat, berefleksi dan menempatkan kehidupan dalam
     perspektif yang benar.

  7. "Memperkuat perhatian dan komitmen di luar pekerjaan".

  8. "Berhati-hati terhadap sikap: lebik baik menonton daripada
     melakukannya. Ada bahaya nyata dari sikap menghindari kesenangan,
     yakni kita tidak lebih dari sekadar penonton".

  Pikirkan lebih lanjut mengapa Anda bekerja, apakah Anda telah
  memberi perhatian pada kelima bidang dalam kehidupan tersebut?
  Apakah Anda menganggap diri sebagai seorang workaholic? seorang yang
  seimbang dalam segala hal? atau seorang yang memerlukan lebih banyak
  usaha untuk menghadapi hidup?

-*- Sumber diambil dari: -*-
  Judul Buku: Bagaimana Memperoleh Kepuasan dalam Bekerja
              (Seri Mutiara Iman)
  Penulis   : Kurt De Haan
  Penerbit  : Yayasan Gloria, Yogyakarta, 1996
  Halaman   : 19 - 25

*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

  Salah satu kegiatan sehari-hari yang menyita banyak waktu adalah
  bekerja. Maka tidak mengherankan pula jika tiba-tiba Anda mengalami
  rasa jenuh terhadap pekerjaan Anda. Dalam ringkasan perbincangan
  bersama Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. berikut ini, silakan simak mengapa
  kejenuhan dalam bekerja ini bisa terjadi dan bagaimana mengatasinya.

             -*- MENGATASI KEJENUHAN DALAM PEKERJAAN -*-

  T: Bagaimanakah gambaran orang yang jenuh terhadap pekerjaannya?

  J: Ada beberapa yang bisa kita perhatikan,

     PERTAMA, orang yang jenuh itu tidak lagi bersemangat dan di
     tempat kerjanya pun dia menjadi sangat lamban, tidak lagi
     efektif.

     KEDUA, bisa juga ini mempengaruhi perasaannya. Ia menjadi lebih
     sensitif, mudah marah, tersinggung, dan akhirnya mengganggu para
     relasi kerjanya. Jadi kadang-kadang perasaannya tidak stabil.

     KETIGA, menurunnya daya tahan tubuh. Orang yang mengalami
     kejenuhan dalam waktu yang lama akhirnya sakit-sakitan dan
     keluhan-keluhan mulai muncul. Pada akhirnya ia mulai minum obat
     untuk menghilangkan rasa sakit, semua itu merupakan gejala dari
     kejenuhan yang menimbulkan stres pada jiwanya.
------
  T: Ternyata kejenuhan tidak dipengaruhi oleh waktu, karena meskipun
     tidak cukup lama bekerja di suatu bidang, bisa saja merasa jenuh.
     Benarkah demikian?

  J: Memang kejenuhan ini bisa ditimbulkan oleh beberapa sebab.
     PERTAMA adalah merasa bidang ini tidak sesuai dengan kebisaannya,
     kesukaannya atau seleranya, sehingga tidak lagi bisa menikmati
     pekerjaannya.

     KEDUA adalah tidak melihat makna dari apa yang dilakukannya.
     Makna ini adalah sesuatu yang mesti dihayati secara pribadi.
     Makna dari pekerjaan tidak tergantung pada jenis pekerjaannya,
     sesederhana apapun kalau kita bisa memaknainya, pekerjaan itu
     akan bisa memberi kita semangat dan mengurangi kemungkinan muncul
     kejenuhan dalam pekerjaan itu. Paulus mengatakan di Kolose 3:23,
     "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
     seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Artinya Tuhan
     melihat, Tuhan menghargai dan Tuhan akan gunakan meskipun dengan
     cara yang belum tentu kasat mata atau bisa kita lihat. 
------ 
  T: Harus diakui, sekalipun kita mempunyai persepsi yang betul, visi
     yang jelas, kejenuhan itu tetap saja kita alami. Pada saat-saat
     kejenuhan itu kita alami, apa yang bisa kita lakukan?

  J: Benar, tapi kalau kita bisa menemukan makna dari pekerjaan kita,
     seharusnya kejenuhan itu tidak bertahan untuk waktu yang lama.
     Ada beberapa hal yang bisa dilakukan bila kita jenuh,

     PERTAMA, lakukanlah aktivitas sesuai dengan hobi kita. Tetap
     lakukan pekerjaan kita. Jam kerja kita gunakan untuk mengerjakan
     tugas kita, di luar jam kerja lakukanlah hal-hal yang
     menyenangkan hati. Ini akan dapat menetralisir kejenuhan,
     ingatlah bahwa pada akhirnya kejenuhan kerja berdampak luas dan
     berubah menjadi kejenuhan hidup. Itu sebabnya kita perlu
     menambahkan aktivitas yang menggembirakan hati ke dalam jadwal
     kehidupan kita. Kita bisa mencoba hobi yang baru, belajar
     ketrampilan yang baru, belajar menyanyi, belajar musik atau apa
     saja.

     KEDUA, di tempat kerja bangunlah relasi dengan mitra kerja.
     Relasi yang sehat akan mengurangi keengganan kita melakukan
     pekerjaan yang tidak kita sukai. Setiap hari kita mungkin
     kehilangan semangat untuk masuk kerja, tetapi kita masih tetap
     bisa bersemangat bertemu dengan rekan-rekan yang menjadi sahabat.
     Kita bisa ngobrol-ngobrol, bercanda di sela-sela istirahat kita.
     Itu menjadi sesuatu yang menyegarkan kita sehingga kita bisa
     melewati hari kerja kita setiap hari.

     KETIGA, perbaikilah kondisi fisik kerja dengan hal-hal kecil.
     Kita harus kreatif, misalnya taruhlah foto keluarga di meja atau
     gantunglah lukisan alam yang menyejukkan, sehingga waktu capek
     kita dapat melihatnya dan segar kembali. Atau buatlah kopi di
     pagi hari, sementara di sore atau siang hari buatlah coklat yang
     panas untuk diminum. Bisa juga menaruh dekorasi atau pajangan
     tertentu. Hal-hal kecil itu bisa mengubah suasana kerja karena
     suasana kerja juga berpengaruh terhadap emosi dan suasana hati
     kita. Hal-hal kecil itu kadang-kadang kita anggap tidak penting,
     tapi ternyata penting sekali.

     KEEMPAT, sedapatnya berilah sumbangsih nyata kepada atasan kita.
     Maksudnya adalah kalau ada ide, sedapatnya sampaikan kepada
     atasan kita. Namun yang penting adalah jangan memaksakan
     pendapat, berilah masukan dalam bentuk alternatif untuk
     dipertimbangkan. Seorang atasan lama-lama akan menghargai kalau
     kita bisa memunculkan alternatif pemikiran-pemikiran atau ide-
     ide lain untuk memberi dia banyak pilihan. Waktu kita mulai lebih
     sering menyampaikan gagasan, dan mudah-mudahan gagasan kita itu
     lebih sering diterima, kita akan bisa lebih menikmati pekerjaan
     kita. Kejenuhan bisa berkurang sebab kita dapat merasa memberikan
     sumbangsih yang nyata dalam pekerjaan kita. Atasan yang baik juga
     seharusnya tanggap untuk memberikan pujian kepada karyawan yang
     telah menyumbangkan idenya.

     KELIMA, persiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan yang kita
     idamkan. Kita bisa meningkatkan ketrampilan khusus kita, belajar
     sesuatu yang baru. Apa yang kita inginkan nanti untuk kita
     kerjakan hendaknya kita persiapkan dari sekarang. Jadi selama
     kita belum mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan, untuk
     mengurangi kejenuhan kita di tempat kerja, sekarang tambahkanlah
     aktivitas untuk mempersiapkan diri mendapatkan pekerjaan yang
     lain itu.

     KEENAM, jangan pernah mengesampingkan kemungkinan membuka usaha
     sendiri. Resikonya memang tinggi tapi perhitungkan semuanya,
     cobalah pertimbangkan alternatif ini.

     KETUJUH, jangan tinggalkan pekerjaan yang ada sebelum ada jaminan
     keberhasilan usaha sendiri itu. Bangunlah pekerjaan yang baru
     perlahan-lahan, kalau sudah jelas melihat hasilnya, barulah ambil
     langkah yang lebih berani untuk meninggalkan pekerjaan yang lama
     itu.
------
  T: Adakah Firman Tuhan yang sesuai?

  J: Kadang-kadang Tuhan tetap membiarkan kita di tempat yang sama.
     Mungkin salah satu alasannya adalah Tuhan melihat bahwa pekerjaan
     yang baru itu membawa akibat buruk yang tidak bisa kita ketahui
     sekarang. Tuhan sedang melindungi kita dari bahaya, dari
     persoalan yang mungkin timbul. Banyak keluarga berantakan gara-
     gara pekerjaan berubah, penghasilan bertambah, status sosial
     meninggi dan akhirnya berantakan. Firman Tuhan dalam Amsal 3:5,
     "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah
     bersandar kepada pengertianmu sendiri." Jangan langsung percaya
     diri bahwa ini benar dan lupa Tuhan. Selalulah tunduk, biar Dia
     yang memimpin, menentukan langkah-langkah hidup kita.

-*- Sumber: -*-
  [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #126B
    yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
    http://www.telaga.org/transkrip.php?mengatasi_kejenuhan_dalam_pekerjaan.htm
      -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org
                                 atau: < TELAGA(at)sabda.org >      ]]

*TANYA JAWAB*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*KONSELING*

                     -*- STRES KARENA PEKERJAAN -*-

  PERTANYAAN:
  ===========
  Saya adalah seorang kepala bagian di sebuah perusahaan swasta yang
  sedang akan berkembang. Kinerja dan tingkat stres di tempat ini
  memang cukup tinggi. Kadang-kadang saya bisa lembur terus tiap hari.
  Sebagai kepala bagian, mau tidak mau saya harus berusaha menjadi
  penuntun di bagian saya. Saya juga harus bekerja membantu atasan
  untuk mengatasi semua masalah yang terjadi. Saya secara pribadi
  kadang tidak kuat lagi. Saya sudah mencoba melamar di tempat lain,
  namun tidak bisa mendapat lowongan yang pas. Kadang memang ada
  tetapi gajinya tidak sesuai harapan, karena kecil sekali
  dibandingkan gaji saya sekarang.

  Keluarga saya sering kesal karena saya sering lembur. Saya sudah
  berusaha memberi pengertian dan kadang-kadang mereka bisa menerima,
  tapi kalau kejadian itu terulang lagi, mereka pasti kesal dan marah
  terhadap saya. Kalau sudah begitu saya juga menjadi sangat kesal dan
  stres.

  Saya berdoa dan berharap bisa membuka usaha sendiri. Saya dan isteri
  saya sedang berusaha mencari alternatif untuk usaha lain agar saya
  bisa mengundurkan diri dan keuangan keluarga saya juga terjamin.
  Saya pernah mengikuti konseling di perusahaan, hasilnya beliau
  mengatakan saya stres berat. Beliau meminta saya bersikap cuek,
  tetapi saya tidak bisa.

  JAWABAN:
  ========
  Kami bisa bayangkan keadaan yang sedang Anda alami sekarang ini yang
  telah membuat Anda menjadi stres. Bila boleh kami simpulkan masalah
  yang sedang Anda hadapi saat ini adalah masalah balance/
  keseimbangan.

  Untuk bisa membuat hidup kita seimbang, kita perlu meluangkan waktu
  sejenak untuk memikirkan, menetapkan prioritas, mengevaluasi dan
  menata ulang hal-hal apa yang perlu diperbaiki. Jika melihat
  pekerjaan yang Anda lakukan setiap hari dengan kepadatan aktivitas
  kerja yang luar biasa (hingga bisa 7 hari seminggu, pagi sampai
  malam), nampaknya memang Anda perlu banyak mengevaluasi pekerjaan
  Anda ini. Pertanyaan berikut ini mungkin bisa membantu Anda
  mengevaluasi:

  1. Apakah selama ini sebagai kepala bagian Anda memang mengerjakan
     tugas dengan porsi yang tepat?
     ---------------------------------------------------------------
     Sekalipun sekarang ini perusahaan memang sedang membutuhkan
     tugas-tugas ekstra, namun apakah tugas-tugas tersebut memang pada
     porsi yang masih bisa dilakukan. Bila memang ternyata tugas-tugas
     yang diberikan hampir mustahil untuk dikerjakan dalam porsi jam
     kerja normal, sebaiknya Anda bicarakan hal tersebut dengan atasan
     Anda.

  2. Apakah selama ini Anda telah menjalankan pendelegasian tugas
     secara efektif?
     ------------------------------------------------------------
     Bila semua hal Anda kerjakan sendiri tanpa didukung pembagian
     tugas kepada bawahan dengan tepat, jelas akan membuat Anda tak
     berdaya dengan tumpukan tugas tersebut. Ada baiknya Anda
     mengevaluasi tim kerja Anda, sudahkah berjalan dengan baik dan
     seimbang. Belajar mempercayai orang untuk mengerjakan tugas
     (bahkan jika hasilnya tak sesempurna yang kita harapkan
     sekalipun) akan sangat menolong dan melatih diri sendiri maupun
     orang lain untuk bekerja lebih efektif.

  3. Dalam hidup ini, sudahkah Anda menuliskan prioritas dan
     melakukannya?
     -------------------------------------------------------
     Urutan prioritas Anda akan sangat menolong untuk memutuskan
     dengan berani manakah yang lebih penting untuk didahulukan. Dalam
     keadaan sekarang ini, mungkin keluarga Anda sangat perlu untuk
     ditempatkan dalam prioritas utama. Bila dirasa tak ada lagi jalan
     keluar selain mencari pekerjaan lain dengan kinerja yang tingkat
     stresnya tidak terlalu tinggi, gaji yang lebih rendah sekalipun
     (asal masih bisa mencukupi kebutuhan normal) nampaknya akan lebih
     baik bagi masa depan keluarga. Dalam hal ini diskusi dengan
     isteri diperlukan supaya bila memang terpaksa untuk sementara
     waktu Anda harus hidup lebih berhemat, ia pun siap dengan
     pilihan ini.

  4. Luangkan waktu untuk relax.
     ---------------------------
     Saat ada kesempatan hari libur, manfaatkanlah sebaik-baiknya
     untuk bersantai bersama keluarga. Biasakan diri untuk bisa
     membedakan antara pikiran di waktu kerja dan waktu di rumah
     bersama keluarga. Memang tidak mudah, tapi dengan latihan terus-
     menerus nantinya Anda akan bisa melakukannya.

  Masih banyak lagi hal yang mungkin bisa Anda tambahkan untuk
  melakukan evaluasi dan perbaikan untuk menciptakan hidup yang
  seimbang. Dalam pertolongan Tuhan, kami yakin Anda akan mampu
  melakukannya.

  "Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab
  segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi
  kami." (Yesaya 26:12)

  Kiranya ayat ini menjadi doa pernyataan iman Anda dan keluarga. Tak
  perlu lagi dikuasai kekuatiran dan ketakutan. Percayalah bahwa Tuhan
  pasti akan menuntun orang yang hidupnya bersandar dan berharap pada-
  Nya.

  Tim Konselor YLSA

e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                          Ratri, Evie, Silvi
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                         Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2005 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Anda ingin konsultasi masalah?        < masalah-konsel(at)sabda.org >
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:          < owner-i-kan-konsel(at)xc.org >
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Berlangganan  : < subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org >
Berhenti      : < unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org >
Sistem lyris  : http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
ARSIP e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I     : http://www.sabda.org/c3i/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org