Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/68

e-Konsel edisi 68 (1-8-2004)

Apakah Iman itu?

><>                Edisi (068) -- 01 Agustus 2004                 <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Anggapan yang Salah tentang Iman
    - Cakrawala (Artikel 1): Apakah Iman itu?
                (Artikel 2): Iman yang Bertumbuh
    - Bimbingan Alkitabiah : Iman
    - Info                 : Situs Eunike
    - Surat                : Identitas Pengirim Surat Konseling

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Banyak orang yang beranggapan bahwa jika kita memiliki iman yang
  kuat, maka kita akan mampu menghadapi semua permasalahan hidup. Iman
  adalah sebagai senjata ampuh untuk mengatasi semua permasalahan
  hidup. Apakah benar demikian? Bagaimana seharusnya orang Kristen
  mengerti tentang iman?

  Selama bulan Agustus, e-Konsel akan mengangkat tema berseri tentang
  IMAN KRISTEN. Kami berharap, tema ini akan menjawab pertanyaan-
  pertanyaan Anda mengenai iman seorang Kristen dan penerapan iman
  dalam kehidupan Kristen. Sebagai topik pertama, edisi 068/2004 akan
  membahas tentang "Apakah Iman Itu?". Untuk melengkapinya, maka topik
  kedua, pada edisi 069/2004, akan membahas tentang "Hidup dalam
  Iman".

  Dalam edisi ini, kami akan membahas topik pertama, "Apakah Iman
  itu?". Ada dua artikel yang disajikan. Kami harap artikel-artikel
  ini bisa membantu Anda untuk mengerti lebih dalam tentang arti iman.
  Selain itu, dalam Bimbingan Alkitab, Anda akan menjumpai ayat-ayat
  yang menjelaskan iman dari tokoh-tokoh Alkitab. Nah, sekarang
  silakan menyimak sajian pertama kami tentang iman!

  Selamat membaca!


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

  (Artikel 1)

                       -*- APAKAH IMAN ITU? -*-

  Beberapa tahun lalu, setiap hari Kamis, saya mengajar tentang
  Alkitab di Universitas California Selatan. Suatu waktu, setelah
  selesai mengajar, seorang wanita muda datang kepada saya. Saya bisa
  menebak, saat itu ia sedang marah. Ia mengatakan kepada saya bahwa
  ia dibesarkan dalam keluarga yang saleh dan selama beberapa waktu,
  ia mengikuti gereja orangtuanya. Kemudian, serangkaian kemalangan
  menimpanya, sehingga ia "kehilangan imannya". Sekarang, ia tidak
  lagi bergereja.

  Ia mengatakan kepada saya bahwa perpecahan terakhir antara dia
  dengan imannya yang terdahulu adalah waktu ia melemparkan Kitab
  Perjanjian Barunya yang sudah ia simpan di laci selama berbulan-
  bulan. Ini merupakan simbol tentang keputusan terakhirnya.

  Ia datang untuk bertanya kepada saya, apakah iman itu? Tetapi saya
  mengembalikan pertanyaan itu kepadanya.

  Ia menjawab, "Iman adalah percaya pada apa yang tidak dapat engkau
  ketahui."

  Saya berkata, "Apakah engkau percaya kepada Bill Bright?"

  Ia menjawab, "Aku tidak kenal dia -- bagaimana aku dapat
  mempercayainya?"

  Saya katakan, "Tunggu dulu. Kau baru saja mengatakan bahwa iman
  adalah percaya pada apa yang tidak dapat kauketahui. Sekarang,
  engkau mengatakan bahwa engkau tidak dapat percaya pada orang yang
  tidak engkau kenal. Mana yang benar?"

  Penjelasan wanita muda itu benar dalam hal kedua. Pengetahuan harus
  ada sebelum adanya iman. Iman adalah tanggapan atas kebenaran.
  Tujuan Alkitab adalah untuk membawa kita kepada kebenaran itu.
  Jikalau saya menanggapinya dengan iman, saya yakin itu disebabkan
  karena Roh Kudus sedang bekerja di dalam hidup saya.

  Iman bukan sesuatu yang didasarkan pada kekosongan. Iman juga tidak
  diperoleh. Dalam Roma 10:17, Paulus menjelaskan bahwa "Iman timbul
  dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus." Saya
  mempercayai istri saya ketika saya mengawininya empat puluh tiga
  tahun yang lalu; dan bila Saudara bertanya pada saya, apakah saya
  mempercayainya secara mutlak, saya harus mengaku ya. Saya telah
  hidup bersamanya selama puluhan tahun, dan saya telah mengetahui
  dari dekat bahwa dia bisa dipercaya. Karena didasarkan pada
  pengenalan, maka kepercayaan saya padanya total.

  Hal ini pun berlaku waktu kita mengenal Allah. Semakin saya
  mengalami sesuatu di dalam Dia, bersandar pada-Nya, dan mengetahui
  bahwa Ia selalu menanggung beban saya -- tidak peduli betapa
  beratnya beban yang saya serahkan pada-Nya -- semakin saya
  mempercayai-Nya.

  Iman harus selalu mengalami ujian. Beberapa sahabat dekat kami
  mempunyai anak yang mengidap kanker yang serius. Selama tiga bulan
  terakhir, mereka telah ditantang dan mengalami ujian yang luar
  biasa, dan mereka belum juga melampaui masalah mereka. Tetapi, di
  balik semua pergumulan mereka, ada iman yang besar dan keyakinan
  yang hebat bahwa Allah sanggup melakukan apa yang Ia katakan. Ia
  sanggup mendatangkan kebaikan dari keadaan apa pun.

  Dalam Roma 4:11 disebutkan mengenai Abraham sebagai "bapa semua
  orang percaya", karena teladan yang diberikan dahulu tentang percaya
  kepada Allah. Waktu mengikuti pimpinan Tuhan ke negeri lain, dia
  "taat ... lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia
  tuju" (Ibrani 11:8). Baru-baru ini, saya membaca mengenai seorang
  pemimpin, yaitu orang yang mengetahui ke mana ia pergi. Saya segera
  membandingkan hal itu dengan Abraham yang pergi tanpa mengetahui
  tujuannya. Definisi kepemimpinan seperti itu merupakan satu contoh
  pemikiran duniawi -- terpisah dari pemikiran Alkitab, sebagaimana
  iblis terpisah dari Allah. Itu merupakan fakta tentang suatu bentuk
  keduniawian yang tidak kentara, yang merayap ke dalam pemikiran
  banyak orang Kristen, seperti ular yang merayap masuk ke taman Eden.

  Sebaliknya, Alkitab menganjurkan iman kepada Allah yang kita kenal.
  Dialah pemimpin kita dan Ia mengajar kita untuk mengikuti-Nya dengan
  percaya. Dalam Roma 4:18-21, Paulus melukiskan tentang iman Abraham.
     "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham
     berharap juga dan percaya.... Imannya tidak menjadi lemah,
     walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah,
     karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim
     Sara telah tertutup."

  Dalam usia seperti mereka, hamil benar-benar tidak mungkin. Tetapi,
  janji Allah melampaui segala keadaan mereka.

  Iman tidak pernah menyangkali kenyataan, bagaimanapun buruknya.
  Tetapi, iman mengakui fakta yang lebih tinggi dan lebih berkuasa,
  yaitu tentang integritas dan janji-janji Allah. Abraham menghadapi
  apa yang secara manusiawi merupakan situasi tanpa harapan lagi --
  tetapi sebagaimana saya pernah mengingatkan salah seorang profesor
  seminari, "Tidak ada harapan bukan perkataan orang Kristen.
  Perkataan itu tidak ada dalam kamus kita". Namun, bersama Allah
  selalu ada jalan untuk hidup. Paulus mengingatkan kita bahwa hakikat
  iman alkitabiah adalah yakin bahwa Allah sanggup melaksanakan apa
  yang Ia janjikan (lihat Efesus 3:20).

  Kita perlu berpikir tentang iman dalam arti kualitasnya, bukan
  kuantitasnya. Iman bukan alat untuk jual beli, seperti mata uang,
  yang dihitung menurut nilainya. Kita cenderung berpikir bahwa
  bilamana kita mempunyai cukup iman, maka kita bisa "membeli" apa
  saja yang kita inginkan dari Allah. Tidak! Iman adalah kepercayaan
  mutlak -- menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah.

  Jangan sekali-kali, kita menyalahkan orang lain dengan mengatakan,
  "Wah, andaikan mereka mempunyai cukup iman ....", maka hal-hal
  tertentu itu akan tercapai. Beberapa tahun yang lalu, Kathryn
  Kuhlman yang banyak menyembuhkan orang, dalam satu wawancara
  televisi ditanya, mengapa tidak setiap orang yang datang kepadanya
  bisa disembuhkan. Kathryn menjawab dengan cara yang indah sekali,
  "Allah itu Maha Kuasa untuk menyembuhkan, dan Dialah yang
  menyembuhkan beberapa orang dan tidak menyembuhkan yang lain. Tidak
  ada sesuatu yang lebih kejam daripada menyalahkan orang dengan
  mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai cukup iman untuk dapat
  disembuhkan. Itu semua tergantung kepada Allah."

  Kita bertumbuh dalam iman waktu kita menggemakannya. Ingat, betapa
  sulitnya dahulu bagi Abraham dan Sara untuk mempercayai janji Allah.
  Tetapi melalui setiap pengalaman, waktu mereka melihat janji-Nya
  digenapi, iman mereka bertambah kuat. Kekuatan seperti itu datang
  hanya jikalau kita menggunakan iman dalam hidup kita.

  "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus."
  Semakin kita mengetahui Firman, maka semakin kita mengenal Yesus,
  dan iman kita akan menjadi semakin kuat.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis
  Judul Artikel: Apakah Iman itu?
  Penulis      : Richard Halverson
  Penerbit     : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Lembaga Literatur
                 Baptis, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002
  Halaman      : 266 - 268


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

  (Artikel 2)

                     -*- IMAN YANG BERTUMBUH -*-

  Bagaimana saya bisa mempunyai lebih banyak iman? Roma 10:17 berkata,
     "jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman
     Kristus."

  Iman erat hubungannya dengan pengetahuan. Pengetahuan tentang Allah
  memperkuat iman dan percaya kita kepada Allah.

  Allah tidak membiarkan kita tanpa bukti yang cukup untuk
  memungkinkan kita percaya kepada-Nya. Ada beberapa cara untuk
  meningkatkan pengetahuan kita mengenai Allah agar iman kita
  bertambah.

  Pertama, Alkitab menunjukkan kepada kita bagaimana Allah bekerja dan
  masih tetap bekerja. Pengetahuan yang bertambah tentang Alkitab akan
  meningkatkan iman.

  Kedua, Yesus Kristus, melalui kehidupan dan ajaran-ajaran-Nya,
  menambah iman kita untuk melihat kebaikan Allah terhadap kita.
  Pengetahuan yang bertambah mengenai Yesus akan menambah iman kita
  pula.

  Ketiga, sejarah yang menunjukkan pekerjaan Allah di dunia.
  Pengetahuan tentang bagaimana Ia menjawab doa, mengubah hidup, dan
  menghilangkan penderitaan sangatlah membangun iman.

  Tetapi, semua kenyataan ini tidak akan berguna jika Roh Kudus tidak
  meyakinkan hati kita. Sesungguhnya, kita bisa mengetahui Alkitab
  halaman demi halaman, mempelajari setiap kejadian dalam kehidupan
  Kristus, dan melihat apa yang Kristus lakukan sepanjang sejarah --
  tetapi jika Roh Kudus tidak meyakinkan kita akan dosa kita dan
  memberi kita iman, kita tidak akan menanggapinya.

  Matius 6:25-34 menuliskan tentang perkataan Yesus kepada para murid-
  Nya waktu mereka kuatir tentang apa yang akan mereka pakai dan apa
  yang akan mereka makan. Yesus tidak mengatakan kepada mereka,
  "Tunggu saja, nanti semua akan beres. Jangan kuatir tentang semuanya
  ini. Percaya saja." Ia tidak berkata demikian. Sebaliknya, Ia
  menunjukkan bahwa Bapa-Nya tetap menguasai segala situasi dan akan
  memelihara mereka.

  Melihat pada buktinya, Ia berkata, "Pandanglah burung-burung di
  langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan
  bekal dalam lumbung" -- dengan kata lain, mereka tidak bekerja --
  "namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga." Yesus menggunakan
  kenyataan itu untuk memperlihatkan kepada para murid-Nya, "Bukankah
  kamu jauh melebihi burung-burung itu?"

  Jadi, mula-mula Yesus memberikan bukti yang ada, kemudian Roh Kudus
  meyakinkan mereka tentang hal itu. Ia juga memberi kita bukti
  tentang kemampuan-Nya yang tidak diragukan lagi untuk mengendalikan
  berbagai peristiwa dan keadaan. Salah satu bentuk bukti adalah
  tulisan sejarah dalam Alkitab. Jika Allah bisa melepaskan umat-Nya
  pada saat mereka keluar dari Mesir misalnya, Ia pasti dapat
  melakukan demikian juga sekarang ini. Inilah sebabnya, mengapa
  keluarga-keluarga Yahudi, pada waktu makan perjamuan Paskah,
  mengingat kembali cerita-cerita tentang kelepasan yang Allah berikan
  bagi umat-Nya dari tangan Mesir. Para bapak tidak menceritakan kisah
  ini sekadar untuk menyenangkan anak-anak. Peristiwa ini diceritakan
  untuk memberikan bukti yang kuat bahwa Allah itu telah berlaku
  setia. Kesetiaan Allah pada masa lampau memberi anak-anak itu dasar
  iman untuk percaya bahwa Ia akan terus bekerja sampai sekarang.

  Suatu pagi, saya membawa anak-anak saya untuk makan pagi, lalu kami
  menyelidiki kisah Abraham dan Lot. Saya tidak menceritakan kisah
  Alkitab ini kepada tiga anak saya hanya untuk menambahkan
  pengetahuan umum mereka, tetapi untuk memperkenalkan mereka kepada
  Oknum Allah itu, untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana Allah
  memenuhi suatu kebutuhan ribuan tahun yang lalu. Kemudian, saya
  menghubungkan kekuasaan Tuhan di masa sekarang. Saya menunjukkan
  kepada mereka bahwa Dialah Tuhan yang dapat mereka percayai. Dengan
  melakukan hal ini, saya memberi mereka bukti bahwa Allah itu setia
  adanya.

  Semakin kita mengenal Allah, semakin bertumbuh pula iman kita
  kepada-Nya -- jika kita terbuka pada pekerjaan Roh Kudus, yang
  membuat Firman Allah menjadi hidup di dalam hati kita.

-*- Sumber:-*-
  Judul Buku   : Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis
  Judul Artikel: Iman yang Bertumbuh
  Penulis      : Josh McDowell
  Penerbit     : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Lembaga Literatur
                 Baptis, Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002
  Halaman      : 294 - 296


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                            -*- IMAN -*-

  "Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan
  kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Lukas 1:45)

  "Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama
  seperti yang dinyatakan kepadaku." (Kisah Para Rasul 27:25)

  "Ia (Abraham) diperkuat dalam imannya..., dengan penuh keyakinan
  bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan."
  (Roma 4:20,21)

  Tuhan meminta agar kita menyimpan Firman-Nya di dalam hati kita.
  Dengan iman, Firman itu diterima di dalam hati sanubari yang paling
  dalam. Hendaklah orang Kristen selalu berusaha mengetahui lebih
  dalam tentang iman; dengan demikian, ia akan lebih mengerti mengapa
  hal-hal yang besar dihubungkan dengan iman, Ia akan semakin sadar
  bahwa keselamatan yang sempurna itu bergantung kepada iman
  (2 Tawarikh 20:20; Markus 9:23; Ibrani 11:33,35; 1 Yohanes 5:4,5).

  Sekarang, saya minta agar pembaca sekali lagi membaca ketiga ayat di
  atas dan mencari pokok utama yang diajarkan ayat-ayat tersebut
  mengenai iman. Jangan membaca yang lain, tetapi pertama-tama,
  bacalah Firman Tuhan tersebut dan bertanyalah kepada diri sendiri
  mengenai yang diajarkan ayat-ayat itu tentang iman.

  Ayat-ayat itu menyatakan bahwa iman selalu bertalian dengan apa yang
  telah dikatakan atau dijanjikan Allah. Apabila seseorang yang
  terhormat mengatakan sesuatu, ia selalu menggenapi kata-katanya;
  perkataannya selalu diikuti dengan perbuatan. Demikian juga dengan
  Allah; apabila Ia akan melakukan sesuatu, Ia akan mengatakannya
  terlebih dahulu di dalam Firman-Nya. Apabila seorang anak Allah
  benar-benar memiliki keyakinan ini, Allah selalu mengerjakan baginya
  apa yang telah dikatakan-Nya. Bagi Allah, kata dan perbuatan selalu
  seiring; kata-kata-Nya selalu diikuti dengan perbuatan-Nya.
  Pernahkah Ia mengatakan sesuatu dan tidak melakukannya? (Kejadian
  21:1, 32:12; Bilangan 14:17,18,20, 23:19; Yosua 21:45, 23:14; 2Samuel 7:25,29; dan Mazmur 119:49). Apabila di dalam Firman-Nya,
  Allah berjanji untuk melakukan sesuatu, saya senantiasa yakin bahwa
  Ia akan menepatinya. Hanya, saya harus berpegang teguh kepada
  Firman-Nya itu, dan berserah kepada-Nya. Allah akan menjaga bahwa
  Ia menggenapi Firman-Nya bagi saya. Sebelum saya merasakan atau
  mengalami sesuatu, saya berpegang teguh kepada janji-Nya itu; dan
  dengan iman saya mengetahui bahwa Allah akan menepatinya (Lukas
  1:38,45; Yohanes 3:33, 4:50, 11:40, 20:29; Ibrani 11:11,18).

  Sekarang, apakah iman itu? Iman ialah kepastian bahwa apa yang
  dikatakan Allah itu benar. Apabila Tuhan menyatakan bahwa sesuatu
  akan ada atau akan terjadi, iman itu lalu bersukacita, walaupun
  tidak melihat tanda-tanda apapun mengenai hal itu (Roma 1:17, 4:5, 5:1; Galatia 3:27; Efesus 1:19, 3:17). Apabila Tuhan mengatakan
  bahwa Ia telah memberikan sesuatu kepada saya dan bahwa sesuatu yang
  ada di sorga itu menjadi milik saya, maka dengan iman saya
  mengetahui dengan pasti bahwa itu adalah milik saya (Yohanes
  3:16,17,36; 1 Yohanes 5:12,13). Apabila Allah mengatakan bahwa
  sesuatu akan terjadi, atau bahwa Ia akan melakukan sesuatu bagi
  saya, bagi iman hal itu sama seperti jika saya sudah dapat
  melihatnya (Roma 8:38; Filipi 3:21; 1 Tesalonika 5:24; 1 Petrus
  1:4,5). Perkara-perkara yang sudah ada, tetapi belum pernah saya
  lihat dan perkara-perkara yang sekarang belum ada, tetapi akan
  datang, bagi iman semuanya sama-sama pasti.

     "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan
     bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1)

  Iman selalu hanya menuntut pada apa yang telah dikatakan Allah,
  serta bersandar pada kuasa dan kesetiaan-Nya untuk menggenapi
  Firman-Nya.

  Sekarang, baiklah kita kembali memperhatikan kata-kata yang tertera
  dalam Alkitab. Tentang Maria dapat kita baca, "Dan berbahagialah ia
  yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan,
  akan terlaksana." Segala sesuatu yang telah dikatakan di dalam
  Firman itu akan digenapi bagi saya, saya percaya akan hal itu.

  Dalam kisah Abraham dijelaskan bahwa ia benar-benar yakin bahwa
  Allah dapat menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya. Inilah
  kepastian iman -- keyakinan bahwa Allah akan melakukan apa yang
  telah dijanjikan-Nya.

  Tetap seperti apa yang dikatakan Paulus, "Karena aku percaya kepada
  Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan
  kepadaku." Paulus yakin bahwa Tuhan akan melaksanakan apa yang sudah
  dikatakan-Nya.

  Murid-murid Kristus yang masih baru, hidup baru, hidup kekal yang
  ada di dalam kita merupakan hidup yang berdasarkan iman. Tidakkah
  kita melihat betapa sederhananya dan betapa penuh dengan berkat
  hidup yang berdasarkan iman itu? Setiap hari saya membaca Firman-
  Nya, dengan demikian saya mendengarkan apa yang telah dikatakan
  Allah tentang hal yang sudah dan yang akan dilakukan-Nya (Galatia
  2:20, 3:2,5, 5:5,6; Ibrani 10:35; 1 Petrus 1:3). Saya menyediakan
  waktu untuk menyimpan Firman Allah itu di dalam hati; dan saya
  memegangnya dengan teguh serta yakin bahwa Allah dapat melaksanakan
  apa yang telah dijanjikan-Nya. Dan dengan iman seperti iman seorang
  anak, saya menantikan penggenapan semua janji Firman Allah yang
  mulia. Saya sudah mengalami Firman-Nya ini: berbahagialah ia, yang
  telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan
  terlaksana. Tuhan berjanji; saya percaya; Tuhan menggenapi: itulah
  rahasia hidup baru.

  Doa:
  Ya Bapa, anak-Mu mengucap syukur kepada-Mu atas hidup iman yang
  harus kami tempuh. Hamba tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi Engkau
  dapat melakukan segala sesuatu. Semua yang dapat Engkau lakukan
  sudah Engkau katakan di dalam Firman-Mu. Setiap Firman yang hamba
  terima dan yang hamba tuntut dengan yakin daripada-Mu, Engkau
  genapi. Bapa, di dalam hidup yang berdasarkan iman ini, yang sangat
  sederhana dan sangat mulia, hamba ingin berjalan bersama-sama dengan
  Engkau. Amin.

-*- Sumber:-*-
  Judul Buku   : Membina Iman
  Judul Artikel: Iman
  Penulis      : Andrew Murray
  Penerbit     : Penerbit Kalam Hidup, Bandung, 1980
  Halaman      : 19 - 22


*INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO*

                         -*- SITUS EUNIKE -*-
                     http://www.eunikefamily.org/

  Tidak hanya orang dewasa yang membutuhkan makanan rohani untuk
  memperkuat iman. Anak-anak, meskipun masih muda usianya, juga
  membutuhkan makanan rohani bagi iman mereka. Untuk itu, mereka perlu
  bantuan dari orang dewasa agar bisa mencernanya, khususnya orangtua
  anak tersebut.

  Situs Eunike merupakan salah satu situs Kristen yang memfokuskan
  pelayanannya pada perkembangan iman anak. Dalam situs ini Anda bisa
  mendapatkan artikel dan tips menarik seputar pendidikan iman anak.
  Silakan kunjungi situs ini di:
    ===>  http://www.eunikefamily.org/


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: <arti@>
  >Pengasuh e-Konsel yang terhormat, apakah setiap surat konseling
  >yang dikirimkan akan dimuat di e-Konsel? Jika ya, apakah
  >identitasnya bisa dirahasiakan? Terimakasih sebelumnya, Tuhan
  >berkati pelayanan e-Konsel

  Redaksi:
  Saudara Arti yang terkasih, terima kasih untuk surat Anda. Surat
  konseling yang kami terima tidak akan dimuat dalam publikasi
  e-Konsel. Surat-surat yang dimuat di e-Konsel adalah surat-surat
  yang berisi pertanyaan-pertanyaan umum yang diharapkan jawabannya
  bisa menolong pembaca e-Konsel yang lain (seperti surat yang Anda
  kirim ini). Namun, alamat Anda tetap tidak akan kami cantumkan
  supaya Anda tidak menerima surat-surat nyasar/spam.

  Sedangkan surat yang berisi konseling pribadi akan kami jaga
  kerahasiaannya. Jawaban surat konseling akan kami kirimkan langsung
  lewat email. Nah, saya harap menjadi jelas sekarang. Silakan
  kirimkan surat ke Redaksi tanpa ragu-ragu lagi.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                      Ratri, Yulia, Tesa, Natalia
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2004 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org