Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/61

e-Konsel edisi 61 (15-4-2004)

Kebangunan Rohani

><>                 Edisi (061) -- 15 April 2004                  <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Adakah yang Berubah?
    - Cakrawala            : Kebangunan Rohani di dalam Rumah Tangga
    - Bimbingan Alkitabiah : Kebangunan Rohani
    - Tips                 : Cinta Sejati akan Hal-hal Rohani
    - Surat                : Kiriman e-Konsel 060 Tidak Utuh

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Beberapa hari yang lalu kita baru saja memperingati PASKAH.
  Bagaimana dengan perayaannya di gereja Anda? Pasti ada banyak sekali
  kegiatan yang dilakukan untuk memeriahkannya. Tapi, jangan lupa di
  balik semua kemeriahan itu apakah Anda juga ikut merenungkan dan
  menghayati makna PASKAH bagi Anda sendiri? Adakah suatu perubahan
  dalam diri Anda, khususnya sehubungan dengan kehidupan rohani Anda
  setelah memperingati hari pengorbanan Kristus di kayu salib? Memang
  perubahan kehidupan rohani tidak bisa terjadi dalam semalam.
  Kehidupan Kristen adalah sebuah proses. Namun demikian harus ada
  kemajuan yang jelas, dari bayi rohani menjadi dewasa. Dengan
  pertolongan Roh Kudus maka hidup Kristen yang kita jalani itu akan
  mengalami perubahan terus menerus secara bertahap. Walaupun
  kelihatannya perlahan tapi harus pasti.

  Seperti yang telah kami sampaikan pada edisi sebelumnya, e-Konsel
  edisi 061 akan mengangkat topik Kebangunan Rohani. Kebangunan Rohani
  bisa terjadi di mana saja; baik di kelompok besar maupun kecil; bisa
  di suatu lingkungan gereja atau yang lebih besar, bahkan di seluruh
  kota. Tapi sebelum kebangunan rohani itu terjadi dalam lingkup yang
  besar, kebangunan rohani biasanya dimulai dari lingkup yang lebih
  kecil yaitu rumah tangga. Artikel yang kami sajikan ini mengajak
  pembaca untuk melihat bagaimana kebangunan rohani bisa terjadi dalam
  rumah tangga, khususnya di rumah tangga kita masing-masing. Kami
  sajikan pula tips Cinta Sejati akan Hal-hal Rohani dan tak
  ketinggalan ayat-ayat bimbingan yang menunjukkan bagaimana
  kebangunan rohani bisa terjadi.

  Anda siap menyediakan diri untuk dipakai Tuhan, menjadi sarana
  kebangunan rohani di rumah tangga Anda dan di lingkungan di mana
  Anda berada?

  Tim Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

           -*- KEBANGUNAN ROHANI DI DALAM RUMAH TANGGA -*-

  Beribu-ribu tahun yang lalu di dalam taman yang terindah yang pernah
  dikenal oleh dunia, berdiamlah seorang laki-laki dan seorang
  perempuan. Mereka dibentuk menurut peta Penciptanya, mereka hidup
  hanyalah untuk memuliakan Dia setiap saat sepanjang hari. Dengan
  kerendahan hati mereka menerima kedudukannya sebagai makhluk
  terhadap Sang Pencinta -- kedudukan yang penuh dengan kepatuhan dan
  sikap menurut yang sempurna kepada kehendak-Nya. Karena mereka
  selalu menundukkan kemauannya kepada kehendak-Nya, karena mereka
  hidup bagi Dia dan bukan bagi dirinya sendiri, maka mereka juga
  senantiasa tunduk seorang terhadap yang lain. Jadi di dalam rumah
  tangga yang pertama, di dalam taman yang indah itu, terdapatlah
  keselarasan, damai, kasih sayang dan persatuan yang sempurna, bukan
  saja dengan Allah, tetapi antara seorang dengan yang lain juga.

  Kemudian pada suatu hari keselarasan itu remuk, karena si ular
  beserta dengan dosa menyelundup ke dalam rumah tangga yang
  berpusatkan Allah itu. Maka sekarang, karena mereka telah kehilangan
  damai dan persekutuan dengan sesamanya, mereka tidak lagi hidup bagi
  Allah melainkan masing-masing hidup untuk dirinya sendiri. Mereka
  menjadi allah bagi dirinya sendiri, dan karena mereka tidak lagi
  hidup bagi Allah maka mereka tidak lagi hidup untuk sesamanya.
  Sebagai ganti damai, kasih dan kesatuan, terjadilah perselisihan dan
  kebencian atau dengan kata lain DOSA.

  Kebangunan Rohani Dimulai dalam Rumah Tangga
  --------------------------------------------
  Ke dalam rumah tanggalah pertama-tama dosa itu masuk. Di dalam rumah
  tanggalah barangkali kita lebih banyak berdosa daripada di tempat
  lain dan kepada rumah tanggalah terutama kebangunan rohani perlu
  datang. Kebangunan rohani sungguh-sungguh sangat diperlukan di dalam
  gereja, di dalam negara, dan di dunia, tetapi kebangunan rohani di
  dalam gereja tanpa kebangunan rohani di dalam rumah tangga-rumah
  tangga akan merupakan suatu kemunafikan belaka. Rumah tangga ialah
  tempat yang paling sukar, sekaligus menjadi tempat yang paling perlu
  untuk memulainya.

  Tetapi sebelum kita meneruskan hal ini, marilah kita mengingatkan
  diri kita lagi, apakah arti sebenarnya kebangunan rohani itu?
  Kebangunan rohani semata-mata berarti hidup baru, di dalam hati
  orang di mana kehidupan rohaninya telah surut -- tetapi bukan hidup
  baru penuh dengan usaha si "aku" atau kegiatan-kegiatan yang
  diikhtiarkan oleh si "aku". Bukanlah hidup manusia, melainkan hidup
  Allah, hidup Tuhan Yesus yang memenuhi kita dan mengalir melalui
  kita. Hidup itu dinyatakan di dalam persekutuan dan persatuan dengan
  mereka yang hidup bersama-sama dengan kita; tak ada apa-apa antara
  kita dengan Allah, maka tak ada apa-apa pula antara kita dengan
  mereka. Rumah tangga adalah tempat lebih dahulu daripada segala
  tempat-tempat lain di mana hidup baru ini harus dialami. Tetapi
  alangkah berbedanya pengalaman dari kebanyakan kita yang menyebut
  dirinya orang-orang Kristen tetapi di dalam rumah tangga mereka
  masih ada sakit hati, pertengkaran, sikap mementingkan diri sendiri
  dan dendam; atau mereka yang dalam rumah tangganya tidak ada masalah
  tetapi tidak ada persatuan dan persekutuan, yang seharusnya menjadi
  ciri dari orang-orang Kristen yang hidup bersama-sama. Segala
  sesuatu yang menyisip di antara kita dengan orang lain, akan
  menyisip juga di antara kita dengan Allah, dan merusakkan hubungan
  kita dengan Dia, sehingga hati kita tidak berlimpah-limpah dengan
  hidup Ilahi.

  Apakah yang Salah di dalam Rumah Tangga Kita?
  ---------------------------------------------
  Sekarang, apakah sebenarnya yang salah di dalam rumah tangga kita?
  Bila kita berkata-kata tentang rumah tangga, kita maksudkan hubungan
  antara suami isteri, orangtua dengan anak-anak, saudara laki-laki
  dengan saudara perempuan, atau antara orang-orang lain siapapun
  yang disebabkan oleh macam-macam keadaan terpaksa hidup bersama-
  sama.

  Hal pertama yang keliru dalam banyak keluarga ialah bahwa kita tidak
  sungguh-sungguh terbuka dan berterus terang satu dengan yang lain.
  Kita banyak hidup di belakang tirai yang tertutup. Orang-orang lain
  tidak tahu orang seperti apakah kita ini sebenarnya dan kita tidak
  mau mereka mengetahuinya. Bahkan, mereka yang hidup di dalam
  hubungan yang amat karib dengan kita, tidak mengetahui apa yang ada
  dalam hati kita -- kesukaran-kesukaran, peperangan-peperangan,
  pergumulan-pergumulan, kegagalan-kegagalan kita, dan juga tidak
  tahu dari dosa apakah Tuhan Yesus harus menyucikan kita berkali-
  kali. Sikap kurang terus terang dan kurang terbuka ini senantiasa
  adalah akibat dari dosa. Akibat pertama dari dosa pertama
  menyebabkan Adam dan Hawa bersembunyi dari hadapan Allah di belakang
  pohon-pohon di Taman Eden. Mereka yang dahulu demikian berterus-
  terang terhadap Allah dan satu terhadap yang lain, pada waktu itu
  bersembunyi dari hadapan Allah, karena dosa; dan jika mereka
  bersembunyi dari hadapan Allah, Saudara sudah dapat memastikan bahwa
  mereka segera mulai tidak berterus-terang seorang terhadap yang
  lain. Ada reaksi-reaksi dan pikiran-pikiran di dalam hati Adam yang
  tak boleh diketahui oleh Hawa, demikian pula ada hal-hal serupa yang
  tersembunyi di dalam hati Hawa. Maka demikianlah seterusnya sejak
  saat itu. Karena ada sesuatu yang kita sembunyikan dari hadapan
  Allah, kita juga menyembunyikannya dari hadapan sesama kita. Di
  belakang dinding sikap menyisih itu, yang berlaku sebagai topeng,
  kita menutupi si"aku" kita yang sebenarnya. Kadang-kadang kita
  bersembunyi dengan cara yang luar biasa sekali yaitu di belakang
  kelakuan pura-pura jenaka. Kita takut bersikap serius karena kita
  tidak ingin orang lain terlalu dekat dengan kita dan mengetahui
  bagaimana kita ini sebenarnya, lalu dengan jalan itu kita
  mempertahankan siasat gertak sambal. Kita tidak bersungguh-sungguh
  seorang terhadap yang lain dan tak seorangpun dapat bersekutu dengan
  orang yang tidak bersungguh-sungguh, dan demikianlah persatuan dan
  persekutuan erat mustahil ada di dalam rumah tangga itu. Inilah yang
  dinamakan oleh Kitab Suci "berjalan di dalam kegelapan" -- karena
  kegelapan itu ialah segala sesuatu yang menyembunyikan.

  Kegagalan Mengasihi
  -------------------
  Hal kedua yang salah di dalam rumah tangga kita ialah kegagalan kita
  untuk saling mengasihi dengan sungguh-sungguh. "Nah", kata
  seseorang, "hal itu tak dapat dikatakan tentang keluargaku, karena
  tak ada orang yang dapat mengasihi orang lain lebih daripada suamiku
  dan kami saling mencintai". Tetapi tunggu dahulu! Jawaban itu
  bergantung kepada apakah yang Saudara maksudkan dengan kasih. Kasih
  bukanlah berarti suatu perasaan sentimentil saja, dan bukan suatu
  hawa nafsu kuat. Bagian yang terkenal dalam 1Korintus 13 menerangkan
  kepada kita tentang kasih yang sejati dan jika kita menguji diri
  kita menurut ini, maka kita mungkin mendapatkan, bahwa sesudah
  ditinjau lagi, kita hampir tidak saling mencintai sama sekali dan
  tingkah laku kita semuanya menuju kepada hal yang berlawanan sekali
  -- dan lawan kasih ialah benci. Marilah kita menyelidiki beberapa
  hal yang dikatakan dalam pasal itu tentang cinta-kasih.

    "Kasih itu panjang sabar dan penyayang".
    "Kasih itu tiada dengki".
    "Kasih itu tiada memegahkan dirinya, tidak sombong".
    "Kasih itu tiada melakukan yang tiada senonoh (tiada kasar)"
    "Kasih itu tiada mencari keuntungan bagi dirinya saja, tidak
    pemarah, tiada menyimpan kesalahan orang (tidak mempertimbangkan
    pikiran-pikiran yang tidak ramah tentang orang lain)."

  Apakah kita dapat lulus dalam ujian seperti itu di dalam rumah
  tangga kita? Seringkali kita justru bertindak sebaliknya.

  Kita berkali-kali kurang sabar satu terhadap yang lain, dan bahkan
  tidak ramah di dalam cara kita menjawab kembali atau memberikan
  reaksi. Alangkah seringnya iri hati terdapat di dalam suatu rumah
  tangga. Seorang suami dan isteri dapat saling iri hati atas
  pembawaan-pembawaannya, bahkan mengenai kemajuan rohani mereka. Para
  orangtua mungkin iri hati terhadap anak-anaknya, dan betapa
  seringnya terdapat iri hati yang pahit antara saudara-saudara laki-
  laki dengan saudara-saudara perempuan.

  Juga bagaimanakah mengenai "tiada melakukan yang tiada senonoh" yang
  berarti budi bahasa? Budi bahasa ialah kasih dalam hal yang kecil-
  kecil, tetapi di dalam hal yang kecil-kecil inilah kita tergelincir.
  Kita sangka kita dapat "kurang mempertahankan budi-bahasa" di rumah.

  Alangkah seringnya kita congkak. Kecongkakan itu kelihatan dalam
  segala macam cara. Kita menyangka kitalah yang benar-benar tahu,
  kita menghendaki jalan kita sendiri, maka kita menggoda atau
  bertindak sebagai tuan besar terhadap orang lain itu dan sifat ini
  menuju kepada kecenderungan menghina dia juga. Justru sikap kita
  bahwa kita lebih utama daripada orang lain itu menempatkan kita di
  atasnya. Dalam dasar hati kita, kita mengejikan seseorang, kita
  mencelanya atas segala hal -- namun kita mengira kita memberi kasih
  sayang.

  Lalu bagaimana tentang "tiada mencari keuntungan dirinya saja"? Hal
  itu berarti: berpusat kepada diri sendiri saja. Sering dalam
  keseharian kita, kita lebih mendahulukan keinginan dan kepentingan
  kita daripada keinginan dan kepentingan saudara kita.

  Alangkah mudahnya kita ini menjadi "pemarah"! Alangkah cepatnya kita
  ini panas hati terhadap sesuatu di dalam saudara kita! Alangkah
  seringnya kita membiarkan pikiran yang kurang ramah atau perasaan
  sakit hati atas sesuatu yang telah diperbuat atau yang dilalaikan
  oleh saudara kita! Namun kita mengatakan bahwa tak ada kegagalan
  dalam cinta-kasih di rumah tangga kita. Hal-hal ini terjadi tiap
  hari, tetapi kita menganggapnya enteng saja. Kesemuanya ini adalah
  lawannya cinta-kasih, dan lawannya kasih ialah kebencian. Ketidak-
  sabaran itu kebencian, iri hati itu kebencian, kesombongan itu
  kebencian, begitu juga sikap mementingkan diri sendiri, sikap mudah
  tersinggung dan mendendam. Dan kebencian adalah DOSA. "Barangsiapa
  berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci
  saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang" (1Yohanes
  2:9). Alangkah banyaknya ketegangan-ketegangan, rintangan-rintangan,
  dan perselisihan yang disebabkan oleh semuanya itu, maka persekutuan
  baik dengan Allah maupun dengan manusia lain menjadi mustahil.

  Satu-satunya Jalan Keluar
  -------------------------
  Soalnya sekarang ialah apakah saya mengingini hidup baru, kebangunan
  rohani, di dalam rumah tangga saya? Saya harus menantang hati saya
  mengenai hal ini. Apakah saya siap meneruskan kehidupan dalam
  keadaan sekarang ini atau apakah saya benar-benar lapar akan hidup
  baru, yaitu hidup-Nya, di dalam rumahku? Karena tak akan terjadi,
  kecuali jika saya sungguh-sungguh lapar, saya bersedia mengambil
  langkah-langkah yang sangat diperlukan. Langkah pertama yang harus
  saya ambil ialah menyebut dosa sebagai dosa (dosaku, bukan dosa
  orang lain itu) lalu membawanya ke kayu salib, dan percaya bahwa
  Tuhan Yesus pada saat itu juga menyucikan saya dari dosa.

  Pada saat kita menundukkan kepala kita pada kayu salib, maka kasih-
  Nya yang begitu besar bagi orang lain, kepanjang-sabaran-Nya, dan
  bersabar hati-Nya mengalir ke dalam hati kita. Darah-Nya yang indah
  itu menyucikan kita dari kurang cinta kasih dan dendam dan Roh Suci
  memenuhi kita dengan pembawaan Tuhan Yesus sendiri. 1Korintus 13 itu
  tidak lain dari pembawaan Tuhan Yesus, dan kesemuanya itu merupakan
  karunia semata-mata, karena pembawaan-Nya akan menjadi pembawaan
  kita, jikalau Dia milik kita. Proses yang penuh dengan berkat ini
  dapat terjadi pada tiap kalipun, bila permulaan dosa dan perasaan
  kurang cinta kasih itu menyelundup ke dalam hati kita, maka pancuran
  darah yang menyucikan itu senantiasa dapat kita pergunakan setiap
  saat, sepanjang masa.

  Kesemuanya ini akan menetapkan kita supaya sungguh-sungguh berjalan
  pada jalan salib di rumah tangga kita. Sebentar-sebentar kita akan
  melihat tempat-tempat dimana kita harus menyerahkan hak-hak kita,
  sebagaimana Tuhan Yesus menyerahkan hak-hak-Nya bagi kita. Kita akan
  harus insyaf bahwa hal di dalam kita yang memberikan reaksi begitu
  tajam terhadap sikap egoistis dan kesombongan orang lain itu hanya
  semata-mata sikap egoistis dan kesombongan kita sendiri yang enggan
  kita korbankan. Kita akan harus menerima cara-cara dan perbuatan-
  perbuatan orang lain itu sebagai kehendak Allah bagi kita, lalu
  dengan rendah hati menundukkan kepala kita kepada semua keadaan yang
  diatur oleh Tuhan. Ini bukan berarti bahwa kita harus menerima sikap
  egoistis orang lain itu sebagai kehendak Allah bagi mereka -- jauh
  dari pada itu -- tetapi hanya sebagai kehendak Allah bagi kita.
  Sejauh berkenaan dengan orang lain itu, Allah mungkin menghendaki
  memakai kita, jika kita hancur, maka kita dipakai untuk menolong dia
  supaya ia insyaf akan kebutuhannya. Sudah tentu, jika kita seorang
  bapak atau ibu, kita akan sering diperlukan untuk mengoreksi anak
  kita dengan kekukuhan. Tetapi janganlah hal ini dilakukan oleh
  karena pendorong yang egoistis, melainkan hanya karena cinta kasih
  terhadap orang lain itu dan karena kerinduan akan kepentingannya
  saja. Kesenangan, dan hak-hak kita sendiri harus diserahkan. Hanya
  dengan demikianlah kasih sayang Tuhan Yesus akan dapat memenuhi kita
  dan menyatakan dirinya melalui kita.

  Bilamana kita telah dihancurkan di Golgota kita harus bersedia
  mendamaikan hal-hal yang salah dengan orang lain -- kadang-kadang
  bahkan dengan anak-anak kita. Ini, seringkali, merupakan ujian atas
  kehancuran hati kita. Kehancuran hati adalah kebalikan dari
  kekerasan hati. Kekerasan hati mengatakan: "Itu kesalahanmu" tetapi
  hati yang hancur mengatakan: "Itu kesalahanku". Alangkah lainnya
  suasana yang akan terjadi di dalam rumah tangga kita bila mereka
  mendengar kita berkata demikian. Biarlah kita ingat bahwa di kayu
  salib hanya ada tempat untuk seorang saja: Kita tak dapat
  mengatakan: "Saya telah bersalah tetapi Saudara bersalah juga,
  Saudara harus datang juga". Tidak, Saudara harus datang sendiri
  sambil mengatakan: "Saya yang bersalah". Di dalam hati orang lain
  itu Tuhan akan bekerja lebih melalui kehancuran kita daripada
  melalui apa saja yang dapat kita perbuat atau katakan. Tetapi,
  mungkin kita harus menantikan -- barangkali lama sekali. Tetapi, itu
  akan hanya menyebabkan kita lebih sama rasa (bersimpati) dengan
  Allah karena, seperti telah dikatakan oleh seseorang "Ia juga harus
  menunggu lama sekali sejak usaha-Nya yang mulia untuk membereskan
  hal-hal dengan manusia walaupun tak ada salah pada pihak-Nya".
  Tetapi Allah pasti mau mengabulkan doa kita dan membawa orang lain
  itu ke Golgota juga. Di sanalah kita akan menjadi satu; di sanalah
  dinding pemisah di antara kita itu akan diruntuhkan dan di sana kita
  akan dapat berjalan di dalam terang, di dalam keterusterangan
  dengan Tuhan Yesus dan dengan sesama kita, saling mengasihi dengan
  hati yang suci murni dan asyik. Dosa memang hampir satu-satunya hal
  yang kita miliki bersama dengan tiap orang lain; dan demikian pada
  kaki Tuhan Yesus di mana dosa disucikan ialah satu-satunya tempat di
  mana kita dapat bersatu. Persatuan yang sungguh-sungguh dapat kita
  bayangkan sebagai dua orang atau lebih dari dua orang yang berdosa,
  bersama-sama ada di Golgota.

-*- Sumber diedit dari: -*-
  Judul Buku   : Jalan Golgota
  Judul Artikel: Kebangunan Rohani di dalam Rumah Tangga
  Penulis      : Roy and Revel Hession
  Penerbit     : YAKIN, Surabaya, 1950
  Halaman      : 49 - 58


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                       -*- KEBANGUNAN ROHANI -*-

  Ayat-ayat berikut ini berisi proses bagaimana kebangunan rohani
  terjadi pada masa Perjanjian Lama. Kami harapkan ayat-ayat ini bisa
  menjadi pendorong bagi Anda yang ingin mengalami kebangunan rohani.

  1Raja-raja 15:9; 2Raja-raja 18:5, 22:1; 2Tawarikh 14:4, 29:5, 34:30;
  Nehemia 8:2,10;
  Mazmur 80:2-19, 85:7, 126:5-6;
  Yeremia 4:4;
  Hosea 6:2-3;
  Habakuk 3:2;
  Kisah Para Rasul 3:19.

-*- Sumber diedit dari: -*-
  Indeks untuk Topik Kebangunan Rohani (CD SABDA)
  Nomor Topik: 08640
  Copyright  : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

  Tips berikut ini merupakan bagian dari artikel yang dimuat dalam
  milis publikasi e-Reformed Edisi 029/2002. Bagi Anda yang
  menginginkan edisi lengkapnya, silakan berkunjung langsung ke:
  ==>	http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/029/
  ==>	http://www.sabda.org/reformed/prak13.htm
  atau kirim email ke alamat: <staf-konsel@sabda.org>

              -*- CINTA SEJATI AKAN HAL-HAL ROHANI -*-
                         (Oleh : John Owen)

  Tanpa adanya perasaan cinta dan sukacita atas hal-hal rohani, kita
  tidak akan dapat memiliki pola pikir rohani! Bagaimana kita tahu
  bahwa itu adalah cinta sejati? Apakah yang dimaksud dengan cinta
  rohaniah?

  Hal utama yang harus kita ingat adalah tidak akan ada cinta sejati
  atas hal-hal rohani dalam diri manusia, kecuali bila terjadi
  pembaharuan rohani atau kelahiran baru dalam hidup mereka, sebagai
  karya dari anugerah Allah dan kuasa Ilahi-Nya!

  Kita hendaknya mulai dengan pernyataan tersebut, karena semua
  aktivitas alamiah jiwa kita memang telah dicemari oleh dosa (Titus
  3:3). Karena ini bukan tempat yang tepat untuk mendiskusikan masalah
  tersebut secara terperinci, maka saya hanya akan memberikan sedikit
  komentar singkat. Fakta pencemaran jiwa kita oleh dosa telah
  dipahami oleh semua orang, termasuk oleh mereka yang tidak
  mempelajari Alkitab sekalipun. Sudah menjadi rahasia umum bahwa di
  dalam diri kita senantiasa terdapat kesiapan untuk melakukan
  kesalahan. (Dan bila hanya dengan pemahaman akal manusia semata,
  kecemaran ini telah dapat menjadi nyata, betapa berdosanya mereka
  yang mengabaikan dan menolaknya justru setelah memperoleh pengajaran
  Alkitab tentang hal ini!)

  Kesiapan untuk melakukan kesalahan yang merupakan kecenderungan
  alamiah setiap kita, terjadi bukan hanya pada satu macam dosa
  tertentu. Sebaliknya, kesiapan tersebut nampak dalam berbagai bidang
  kehidupan secara menyeluruh! Itulah sebabnya, tak satu pun dosa
  dapat ditanggalkan tanpa adanya pembaharuan pada hakekat keberdosaan
  seseorang. Kalaupun orang tersebut telah berhenti melakukan suatu
  jenis dosa tertentu, dosa-dosa lainnya akan segera bermunculan oleh
  adanya hakekat keberdosaan di dalam dirinya. Adanya hakekat berdosa
  dalam diri kita akan membuat kita memiliki kemungkinan melakukan
  dosa apa pun! Kita akan melakukan apa saja yang kita inginkan
  (Kolose 3:5-7). Bahkan meskipun akal kita telah memberitahu kita
  bahwa menuruti naluri berdosa merupakan suatu kebodohan, namun kuasa
  naluri berdosa tersebut sedemikian kuat, hingga kita tetap
  melakukannya.

  Bukti paling sederhana dari hakekat keberdosaan kita adalah
  pertama, adanya kebencian terhadap Allah dan hal-hal rohaniah; dan
  kedua, adanya kecintaan akan dunia ini yang membuat kita sibuk
  mengejar keuntungan duniawi, bagaikan sekawanan lebah yang mengitari
  sebuah stoples madu.

  Saya harus mengingatkan Saudara bahwa ada kemungkinan bagi seseorang
  untuk mengalami suatu pembaharuan dalam hidupnya, yang meskipun
  cukup penting tetapi tidak dapat menghasilkan suatu pola pikir
  rohani. Ini jelas bukan merupakan pembaharuan khusus Allah.
  Adakalanya seseorang untuk sementara waktu dapat dipengaruhi oleh
  pemberitahuan firman dari Alkitab (Matius 13:20-21). Kadang,
  seseorang juga dapat berubah oleh pendekatan suatu konsep filsafat,
  suatu pengalaman mengerikan, ataupun oleh pendidikan serta suatu
  tanggung jawab yang baru (1Samuel 10:9). Tetapi pembaharuan semacam
  itu tidak akan menghasilkan suatu pola pikir rohani, karena hanya
  mengubahkan arah keinginannya dari duniawi menjadi sorgawi.
  Mencintai hal-hal terindah di dunia ini mungkin dapat membangun,
  tetapi tetap saja tidak ada keterlibatan konsep keagungan rohaniah
  di dalam hal-hal tersebut. Aroma darah akan segera membuat seekor
  hewan jinak menjadi liar kembali.

  Kadangkala, orang-orang tidak beriman mempermalukan kita yang
  mengaku sebagai orang percaya, dengan cara hidup mereka yang
  demikian sabar, baik, dan bermanfaat bagi orang lain. Tetapi hanya
  pembaharuan yang dikaryakan oleh Roh Kudus di dalam diri seseorang
  lah, yang dapat mengubahkan inti dari hakekat kemanusiaannya dan
  dengan demikian, menjadikannya orang saleh sejati (Efesus 4:23).

  Sumber Asli:
  Judul Buku: Berpola Pikir Rohani
  Penulis   : John Owen
  Penerbit  : Momentum, Surabaya, 2001 (114 halaman)
  Halaman   : 67-78 dan 83-87

-*- Sumber -*-:
  e-Reformed Edisi 029/2002
  ==>	http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/029/
  ==>	http://www.sabda.org/reformed/prak13.htm


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: kelvin@
  >yth. Redaksi E-konsel,
  >Artikel Edisi April 01; kok tidak ada dalam kiriman kali ini ? yang
  >ada cuman surat dari Pdt. Williem Liem dan jawaban dari Redaksi
  >saja. Apa ada kesalahan?
  >Thanks and GBU,
  >Kelvin

  Redaksi:
  Apakah ada pembaca lain yang mengalami hal yang sama dengan Sdr.
  Kelvin ini? Wah... kami tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi
  karena kami mengirimkan edisi April 01 itu secara utuh.

  Nah, sementara sedang dicari sebab musababnya, kami akan
  mengirimkannya kembali edisi April 01 lewat jalur pribadi ke Anda
  dalam surat terpisah. Bila masih ada masalah, silakan menghubungi
  kami lagi.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                         Yulia, Ratri, Natalia
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2004 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org